Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 108 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bambang Budi Siswanto
"ABSTRAK
Gagal jantung merupakan penyakit jantung yang sering ditemukan, sering rawat ulang sehingga biaya tinggi dan sering menyebabkan kematian. Unuk itu diperlukan peramal kematian dan rawat ulang yang akurat dan pratis dipakai. Variabel-variabel yang berpengaruh terhadap kematian dan rawat ulang anamnesis, klinis, laboratorium, EKG, ekokardiografi, roentgen dada, etiologi, obat-obat, dan intervensi, perlu dibandingkan dengan pemeriksaan bau NTproBNP, hsCRP dan laktat yang diduga menjadi peramal yang lebih baik. Penelitian ini bertujuan mencari peramal kematian dan rawat ulang penderita gagal jantung yang akurat dan praktis serta menilai peran pemeriksaan NT pro BNP yang baru ada di Indonesia.
Hipotesis:
NT proBNP merupakan peramal kematian dan rawat ulang yang akurat.
Bahan dan cara kerja:
Semua penderita gagal jantung kelas fungsional III dan IV yang memenuhi kriteria studi GJ-Framingham yang dirawat lewat UGD PJN HK bulan Mei sampai November 2005, secara konsekutif ditawarkan ikut dalam penelitian ini serta menanda tangani ijin diteliti. Dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, EKG, Roentgen dada, ekokardiografi, laboratoriu standar serta NT proBNP, laktat dan hsCRP. tidak diikutsertakan dalam penelitian ini bila tidak bersedia diperiksa lengkap atau terdapat penyakit lain yang juga mungkin menyebabkan kematian dan rawat ulang. Penderita yang dirawat, diobati menurut standar PJN HK, Kadar NT proBNP, laktat serta hsCRP saat masuk dan pulang tidak diketahui oleh peneliti, dokter yang merawat serta nurse. NT proBNP diperiksa dengan cara imuno esai dengan reagen Roche cat-lot 03121640122 dan alat automatik Elecys 1010. Semua pasien diikuti selama lebih kurang 6 bulan di poli dan UGD ataupun lewat telpon dan surat untuk mencari peramal kematian dan rawat ulang. Lima puluh parameter dianalisis menurut statistik yang sesuai, untuk membuat model prediktor. Perbedaan bermakna pada p<0,05."
2006
D636
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Budi Siswanto
"ABSTRAK
Gagal jantung merupakan penyakit jantung yang sering ditemukan, sering rawat ulang sehingga biaya tinggi dan sering menyebabkan kematian. Unuk itu diperlukan peramal kematian dan rawat ulang yang akurat dan pratis dipakai. Variabel-variabel yang berpengaruh terhadap kematian dan rawat ulang anamnesis, klinis, laboratorium, EKG, ekokardiografi, roentgen dada, etiologi, obat-obat, dan intervensi, perlu dibandingkan dengan pemeriksaan bau NTproBNP, hsCRP dan laktat yang diduga menjadi peramal yang lebih baik. Penelitian ini bertujuan mencari peramal kematian dan rawat ulang penderita gagal jantung yang akurat dan praktis serta menilai peran pemeriksaan NT pro BNP yang baru ada di Indonesia.
Hipotesis:
NT proBNP merupakan peramal kematian dan rawat ulang yang akurat.
Bahan dan cara kerja:
Semua penderita gagal jantung kelas fungsional III dan IV yang memenuhi kriteria studi GJ-Framingham yang dirawat lewat UGD PJN HK bulan Mei sampai November 2005, secara konsekutif ditawarkan ikut dalam penelitian ini serta menanda tangani ijin diteliti. Dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, EKG, Roentgen dada, ekokardiografi, laboratoriu standar serta NT proBNP, laktat dan hsCRP. tidak diikutsertakan dalam penelitian ini bila tidak bersedia diperiksa lengkap atau terdapat penyakit lain yang juga mungkin menyebabkan kematian dan rawat ulang. Penderita yang dirawat, diobati menurut standar PJN HK, Kadar NT proBNP, laktat serta hsCRP saat masuk dan pulang tidak diketahui oleh peneliti, dokter yang merawat serta nurse. NT proBNP diperiksa dengan cara imuno esai dengan reagen Roche cat-lot 03121640122 dan alat automatik Elecys 1010. Semua pasien diikuti selama lebih kurang 6 bulan di poli dan UGD ataupun lewat telpon dan surat untuk mencari peramal kematian dan rawat ulang. Lima puluh parameter dianalisis menurut statistik yang sesuai, untuk membuat model prediktor. Perbedaan bermakna pada p<0,05."
2006
D769
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Budi Siswanto
Depok: UI-Press, 2014
PGB 0060
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Lukman H. Makmun
Jakarta: UI-Press, 2007
PGB 0205
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Meisinta Florentina
"Latar belakang: Penyakit jantung menjadi salah satu penyakit kronik yang menjadi masalah utama. Gagal jantung merupakan satu masalah penting di antara penyakit jantung. Rehospitalisasi orang gagal jantung berdampak terhadap bertambahnya beban biaya perawatan kesehatan, serta menyebabkan peningkatan risiko kematian.
Tujuan: Meneliti pengaruh komorbiditas terhadap rehospitalisasi dini orang dengan gagal jantung dalam 30 hari setelah keluar rawat inap pertama.
Desain: Kohort retrospektif berbasis Heart Failure Registry di klinik khusus gagal jantung Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita Jakarta periode Oktober 2009-Oktober 2010, dengan total sampel 147 orang.
Hasil: Rehospitalisasi dini atau rehospitalisasi dalam 30 hari pertama setelah keluar rawat inap pertama sebesar 18,7%. Komorbiditas berpengaruh terhadap rehospitalisasi dini. Ada perbedaan efek antara laki-laki dan perempuan dengan gagal jantung. Odds rasio laki-laki tanpa atau dengan satu komorbiditas sebesar 3,1 (95% CI:0,8-11,6) lebih tinggi daripada odds rasio perempuan tanpa atau dengan satu komorbiditas dan juga yang lebih dari satu komorbiditas 2,6 (95%CI:0,4-17,9). Ketika laki-laki disertai lebih dari satu komorbiditas odds rasio meningkat menjadi 4,1 (95% CI:0,97-16,96).
Kesimpulan: Pengaruh komorbiditas terhadap rehospitalisasi dini berbeda antara laki-laki dan perempuan dengan gagal jantung. Peningkatan risiko rehospitalisasi dini lebih tinggi pada laki-laki dan meningkat seiring jumlah komorbiditas.

Background: Heart disease is one of main problems for chronic disease in Indonesia. Unfortunately, heart failure is the one important problem among heart diseases. Rehospitalized of heart failure patient made additional burden health care costs, and also early rehospitalization lead to increasing mortality risk.
Objectives: To study the comorbidities effect on early rehospitalization of heart failure within 30 days after discharge from first hospitalization.
Methods: Using Heart Failure Registry of Harapan kita Hosiptal, the study select all 147 cohort who first time hopitalized within October 2009-Oktober 2010.
Results: Early rehospitalization or rehospitalization in 30 days after discharge is 18,7%. Comorbidity is associated with early rehospitalization. There are different effect of comorbidies between male and female. Odds ratio of male without or with one comorbidity of 3.1 (95% CI :0.8-11.6) is higher than the odds ratio of female without or with one comorbidity and also that more than one comorbidity 2.6 (95 % CI :0,4-17, 9). When a male with more than one comorbidity increased the odds ratio to 4.1 (95% CI :0,97-16, 96).
Conlusion: Comorbidity effect on early rehospitalization is different among gender differences The increasing of early rehospitalization risk among male is higher and concomitant with the number of comorbidities.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T38432
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. Yuliana Kusaeri
"Keempat kasus serial yang dipaparkan ini bertujuan untuk menganalisis dukungan nutrisi yang optimal dalam komposisi dan cara pemberian yang tepat. Pengambilan keempat kasus serial ini dilakukan berdasarkan karakteristik pasien gagal jantung anak yang berusia 5?17 tahun di rawat salah satu RS. Dukungan nutrisi menggunakan perhitungan rumus Schoefield (BB?TB) dikalikan faktor stress, dengan komposisi protein 2?2,5 gr/kg BB/hari, lipid 25?30%, karbohidrat 55?65%.
Hasil analisis dari keempat kasus didapatkan rerata pencapaian asupan lebih dari 90% kebutuhan energi basal pada hari perawatan ke-3, dan saat pulang (hari ke-7) dengan rerata asupan dapat mencapai > 80% kebutuhan energi total, meskipun dua pasien terdapat penurunan asupan akibat syok. Keempat kasus tidak mendapatkan suplementasi berupa mikronutrien dan nutrien spesifik yang seharusnya. Monitoring dan evaluasi yang diberikan meliputi klinis, balans cairan, toleransi asupan, dan analisis asupan. Dukungan nutrisi yang optimal disertai cara pemberian yang tepat memberikan toleransi asupan yang baik disertai perbaikan klinis pasien gagal jantung anak.

The four cases serial presented is aimed to analyze support optimal nutrients in composition and the way of administering proper. Retrieval the four cases serial was made based on characteristic patient heart failure children ages 5?17 years treated one of the hospital. Nutrition support using the calculation formula of the Schoefield (WH) multiplied factor stress, with the composition of protein 2? 2,5 gr / kg BW/d, lipid 25?30 %, carbohydrates 55?65 %.
The results of the analysis of the four cases it brings average achievement of intake of more than 90% basal energy needs on the day of treatment, and at home (7th day) with average intake can reach > 80% of the total energy needs, although two patients there is a decrease in intake due to shock. The four cases did not get the nutrients and micronutrients supplementation in the form of specific that should. Monitoring and evaluation provided include clinical, fluid balance, tolerance intake, analysis of intake. The optimal nutritional support with the right way of giving tolerance a good intake is accompanied by clinical heart failure patient improvement.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Idrus Alwi
Jakarta: Interna Publishing, 2012
616.1 IDR t
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Linda Arintawati
"ABSTRAK
Latar Belakang: Prevalensi gagal jantung semakin meningkat per tahun, 60-70% disebabkan penyakit jantung koroner (PJK). Beberapa faktor risiko penyebab gagal jantung yaitu DM, hipertensi, obesitas, sindrom metabolik, dan aterosklerosis. Patofisologi gagal jantung sangat kompleks dan melibatkan banyak sistem, terjadi hipermetabolisme yang dapat menyebabkan penurunan
berat badan dan memicu terjadinya malnutrisi. Keadaan gagal jantung dekompensasi akut karena infark miokard lama membutuhkan penanganan segera di RS untuk menghindari komplikasi lebih lanjut.
Metode: Laporan serial kasus ini memaparkan empat kasus pasien gagal jantung dekompensasi akut karena infark miokard lama, berusia antara 41 hingga 70 tahun, dan tiga diantaranya dengan riwayat DM tipe II. Semua pasien memerlukan dukungan nutrisi, tiga pasien memiliki status gizi obesitas dan satu pasien berat badan normal. Masalah berkaitan erat pada nutrisi keempat pasien adalah hipoalbuminemia, gangguan elektrolit, gangguan fungsi ginjal, gangguan fungsi hati, keseimbangan cairan, serta defisiensi mikronutrien. Perhitungan kebutuhan energi basal (KEB) dihitung berdasarkan rumus Harris Benedict dengan faktor stres sesuai kondisi klinis dan penyakit penyerta. Komposisi makronutrien diberikan menurut
rekomendasi Therapeutic Lifestyle Changes (TLC) dan American Heart Association (AHA), pemberian protein disesuaikan dengan fungsi ginjal masing-masing pasien. Pemberian suplementasi mikronutrien juga diberikan
kepada keempat pasien. Pemantauan pasien meliputi keluhan subyektif, hemodinamik, analisis toleransi asupan, pemeriksaan laboratorium, antropometri, keseimbangan cairan dan kapasitas fungsional.
Hasil: pemantauan selama di RS, keempat pasien menunjukkan perbaikan klinis, peningkatan toleransi asupan, perbaikan kadar elektrolit dan peningkatan kapasitas fungsional.
Kesimpulan: Terapi nutrisi medik yang adekuat dapat memperbaiki kondisi klinis pasien gagal jantung dekompensasi akut karena infark miokard lama.

ABSTRACT
Background: The prevalence of heart failure increase annually, 60-70% due to coronary heart disease (CHD). Some of the risk factors associated with heart failure are diabetes, hypertension, obesity, metabolic syndrome, and atherosclerosis. The phatophysiology of heart failure is very complex and involves many systems. The occurance of hypermetabolism can lead to weight loss and triger malnutrition. The state of acute decompensated heart failure due to old myocardial infarction require immediate treatment in hospital to avoid further complications.
Methods: This series of case report describes four cases of patients with acute myocardial heart failure, due to old infarction, aged between 41 to 70 years old, and three of them with a history of type 2 diabetes melitus. All patients required nutritional support, three patients had nutritional status of obese and one patient was normal in weight. The problems which closely linked to all nutrition of the four patients were hypoalbuminemia, electrolyte disturbances, impaired renal function, impaired liver function, fluid inbalance, and micronutrient deficiencies. Basal Energy Requirement was calculated using Harris Benedict formula with stress factors corresponding clinical condition and comorbidities. Macronutrients composition was given according to the recommendation of the Therapeutic Lifestyle Changes (TLC) and the American Heart Association (AHA), while the provision of proteins was
tailored with the kidney function of each patient. Micronutrients supplementation was also given to four patients. Patient monitoring parameters included subjective complaints, hemodynamic, analysis tolerance
of intake, laboratory tests, anthropometric, fluid balance and functional capacity.
Results: During the monitoring period in the hospital four patients showed clinical improvement, increased tolerance of intake, improved electrolyte levels and increased functional capacity.
Conclusion:Adequate medical nutrition therapy can improve the clinical condition of patients with acute decompensated heart failure due to old myocardial infarction.
"
2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Gunadi
"Secara alamiah ditemukan bahwa semakin lama pasien menjalani hemodialisis maka semakin besar pula risiko untuk mengalami gejala gagal jantung, tetapi hal ini masih menjadi hal yang patut untuk diselidiki teutama pada pasien yang memilki komorbid Hipertensi dan/atau diabetes serta non lansia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan gejala gagal jantung pada pasien hemodialisis kurang dari 1 tahun dibanding 1 hingga 5 tahun, non-lansia dengan diabetes mellitus tipe 2 dan hipertensi. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain Cross-Sectional yang melibatkan 198 pasien hemodialisis di RS Medika BSD, Tangerang Selatan. Pengumpulan data primer diambil pada Juni 2022 dari rekam medis pasien hemodialisis. Risiko gejala gagal jantung 1,37 kali pada pasien dengan lama hemodialisis kurang dari 1 tahun dibandingkan dengan pasien dengan lama hemodialisis 1 hingga 5 tahun (PR 1,37, 95% CI 1,06 – 1,76). Sedangkan pada pra-lansia menunjukkan tidak terdapat asosiasi antara gejala gagal jantung pada pasien dengan lama hemodialisis kurang dari 1 tahun dibandingkan dengan pasien dengan lama hemodialisis 1 hingga 5 tahun (PR 0,975, 95% CI 0,83 – 1,14). Penelitian selanjutnya diharapkan dapat melibatkan data Ekokardiografi hingga biomarker jantung lainnya untuk memastikan bahwa gejala gagal jantung yang muncul pada pasien hemodialisis, merupakan manifestasi klinis dari masalah kardiovaskular dan bukanlah gejala gagal ginjal pada tahap awal.

It is naturally found that the longer the patient undergoes hemodialysis, the greater the risk for experiencing symptoms of heart failure, but this is still something that deserves to be investigated, especially in patients who have comorbid hypertension and/or diabetes and are non-elderly. This study aims to determine the difference in symptoms of heart failure in hemodialysis patients less than 1 year compared to 1 to 5 years, non-elderly with type 2 diabetes mellitus and hypertension. This study is a quantitative study with a cross-sectional design involving 198 hemodialysis patients at Medika Hospital BSD, South Tangerang. Primary data collection was taken in June 2022 from medical records of hemodialysis patients. The risk of heart failure symptoms was 1.37 times in patients with hemodialysis duration of less than 1 year compared to patients with 1 to 5 years of hemodialysis (PR 1.37, 95% CI 1.06 – 1.76). Whereas in the pre-elderly, there was no association between symptoms of heart failure in patients with hemodialysis duration of less than 1 year compared to patients with 1 to 5 years of hemodialysis (PR 0.975, 95% CI 0.83 – 1.14). Future studies are expected to involve echocardiographic data and other cardiac biomarkers to ensure that the symptoms of heart failure that appear in hemodialysis patients are clinical manifestations of cardiovascular problems and are not symptoms of kidney failure in the early stages."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novita Gemalasari Liman
"Latar Belakang: Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa hipokloremia berhubungan dengan peningkatan rehospitalisasi dan mortalitas pada pasien dengan gagal jantung (chloride hypothesis). Akan tetapi, penelitian-penelitian tersebut hanya membandingkan kelompok pasien gagal jantung dengan hipokloremia dengan kelompok normokloremia saat admisi.
Tujuan: Mengetahui pengaruh normalisasi kadar klorida terhadap rehospitalisasi dan mortalitas pasien gagal jantung. Metode: Dilakukan penelitian kohort prospektif pasien gagal jantung dekompensasi akut (GJDA) yang dirawat inap dari September 2018 sampai Februari 2019. Pasien dengan hipokloremia dan normonatremia saat admisi dibagi menjadi kelompok hipokloremia persisten hingga saat pemulangan dibanding kelompok normokloremia saat pemulangan. Luaran primer adalah rehospitalisasi karena gagal jantung dalam 180 hari. Luaran sekunder adalah mortalitas dalam 180 hari. Hasil: Terdapat 162 pasien (53,6%) yang termasuk dalam kelompok hipokloremia persisten dan 140 pasien (46,3%) yang termasuk dalam kelompok normokloremia saat pemulangan. Model regresi Cox menunjukkan hipokloremia persisten tidak berkaitan bermakna dengan peningkatan rehospitalisasi karena gagal jantung (hazard ratio 1,21; interval kepercayaan 95% 0,78-1,89; p 0,392) dan mortalitas (hazard ratio 1,39; interval kepercayaan 95% 0,74-2,65; p 0,305) dibandingkan dengan kelompok normokloremia saat pemulangan.
Kesimpulan: Hipokloremia persisten pada pasien GJDA bukan merupakan prediktor independen terhadap rehospitalisasi gagal jantung dan mortalitas.

Background: Recent studies have shown that hypochloremia is associated with increased risk of rehospitalization and death in patients with heart failure (chloride hypothesis). In these studies, however, patients with hypochloremia were compared only with patients with a normal chloride level at hospital admission. Aim: To evaluate the effect of the normalization of serum chloride on the heart failure to rehospitalization and mortality. Method: This was a prospective cohort study of patients hospitalized for acute decompensated heart failure (ADHF) from September 2018 to February 2019. Patients with hypochloremia and normonatremia at admission were divided into patients with persistent hypochloremia at the time of discharge and patients who achieved normalization of their serum chloride levels at discharge. The primary outcome was 180-day rehospitalization. The secondary outcome was 180-day mortality.
Results: There were 162 patients (53,6%) with persistent hypochloremia and 140 patients (46,3%) with normochloremia at discharge. Cox regression model indicated persistent hypochloremia did not significantly predict heart failure rehospitalisation (hazard ratio 1.21; 95% confidence interval 0.78-1.89; p 0.392) and mortality (hazard ratio 1.39; 95% confidence interval 0.74-2.65; p 0.305) compared with group of normochloremia at discharge.
Conclusion: Persistent hypochloremia in ADHF patients is not an independent predictor of heart failure rehospitalisation and mortality.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>