Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 14 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dwi Rendra Hadi
"Latar belakang: DM masih menjadi masalah besar bidang kesehatan global, dengan beban yang sangat besar akibat dari penyakitnya secara langsung dan komplikasinya, terutama komplikasi kardiovaskular. Komplikasi tersebut dipengaruhi gangguan neuropati autonom, yang dapat dinilai dengan HRV. Gangguan autonom dipikirkan akan menurunkan fungsi jantung, yang secara dini mungkin dapat diprediksi dengan melihat global longitudinal strain. Hubungan antara HRV dan GLS belum banyak diteliti Tujuan: Mengetahui korelasi antara fungsi autonom kardiak dengan fungsi ventrikel kiri pada pasien DM Tipe 2 Metode: Studi potong lintang dengan populasi terjangkau Pasien DM tipe 2 berusia dewasa yang tinggal di DKI Jakarta pada bulan Desember 2020. Parameter HRV terdiri dari interval RR, standard deviation of NN intervals (SDNN), root mean square of successive difference (RMSSD), low frequency (LF), high frequency (HF) dan rasio LF/HF dan Global longitudinal strain dianalisis menggunakan ekokardiografi Hasil: Dilakukan analisis pada 167 sampel. rerata GLS didapatkan -20,30 (±1,57). Tidak terdapat korelasi antara interval RR dengan GLS (r = -0,07, p = 0,377), tidak terdapat korelasi antara SDNN dengan GLS (r = -0,10, p = 0,189), tidak terdapat korelasi antara RMSSD dengan GLS (r = -0,12, p = 0,098), tidak terdapat korelasi antara LF dengan GLS (r = -0,003, p = 0,968), tidak terdapat korelasi antara HF dengan GLS (r = -0,09, p = 0,21), tidak terdapat korelasi antara LF/HF dengan GLS (r = -0,10, p = 0,189). Tidak terdapat faktor perancu yang berhubungan pada penelitian ini Kesimpulan: Tidak Terdapat korelasi antara heart rate variability dengan global longitudinal strain pada pasien DM Tipe 2.

Background: Diabetes Mellitus (DM) remains a major global health issue due to its direct consequences and complications, particularly cardiovascular complications. These complications are influenced by autonomic neuropathy, which can be assessed by Heart Rate Variability (HRV). Autonomic dysfunction is thought to impair heart function, which can potentially be predicted early by observing global longitudinal strain (GLS). The relationship between HRV and GLS has not been extensively studied. Objective: To determine the correlation between cardiac autonomic function and left ventricular function in Type 2 DM patients. Methods: A cross-sectional study with a population of adult Type 2 DM patients residing in Jakarta in December 2020. HRV parameters included RR interval, standard deviation of NN intervals (SDNN), root mean square of successive difference (RMSSD), low frequency (LF), high frequency (HF), and LF/HF ratio. Global longitudinal strain was analyzed using echocardiography. Results: Analysis was conducted on 167 samples. The average GLS was -20.30 (±1.57). There was no correlation between RR interval and GLS (r = -0.07, p = 0.377), no correlation between SDNN and GLS (r = -0.10, p = 0.189), no correlation between RMSSD and GLS (r = -0.12, p = 0.098), no correlation between LF and GLS (r = -0.003, p = 0.968), no correlation between HF and GLS (r = -0.09, p = 0.21), and no correlation between LF/HF ratio and GLS (r = -0.10, p = 0.189). There were no confounding factors associated with this study. Conclusion: There is no correlation between heart rate variability and global longitudinal strain in Type 2 DM patients."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Pangeran Akbar Syah
"Latar belakang: Beberapa studi telah melaporkan terdapat disfungsi sistolik ventrikel kiri yang diukur oleh global longitudinal strain (GLS) pada pasien dengan stenosis mitral. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan fungsi sistolik intrinsik ventrikel kiri menggunakan penilaian global longitudinal strain (GLS) segera sesudah tindakan balloon mitral valvuloplasty (BMV) dan pada observasi jangka panjang
Metode: Dilakukan pemeriksaan ekokardiogafi dasar dan GLS pada pasien stenosis mitral yang akan BMV, lalu dievaluasi segera sesudah BMV yang berhasil (48 jam sampai 1 minggu), dan jangka panjang (6 bulan sampai 1 tahun).
Hasil: Dari 36 pasien yang diuji, rerata usia adalah 43.41±10.04 tahun, mayoritas perempuan (72%), mayoritas mempunyai irama fibrilasi atrial (56%), dengan median mitral valve area (MVA) sebelum BMV adalah 0.6 (0.2-1.3) cm2dan rerata mitral valve gradient (MVG) sebelum BMV adalah 12.95 ± 5.29 mmHg. Terdapat perbaikan singifikan fungsi sistolik intrinsik ventrikel kiri yang diukur dengan GLS antara sebelum BMV, segera sesudah dan pada observasi jangka panjang sesudah BMV (-14.34± 3.05%, -15.84 ±3.11%, dan -17.29 ± 2.80% p<0.05).
Kesimpulan: Terdapat perbaikan yang signifikan pada GLS sesudah BMV dan semakin membaik pada pengamatan jangka panjang yaitu 6 bulan - 1 tahun sesudah BMV.

Background: Severeal studies have reported left ventricular systolic dysfunction as measured by the global longitudinal strain in patient with mitral stenosis. This study aims to determine changes in left ventricular systolic function using global longitudinal strain immediately after) balloon mitral valvuloplasty (BMV) and on long term observation.
Methods: Baseline echocardiography data and GLS will be taken before BMV, and will be followed up immediately after (48 hours to 7 days), and on long term (6 months to 1 year) after BMV
Result: Among 36 patients, the mean age was 43.41±10.04 y.o, female dominant (72%), majority have atrial fibrillation (56%), with median of mitral valve area (MVA)before BMV was 0.6 (0.2-1.3) cm2and mean of mitral valve gradient before BMV was 12.95 ± 5.29 mmHg. There is an significant improvement in instrinsic left ventricular systolic function as measured by GLS between before BMV and immediately after BMV (-14.34 ± 3.05%, -15.84 ±3.11% , and -17.29± 2.80% p<0.05).
Conclusions: There is a significant improvement in GLS before BMV compared to immediately after BMV. GLS immediately after BMV is still significantly improved in the long term evaluation (6 months until 1 year) after BMV
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Adinda Putri Safira
"ABSTRAK
Hingga tahun 2019, lebih dari dua pertiga perdagangan dunia terjadi melalui Global Value Chain (GVC). Proses produksi yang tersebar di berbagai negara menyebabkan semakin pentingnya peran sistem transportasi nasional dalam memfasilitasi perpindahan barang input maupun output. Namun, performa sistem transportasi negara anggota ASEAN yang diukur menggunakan indeks kualitas infrastruktur transportasi WEF masih menunjukkan tingkat yang cukup bervariasi. Sebagai akibatnya, terjadi kesenjangan performa perdagangan internasional dan FDI antar negara anggota yang berujung pada rapuhnya kerja sama ekonomi ASEAN. Berdasarkan regresi GLS menggunakan data panel tahun 2009-2018, penelitian ini menemukan bahwa secara umum perbaikan sistem transportasi nasional berpengaruh positif dan signifikan terhadap performa ekspor, impor, serta FDI ASEAN. Selanjutnya, penelitian ini menemukan adanya pergeseran orientasi pada sistem transportasi negara anggota ASEAN dalam memfasilitasi aktivitas impor dan FDI ASEAN, yakni dari intra-regional menuju inter-regional. Temuan ini mengimplikasikan pentingnya aktivitas perdagangan dan FDI inter-regional dalam proses konvergensi ekonomi ASEAN.

ABSTRACT
Up to 2019, more than two-thirds of world trade occurs through Global Value Chains (GVCs). The production processes that are fragmented across countries induce an increasing importance of national transportation system in facilitating the movement of input and output goods. However, the performance of ASEAN Member States (AMS) transportation system that measured by the WEF Transportation Infrastructure Quality Index still shows varying performance. As a result, there is a gap in the international trade and FDI performance between AMS which leads to the vulnerability of ASEAN economic cooperation. Based on the GLS regression using 2009-2018 panel data, this study found that in general, the improvement of national transportation system has a positive and significant impact on ASEAN export, import, and FDI performance. Furthermore, this study found the shifting of AMS transportation system orientation in facilitating ASEAN import and FDI activities, which is from intra-regional to inter- regional. This finding implies the importance of inter-regional trade and FDI activities in ASEAN economic convergence process.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gusti Angrumsari Mustikawati
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh risiko likuiditas dan risiko kredit pada Spread suku bunga dengan menambahkan bank capitalization, bank expenditure, bank size dan business cycle sebagai variabel kontrol dalam penelitian ini. Penelitian ini menggunakan sampel yaitu bank umum konvensional yang terdaftar di Bura Efek Indonesia periode 2012-2016. Pengujian dilakukan dengan menggunakan model regresi data panel dengan metode fixed effect. Hasil penelitian ini menemukan bahwa risiko likuiditas dan risiko kredit berpengaruh signifikan terhadap Spread suku bunga bank pada Bank Umum Konvensional yang terdatar di Bursa Efek Indonesia.

This research is aimed to analyze the impact of liquidity risk and credit risk on Bank Interest Rate Spread by adding bank capitalization, bank expenditure, bank size and business cycle as control variable in this research. The sample of this research are conventional bank listed in Indonesia Stock Exchange during the period of 5 years starting 2012 up to 2016. The tests were conducted with panel data regression model with fixed effect method. The results of thid reasearch found that liquidity risk and credit risk significantly influence the bank interest Spread on Convensional Bank listed in Indonesia stock exchange.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Reza
"ABSTRAK
Latar belakang: Hipertensi tak hanya berkaitan dengan disfungsi diastolik ventrikel kiri, namun juga disfungsi sistolik ventrikel kiri. Pemeriksaan speckle tracking echocardiography STE dapat digunakan untuk menilai disfungsi sistolik dan diastolik ventrikel kiri lebih awal. Tujuan: Mengetahui adanya perbedaan fungsi intrinsik ventrikel kiri pada populasi HT terkontrol dibandingkan populasi hipertensi yang tidak terkontrol Metode: Studi potong lintang dengan 119 subyek HT yang terdiri dari 59 subyek dengan HT tak terkontrol dan 60 subyek HT terkontrol, dilakukan pemeriksaan STE dengan parameter Global Longitudinal Strain GLS untuk menilai fungsi sistolik dan strain rate untuk menilai fungsi diastolik. Hasil: Terdapat perbedaan GLS yang bermakna pada kelompok HT tak terkontrol dibandingkan HT terkontrol -19,77 3,10 vs -23,85 2,25 , p.

ABSTRACT
Hypertension HT is associated with left ventricle LV diastolic and systolic dysfunction, even in patient with normal ejection fraction. Speckle tracking echocardiography STE has a high sensitivity in evaluating LV systolic and diastolic dysfunction. Objective To asses the difference of intrinsic left ventricle function between controlled HT and controlled HT. Methods Cross sectional study with 119 subjects consisting of 59 uncontrolled HT subjects and 60 controlled HT subjects, underwent STE study with global longitudinal strain GLS as a parameter to asses LV systolic function and strain rate as a parameter to asses LV diastolic function. Results There is a significant difference of GLS between uncontrolled and controlled HT 19,77 3,10 vs 23,85 2,25 , p"
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohamad Syahrir Azizi
"Latar belakang: Penyakit kardiovaskular sangat umum ditemukan dan berakibat fatal pada pasien dengan usia lanjut. Disfungsi sistolik ventrikel kiri yang asimptomatik atau subklinis sering kali mendahului penyakit ini. Deteksi dini terhadap disfungsi sistolik ventrikel kiri dapat mengurangi morbiditas dan mortalitas akibat penyakit kardiovaskular. Salah satu metode deteksi dini adalah dengan penilaian global longitudinal strain (GLS).
Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai rerata GLS pada pasien usia lanjut dengan frailty maupun non frailty dan mengetahui faktor-faktor yang berhubungan.
Metode: Penelitian potong lintang dilakukan pada pasien usia lanjut diatas 60 tahun di poliklinik geriatri dan kardiologi Ilmu Penyakit Dalam RSCM. Data diperoleh dari wawancara, rekam medik dan pemeriksaan ekokardiografi transtorakal. Variabel penelitian berupa usia, frailty, hipertensi, penyakit jantung koroner, dislipidemia, dan diabetes melitus dianalisis sebagai determinan penurunan GLS. Analisis univariat terhadap masing-masing variabel. Analisis bivariat menggunakan uji chi kuadrat dengan tingkat signifikan p<0,25 dan interval kepercayaan (IK) sebesar 95%. Analisis multivariat menggunakan uji regresi logistik.
Hasil: Sebanyak 194 subjek yang memenuhi kriteria pemilihan diikutkan dalam penelitian, rerata usia 66 tahun dengan 118 (60,8%) di antaranya perempuan. Penelitian ini mendapatkan beberapa determinan yang memiliki nilai p<0,25 yaitu frailty, hipertensi, dislipidemia, dan diabetes melitus dengan hasil analisis multivariat, frailty memiliki OR sebesar 2,002 (95% IK 1,042-3,925), dan diabetes melitus memiliki OR sebesar 2,278 (95% IK 1,033-5,025).
Simpulan : Nilai median GLS pada usia lanjut secara umum adalah sebesar -21,6% (minimal -5,3% sampai dengan maksimal -29,9%). Faktor yang mempengaruhi penurunan GLS adalah frailty dan diabetes melitus.

Background: Cardiovascular disease is very common and can be fatal in elderly patients. It is often preceded by asymptomatic or subclinical left ventricular systolic dysfunction (LVSD). Early detection of LVSD can reduce morbidity and mortality due to cardiovascular disease. One method used in the early detection of LVSD is an assessment of global longitudinal strain (GLS).
Objective: To determine the mean value of GLS and GLS-related factors.
Methods: This cross-sectional study was conducted among elderly patients aged > 60 years in the geriatric and cardiology polyclinic, Internal Medicine, CMH Hospital. Data were obtained from interviews, medical records, and transthoracic echocardiography examination. The variables of age, frailty, hypertension, coronary artery disease, dyslipidemia, and diabetes mellitus were analyzed as the determinants of a decrease in GLS. Univariate analysis was conducted for each variable. Bivariate analysis was conducted using the chi-square test with a significance level of p<0.25 and confidence interval (CI) of 95%, and multivariate analysis used a logistic regression test.
Results: A total of 194 patients were admitted according to the study criteria, with a mean age of 66 years. The proportion of women was 60.8%. The study revealed that the determinants with p<0.25 are frailty, hypertension, dyslipidemia, and diabetes mellitus, with multivariate analysis frailty having an OR of 2.002 (95% CI 1.042-3.925) and diabetes mellitus having an OR of 2.278 (95% CI 1.033-5.025).
Conclusions : The median value of GLS in elderly is -21,6% (minimum value -5,3% and maximum value 29,9%). The factors that influence the decrease of GLS are frailty and diabetes mellitus."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T55575
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deliani Puteri Awaliyah
"Studi ini mengkaji tentang bagaimana Foreign Direct Investment mempengaruhi kinerja Ekspor di ASEAN-5 (Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand) dari tahun 1997-2018, serta melihat perbedaan pengaruh arus masuk foreign direct investment dari member ASEAN dan non-member ASEAN di tahun 2009-2018. Didasarkan oleh teori efek FDI masuk kedalam negara penerima yang terbagi menjadi dua yaitu secara langsung (Teori MNE) atau tidak langsung (Efek Spesifik) melalui berbagai jalur yang mempengaruhi produktifitas ekspor domestik. Penulis memasukan ide teori Foreign Direct Investment tersebut, untuk melihat pengaruh FDI terhadap kinerja ekspor di ASEAN-5 secara langsung dan secara tidak langsuung berturut – turut menggunakan proxy kapasitas ketersediaan PDB Potensial Stok masuk FDI total, Intra dan Ekstra-ASEAN. Penulis menggunakan data panel dan metode analisa Feasible GLS. Hasil menunjukkan bahwa FDI mempengaruhi kinerja ekspor secara langsung, melalui kapasitas ketersediaan dan secara spesifik, melalui stok, di ASEAN-5, dan pengaruh FDI dari member ASEAN lebih besar dibanding non-member, sebagaimana tujuan ASEAN untuk menciptakan arus investasi yang baik sudah terpenuhi.

This study examines how Foreign Direct Investment affect export performance in ASEAN-5 countries (Indonesia, Malaysia, Philippine, Singapore, and Thailand) from 1997-2018, also examines the differences influences between Intra and Extra ASEAN Foreign Direct Investment from 2009-2018. Based on the theory of Foreign Direct Investment, FDI affecting host country in two ways, direct (MNE Theory) and indirect (Specific Effect) where FDI affecting export through various channel that affect the productivity of domestic exports. The author include the idea of the FDI Theory to see the impact of Foreign Direct Investment on export performance in ASEAN-5 directly and indirectly, using supply capacity (Potential GDP) and FDI inward Stock, Total , Intra and Extra ASEAN proxy. Author use a panel data and Feasible GLS analysis method. The results shows that affect export performance directly through supply capacity, and specifically through FDI Stocks, and the influences of Intra- ASEAN FDI is greater than Extra-ASEAN, implies that ASEAN goals of creating good investment flows has been reached."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pratiwi Anindia Anugrah Putri
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh struktur modal yang di proksikan dengan LTD, STD, Debt to Equity, growth, tangibility dan risk, serta size sebagai variabel kontrol, terhadap kinerja perusahaan yang diproksikan dengan ROA, ROE dan EPS pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode lima tahun mulai dari 2009 sampai dengan 2013. Pengujian dilakukan dengan model regresi least square. Hasil penelitian ini menemukan bahwa struktur modal memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan.

This research is aimed to analyze the relationship between capital structure (LTD, STD, Debt to Equity, growth, tangibility and risk) and size as control variable toward firm performance (ROA, ROE and EPS) on manufacturing firms during the period of five years starting from 2009 up to 2013. The tests were conducted with the least square regression model. The results of this research found that capital structure significantly has influence on firm performance."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
S57857
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aprivita Gayatri
"ABSTRAK
Latar Belakang. Disfungsi miokardiak subklinis merupakan salah satu konsekuensi berbahaya dari sindrom metabolik, dimana diduga disebabkan oleh resistensi insulin. Kelainan tersebut merupakan kondisi patologis awal, yang berisiko menimbulkan gagal jantung ke depannya. Melalui Two Dimensional-Speckle Tracking Echocardiography 2D-STE dengan parameter Global Longitudinal Strain GLS yang memiliki sensitivitas dan spesifisitas tinggi, disfungsi miokardiak tersebut dapat dideteksi lebih dini. Tujuan Mengetahui hubungan antara resistensi insulin pada sindrom metabolik terhadap disfungsi sistolik VKi subklinis.Metode. Studi ini merupakan studi potong lintang, dengan menggunakan 483 datasekunder dari pegawai RS Jantung Harapan Kita. Dari total data, 119 subjek masuk dalam kriteria inklusi dan eksklusi, yang kemudian dilakukan pemeriksaan GLS.Subjek tersebut terbagi menjadi dua kelompok non resistensi insulin dan resistensi insulin berdasarkan nilai Homeostasis Model Assessment of Insulin Resistance HOMA-IR dengan nilai cut-off 2.0.Hasil. Terdapat perbedaan nilai GLS yang bermakna antara kelompok resistensi insulin dan non resistensi insulin rerata -18.3 SD 3.05 vs -19.7 2.2 , 95 IK -2.39 ndash; -0.37 , p=0.008 . Variabel resistensi insulin memiliki risiko terbesar diikuti variabel trigliserida adjusted OR 2.8, p=0.009 dan 2.4, p=0.03 secara berurutan terhadap disfungsi sistolik VKi subklinis pada sindrom metabolik. Kesimpulan. Resistensi insulin menunjukkan fungsi sistolik VKi yang lebihrendah secara signifikan yang dinyatakan dengan nilai GLS dibandingkan nonresistensi insulin pada sindrom metabolik. Resistensi insulin dan trigliserida adalah petanda independen disfungsi sistolik VKi subklinis diantara komponen sindrom metabolik lain.Kata kunci. resistensi insulin, HOMA-IR, disfungsi sistolik VKi subklinis, GLS,sindrom metabolik, trigliseridaABSTRACT
Background. Subclinical myocardial dysfunction is a dangerous consequence ofthe metabolic syndrome, which is thought to be caused by insulin resistance. Thedisorder is an early pathological condition, which poses a risk of heart failure in thefuture. Through Two Dimensional Speckle Tracking Echocardiography 2D STE with the Global Longitudinal Strain GLS parameters that have high sensitivityand specificity, these myocardial dysfunctions can be detected earlier.Objective. To determine the relationship between insulin resistance in metabolicsyndrome to subclinical left ventricle systolic dysfunction.Methods. A cross sectional study, using 483 secondary data from employees of theNational Heart Center of Harapan Kita. 119 subjects were included in the inclusionand exclusion criteria, which were performed 2D STE with GLS parameter. Thesubjects were divided into two groups of non insulin resistance and insulinresistance based on the value of Homeostasis Model Assessment of InsulinResistance HOMA IR with a cut off value of 2.0.Results. There were significant differences in GLS values between the insulinresistance group and non insulin resistance mean 18.3 SD 3.05 vs 19.7 2.2 ,95 CI 2.39 0.37 , p 0.008 . Insulin resistance have the greatest risk followedby triglyceride levels adjusted OR 2.8, p 0.009 and 2.4, p 0.03 respectively tosubclinical left ventricle systolic dysfunction in the metabolic syndrome.Conclusion. Insulin resistance showed a lower left ventricle systolic function asexpressed by GLS score significantly than non insulin resistance in the metabolicsyndrome. Insulin resistance and triglycerides are an independent marker ofsubclinical left ventricle systolic dysfunction among other components of themetabolic syndrome. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Naqiba Hilwa Ernada
"Pada zaman Edo di Jepang, terdapat sistem kasta yang menjadikan kaum bushi (武士) atau pejuang sebagai kelas yang paling tinggi. Bushi terbagi menjadi Daimyo (大名) dan Samurai (侍). Daimyo memiliki kedudukan yang lebih tinggi daripada samurai, sebagai pemilik tanah dan pemberi upah kepada para samurai yang berjuang di bawah mereka. Namun, ada samurai yang menjadi ronin (浪人), yakni samurai tanpa tuan. Di Jepang terdapat salah satu kisah terkenal yang berkaitan dengan ronin , yaitu adalah kisah keempat puluh tujuh ronin yang membalas dendam atas kematian tuan mereka. Kisah ini kemudian diadaptasi menjadi film yang disutradarai oleh Kenji Mizoguchi. Meskipun berstatus sebagai ronin , keempat puluh tujuh pejuang tersebut tetap memegang nilai-nilai Bushido. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis nilai Bushido berdasarkan deskripsi nilai-nilai bushido dari Nitobe Inazo yang terdapat dalam film "The 47 Ronin " karya Kenji Mizoguchi dengan menggunakan metode mise en scene yang dirujuk dari buku John Gibbs. Peneliti menemukan bahwa di dalam film ini Oishi menunjukkan nilai-nilai kebajikan, keadilan, kejujuran, kebenaran, kesetiaan , kehormatan, pengendalian diri.

During the Edo period in Japan, there was a caste system that placed the bushi (武士) or warriors as the highest class. The bushi were divided into Daimyo (大名) and Samurai (侍). Daimyo held a higher position than samurai, as they were landowners and provided salaries to the samurai who fought under them. However, there were samurai who became ronin (浪人), meaning samurai without a master. In Japan, there is a famous story related to the ronin, known as "The 47 Ronin," who sought revenge for the death of their lord. This story was later adapted into a film directed by Kenji Mizoguchi. Despite being ronin, the forty-seven warriors still adhered to the values of Bushido. This research aims to analyze the values of Bushido based on Nitobe Inazo's descriptions found in the film "The 47 Ronin" by Kenji Mizoguchi, using the mise en scene method referred to in John Gibbs' book. The researchers found that in this film, Oishi exemplified the values of virtue, justice, honesty, truth, loyalty, honor, and self-control.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>