Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 31 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Arrad Ibrahim Rambey
"Latar Belakang: Edentulisme memerlukan perawatan berupa pembuatan gigi tiruan untuk memerbaiki kualitas hidup pasien. Pembuatan gigi tiruan dengan kualitas yang baik diperlukan untuk menghindari ketidaknyamanan yang dirasakan pasien saat harus beradaptasi dengan gigi tiruan baru. Beberapa studi mengenai penilaian kualitas gigi tiruan sudah banyak dilakukan di negara lain, namun belum ada studi yang dilakukan di Indonesia. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan instrumen untuk mengukur kualitas gigi tiruan lengkap yang valid dan reliabel. Metode: Penelitian dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama adalah studi kualitatif untuk pengembangan instrumen yang menggunakan metode adaptasi lintas budaya, focus group discussion dengan para pakar, dan kemudian dilakukan uji validitas muka pada 10 orang responden dengan metode interview. Tahap kedua adalah uji kuantitatif dengan total 40 subjek untuk dilakukan analisis statistik berupa uji Kappa, test-retest, Kuder-Ricahrdson 20, dan uji korelasi antara PDA-Id dengan PFGT. Hasil: Dari uji kualitatif, didapatkan instrumen final yang telah teruji atas validitas konten dan validitas muka. Hasil uji inter-rater Kappa 0,828 menunjukkan kesepahaman yang hampir sempurna. Hasil uji intra-rater test-retest (0,564; P>0,05; ICC 0,889) menunjukkan stabilitas instrumen yang sangat baik. Hasil uji konsistensi internal dengan Kuder-Richardson 20 (1,08; KR>1) menunjukkan konsistensi internal yang baik. Hasil uji korelasi antara PFGT dengan PDA-Id (0,044; P<0,05) menunjukkan terdapat korelasi positif. Kesimpulan: Instrumen PFGT dinilai dapat digunakan sebagai alat ukur kualitas fungsional dari sebuah gigi tiruan yang dapat memisahkan antara gigi tiruan dengan kualitas baik dan tidak baik.

Background: Edentulism requires treatment in the form of making dentures to improve the patient's quality of life. Making good quality dentures is necessary to avoid the discomfort felt by patients when they have to adapt to new dentures. Several studies regarding the assessment of the quality of dentures have been carried out in many other countries, but no studies have been conducted in Indonesia. Objective: This study aims to obtain a valid and reliable instrument to measure the quality of complete dentures. Methods: The study was conducted in two stages. The first stage was a qualitative study for the development of instruments using cross-cultural adaptation methods, focus group discussions with experts, and then conducting face validity tests on 10 respondents using the interview method. The second stage was a quantitative test with a total of 40 subjects for statistical analysis in the form of a Kappa test, test-retest, Kuder-Ricahrdson 20, and a correlation test between PDA-Id and PFGT. Results: From the qualitative test, there is a final instrument that has been tested for content validation and face validation. The inter-rater Kappa test result of 0.828 shows an almost perfect agreement. The results of the intra-rater test-retest (0.564; P>0.05; ICC 0.889) showed very good stability of the instrument. The results of the internal consistency test with Kuder-Richardson 20 (1.08; KR>1) showed good internal consistency. The results of the correlation test between PFGT and PDA-Id (0.044; P<0.05) showed a positive correlation. Conclusion: The PFGT instrument is considered to be used as a tool to measure the functional quality of a denture that can distinguish between dentures with good and bad quality."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ariyanti Rezeki
"Tujuan: Mendapatkan alat ukur kepuasan pasien terhadap gigi tiruan lengkap yaitu Patient's Denture Assessment PDA versi Indonesia yang valid dan reliabel serta menganalisis hubungan antara kepuasan pasien terhadap gigi tiruan lengkap dengan kemampuan mastikasi, usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pengalaman serta lama pemakaian gigi tiruan lengkap.
Metode: 101 subjek 50 laki-laki dan 51 perempuan berusia 45 tahun keatas, berpartisipasi dalam uji validasi dan reliabilitas kuesioner PDA bahasa Indonesia. Uji statistik Chi-Square dan regresi logistik digunakan untuk menganalisis hubungan antara kepuasan pasien terhadap gigi tiruan lengkap dengan kemampuan mastikasi, usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pengalaman serta lama pemakaian gigi tiruan lengkap.
Hasil: Hasil uji validasi dan reliabilitas kuesioner PDA menunjukkan, Cronbach's Alpha pada skor keseluruhan kuesioner PDA 0,708, uji validitas konvergen menunjukkan korelasi antara kepuasan pasien dan kemampuan mastikasi dengan uji spearman p=0,001 r=0,633. Hubungan bermakna secara statistik ditemukan antara kepuasan pasien terhadap gigi tiruan lengkap dengan kemampuan mastikasi p=0,000.
Kesimpulan: Kuesioner PDA-ID dapat digunakan untuk mengetahui kepuasan pasien terhadap perawatan gigi tiruan lengkap. Kemampuan mastikasi dan lama pemakaian gigi tiruan.

Objectives: The purpose of this study is to develop a valid and reliable Patient's Denture Assessment PDA Questionnaire in Indonesian version and to analyze the relationship between patient's satisfaction to their complete denture with masticatory performances, age, sex, education level, denture experience and the duration of their recent complete denture.
Methods: Total of 101 subjects 50 men, 51 women aged 45 years and older was participated in this study. Univariate, bivariate and multivariate test are done in this study, to do validity and reliability tests and also to analyze relationship between patient's satisfaction towards their complete denture with masticatory performances, age, sex, education level, denture experiences and the duration of current complete denture.
Results: Validation and reliability test shows Cronbach's Alpha in summary score PDA 0,708, convergent validity shows correlation between the masticatory performances with patient's satisfaction p 0,001 r 0,633. Statistically, a significant correlation P.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yohanes Paulus Krisna
"Latar Belakang: Gigi tiruan cekat (GTC) dapat menyebabkan keausan pada gigi antagonis dengan nilai keausan yang berbeda-beda, tergantung dengan sifat karakteristik material bahan tersebut. Zirkonia merupakan bahan restorasi GTC yang memiliki tingkat kekerasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan bahan restorasi GTC lainnya yang sering digunakan seperti feldspatik porselen pada vinir porselen dari PFM/PFZ, litium disilikat, dan porselen hibrida. Namun berdasarkan beberapa literatur, zirkonia tidak menghasilkan keausan gigi antagonis yang signifikan jika dibandingan dengan bahan lain. Saat ini sudah terdapat beberapa artikel penelitian mengenai keausan gigi antagonis yang disebabkan oleh GTC zirkonia dan perbandingannya dengan vinir porselen pada PFM termasuk dengan kajian sistematiknya, baik secara in-vitro ataupun in-vivo. Namun, belum terdapat suatu kajian sistematik yang secara khusus membandingkan keausan gigi antagonis yang disebabkan oleh GTC dengan bahan zirkonia dan non-zirkonia secara klinis dimana tidak hanya vinir porselen pada PFM/PFZ, tetapi juga bahan lain seperti litium disilikat, porselen hibrida.
Tujuan: Mengevaluasi keausan gigi antagonis pada gigi dengan restorasi GTC dengan bahan zirkonia dan non-zirkonia secara klinis.
Metode: Kajian sistematik ini telah didaftarkan pada National Institute for Health Research PROSPERO, International Prospective Register of Systematic Reviews dengan nomor kode CRD42022365844. Penyusunan kajian sistematik ini berdasarkan panduan dari alur kerja Preferred Reporting Items for Systematic reviews and Meta-Analyses (PRISMA) 2020. Penelusuran data secara elektronik pada tanggal 5 November 2022 melalui 5 basis data dari PubMed, EBSCO, SCOPUS, Wiley Online Library, dan Proquest. Kriteria inklusi adalah artikel pada periode 10 tahun terakhir, berbahasa inggris, desain penelitian eksperimental klinis, subjek pada keausan gigi antagonis restorasi GTC yang terbuat dengan bahan zirkonia monolitik, litium disilikat, vinir porselen (PFM/PFZ), porselen hibrida. Penelitian berupa eksperimental laboratori, laporan kasus, kajian, restorasi dengan dukungan implan dan pasien yang memiliki kebiasaaan buruk bruxism dieksklusi. Pemeriksaan bias menggunakan piranti lunak Cochrane risk of bias tool (RoB2) dan heterogenitas diperiksa menggunakan piranti lunak Review Manager.
Hasil: Berdasarkan hasil penelusuran ditemukan 909 artikel yang kemudian diseleksi menjadi 8 artikel yang sesuai dengan kriteria inklusi. Tujuh diantaranya merupakan uji acak terkendali dan satu merupakan eksperimental klinis. Tiga artikel membandingan keausan gigi antagonis yang disebabkan antara restorasi GTC zirkonia dan litium disilikat, lima artikel membandingkan antara restorasi GTC PFM dengan zirkonia, dan hanya satu artikel membandingkan restorasi GTC zirkonia dengan litium disilikat dan porselen hibrida. Pemeriksaan bias ditemukan 7 artikel memiliki bias terkategori sedang dan 1 artikel bias terkategori rendah.
Kesimpulan: Gigi yang direstorasi dengan bahan zirkonia tidak menghasilkan keausan antagonis yang lebih tinggi dibandingkan dengan bahan restorasi non-zirkonia, seperti litium disilikat, vinir porselen pada PFM ataupun porselen hibrida dalam rata-rata durasi penelitian selama 12 bulan.

Background: Fixed dental prosthesis can cause wear on antagonist teeth with varying amount, depend on the material characteristics. Zirconia as a crown is one of the most frequently used material that has higher hardness compared to other materials such as feldspathic porcelain and lithium disilicate. However based on several literatures, zirconia does not generate significant tooth wear when compared to other materials. Currently there are several research articles regarding the comparison of antagonistic tooth wear caused by zirconia crown alone or zirconia compared with metal porcelain including its systematic reviews. However, there has not been a systematic review that clinically compared the antagonist tooth wear caused by zirconia and non-zirconia not only metal porcelain, but also lithium disilicate and hybrid porcelain.
Objective: Clinically evaluate the wear of antagonist teeth against zirconia and non-zirconia crown.
Methods: This systematic review has been registered at the National Institute for Health Research (PROSPERO), International Prospective Register of Systematic Review with code number CRD42022365844. Preparation of this systematic review is based on the guidelines of the Preferred Reporting Items for Systematic review and Meta-Analyses (PRISMA) 2020 workflow. Electronic data search on November 5, 2022 through 5 databases from PubMed, EBSCO, SCOPUS, Wiley Online Library, and Proquest. Inclusion criteria were articles in the last 10 years, in English, clinical experimental research design, wear on antagonist teeth against monolithic zirconia, lithium disilicate, porcelain veneer (PFM/PFZ), hybrid porcelain crown. Article in the form of experimental laboratories, case reports, review, implant supported restoration, and bad habits such as bruxism are excluded. Bias examination using the Cochrane risk of bias tool (RoB2) and heterogeneity examined using the Review Manager.
Results: Based on the search results, 909 articles were found which were then selected into 8 articles that met the inclusion criteria. Seven of these were RCTs and one was a clinical experiment. Data from each article is recorded on a worksheet based on predetermined conditions. Three articles compared antagonist tooth wear caused between zirconia and lithium disilicate crown, five articles compared between zirconia with metal porcelain crown, and only one article compared zirconia, lithium disilicate and porcelain hybrid crown. Bias examination found 7 articles have moderate bias and 1 article has low bias.
Conclusion: Teeth restored with zirconia crown does not caused higher antagonist wear than non-zirconia crown, such as lithium disilicate, porcelain veneers on PFM/PFZ or porcelain hybrids in average studies duration of 12 months.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Univeritas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nida Allya Yasmin
"Latar belakang: Kehilangan gigi merupakan salah satu masalah gigi yang umum terjadi di seluruh dunia dan sudah menjadi perhatian dalam bidang kedokteran gigi. Kehilangan gigi yang tidak ditangani akan berdampak kepada kesehatan oral. Oleh karena itu, diperlukan manajemen kehilangan gigi, salah satunya dengan menggunakan gigi tiruan lepasan. Akan tetapi, saat pertama kali gigi tiruan di insersi, pasien mungkin akan mengalami beberapa masalah akibat pemasangan gigi tiruan. Hal ini dapat disebut sebagai masalah pasca insersi gigi tiruan. Jika masalah ini tidak diperbaiki, kepuasan pasien saat menggunakan gigi tiruan akan menurun. Selain itu, fungsi gigi tiruan sebagai alat yang dapat membantu proses mastikasi juga akan terganggu. Penelitian-penelitian sebelumnya juga menunjukkan bahwa prevalensi masalah pasca insersi gigi tiruan lepasan cukup tinggi. Tujuan: Mengetahui frekuensi distribusi masalah pasca insersi gigi tiruan lepasan di RSKGM FKG UI. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif potong lintang pada 50 subjek. Data diambil dengan menggunakan borang survei Koul et al dan Mir et al yang telah dimodifikasi yang diisi ketika subjek datang untuk kontrol pertama, kedua, dan/atau ketiga. Selanjutnya, data yang didapatkan diolah untuk dilihat distribusi dan frekuensi dari masing-masing variabel masalah pasca insersi. Hasil Penelitian:  Dari 50 subjek yang didapatkan, 88,0% setidaknya terdapat satu masalah pasca insersi gigi tiruan lepasan. Dari subjek yang terdapat setidaknya satu masalah pasca insersi gigi tiruan lepasan, secara berurutan dari proporsi paling besar ke terkecil adalah masalah lain (misalnya gagging, mual, makan terjebak di gigi tiruan, tidak bisa membuka mulut, terdapat bunyi antara gigi tiruan saat makan atau berbicara, kesulitan makan dan mengunyah) 62%, nyeri atau ketidaknyamanan 56%, masalah retensi dan stabilitas 38 %, masalah fonetik 11%, masalah estetika 4%. Kesimpulan: Proporsi setidaknya ada satu masalah pasca insersi pada pasien dengan perawatan gigi tiruan lepasan cukup tinggi. Masalah ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Oleh karena itu, tingginya masalah pasca insersi dapat menjadi gambaran bagi klinisi untuk dapat lebih memperhatikan dan menanggulangi saat pembuatan gigi tiruan lepasan.

Background: Tooth loss is one of common dental issues worldwide and has been a concern in the field of dentistry. Untreated tooth loss can have an impact on oral health. Therefore, the management of tooth loss is necessary, one of which is using removable dentures. However, when removable dentures are first inserted, patients may experience some problems due to the denture placement. This can be referred to as post-insertion problems of dentures. If these problems are not addressed, patient satisfaction with wearing dentures may decrease. Additionally, the function of dentures as aids in the mastication process may also be disrupted. Previous studies have also indicated a relatively high prevalence of post-insertion problems with removable dentures. Objective: This study aims to determine the frequency and distribution of post-insertion problems with removable dentures. Method: This study is a cross-sectional descriptive study that involved 50 subjects. The data were collected using research forms from Koul et al and Mir et al, which were modified and filled out during the subjects first, second, and/or third follow-up appointments. The collected data were then analyzed to observe the distribution and frequency of each post-insertion problem variable. Results: Out of the 50 subjects, 88.0% experienced at least one post-insertion problem in removable dentures. Among those with at least one post-insertion problem, the proportions, from highest to lowest, were miscellaneous problem (such as gagging, nausea, food getting stuck in dentures, inability to open the mouth, noise between dentures while eating or speaking, difficulty in eating and chewing) 62%, pain or discomfort 56%, retention and stability issues 38%, phonetic problems 11%, and aesthetic problems 4%.Conclusion: The proportion of at least one post-insertion problem in patients with removable dentures is relatively high, potentially influenced by various factors. Therefore, the heightened occurrence of post-insertion problems should serves as a prompt for clinicians to pay closer attention to and proactive intervention during the fabrication of removable dentures."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Odang, Roselani W.
"Penilaian keberhasilan suatu perawatan dengan gigi tiruan lepasan dapat dilakukan dengan menggunakan indikator rasa nyaman dalam mulut, kembalinya fungsi pengunyahan, estetika dan bicara. Keberhasilan perawatan akan dinilai optimal bila didapat keserasian antara pemeriksaan obyektif yang dilakukan oleh operator dengan persepsi pasien. Atas dasar ini dilakukan suatu penelitian kualitatif untuk mengevaluasi seberapa jauh perbedaan persepsi antara operator dengan pasien terhadap hasil perawatan dengan gigi tiruan lepasan. Pengamatan terhadap 12 pasien berusia antara 49 - 65 tahun dengan variabel yang diperhatikan adalah rasa nyaman, estetika,fungsi bicara baik secara obyektif maupun sbbyektif;variabel sosio demografis,seperti umur, jenis kelamin, maupun harapan pasien tentang gigi tiruannya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada pasien berusia diatas 50 tahun, ditemukan kecenderungan tidak puas dari segi persepsi tentang rasa nyaman terutama bila ada rasa sakit yang secara obyektif dinilai tidak ada kelainan yang berarti. Dari segi persepsi tentang estetika dan fungsi bicara,terlihat bahwa kepuasan pasien yang relatif tinggi meskipun secara obyektif dinilai belum memuaskan. Dapat disimpulkan bahwa dari pasien yang diteliti ternyata rasa nyaman dan kaitannya dengan fungsi pengunyahan lebih diutamakan."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1999
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
M. Arifin
""Dental porcelain" merupakan bahan gigi tiruan cekat yang ideal sampai saat ini. Sifat-sif at dental porcelain dapat memenuhi semua sifat gigi-geligi dalam berfungsi sebagai alat pengunyah, estetis, kenyamanan, kesehatan mulut dan kesehatan umum. Untuk memperoleh gigi tiruan cekat porcelain yang memenuhi kriteria tersebut di atas, perlu ditunjang oleh proses dan teknologi laboratorium yang memadai. Untuk keperluan fungsi pengunyahan, diperlukan kekerasan tertentu dari bahan gigi tiruan cekat. Dental porcelain mempunyai kekerasan di atas kekerasan email gigi asli. Agar dapat diperoleh kekerasan yang optimal dari dental porcelain, harus dilakukan kondensasi yang adekuat.
Terdapat asumsi bahwa cara kondensasi yang berbeda dapat menghasilkan kekerasan yang berbeda. Ol eh karena itu telah dilakukan penelitian dengan pendekatan eksperimental laboratorik untuk mempelajari seberapa jauh perbedaan antara kondensasi dengan cara manual dan kondensasi dengan menggunakan vibrator terhadap kekerasan porcelain. Data berupa hasil rata-rata kekerasan porcelain dengan ukuran KHN. Kemudian dievaluasi perbedaannya dengan menggunakan t test. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan perbedaan bermakna antara cara kondensasi secara manual dan dengan menggunakan vibrator. Kekerasan porcelain yang dihasilkan dengan cara kondensasi menggunakan vibrator lebih besar bila dibandingkan dengan yang dihasilkan secara kondensasi manual dengan p = 0,01. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa cara kondensasi menggunakan vibrator memberikan hasil kekerasan porcelain yang memadai."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1990
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Titi S. Soebekti
"ABSTRAK
Memilih ukuran gigi anterior atas dalam pembuatan Gigi Tiruan Penuh, memerlukan ketrampilan tersendiri.
Pada penelitian ini dicari tanda-tanda anatomik di wajah yang mungkin dapat digunakan sebagai pedoman dalam menentukan ukuran gigi anterior atas. Tanda-tanda anatomik yang digunakan adalah ukuran lebar sayap hidung dan ukuran lebar Sudut mulut.
Sampel yang digunakan adalah mahasiswa FKG UI keturunan Deutero Melayu, serta memenuhi kriteria yang telah ditentukan.
Hasil yang didapat menunjukkan adanya hubungan antara ukuran lebar gigi anterior atas dengan ukuran lebar sayap hidung, dan ukuran lebar sudut mulut.
Selain itu hasil pengamatan menunjukkan bahwa ukuran lebar sayap hidung mahasiswa FKG UI keturunan Deutero Melayu lebih lebar dari ukuran lebar sayap hidung mahasiswa FKG di Inggris dan populasi di Colorado. Sedang ukuran gigi anterior atas tidak menunjukkan adanya perbedaan. Sehingga pedoman yang umumnya digunakan dalam pembuatan gigi tiruan, khususnya Gigi Tiruan Penuh, bahwa garis yang ditarik dari tepi sayap hidung sejajar dengan garis tengah muka, akan melalui puncak tonjol kaninus atas, belum sepenuhnya dapat diterapkan."
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1990
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Djamilah Tohirah
"Salah satu cara untuk mengevaluasi keberhasilan suatu perawatan gigi tiruan cekat adalah kesesuaian preparasi gigi dengan restorasinya. Untuk mendapatkan kesesuaian atau fitness tersebut perlu diperhatikan beberapa faktor, di antaranya prosedur-prosedur klinik dan laboratorium. Prosedur pencetakan di klinik seperti teknik, manipulasi dan jenis bahan cetak perlu diperhatikan. Prosedur laboratorium, seperti penggunaan dan teknik pengecoran bahan, pemasangan die dan model kerja di artikulator, harus teliti. Bila hal-hal tersebut diabaikan, dapat mengakibatkan kegagalan restorasi.
Bahan cetak alginat sering digunakan untuk membuat model pada perawatan prostodontik, model untuk gigi antagonis, model diagnostik dan model pada perawatan ortodonti. Keuntungan dari bahan cetak ini ialah manipulasinya mudah dan harganya relatif lebih murah bila dibandingkan dengan bahan cetak yang lain. Tetapi bahan cetak tersabut mempunyai kelemahan, yaitu tidak dapat mereproduksi detail secara akurat. Pada beberapa keadaan yang memerlukan ketepatan dan kemampuan untuk mereproduksi semua detail yang kecil-kecil, misalnya pada die untuk pembuatan suatu casting, diperlukan suatu bahan cetak yang baik. Bahan cetak jenis elastomerik seperti silikon merupakan bahan yang mempunyai kestabilan dan keakuratan yang tinggi.
Berhubung harga bahan cetak elastomerik cukup mahal, maka dicari terobosan untuk mendapatkan cara mencetak dengan harga efisien tetapi dapat menghasilkan model kerja dan die yang cukup akurat, yaitu dengan menggunakan kombinasi bahan silikon dan alginat yang dilakukan secara pencetakan ganda.
Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui kecermatan hasil cetakan yang diperoleh dari teknik pencetakan ganda dengan silikon dan alginat berdasarkan akurasi model kerja melalui fitness marginal dan titik kontak mahkota tiruan penuh."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mercy Claudia Marceau
"Latar Belakang: Perawatan gigi tiruan cekat merupakan salah satu perawatan yang bersifat invasif karena membutuhkan preparasi pada gigi penyangga. Oleh karena itu, seorang dokter gigi harus memiliki kepercayaan dan kesiapan diri yang tinggi untuk melakukan perawatan gigi tiruan cekat, agar tidak terjadi kesalahan yang bersifat irreversible. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan kesiapan dengan kepercayaan diri mahasiswa profesi FKG UI dalam menangani kasus gigi tiruan cekat, serta mengetahui distribusi dan frekuensi kesiapan dan kepercayaan dan diri mahasiswa profesi FKG UI dalam menangani kasus gigi tiruan cekat. Metode Penelitian: Sebanyak 153 responden yang merupakan mahasiswa aktif tingkat 1 dan 2 pada Program Studi Profesi FKG UI berpartisipasi dalam survei yang dilakukan secara daring. Responden mengisi dua kuesioner terkait kesiapan dan kepercayaan diri dalam menangani kasus gigi tiruan cekat yang digunakan oleh Ilić et al dan Barrero et al dalam bahasa aslinya, yaitu bahasa Inggris. Penyebaran kuesioner dilakukan secara daring dalam bentuk google form. Hasil Penelitian: Hasil uji Continuity Correction menunjukkan bahwa kesiapan memiliki hubungan yang bermakna secara statistik dengan kepercayaan diri mahasiswa profesi FKG UI (p=0,003, p=0,000, p=0,005). Penelitian ini juga menunjukkan bahwa tindakan dengan tingkat kepercayaan diri yang paling rendah adalah preparasi saluran akar untuk perawatan gigi tiruan mahkota (47,7% responden menjawab “moderate confidence”) dan tindakan dengan tingkat kepercayaan yang paling tinggi adalah pencetakan untuk perawatan gigi tiruan cekat (48,4% responden menjawab “confident”). Selain itu, dari penelitian ini diketahui bahwa tindakan dengan tingkat kesiapan yang paling rendah adalah memperbaiki fraktur dan pengangkatan mahkota tiruan di mana 39,2% dari responden menjawab “neutral”. Kesimpulan: Terdapat hubungan yang signifikan antara kesiapan dengan kepercayaan diri mahasiswa profesi FKG UI. Mahasiswa profesi FKG UI memiliki tingkat kesiapan dan kepercayaan diri yang cukup baik dalam menangani kasus gigi tiruan cekat.

Background: Fixed denture treatment is an invasive treatment since it requires preparation of the supporting teeth. Therefore, a dentist must have a high degree of self-confidence and preparedness to carry out fixed denture care, so that irreversible errors do not occur. Objectives: This study aims to analyze the relationship between preparedness and self-confidence of FKG UI’s clinical dental students in handling fixed denture cases, as well as knowing the distribution and frequency of preparedness and self-confidence of FKG UI’s clinical dental students in handling fixed denture cases. Research Methods: A total of 153 respondents, consisting of first- and second-year students of the FKG UI Professional Study Program participated in the online survey. Respondents completed two questionnaires related to preparedness and self-confidence in handling fixed denture cases used by Ilić et al and Barrero et al in their original language, namely the English language. Distribution of the questionnaire was carried out online in the form of a google form. Research Results: The result of the Continuity Correction test shows a statistically significant relationship between preparedness and self-confidence of FKG UI's clinical dental students (p=0,003, p=0,000, p=0,005). This research also shows that the action with the lowest level of confidence is root canal preparation for casted post where 47.7% of the respondents answered, “moderate confidence”, and the action with the highest level of confidence is taking impressions for fixed prosthetics where 48.4% of the respondents answered “confident”. In addition, this research also shows that the action with the lowest level of preparedness is repairing fractures and removing crowns in which 39.2% of the respondents answered “neutral”. Conclusion: There is a significant relationship between preparedness and self-confidence of FKG UI's clinical dental students. FKG UI's clinical dental students have a satisfactory level of readiness and confidence in handling fixed denture cases."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suzan Elias
"Salah satu terapi yang umum untuk kehilangan gigi 076I678 yang kita kenal sebagai kasus K1 I Kennedy,adalah gigi tiruan sebagian lepas ekstensi distal.Pada pem-
buatan gigi tiruan tersebut umumnya gigi penjangkaran yang digunakan adalah gigi gigi 54I45 yang merupakan gigi penjangkaran yang lemah.
Jaringan pendukung gigi tiruan tersebut terdiri atas jaringan keras yaitu gigi penjangkaran beserta periodonsiumnya dan jaringan lunak yaitu mukosa yang berada dibawah basis gigi tiruan tersebut.Kedua jaringan pendukung mempunyai kekenyalan yang berbeda.Pada pemakaian gigi tiruan sebagian lepas ekstensi distal perbedaan kekenyalan itu sering mengakibatkan goyangnya gigi penjangkaran.Salah
satu penyebab goyangnya gigi penjangkaran tersebut adalah gerak distal gigi penjangkaran tiap kali gigi tiruan mandapat beban kunyah.
Yang menjadi masalah adalah bagaimana menentukan disain cengkeram serta upaya,memperoleh gigi penjangkaran yang kuat agar kesehatan jaringan pendukung gigi tiruan tersebut dapat dipertahankan sebaik-baiknya dan untuk wak-
tu yang lama.
Sehubungan dengan itu telah diteliti adanya perbedaan gerak distal yang bermakna dari gigi penjangkaran yang displint dan yang tidak displint dengan disain cengkeram 3 jari (sirkumferensial) dan disain cengkeram 3 jari panjang (continous). Penelitian ini dilakukan secara laboratorik dan beban kunyah yang digunakan adalah komponen beban kunyah yang jatuh tegak lurus pada bidang kunyah.
Secara statistik dari penelitian ini dibuktikan bahwa pada gigi tiruan sebagian lepas ekstensi distal, gerak distal yang diterima gigi penjangkaran dengan splint lebih kecil bila dibandingkan dengan gerak distal gigi penjangkaran tanpa splint.Selain itu gigi tiruan dengan disain cengkeram 3 jari panjang,gigi penjangkarannya juga menerima gerak distal lebih kecil dibandingkan dengan yang diterima oleh gigi tiruan dengan di-
sain cengkeram 3 jari.Sedangkan gerak distal yang terkecil diterima oleh gigi penjangkaran dengan splint dan disain cengkeram 3 jari panjang."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1987
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>