Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Stephanie Alodia
"Ekstrak kering yeast dapat dihasilkan melalui fermentasi Saccharomyces cerevisiae. Molase merupakan media alternatif yang dapat digunakan untuk fermentasi. Kandungan gula yang tinggi didalamnya dapat mengoptimalkan pertumbuhan Saccharomyces cerevisiae. Tujuan penelitian ini adalah optimasi produksi esktrak kering yeast menggunakan molase sebagai media fermentasi dan analisis kadar β-glukan dan glukomanan menggunakan Kromatografi Cair Tingkat Tinggi (KCKT) dengan detektor indeks bias dan secara enzimatik. Sumber karbon, nitrogen, dan fosfat dioptimasi pada media molase. Diperoleh hasil optimum sumber karbon pada konsentrasi 14%, sumber nitrogen 0,18 gr urea, dan sumber fosfat 0,054 gr NPK. Analisis pada kromatografi menggunakan kolom C18-Fenil dan kondisi analisis yang optimum, yaitu menggunakan fase gerak asetonitril-DI Water (70:30) dengan laju alir 1,0 mL/menit. Hasil rata-rata kadar β-glukan dan glukomanan pada ekstrak kering yeast masing-masing 34,703% dan 6,466%. dengan KCKT; 43,48% dan 0,96% dengan enzimatik. Untuk standar ekstrak kering yeast rata-rata kadar β-glukan dan glukomanan masing-masing 30,626% dan 29,336% dengan KCKT; 40,53% dan 59,14% dengan enzimatik.

Dry yeast extract can be produced by fermentation of Saccharomyces cerevisiae. Molasses is an alternative media that can be used for the fermentation. High sugar level in molasses can optimize the growth of Saccharomyces cerevisiae. The purpose of this study was optimization of dry yeast extract production using molasses as a fermentation media and the determination of β-glucan and glucomannan levels by High Performance Liquid Chromatography (HPLC), with a refractive index detector, and enzymatic method. The carbon, nitrogen, and phosphate sources are optimized on molasses media. The optimum results obtained from carbon sources at a concentration of 14%, nitrogen sources 0.18 gr urea, and phosphate sources 0.054 gr NPK. Analysis by chromatography using the C18-Phenyl column with the optimum analysis conditions, which was mobile phase using acetonitrile-DI Water (70:30) with a flow rate 1.0 mL/min. The average level of β-glucans and glucomannan on self-produced dried yeast extract were 34.703% and 6.466% by HPLC, 43.48% and 0.96% by enzymatic. On the dried yeast extract standard are 30.662% and 29.336% by HPLC, 40.53%, and 59.14% by enzymatic.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizka Karima
"Umbi porang (Amorphophallus muelleri Blume) mengandung senyawa glukomanan yang berpotensi sebagai bahan pangan fungsional penunjang terapi pada penyakit diabetes melitus tipe 2 (T2DM). Namun, masih diperlukannya optimasi proses dalam pembuatan tepung porang untuk meningkatkan kualitas tepung yang lebih baik. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas tepung porang yang memenuhi standar eksport beberapa negara sebagai bahan pangan fungsional. Pembuatan tepung porang dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan uji pendahulan untuk melihat pengaruh variasi perbandingan pelarut, waktu perendaman dan pemanasan. Kemudian dari hasil uji pendahuluan diperoleh hasil bahwa rentang waktu perendaman adalah 1-3 jam, perbandingan pelarut menggunakan penambahan volume etanol sedangkan NaCl dan NaHSO3 dibuat tetap, dan variasi pemanasan tidak dilakukan karena menyebabkan kerusakan produk. Hasil dari penelitian ini diperoleh kondisi optimum untuk meningkatkan kualitas tepung porang adalah pada perendaman secara simultan dengan perbandingan Etanol 50%: NaCl 8%: NaHSO3 2% (4:2:2) selama 2 jam. Pada kondisi optimum tersebut dapat meningkatkan kadar glukomanan dari 59,53 ± 0,02% menjadi 85,55 ± 0,01%, meningkatakn nilai derajat putih dari 74,68 ± 0,31 menjadi 85,45 ± 0,50 dan menurunkan kadar kalsium oksalat dari 17,44 ± 0,57 mg/100g menjadi 2,34 ± 0,31 mg/100g. Hasil evaluasi tepung porang yang dibuat pada kondisi optimum telah memenuhi syarat kualitas standar SNI 7939:2020 (Indonesia), Committee on Food Chemicals Codex, CAS: 37220-17-0 (Amerika), Commission Directive 2001/30/EC: E 425(ii) (Eropa), dan standar NY/T 494-2002 (China). Aktivitas antioksidan dengan metode DPPH pada tepung porang hasil optimasi (IC50 = 35,14 ± 0,43 μg/mL) lebih kuat dibanding tepung porang sebelum optimasi (IC50 = 61,29 ± 0,14 μg/mL). Aktivitas penghambatan enzim α-glukosidase tepung porang hasil optimasi (IC50 = 60,57 ± 0,72 μg/mL) lebih kuat dibanding tepung poran sebelum optimasi (IC50 = 77,89 ± 0,87 μg/mL). Bedasarkan hasil tersebut metode perendaman secara simultan dengan perbandingan Etanol 50%: NaCl 8%: NaHSO3 2% (4:2:2) selama 2 jam dapat meningkatkan kualitas tepung porang dan dapat digunakan sebagai bahan pangan fungsional.

Porang tubers (Amorphophallus muelleri Blume) contain glucomannan which has the potential to be a functional food to support therapy in type 2 diabetes mellitus (T2DM). However, an optimization process is still needed in making porang flour to improve the quality of the flour. This research aims to improve the quality of porang flour which meets export standards in several countries as a functional food. The making of porang flour was done by carrying out preliminary tests to see the effect of variations in solvent ratio, soaking time, and heating. From the preliminary test, it was found that the immersion time range was 1-3 hours, additional volume of ethanol was used in solvent ratio while NaCl and NaHSO3 were kept constant, and heating variations were not carried out since they caused product damage. The results of this research showed that soaking the flour with a ratio 50% of Ethanol: 8% of NaCl: 2% of NaHSO3 (4:2:2) for 2 hours simultaneously as the optimum condition to improve the quality of the flour. This optimum conditions, increase the glucomannan content from 59.53 ± 0.02% to 85.55 ± 0.01%, increase the white degree value from 74.68 ± 0.31 to 85.45 ± 0.50, and reduce the calcium oxalate from 17.44 ± 0.57 mg/100g to 2.34 ± 0.31 mg/100g. The evaluation results of porang flour made under optimum conditions have passed the standard quality requirements of SNI 7939:2020 (Indonesia), Committee on Food Chemicals Codex, CAS: 37220-17-0 (America), Commission Directive 2001/30/EC: E 425(ii) (Europe), and NY/T 494-2002 (China). The antioxidant activity using the DPPH method in optimized porang flour (IC50 = 35.14 ± 0.43 μg/mL) is stronger than porang flour before optimization (IC50 = 61.29 ± 0.14 μg/mL). The α-glucosidase enzyme inhibitory activity of optimized porang flour (IC50 = 60.57 ± 0.72 μg/mL) is stronger than porang flour before optimization (IC50 = 77.89 ± 0.87 μg/mL). Based on these results, the simultaneous soaking method with a ratio of 50% of Ethanol: 8% of NaCl: 2% of NaHSO3 (4:2:2) for 2 hours can improve the quality of porang flour and can be used as a functional food."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Umbi iles-iles (Amorphophallus muelleri Blume) mengandung glukomanan yang sangat tinggi dengan kadar mencapai 15-65 persen. Pemanfaatan iles-iles di Indonesia masih sangat terbatas karena terkendala oleh kandungan kalsium oksalat yang tinggi. Kalsium oksalat dalam iles-iles menyebabkan rasa gatal, iritasi dan gangguan kesehatan bila dikonsumsi. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kadar glukomanan dan menurunkan kandungan kalsium oksalat dalam tepung iles-iles menggunakan mesin penepung stamp mill. Mesin stamp mill digunakan karena tidak menimbulkan panas sehingga mampu mempertahankan sifat-sifat glukomanan. Penelitian dirancang secara deskriptif eksploratif untuk mempelajari pengaruh berat chip iles-iles 1,5 kg menghasilkan tepung terbaik dengan komposisi: kadar glukomanan 81,86 persen, kalsium oksalat 0,095 persen, protein 3,585 persen, abu 4,197 persen, kadar air 9,29 persen, dan viskositas 23416 mPa.s. Penepungan dengan stamp mill terbukti mampu meningkatkan kadar glukomanan sekaligus menurunkan kandungan senyawa non-glukomanan khsususnya kalsium oksalat pada tepung iles-iles yang selama ini menjadi kendala pemanfaatannya sebagai bahan pangan di Indonesia. "
Jakarta: Divisi R & D Perum BULOG, 2012
630 PANGAN
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library