Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Akbar Azzi
"Penelitian ini bertujuan untuk memverifikasi dosis radiasi radioterapi pada kasus kanker payudara dan kanker nasofaring (KNF). Percobaan dilakukan dengan menggunakan Linac Varian Trilogy radiasi foton berenergi 6 MV. Detektor yang digunakan dalam penelitian ini adalah film gafchromic, MatriXX 2D array, TLD, dan EPID. Film gafchromic dan TLD ditempatkan dalam phantom rando untuk mengevaluasi distribusi dosis pada volume target, sedangkan untuk mendapatkan hasil registrasi film gafchromic dan MatriXX 2D array ditempatkan dalam Multi Cube, dan dilakukan juga penyinaran pada EPID. Hasil perbedaan distribusi dosis teknik IMRT dan VMAT antara film dengan dosis preskripsi TPS pada KNF PTV70 adalah 6,87% dan 8,55%, pada KNF PTV50 adalah 14,43% dan 4,65%, sedangkan pada kanker payudara 11,98% dan 12,10%. Perbedaan nilai dosis antara TLD dengan dosis preskripsi TPS teknik IMRT dan VMAT pada KNF PTV50 sebesar 1,76% dan 1,60%, dan pada kanker payudara sebesar 7,06% dan 3,36%. Selisih perbedaan nilai gamma indeks teknik IMRT dan VMAT pada KNF sebesar -0,09% dan -1,65% antara film dan MatriXX, dan 5,13% dan 1,43% antara film dengan EPID. Pada kanker payudara selisih perbedaan nilai gamma indeks teknik IMRT dan VMAT sebesar 0,51% dan 0,19% antara film dengan MatriXX, dan 2,28% dan 4,38% antara film dengan EPID. Verifikasi dosis radioterapi dan registrasi citra pada kasus kanker payudara dan KNF dapat dilakukan menggunakan film gafchromic, TLD, MatriXX 2D array, dan EPID.

This study was aimed to verify the radiation dose in the case of breast cancer and nasopharyngeal carcinoma (NPC). The experiments were performed using a Varian Trilogy Linac at 6 MV photon radiation and gafchromic films, Matrixx 2D Array, TLD, and EPID detectors. Gafchromic films and TLD were inserted into rando phantom to measures the dose on target volume and organ at risk. In order to evaluated the gamma index, gafchromic films and Matrixx 2D array were placed in the Multi Cube, and was irradiated with EPID in position. Results of the dose distribution differences on IMRT and VMAT between film and TPS on NPC PTV70 was 6.87% and 8.55%, the NPC PTV50 was 14.43% and 4.65%, and for breast cancer was 11,98% and 12,10%. The dose differences between TLD and TPS on IMRT and VMAT for NPC PTV50 was 1.76% and 1.60%, and the breast cancer was 7.06% and 3.36%. Gamma index differences on IMRT and VMAT technique on NPC was -0.09% and -1.65% between film and MatriXX, and 5.13% and 1.43% between films and EPID. In breast cancer the gamma index differences on IMRT and VMAT was 0.51% and 0.19% between films and MatriXX, and 2.28% and 4.38% between films and EPID. Radiotherapy dose verification and image registration for breast cancer and NPC was done using gafchromic film, TLD, MatriXX 2D array, and EPID."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Unversitas Indonesia, 2015
S59859
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Indah Lestari
"ABSTRAK
Film gafchromic EBT3 merupakan salah satu dosimeter yang paling umum digunakan dalam proses verifikasi dosis pada radioterapi. Hal itu disebabkan oleh karakteristik yang dimiliki oleh gafchromic yaitu memiliki resolusi spasial yang tinggi, ekuivalen dengan jaringan tubuh manusia dan sensitif terhadap dosis. Artefak bergabung dengan kedua orientasi film sehingga menimbulkan fenomena hamburan. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk menganalisis efek dari cahaya terpolarisasi pada respon flatbed scanner yang disebabkan oleh film Gafrchromic EBT3, mengetahui pengaruh dari penambahan polarizer terhadap dosimetri radiasi dan implementasinya pada kasus radioterapi. Penelitian ini menggunakan film gafchromic EBT3 dan scanner Epson V700 dan penggunaan polarizer untuk analisis efek parabola. Film diiradiasi dengan 6 MV foton dari akselerator Varian dengan slab phantom. Kemudian dilakukan scanning dengan penambahan polarizer untuk beberapa konfigurasi. Perangkat lunak yang digunakan dalam penelitian ini adalah image J dan matlab.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa polarizer memberikan pengaruh terhadap nilai dmax, dengan nilai tertinggi pada konfigurasi polarizer down dan error sebesar + 14%, sedangkan error terkecil pada konfigurasi Polarizer down sebesar + 1,2%. Selain itu penentuan posisi referensi untuk orientasi sudut menghasilkan nilai maksimum pada sudut 90o. Respon lateral yang diperoleh pada penelitian ini menunjukkan bahwa konfigurasi hanya EBT3 memiliki bentuk parabola negatif dan semakin bertambah dengan kenaikan dosis yang diberikan sampai dengan 8 Gy. Perhitungan gamma index 3% / 3 mm memberikan hasil konfigurasi P0U memiliki nilai yang paling besar dibandingkan dengan konfigurasi yang lainnya yaitu sebesar 86,52%.

ABSTRACT
EBT3 gafchromic film is one of the most common dosimeters used in the dose verification process in radiotherapy. This is due to the characteristics possessed by the gafchromic that has a high spatial resolution, equivalent to human body tissue and sensitive to the dose. When scanning films using scanners, light scattering achieves linear CCD cameras causing a non-uniform response. Artifacts join the second film orientation resulting in a scattering phenomenon. The study used EBT3 gafchromic film and Epson V700 scanner and polarizer use for parabolic effect analysis. The film is irradiated with 6 MV photons of the Varian accelerator with a phantom slab. Then scanning with the addition of polarizer for some configuration. The software used in this research is image J and matlab.
The results of this study indicate that the polarizer has an effect on the dmax value, with the highest value in the polarizer down and error configuration of + 14%, while the smallest error in the Polarizer down configuration is + 1.2%. In addition the positioning of the reference for angle orientation gives the maximum value at an angle of 90°. The lateral response obtained in this study indicates that the only configuration of EBT3 has a negative parabolic form and is increasing with increasing doses up to 8 Gy. Calculation of gamma index 3% / 3 mm gives result of configuration P0U has biggest value compared with other configuration that is equal to 86,52%.
"
2017
T49225
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lisarini
"Telah dilakukan dosimetri in vivo pasien kanker payudara menggunakan detektor Film Gafchromic EBT 2. Pasien adalah pasien terapi elektron 6 MeV menggunakan pesawat LINAC Elekta. Dari hasil kalibrasi film diketahui hubungan antara densitas optik dengan dosis. Variasi lapangan dilakukan pada lapangan 10 x 10 𝑐𝑐𝑐𝑐2 dan 14 x 14 𝑐𝑐𝑐𝑐2. Faktor-faktor di atas digunakan sebagai faktor koreksi pada penghitungan dosis yang diterima pasien. Sehingga dapat dihitung dosis yang diterima pasien. Dengan membandingkan dengan data dari Treatment Planning System (TPS), diketahui besar perbedaan dosis permukaan.

In vivo dosimetry for breast cancer patients using EBT 2 Gafchromic Film has been carried out. The patients are treated using 6 MeV electron beam from Elekta LINAC machine. The relation between optical density and dose from film calibration are obtained. Field variations were performed on the field of 10 x 10 𝑐𝑐𝑐𝑐2 and 14 x 14 𝑐𝑐𝑐𝑐2. The factors above are used as a correction factor in calculating the received dose by patients, therefore the dose can be calculated. A skin dose deviation is obtained by comparing data from the Treatment Planning System (TPS)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S29473
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Rahmawati
"Telah dilakukan pengukuran dosis titik dan distribusi dosis menggunakan film gafchromic EBT3 pada HDR brakhiterapi dengan aplikator silinder. Adapun tujuan utama dilakukannya penelitian ini yaitu mengetahui karakteristik film gafchromic EBT3 dalam pengukuran brakhiterapi, mengevaluasi dosis pengukuran dengan dosis TPS melalui pengukuran dosis titik, serta mengetahui distribusi dosis di sepanjang sumber brakhiterapi. Evaluasi dosis titik dilakukan dengan mengevaluasi nilai dosis di titik pengukuran A1, A2, A3, dan A4 dengan dosis kalkulasi TPS. Titik A1 dan A2 merupakan titik preskripsi yang berada di sisi kanan dan kiri aplikator silinder. Pengukuran dosis titik dilakukan dengan variasi 13 mm, 14 mm, dan 15 mm dari sumber. Sedangkan, titik A3 dan A4 merupakan titik yang berada di atas A2 dan A1 dengan jarak 1.5 cm. Pengukuran distribusi dosis dilakukan pada jarak 10 mm dan 15 mm dari sumber. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa kalibrasi film gafchromic EBT3 yang paling baik yaitu kalibrasi 13 mm dengan nilai diskrepansi untuk titik A1, A2, A3, dan A4 berturut-turut adalah -0.37 , -3.40 , -1.39 , dan -1.54 . Nilai diskrepansi pada jarak 10 mm dari sumber sebesar -0.26 dan pada jarak 15 mm dari sumber sebesar 7.5 .
Point dose measurements and dose distributions have been conducted in HDR brachytherapy with cylinder applicator using EBT3 gafchromic film. The main objective of this study was to know the characteristics of EBT3 gafchromic film, to evaluate doses between measurements and brachytherapy treatment planning, and to know dose distribution along the source rsquo s main axis. The evaluation of point dose have been performed by comparing dose value in point A1, A2, A3, and A4 of the measurements with dose in treatment planning. Point A1 and A2 are prescription point at the right side and the left side of cylinder applicator. Measurement of point dose have been varied by distance of 13 mm, 14 mm, and 15 mm from brachytherapy source. Point A3 and A4 are located at distance of 1.5 cm above point A2 and A1. Dose distribution was measured at distance of 10 mm and 15 mm from brachytherapy source. The most suitable calibration for point dose measurements is calibration 13 mm which discrepancy values for point A1, A2, A3, and A4 were 0.37 , 3.40 , 1.39 , and 1.54 . The discrepancy value for dose distribution measurements at distance of 10 mm and 15 mm from the source was 0.26 and 7.5 , respectively."
2017
S66223
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library