Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nida Allya Yasmin
"Latar belakang: Kehilangan gigi merupakan salah satu masalah gigi yang umum terjadi di seluruh dunia dan sudah menjadi perhatian dalam bidang kedokteran gigi. Kehilangan gigi yang tidak ditangani akan berdampak kepada kesehatan oral. Oleh karena itu, diperlukan manajemen kehilangan gigi, salah satunya dengan menggunakan gigi tiruan lepasan. Akan tetapi, saat pertama kali gigi tiruan di insersi, pasien mungkin akan mengalami beberapa masalah akibat pemasangan gigi tiruan. Hal ini dapat disebut sebagai masalah pasca insersi gigi tiruan. Jika masalah ini tidak diperbaiki, kepuasan pasien saat menggunakan gigi tiruan akan menurun. Selain itu, fungsi gigi tiruan sebagai alat yang dapat membantu proses mastikasi juga akan terganggu. Penelitian-penelitian sebelumnya juga menunjukkan bahwa prevalensi masalah pasca insersi gigi tiruan lepasan cukup tinggi. Tujuan: Mengetahui frekuensi distribusi masalah pasca insersi gigi tiruan lepasan di RSKGM FKG UI. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif potong lintang pada 50 subjek. Data diambil dengan menggunakan borang survei Koul et al dan Mir et al yang telah dimodifikasi yang diisi ketika subjek datang untuk kontrol pertama, kedua, dan/atau ketiga. Selanjutnya, data yang didapatkan diolah untuk dilihat distribusi dan frekuensi dari masing-masing variabel masalah pasca insersi. Hasil Penelitian:  Dari 50 subjek yang didapatkan, 88,0% setidaknya terdapat satu masalah pasca insersi gigi tiruan lepasan. Dari subjek yang terdapat setidaknya satu masalah pasca insersi gigi tiruan lepasan, secara berurutan dari proporsi paling besar ke terkecil adalah masalah lain (misalnya gagging, mual, makan terjebak di gigi tiruan, tidak bisa membuka mulut, terdapat bunyi antara gigi tiruan saat makan atau berbicara, kesulitan makan dan mengunyah) 62%, nyeri atau ketidaknyamanan 56%, masalah retensi dan stabilitas 38 %, masalah fonetik 11%, masalah estetika 4%. Kesimpulan: Proporsi setidaknya ada satu masalah pasca insersi pada pasien dengan perawatan gigi tiruan lepasan cukup tinggi. Masalah ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Oleh karena itu, tingginya masalah pasca insersi dapat menjadi gambaran bagi klinisi untuk dapat lebih memperhatikan dan menanggulangi saat pembuatan gigi tiruan lepasan.

Background: Tooth loss is one of common dental issues worldwide and has been a concern in the field of dentistry. Untreated tooth loss can have an impact on oral health. Therefore, the management of tooth loss is necessary, one of which is using removable dentures. However, when removable dentures are first inserted, patients may experience some problems due to the denture placement. This can be referred to as post-insertion problems of dentures. If these problems are not addressed, patient satisfaction with wearing dentures may decrease. Additionally, the function of dentures as aids in the mastication process may also be disrupted. Previous studies have also indicated a relatively high prevalence of post-insertion problems with removable dentures. Objective: This study aims to determine the frequency and distribution of post-insertion problems with removable dentures. Method: This study is a cross-sectional descriptive study that involved 50 subjects. The data were collected using research forms from Koul et al and Mir et al, which were modified and filled out during the subjects first, second, and/or third follow-up appointments. The collected data were then analyzed to observe the distribution and frequency of each post-insertion problem variable. Results: Out of the 50 subjects, 88.0% experienced at least one post-insertion problem in removable dentures. Among those with at least one post-insertion problem, the proportions, from highest to lowest, were miscellaneous problem (such as gagging, nausea, food getting stuck in dentures, inability to open the mouth, noise between dentures while eating or speaking, difficulty in eating and chewing) 62%, pain or discomfort 56%, retention and stability issues 38%, phonetic problems 11%, and aesthetic problems 4%.Conclusion: The proportion of at least one post-insertion problem in patients with removable dentures is relatively high, potentially influenced by various factors. Therefore, the heightened occurrence of post-insertion problems should serves as a prompt for clinicians to pay closer attention to and proactive intervention during the fabrication of removable dentures."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Steven Alexander Tjang
"Latar Belakang: Kehilangan gigi posterior dapat mempengaruhi kualitas hidup karena memberikan dampak negatif terhadap efisiensi mastikasi. Tingkat kesuksesan perawatan Gigi tiruan sebagian lepasan dengan perpanjangan distal bervariasi akibat problema biomekanika yang timbul saat berfungsi. Gagasan penggunaan implan sebagai dukungan tambahan dalam desain Gigi Tiruan Sebagian Lepasan dukungan kombinasi Implan dan Gigi (GTSLIG) dapat menjadi alternatif yang baik dalam merehabilitasi kasus kehilangan gigi posterior di rahang bawah. Namun lokasi implan yang ideal masih menjadi perdebatan.
Tujuan: Menentukan posisi implan terbaik untuk perencanaan GTSLIG rahang bawah dengan mengevaluasi parameter objektif, yaitu implant survival rate, Mixing Ability Index (MAI), komplikasi biologis mekanis, dan subjektif dalam bentuk Patient Reported Outcome Measure (PROM) yang meliputi Oral Health Impact Profile (OHIP) dan Visual Analogue Scale (VAS) pada pasien dengan kasus Kennedy kelas I atau kelas II rahang bawah berdasarkan telaah sistematis dan meta-analisis.
Metode: Pencarian elektronik pada empat database dilakukan untuk identifikasi studi randomied studies (RS) dan non-randomized studies (NRS) pada pasien yang menerima perawatan GTSLIG rahang bawah dengan lokasi implan pada daerah premolar pertama (P1) atau molar pertama (M1). Kumpulan literatur kemudian dipilah dan diuji kualitas metodologinya. Dua peneliti melakukan seleksi artikel secara mandiri, ekstraksi data dan penentuan kualitas studi yang terkumpul. Random-effect models digunakan untuk komparasi nilai VAS dan OHIP (Perbedaan Rerata, interval kepercayaan 95%).
Hasil: Dari 5 RS dan 7 NRS yang terkumpul, ditemukan tidak ada perbedaan antara GTSLIG dukungan M1 (GTSLIG-M) dan GTSLIG dukungan P1 (GTSLIG-PM) dalam hal implant survival rate, komplikasi mekanis, performa fungsional, dan PROM. Risiko untuk komplikasi biologis terlihat lebih tinggi terjadi pada GTSLIG-M bila dibandingkan dengan GTSLIG-PM. Pemeriksaan meta-analisis memperlihatkan perbaikan nilai kepuasan pada saat menggunakan GTSLIG antara grup GTSLPD dan pengguna GTSLIG-M. Hal tersebut terlihat pada rerata penurunan nilai OHIP sebesar 21,11 dan rerata peningkatan nilai VAS sebesar 29,62.
Kesimpulan: Tidak ada perbedaan efek lokasi implan pada GTSLIG dalam evaluasi parameter objektif dan subjektif kecuali pada komplikasi biologis, dimana lokasi M1 memiliki risiko lebih tinggi. Secara meta-analisis menggunakan random-effect models ditemukan penggunaan GTSLIG memberikan perbaikan nilai VAS dan OHIP-49 bila dibandingkan dengan GTSLPD.

Background: Posterior tooth loss can affect oral health related quality of life due to its adverse effect on masticatory efficiency. The success of removable partial denture treatment varies due to biomechanical problem associated with mandibular free end condition during function. The use of dental implant to provide additional denture support in implant assisted removable partial denture (IARPD) can become a viable alternative to improve masticatory efficiency. However, ideal implant location is still debated.
Objective: To determine the best implant location to convert partial denture into mandibular IARPD and evaluate its objective parameters, such as implant survival rate, mixing ability index (MAI), biological and mechanical complication, as well as subjective parameters such as patient reported outcome measure (PROM), specifically Oral Health Impact Profile (OHIP) and Visual Analogue Scale (VAS) in patient with bilateral mandibular distal extension, or Kennedy class I or class II case by meta-analysis.
Method: Electronic search on four databases were conducted to identify randomized and non-randomized studies of patients receiving mandibular IARPD with implant in first premolar (P1) or first molar (M1) location while examining the parameters of interest. Two reviewers were independently conducted article selection, data extraction and quality assessment. Random-effect models were used to compare VAS and OHIP change score (standardized mean change, 95% confidence interval)
Result: From 12 studies, 5 randomized with low risk of bias and 7 nonrandomized studies with high risk of bias, there were no significant difference between IARPD in M1 (IARPD-M) and IARPD in P1 (IARPD-PM) when implant’s survival rate, functional performance, mechanical complication, and PROM were evaluated. However, biological complications were seen more frequently on IARPD-M when compared to IARPD-PM. Furthermore, meta-analysis have shown improvement in PROM with pooled standardized mean change of 21,11 for OHIP and 29,62 VAS improvement.
Conclusion: Implant location has no significant effect in IARPD planning when objective and subjective parameters are evaluated except biological complication of which M1 location has higher risk of complications. Meta-analysis evaluation using random-effect model shows IARPD treatment provide improved VAS and OHIP-49 score when compared to conventional partial denture.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library