Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sutrasno Kartohardjono
Saarbrucken: Lambert Academic Publishing, 2010
532.5 SUT s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Putri
"ABSTRAK
Gallstone is a crystal deposit which is formed in the gallbladder or bile duct. Gallstone is classified into cholesterol stone, pigment stone (black and brown), and mixed stone. Mechanism which underlies the formation of cholesterol or pigment gallstone is different. Information on chemical component of the stone will assist the management and prevention of its recurrence. Analysis of gallstone component can be performed by colorimetry method or even gas liquid chromatography (GLC). Chemical component analysis of gallstone by colorimetry includes examination of cholesterol, bilirubin, and calcium. Stone is classified as cholesterol stone if the cholesterol content is > 80%, pigment stone if cholesterol content is < 20%, and mixed stone if cholesterol content is 25-80%. Gallstone analysis by GLC method is conducted by separation of fatty acid chain and evaluation of fatty acid quantity in the methylester derivatives form, which is fatty acid methyl estered. Fatty acid content in cholesterol stone (310.09 + 49.7 mg/gram) is higher compared to pigment stone (55.59 +7.71 mg/gram). Saturated to unsaturated fatty acid (S/U) ration in cholesterol stone (8.6 + 3.1) is higher compared to pigment stone (4.8 + 1.5).
"
Jakarta: Interna Publishing (Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam), 2016
611 UI-IJGHE 17:2 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Hanrantty, Thomas J.
"Summary:
A unified theory of multiphase flows, providing tools for practical applications"
Cambridge : Cambridge University Press, 2013
532.56 HAN p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Riswijanto
"Indonesia merupakan salah satu negara penghasil dan pengekspor gas alam cair atau Liquid Natural Gas (LNG) terbesar di dunia. Dalam penggunaannya gas alam dipisahkan menjadi dua macam yaitu Compressed Natural Gas (CNG) dan Liquid Petroleum Gas {LPG), dengan komponen utama masing-masing adalah Metana, Etana dan Propana, Butana. Salah satu cara pemisahan gas alam ialah dengan menggunaken molekular Sieve (penapis molekul).
Mineral zeolit adalah merupakan rangkaian yang dibentuk olah tetrahedra SiO4 dan ALO4 dan mempunyai rongga-rongga pada struktur kristalnya. Zeolit Bayah merupakan zeolit alam yang dapat dipergunakan sebagai molekular sieve. Untuk dapat dipakai sebagai molekular sieve, maka zeolit Bayah harus dimurnikan terlebih dahulu dengan melakukan pencucian memakai aquades, kemudian dicuci dengan asam pada pH 3-4 dan dikeringkan sampai 110°C. Untuk meningkatkan daya molekular sieve, make zeolit Bayah harus diubah ratio Si/Al nya dengan jalan mengalirkan uap HF pada temperatur 375°C ke dalam zeolit Bayah."
Depok: Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Paramita Widiastuti
"ABSTRAK
Gas suar bakar merupakan gas yang dihasilkan oleh kegiatan eksplorasi dan produksi atau
pengolahan minyak atau gas bumi yang dibakar karena tidak dapat ditangani oleh fasilitas
produksi atau pengolahan yang tersedia sehingga belum termanfaatkan. Berdasarkan data
pemanfaatan gas bumi tahun 2016 yang dikeluarkan oleh ESDM, jumlah gas suar bakar
di Indonesia masih cukup besar yaitu sebesar 214.3 MMSCFD. Gas to Liquid merupakan
salah satu teknologi yang dapat digunakan dalam pemanfaatan gas suar bakar.
Penggunaan teknologi ini membuat produk hasil pengolahan gas menjadi lebih mudah
untuk didistribusikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan teknis dan
ekonomi pemanfaatan gas suar bakar dari lapangan onshore X dan lapangan offshore Y
dan Z dengan menggunakan teknologi GTL. Metode yang digunakan pada penelitian ini
adalah simulasi pemodelan proses dan perhitungan keekonomian. Dengan membuat
rancangan simulasi proses sesuai dengan konversi pada reaktor microchannel pada
pembuatan syngas dan syncrude, dihasilkan produk berupa syncrude, dari Lapangan X
sebesar 714 bbl/day, Lapangan Y menghasilkan 557 bbl/day, sedangkan Lapangan Z
sebesar 614 bbl/day. Pada perhitungan keekonomian, dengan menggunakan asumsi harga
gas suar bakar 0.35 US$/MMBTU dan harga syncrude 57 US$/bbl, didapatkan IRR untuk
Lapangan X sebesar 18.28%, Lapangan Y 13.29% dan Lapangan Z 26.47%

ABSTRACT
Gas flare is a gas produced by exploration activities and production or processing of oil
or natural gas which is burned because it can not be handled by production or processing
facilities that is available so it has not been utilized. Based on data of utilization of natural
gas issued 2016 by ESDM, the amount of flare gas in Indonesia is still quite large that is
equal to 214.3 MMSCFD. Gas to Liquid is one of the technologies that can be used in the
utilization of flare gas. The use of this technology makes the product of gas processing
becomes easier to distribute. This study aims to determine the technical and economic
viability of the use of flare gas from X onshore field and Y offshore field by using GTL
technology. The method used in this research is the simulation of process modeling and
economical calculation. By making process simulation with conversion for microchannel
reactor on syngas and syncrude production, syncrude is produced from X Field with
flowrate 714 bbl/day, whereas from Y Field is 557 bbl/day and Z Field produces 614
bbl/day. Then, the economic calculation obtained IRR result for X field 18.28%, Y Field
13.29% and Z Field 26.47%."
2017
T49615
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widodo Saptoputro Suparman
"Pada kegiatan eksploitasi dan produksi gas bumi yang dilakukan oleh Kontraktor Production Sharing (KPS Energy Equity EPIC (Sengkang) Pty. Ltd. disingkat EEES di Lapangan Gas Kampung Baru, Desa Poleonro, Kecamatan Gilireng, Kabupaten Wajo, Propinsi Sulawesi Selatan, gas yang dihasilkan dari sumur-sumur gas di Lapangan Kampung Baru, Blok Sengkang, Kabupaten Wajo, Propinsi Sulawesi Selatan pada umumnya mempunyai kandungan gas Hidrogen Sulfida (H2S) cukup tinggi, yaitu berkisar antara 50-600 ppm.
Kehadiran senyawa belerang di dalam bahan bakar sangat tidak disenangi dalam pengelolaannya, karena semakin tinggi kandungan belerang akan menjadikan mutu bahan bakar semakin rendah. Di samping itu, senyawa belerang dapat merugikan makhluk hidup karena menghasilkan gas-gas yang bersifat racun seperti hidrogen sulfida (H2S) dan sulfur dioksida (SO2). Selain itu gas hydrogen sulfida sangat korosif pada permukaan logam. Dengan demikian akan menimbulkan problema yang serius dalam pemipaan dan peralatan-peralatan produksi lainnya. Karenanya sebagai pengguna bahan bakar gas, PLTG Sengkang mensyaratkan bahwa kandungan H2S yang terdapat dalam gas maksimal 10 ppm.
Salah satu usaha yang dilakukan oleh EEES untuk menurunkan atau memisahkan senyawa belerang yang terkandung di dalam gas tersebut yaitu dengan memberikan campuran bahan kimia pada proses pentawaran (Sweetening Process).
Pemakaian bahan kimia tersebut sendiri dalam pelaksanaannya akan menghasilkan limbah cair maupun limbah padat dari bekas kemasannya. Selain itu, senyawa sulfida yang terdapat dalam bahan bakar (H2S) maupun yang terjadi akibat proses pembakaran (SO2) juga akan menghasilkan limbah gas yang dapat membahayakan lingkungan sekitarnya dimana kegiatan pemerosesan gas tersebut berada.
Pusat Pemrosesan Gas Alam (Central Processing Plant) Kampung Baru yang berada di Kecamatan Gilirang, Kabupaten Daerah Tingkat II Wajo, Propinsi Sulawesi Selatan, dengan luas mencapai 147 km2, wilayah ini adalah 5,86% dan wilayah Kabupaten Wajo, atau 0,15% dari luas wilayah propinsi Sulawesi Selatan yang luasnya sekitar 100.500 km2. Kondisi tanah di sekitar lokasi penelitian cenderung tanah kapur, sebagian besar lahan merupakan sawah tanah hujan yang ditanami padi satu kali, dan sungai sering mengalami kekeringan dan bahkan sampai defisit air.
Limbah cair yang dihasilkan dari proses produksi (produced water) tersebut ditampung di suatu kolam dan di evaporasikan dengan bantuan sinar matahari, limbah cair domestik dibuang langsung ke sungai, sedangkan limbah gas di bakar melalui flare stack setinggi 30m.
Seat ini Pusat Pemerosesan Gas Alam (Central Processing Plant) Kampung Baru akan ditingkatkan kapasitas produksinya dari 27,5 menjadi 53 juta setara kaki kubik gas setiap hari, sesuai dengan meningkatnya laju permintaan bahan bakar gas untuk pembangkit listrik.
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk memilih cara yang efektif dalam mengelola lingkungan pada proses pengilangan gas alam yang bersifat asam pada pabrik pemrosesan gas alam di Lapangan Gas Bumi Kampung Baru, dan secara khusus untuk mengetahui pengaruh penggunaan bahan kimia dalam proses pengilangan gas alam yang bersifat asam tersebut terhadap kualitas lingkungan.
Diharapkan dari penelitian ini didapatkan hasil: (1) dengan berkurangnya pemakaian bahan kimia dalam proses pengilangan gas alam yang bersifat asam akan dapat mengurangi terjadinya limbah yang dihasilkan dari pabrik pemerosesan gas alam tersebut terhadap lingkungan sekitar, (2) dengan semakin berkurangnya bahan kimia yang digunakan, dari segi ekonomi akan mengurangi biaya produksi dan pengelolaan lingkungan.
Hipotesis kerja yang diajukan adalah (1) Penggunaan bahan kimia dalam pemerosesan gas alam yang bersifat asam dapat meningkatkan konsentrasi logam dalam produk gas alam maupun limbahnya, dan (2) Keberadaan Pabrik Pengilangan Gas Alam yang bersifat asam dapat mempengaruhi lingkungan perairan dan udara sekitarnya.
Penelitian dilakukan dengan metode Kuasi Eksperimental dan dilaksanakan dari bulan Juni 2001 sampai dengan Agustus 2002, dimana data yang digunakan adalah data primer dan sekunder dalam bentuk time series. Sebagai variabel bebas dalam penelitian ini adalah kualitas gas alam dari sumur gas, dan sebagai variabel tidak bebas adalah kualitas cairan terproduksi (produced liquid) yang diambil di pipa outlet dan kolam penampung limbah (Evaporation pond). Sebagai kontrol juga dilakukan pengambilan sampel air tanah/permukaan, tanah dan udara ambient dan lokasi sekitar. Data primer yang diperoleh dari pengukuran secara langsung di lapangan dan di laboratorium, serta data salt-under yang diperoleh dari penelitian sebelumnya, studi pustaka dan sebagainya, kemudian dianalisis secara deskriptif.
Berdasarkan hasil penelitian penulis berkesimpulan bahwa: (1) Penggunaan bahan kimia dalam proses pengilangan gas alam yang bersifat asam akan berpengaruh terhadap konsentrasi logam (ppm) yang terdapat dalam bahan kimia bekas (Cr, Cu), dan air buangan (As, Cr), serta menghasilkan limbah padat (sludge) yang bersifat reaktif dan korosif, (2) Bahan kimia meningkatkan konsentrasi logam (ug/m3) dalam gas alam tersebut (Ba, Zn, Cad Cu, Cr, Se); (3) Terjadinya limbah B3 dari padatan yang terperangkap pada Coalescing Filter yang dipasang di Patila Metering Station sebelum gas alam tersebut digunakan untuk bahan bakar turbin; (4) Terdapat kandungan logam berat yang cukup tinggi dalam air limbah di Iuar parameter yang tercantum dalam Kep.MNLH No.Kep-42/MNLH/10/96 maupun SK.Gub.Sulsel No.465/1995; (5) Kemungkinan terjadinya pencemaran tanah dan air tanah disekitar lokasi penelitian dengan melihat adanya kandungan hidrokarbon pada contoh tanah dan pemeriksaan kualitas air tanah yang memperlihatkan beberapa parameter sudah melebihi baku mutu yang ditetapkan Peraturan Menteri No. 416/Menkes/Per.IX/1990; (6) Terjadinya pencemaran udara di sekitar lokasi, yaitu dengan melihat hasil pengukuran terhadap kandungan debu/partikulat sudah melampaui batas baku mutu menurut PP No. 41/1999, dan diperkirakan konsentrasi SO2 dari emisi gas maksimum adalah 2794,9 ug/m3, melampaui baku mutu menurut PP No. 41/1999 yang besarnya 900 ug/m3; (7) Terjadi pencemaran bau yaitu dengan mendengar pengaduan masyarakat sekitar mengenai adanya bau telur busuk; (8) Terjadinya peningkatan penyakit ISPA dan terdapatnya penyakit anemia dan penyakit kulit alergi pada masyarakat disekitar Pusat Pengilangan Gas Alam sejak beroperasinya pabrik tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan diatas penulis menyarankan untuk: (1) mencari alternatif lain mengenai bahan kimia yang ramah lingkungan; (2) memperbaiki atau mengubah desain dari sistem pengolah limbah cair terproduksi dan desain sistem pengolah limbah cair domestik yang ada sekarang; (3) mengadakan kajian lebih lanjut mengenai Kep.MNLH No. Kep-42/MNLH/14/96 jo Kep-09/MNLH/4/97 mengenai Baku Mutu Limbah Cair bagi Kegiatan Minyak dan Gas Bumi serta Panas Bumi; (4) perlu dilakukan pemantauan dan pengelolaan atas debu (partikulat) dan emisi SO2 yang keluar dari flare stack, agar terjadinya pencemaran udara dari kegiatan pengilangan gas alam yang bersifat asam dapat diminimalisasikan; (5) melakukan pengelolaan lebih lanjut untuk filter bekas; dan (6) melakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh kegiatan Pengilangan Gas Alam terhadap kesehatan masyarakat yang tinggal di sekitarnya.

The Effect of Natural Gas Processing Refinery Activity on the Environment (Case study at Kampung Baru Central Processing Plant, Sengkang Block Gas Field, Wajo Regency, South Sulawesi)In the exploration and production of natural gas activities performed by Energy Equity Epic (Sengkang) Pty. Ltd, the Production Sharing Contractors of Badan Pelaksana MIGAS, abbreviated as Energy Equity Epic Sengkang (FEES), at Kampung Baru Gasfield, Poleonro Village, Gilireng District, Wajo Regency, the South Sulawesi Province, the natural gas produced by gas wells generally contain relatively high content of Hydrogen Sulfide (H2S), which is between 50-600 PPM.
The higher content of Sulfur in gasoline makes lower quality gas fuels. Beside, the Sulfur compound can bring damage to the living creatures as it produces poisonous gas such as Hydrogen Sulfide (H2S) and Sulfur Dioxide (SO2). Also the Hydrogen Sulfide is corrosive to metal surface. It can make serious problems to piping and other production equipment. Therefore, as the user of gas, Sengkang Gas Power Plant requires maximum 10 PPM of H2S in gas. One of the efforts conducted by EEES in reducing or filtering the Sulfur compound contained in gas is by giving chemical substance in sweetening process.
The chemical itself produce liquid and solid waste (from the packaging). The Sulfur compound contained in H2S and the one produced as the result of incineration (SO2) also produces waste harmful to the surrounding environment.
The Kampung Baru Central Processing Plant is located at Gilirang District, Regency of Wajo, South Sulawesi. The area is 147 km2, 5,86% of the total area of Wajo Regency, or 0.15% from 100,500 km2, the total area of South Sulawesi. The area is partly limestone and mostly is one time planted rice field, and the river is frequently dry.
The Liquid waste produced from production process is put into a pond and evaporated with sun energy, while domestic waste is channeled directly to the river. Gas liquid is incinerated through flare stack with high level of 30 in.
The production capacity of Kampung Baru Central Processing Plant is going up from 27.5 to 53 mmcf per day, following the increase of demand for gas supply for power plant.
This research is conducted to find out (1) the effective environmental management for gas processing in gas produced from the Kampung Baru gas field, in particular and (2) to find out the impact of chemical use in processing gas towards environment.
The expected results are (1) the decrease of sulfur level will reduce the use of chemical substance in gas processing which also will reduce the waste produced from the plant, (2) the less chemical substance used, the less cost for production and environmental management.
The proposed work hypothesis are (1) the use of chemicals in gas processing can increase metal concentrate contained in natural gas and the waste produced, and (2) The existence of acidic Gas Processing Plant can give impact to the surrounding waters and air.
The research was conducted with Experimental Kuasi method. It was conducted from June 2001 until September 2002, where the data used was primary and secondary data in a form of time series. The free variable in this research is the gas quality from gas field and the non-free variable is the quality of produced liquid taken from the outlet pipe and the evaporation pond. The sample was also taken from soil and air from the surrounding area. The primary data obtained from direct measuring at the field and in laboratories, and the secondary data obtained from the previous research, book research and etc, and then analyzed descriptively.
Based on the research, the writer conclude that the writer conclude that (1) the use of chemical gas processing will give impact to metal concentrate (ppm) contained in used chemical (Cr, Cu) and wasted water (As, Cr), sludge which is corrosive and reactive, (2) the chemical increase the metal concentrate (ug/m3) contained in gas (Ba, Zn, Cd, Cu, Cr, Se); (3) the solid matter stuck in coalescing filter installed at PMS before the gas is used for turbine fuel produces B3 waste. (4) There is relatively high contain of heavy metal in waste water exceeding the parameter stated in the Decree of Environmental Minister No. Kep-42/MNLH/14/96 and Decision Letter of the Governor of South Sulawesi No.465/1995; (5) the possibility of soil and ground water pollution in the surrounding research area because there is hydrocarbon content in the soil sample and the examination on ground water showed that some parameter had exceeded the quality standard stated in the Ministerial Regulation No.416/Menkes/Per.IX/1990; (6) pollution occurred in the surrounding area as resulted in the metering on particulate content which had exceeded the limit of quality standard according to the Government Regulation No.41/1999, and it is estimated that the SO2 concentrate from gas emission is 2794.9 ug/m3, exceeding the limit of quality standard according to the Government Regulation No.41/1999 which is 900 ug/m3; (7) an air pollution occurred which produces bad odor based on the report from surrounding residents; (8) There is an increase of ISPA disease, anemia and allergic skin problems suffered by community live in the Gas Processing Plant surrounding ever since the plant started its operation.
Based on the research and the conclusion above the writer suggests the following:
(1) to look for other alternative to use chemicals that are environmental friendly;
(2) to change the design of produced liquid and domestic waste processor system available at present; and
(3) to study further regarding Kep.MNLH No.Kep-42/MNLH/14/96 dated 9 October 1996 regarding the Quality Standard of Liquid Waste for Activities in Oil and Gas and Geothermal;
(4) it requires monitoring and management on particulate and gas emission as the result of flare stack, to minimize the air pollution produced from the gas processing plant; and
(5) to do more intensive a research on the impact of activities at Gas Processing Plant toward community health in the surrounding area."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T11165
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Christopher Nicholas Pahlawandito Radhyanka
"Dalam beberapa tahun terakhir, industri tebu telah memiliki masalah dengan rendahnya proyeksi harga gula dan pasar yang kurang baik. Karena hal tersebut, riset dan investigasi dilakukan untuk mencari produk alternatif yang dapat dikembangkan dari tebu, salah satu halnya Hydrogen. Elemen/gas hidrogen telah lama dianggap sebagai elemen/gas dalam kuantitas paling besar yang dapat ditemukan di lingkungan dan juga sangat reaktif. Hidrogen dalam beberapa tahun terakhir telah dipertimbangkan sebagai potensial untuk menjadi produk alternatif dari tebu untuk diaplikasikan sebagai pembangkit energi, bahan bakar untuk alat transportasi, dan juga sebagai komponen untuk produksi berbagai hal dalam sebuah proses. Produksi hidrogen telah diproyeksikan untuk menghasilkan pendapatan yang lebih tinggi ketimbang dengan produksi gula dan telah mendorong beberapa perusahaan dalam industri ini untuk membuat pabrik proses hidrogen. Dengan adanya hal ini, riset dan rancangan pabrik terhadap produksi hidrogen untuk memproses 1500 ton/hari ampas tebu dilakukan. Proses untuk produksi hidrogen dari ampas tebu dilakukan dengan proses termokimia, lebih tepatnya dengan proses Hidrotermal Gasifikasi dikarenakan tingkat efisiensi yang tinggi untuk menghasilkan hydrogen dengan tingkat Karbon Monoksida yang rendah dan juga bisa memproses ampas yang basah, mengeliminasi proses pengeringan yang diperlukan jika menggunakan proses Gasifikasi Termal yang konvensional. Pabrik proses yang telah dirancangkan terbagi menjadi lima proses area, yaitu: Pre-Proses, Reaktor/Gasifikasi, Separator Gas-Liquid, Separator Gas-Gas, dan area Kompresi. Pada area proses pertama yaitu Pre-Proses, diberlakukan berbagai hal terhadap ampas tebu dahulu sebelum proses utamanya seperti mengurangi ukuran ampas tebu yang diproses yang kemudia diarahkan ke unit mixer untuk diaduk dengan air untuk membuat ampas tebu menjadi dalam bentuk lumpur. Dengan adanya hal ini, suspensi padat dapat dieliminasikan dan input tersebut diberi tekanan dan dipanaskan agar meningkatkan tekanan dan temperatur serta konten air sebelum masuk ke proses berikutnya. Pada area proses kedua, proses reaksi/gasifikasi adalah proses utama dari pabrik proses ini dimana ampas tebu ini dipanaskan lagi untuk sampai kondisi superkritik dalam temperatur dan tekanan untuk memproses molekul hidrokarbon menjadi molekul yang lebih kecil sehingga menjadi dalam bentuk gas. Setelah proses ini selesai, hasil dari ampas tebu yang telah di gasifikasi diarahkan ke proses area berikutnya, yaitu proses separator gas-liquid. Dalam separator gas-liquid, konten air yang ada dalam input ampas di separasi dari konten gas untuk mempermudah separasi antara gas dan gas. Di proses ini, alat proyek Expander dan Double Pipe Heat Exchanger digunakan untuk menurunkan suhu dan tekanan yang besar dari proses gasifikasi. Untuk proses area keempat yaitu proses separator gas-gas, proses ini menggunakan alat separator seperti PSA (Pressure Swing Adsoprtion) untuk separasi hidrogen dari gas lainnya dan proses Stripping untuk separasi gas CO2 produk samping, yang dimana setelah itu produk gas diarahkan ke proses area berikutnya untuk proses kompresi dan diantarkan kepada klien. Dalam makalah tesis ini, studi dilakukan secara khusus terhadap proses are separator gas-liquid dan peralatan yang digunakan dalam proses tersebut

The industry of sugarcane in recent years have been dealing with matters of low projected sugar price and poor current in the market. Due to the growing issue, investigations are conducted to find any other alternatives products that can be developed from the sugarcane. Hydrogen element/gas is long considered to be the element/gas that is abounding element surrounding environment and thus knowingly to be highly reactive. The element/gas of hydrogen as of recent years has been deemed as a potential alternative product from sugarcane as it can be used as an energy carrier, fuels for transportations as well as set up as feed inputs for certain production processes. The production of hydrogen is projected to generate higher income than sugar production and has driven some on the industry to establish hydrogen production plants. With this in hand, the hydrogen processing plant to facilitate 1500 tonnes per day of sugarcane bagasse is studied and designed. The sugarcane bagasse processing to produce hydrogen gas is done through the thermochemical production route, specifically the Hydrothermal Gasification (HTG) process as it can efficiently yield higher Hydrogen content with low Carbon Monoxide content as well as it can process wet biomass, excluding the need of pre-drying process as opposed to the conventional Thermal Gasification (TG) process. The processing plant designed is divided into five area sections mainly; Pre-treatment, Reactor/Gasification, Gas-Liquid separation, Gas-Gas separation, and the Compression section. In the first area section of the processing plant, the pre-treatment process involves reducing the feed size of the bagasse sugarcane which then goes to the mixer to be mixed with water to form slurry and thus removing it from solid suspension and is then brought on to be pressurized and heated to bring up the pressure and temperature and water content earlier before the reaction process. The reactions section is where the main process occurs as the bagasse feed undergoes the gasification process in which it is heated up to supercritical conditions of temperature and pressure to allow the breakdown of the hydrocarbon molecules to smaller molecules until then it becomes gas. The gas-liquid separation in the plant section utilizes an expansion unit as well as the double pipe heat exchanger to lower the temperature and pressure of the stream for the separation. The section where liquid is separated from the gas utilizes the phase separator which is to allow for the separation of the gases to be easier and hence less work in the following gas-gas separation. For the gas-gas separation, the gas separation involves the separation technologies of PSA for the hydrogen extraction and stripping process for extraction of CO2 by products, where then the end products are compressed in the compression area section to be delivered to the clients. In this thesis paper, the studies are done specifically on the gas-liquid separation plant section and its equipment."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Ariani Khairunnisa
"Pada 1 Januari 2014 dilaksanakan program Jaminan Kesehatan Nasional di
Indonesia, dimana penyelenggaraannya dilaksanakan oleh BPJS. RS AN
Tangerang bekerjasama dengan BPJS sejak tahun 2014, dimana sejak saat itu
peningkatan produktivitas kunjungan pelayanan RS sangat melonjak. Peningkatan
kunjungan tinggi juga terdapat di Perawatan Intensif dimana penyediaan gas
oksigen menjadi salah satu kebutuhan penting. Peningkatan tersebut juga
meningkatkan kebutuhan penyediaan gas medis oksigen. Perubahan pola biaya
pada pelayanan JKN dimana dibayarkan dalam konsep package payment,
sehingga penyediaan gas oksigen medis menjadi salah satu biaya besar yang perlu
dievaluasi dalam penyediaanya. Terdapat beberapa sediaan gas medis oksigen
untuk pelayanan rumah sakit. Diantara pilihan tersebut manakah sediaan yang
sesuai secara biaya dengan karakteristik RS AN. Penelitian ini bertujuan
menganalisis perbandingan biaya penyediaan gas oksigen dengan tabung silinder
gas, vessel gas liquid(VGL) dan oksigen liquid tank pada penyediaan gas medis di
Rumah Sakit AN Tangerang. Desain penelitian dari tesis ini bersifat kuantitatif
menggunakan rancangan retrospektif survey dengan dilakukan studi perbandingan
biaya (comparative study) diantara 3 alternatif yang ada. Dilakukan perhitungan
biaya dengan metode Activity Based Costing yang kemudian dilanjutkan dengan
analisa perbandingan biaya dengan metode Cost Minimization Analysis. Dari
hasil penelitian didapatkan biaya pengadaan untuk masing-masing sediaan gas
medis sebesar rp 10.316,00/m³ untuk sediaan tabung gas, rp 6.173,00/m³ untuk
sediaan VGL dan rp 6.121,00/m³ untuk sediaan tangki liquid. Biaya tersebut akan
berbeda tergantung dengan besarnya biaya investasi, jumlah utilisasi dan letak
sarana prasarana. Pemilihan sediaan liquid oksigen tangki 6 ton dengan kapasitas
4.620 m³ untuk keperluan penyediaan gas medis pada RS AN dengan jumlah
tempat tidur 170, ruang intensif sebanyak 19 tempat tidur, dengan BOR 60-67% ,
pemakaian oksigen medis rata-rata sebesar 74.198 m³ per tahun, menjadi pilihan
investasi dan penghematan biaya yang terbaik bila dibandingkan dengan sediaan
tabung gas maupun VGL.

On 1 January 2014, a National Health Insurance program (Jaminan Kesehatan
Nasional/JKN) was implemented in Indonesia, where the implementation was
carried out by the BPJS. RS AN Tangerang collaborated with BPJS since 2014,
where since then the increase in hospital service visit productivity has soared.
Increased visits are also found in Intensive Care where the supply of oxygen gas is
an important requirement. The increase also increases the need for oxygen
medical gas. Changes in the pattern of costs for JKN services are paid for in the
package payment concept, so that the supply of medical oxygen gas is one of the
big costs that need to be evaluated in its provision. There are several medical
oxygen gas preparations for hospital services. Among these choices are the
preparations that are cost-appropriate with the characteristics of the RS AN. This
study aims to analyze the comparison of the cost of providing oxygen gas with gas
cylinders, gas vessels liquid (VGL) and oxygen liquid tanks in the provision of
medical gas at RS AN Tangerang . The research design of this thesis is
quantitative using a retrospective survey design with a comparative study among 3
alternatives. Cost calculation is done using Activity Based Costing method which
is then continued with cost comparison analysis using the Cost Minimization
Analysis method. From the results of the study, the procurement costs for each
medical gas preparation were Rp. 10,316.00/m³ for gas cylinder preparations,
Rp. 6,173.00/m³ for VGL preparations and Rp. 6,121.00/m³ for liquid tank
preparations. These costs will differ depending on the amount of investment costs,
the amount of utilization and location of infrastructure. The selection of a 6-ton
liquid oxygen tank with a capacity of 4,620 m³ for the purposes of providing
medical gas in RS AN with 170 beds, 19 intensive rooms, with a BOR of 60-67%,
medical oxygen consumption an average of 74,198 m³ per year, becoming the best
investment choice and cost savings when compared to gas cylinders and VGL."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T53842
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library