Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 17 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Arber, Edward Alexander Newell
Cambridge, UK: Cambridge University Press, 2014
561 ARB d
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Muh Aydava Mubarok
"Otodus megalodon merupakan spesies hiu yang sudah punah yang berasal dari ordo Laminformes dan famili Otodontidae. Spesies hiu purba tersebut merupakan predator puncak terbesar yang pernah ada dengan ukuran bisa mencapai 20 meter dan bobot 30 ton. Sebagian peneliti mengaitkan hiu purba tersebut berkerabat dengan hiu putih (Carcharodon carcharias), dan sebagian lainnya hanya menganggap bahwa hiu putih merupakan yang memiliki ekologi yang hampir mirip dengan O. megalodon saja. Sebagai spesies yang sudah punah, O. megalodon biasanya hanya menyisakan fosil gigi dan ruas tulang belakang saja. Fosil-fosil tersebut dapat ditemukan di Indonesia tepatnya di Desa Gunung Sungging, Kecamatan Surade, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Penemuan fosil tersebut sempat mengejutkan masyarakat luas pada awal tahun 2020, kemudian menjadikan satu-satunya temuan fosil yang tercatat di Indonesia dengan jumlah catatan terbanyak. Fosil-fosil tersebut ditemukan di beberapa lahan terbuka dan berasal dari lapisan batu pasir sebagai penanda asal batuan tersebut, yakni dasar laut. Berdasarkan temuan tersebut, beberapa fosil yang masih dalam kondisi sempurna yaitu sebanyak 34 fosil dari total 524 koleksi dapat dijadikan sampel untuk mengestimasi ukuran dan bobot tubuhnya melalui rumus Perez dan Shimada. Berbagai masing-masing ukuran yang diduga mewakili satu individu O. megalodon bervariasi antara 10,36 sampai 21,56 meter. Bobot rata-rata yang diestimasikan sebesar 46,73 ton. Ukuran yang cukup besar mengingat semua fosil-fosil gigi yang dihitung menunjukkan individu dewasa.

Otodus megalodon is an extinct shark that came from the order Lamniformes and the family of Otodontidae. This prehistoric shark is the biggest apex predator ever at 20 meters in length and 30 tons of weight. Some researchers associate these ancient sharks with the white shark (Carcharodon carcharias), and others only think that the white shark has an ecology that is almost similar to O. megalodon. As an extinct species, O. megalodon just left its teeth and vertebra centrum fossils behind. They can be found in Indonesia, precisely in Gunung Sungging Village, Surade District, Sukabumi Regency, West Java. Those discoveries surprised the locals in early 2020, making it the only one in Indonesia with the greater number of fossils recorded. These fossils were found in several open areas and came from layers of sandstone as a marker of the origin of these rocks, namely the seabed. Thus, every single fossil which remains in perfect condition can be measured for the total length and weight of O. megalodon individual through Perez and Shimada equation. The various sizes that are thought to represent a single O. megalodon individual vary between 10.36 to 21.56 meters. The estimated average weight is 46.73 tons, which is quite big considering that all the tooth fossils counted show an adult individual.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Imanda
"Penelitian ini dilakukan pada Formasi Jatiluhur, Kecamatan Jonggol, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Tujuan dari penelitian ini untuk menentukan lingkungan pengendapan berdasarkan data fosil jejak, fasies batuan, dan data pengukuran penampang stratigrafi. Sebanyak tujuh spesies fosil jejak dan satu trackway pada daerah penelitian berupa Thalassinoides, Scolicia, Opiomorpha, Planolites, Circulichnis, Rhizocorallium, dan Taenidium yang kemudian akan menjadi 5 asosiasi fosil jejak yaitu, asosiasi fosil jejak Scolicia-Thalassinoides, asosiasi fosil jejak Thalassinoides-Circulichnis,asosiasi fosil jejak Rhizocorallium-Thalassinoides, asosiasi fosil jejak Planolites, dan asosiasi fosil jejak Taenidium. Hasil analisis tersebut dapat digunakan untuk menentukan kondisi paleokologi saat pengendapan terjadi terkait kandungan oksigen, energi, dan suplai makanan. Sebanyak sembilan fasies batuan pada daerah penelitian yaitu, fasies batuan perselingan batulempung dan batupasir (CS), fasies batupasir bioturbasi (BB), fasies batulempung (MC), fasies batulanau (MT), fasies batupasir laminasi (LS), fasies batupasir gampingan (AS), fasies batupasir endapan slump (SS), fasies batupasir hummocky (HS), dan fasies batupasir wave-ripple (WS). Hasil analisis tersebut dapat digunakan sebagai data pendukung untuk menentukan lingkungan pengendapan. Nilai indeks bioturbasi pada daerah penelitian menunjukkan nilai yang didominasi nilai yang hampir nol. Hal tersebut menunjukkan kecepatan sedimentasi yang rendah. Lingkungan pengendapan pada Formasi Jatiluhur bagian tengah khususnya di Sungai Cipamingkis berdasarkan fosil jejak, fasies batuan, dan nilai indeks bioturbasi dapat disimpulkan bahwa Formasi Jatiluhur bagian tengah memiliki lingkungan pengendapan berupa laut dalam sampai bagian slope-marine dengan kondisi oksigen yang rendah, suplai makanan yang sedikit, dan energi yang mengontrol semakin muda semakin meningkat.

This research was conducted in the Jatiluhur Formation, Jonggol District, Bogor Regency, West Java Province. The purpose of this study was to determine the depositional environment based on trace fossil data, lithofacies, and stratigraphy logs data. A total of seven species of trace fossils and one trackway in the research area are Thalassinoides, Scolicia, Opiomorpha, Planolites, Circulichnis, Rhizocorallium, and Taenidium which will then become 5 trace fossil associations, such as, Scolicia-Thalassinoides association Thalassinoides-Circulichnis association, Rhizocorallium-Thalassinoides association, Planolites association, and Taenidium association. The results of this analysis can be used to determine paleoecological conditions when deposition occurred in terms of oxygen content, energy, and food supply. There are nine lithofacies in the study area, such as, alternating claystone and sandstone facies (CS), bioturbated sandstone facies (BB), massive claystone facies (MC), massive siltstone facies (MT), laminated sandstone facies (LS), allochemic sandstone (AS), slump sandstone facies (SS), hummocky sandstone facies (HS), and wave-ripple sandstone facies (WS). The results of this analysis can be used as supporting data to determine the depositional environment. The bioturbation index value in the study area shows a value dominated by a value that is almost zero. This indicates a low sedimentation rate. The depositional environment in the middle of Jatiluhur Formation, especially in Cipamingkis River based on trace fossils, lithofacies, and bioturbation index values can be concluded that the middle of Jatiluhur Formation has a depositional environment in the form of the deep sea to slope-marine parts with low oxygen conditions, less food supply, and energy that controls the younger it gets increased."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Artikel ini menelisik strategi untuk menghadapi tantangan krisis energi. Strategi
ini dikernbangkan dengan cara menganalisis penyebab krisis energi, yang didukung
oleh analisis situasi dengan menggunakan SWOT (strength, weaknesses, opportunities,
dan threats) yang dihadapi oleh negara. Dengan mengunakan studi kasus dari Britania
dan Indonesia, hasil-hasilnya menyodorlcan strategi-strategi alternatif guna
menangani krisis yang mencakup penghematan energi yang berasal dari fosil dan
mengembangkan energi alternatif.
"
Jurnal Kajian Wilayah Eropa Vol. 4 No. 1 2008: 81-94, 2008
JKWE-4-1-2008-81
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Erika Sulistiowati
"Penelitian ini bertujuan untuk meneliti hubungan antara subsidi pada bahan bakar fosil dan pertumbuhan ekonomi. Untuk mencapai tujuan tersebut, penelitian ini menggunakan metode analisis dengan data panel. Akan tetapi, terdapat kesulitan dalan mengumpulkan data tentang subisidi, oleh karena itu penentuan sampel dilaksanakan berdasarkan ketersediaan data. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari 37 negara, termasuk Indonesia. Selain memasukkan variabel utama (subsidi bahan bakar fosil), penelitian ini juga memasukan beberapa variabel lain yang turut mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, yaitu opennes (keterbukaan), gross capital formation dan tingkat partisipasi masyarakat pada tingkat pendidikan menengah.
Banyak penelitian telah dilakukan untuk menginvestigasi dampak subsidi terhadap pertumbuhan ekonomi. Akan tetapi, dengan menggunakan data yang lebih aktual dan metode yang lebih baik, penelitian ini lebih difokuskan kepada dampak subsidi bahan bakar fosil terhadap pertumbuhan ekonomi (baik dalam total subsidi maupun dalam subsidi terhadap setiap jenis bahan bakar fossil).
Hasil regresi menunjukkan bahwa subsidi pada bahan bakar fosil secara total, subsidi terhadap batubara, listrik dan gas alam memiliki dampak negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Akan tetapi penelitian ini gagal menunjukkan bahwa subsidi terhadap bahan bakar minyak memiliki dampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Sementara itu, hasil regresi terhadap variabel pendukung lainnya menunjukkan bawa opennes (keterbukaan), capital formation (pembentukan modal) dan partisipasi masyarakat terhadap pendidikan menengah berhubungan positive dan signifikan terhadap growth.

The main objective of this research is to examine the relationship between fossil fuel subsidies and growth. In order to achieve this objective, the research employs panel data analysis. However, due to the difficulties in obtaining the data about subsidies, the sample and the time frame have been selected based on the availability of the fossil fuel subsidies data. The sample consists of 37 countries, including Indonesia. Instead of the key variable (fossil fuel subsidies), the study also employs others determinants of growth as independent variables, namely openness (OPEN), gross capital formation (CF) and secondary school enrolment.
Many studies have been conducted to investigate the impact of subsidies on growth. However, by employing more recent data and better methods, this research focuses on the impact of fossil fuel (both in total and for each type of the fossil fuel energy) subsidies toward growth.
The result of the regression confirmed that fossil fuel subsidies, coal subsidies, electricity and natural gas subsidies have negative and significant impact toward growth. However, the research found that oil subsidies are negative but not significant toward growth. The result on other explanatory variables shows that openness (OPEN) capital formation (CF) and gross secondary school enrolment (secgrt10) are positive and significant toward growth.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
T45034
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andy Prakoso
"Listrik telah menjadi sebuah kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan manusia masa kini dan telah menjadi salah satu tolok ukur kemajuan suatu daerah. Hingga kini, ketergantungan terhadap bahan bakar fosil untuk pemenuhan kebutuhan listrik sangat mengkhawatirkan, dan mengakibatkan penipisan bahan bakar tersebut. Saat ini dunia sedang memberikan perhatian lebih kepada energi terbarukan sebagai salah satu solusi terbaik untuk menyelesaikan masalah pemenuhan energi di masa depan. Energi terbarukan menjadi sebuah solusi terbaik karena tidak akan habis dan ramah lingkungan. Namun dibalik itu, energi terbarukan juga memiliki kekurangan sehingga dibuat sebuah sistem hibrida yang diharapkan mampu untuk meminimalisasi kekurangan tersebut. Dalam penelitian ini dibuat sebuah rancangan sistem hibrida dengan perangkat lunak HOMER PRO untuk memperhitungkan faktor teknis dan faktor ekonomi dari sistem hibrida tersebut sehingga mampu membuat rancangan sistem hibrida yang handal. Dalam rancangan hibrida ini dan menggunakan asumsi-asumsi yang akan terjadi maka sistem hibrida ini akan bisa mandiri tanpa terhubung dengan grid pada tahun ke-19.

Electricity has become a very important need for human life today and one of the parameters in one region condition. Nowadays, the dependence on fossil fuels to fulfill the electricity needs is really worrying, and it causes the depletion of fossil fuels. Today, the whole world is paying more attention to renewable energy as one of the best solution to solve the future energy problems. Renewable energy becomes the best solution because it will not be exhausted and enviromentally friendly. In the other hand, renewable energy also have problem, because it cannot produce energy everytime like photovoltaics which can produce energy only when there is enough solar radiation. Therefore, a hybrid system is made that expected to minimize the weakness from other components of the system . In this project, a hyrid system is designed using HOMER PRO software to calculate the electricity and economic factor of the hybrid system. The objective of this project is to find the best hybrid system that can solve the electricity problems. The system will be independent since grid function will replaced by fuel cell in the 19th year based on the assumption."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raihan Zidan Imtiyaz
"Endut merupakan gunung yang terletak di Provinsi Banten. Di beberapa daerah, Gunung Endut memiliki fasies batugamping yang umumnya mengendap di lingkungan laut. Berdasarkan Peta Geologi Lembaran Leuwidamar, fasies batugamping di daerah penelitian termasuk dalam Formasi Bojongmanik dan Formasi Badui serta berada di Zona Fisiografi Bogor. Di Gunung Endut, batugamping yang ada muncul pada masa pra vulkanik, padahal pada umumnya hampir semua batugamping yang ada di Jawa ditemukan dalam bentuk singkapan di Zona Pegunungan Selatan yang terbentuk pada masa pasca vulkanik. Penelitian ini menitikberatkan pada identifikasi secara makroskopis dan mikroskopis batugamping dalam menentukan mikrofasi batugamping yang nantinya dapat lebih akurat menentukan sebaran fasies dan sejarah geologi batugamping di kawasan Gunung Endut. Fitur makroskopis dari setiap sampel batu kapur diklasifikasikan berdasarkan Klasifikasi Dunham yang dimodifikasi oleh Embry & Klovan, sedangkan fitur mikroskopis dari setiap sampel batu kapur diklasifikasikan menurut Standar Mikrofasies dan Model Sabuk Wajah yang dimodifikasi oleh Wilson. Hasil akhir analisis dapat menambah informasi terkait sebaran fasies dan sejarah geologi batugamping di daerah penelitian secara lebih detail dibandingkan penelitian sebelumnya.

Mount Endut is a mountain located in Banten Province. In some areas, Mount Endut has limestone facies which generally settle in the marine environment. Based on the Geological Map of the Leuwidamar Sheet, the limestone facies in the study area are included in the Bojongmanik Formation and the Badui Formation and are in the Bogor Physiographic Zone. At Mount Endut, existing limestones appeared in the pre-volcanic period, whereas in general almost all of the limestones in Java are found in the form of outcrops in the Southern Mountain Zone which were formed in the post-volcanic period. This research focuses on the macroscopic and microscopic identification of limestone in determining limestone microfation which later can more accurately determine the facies distribution and geological history of limestone in the Mount Endut area. The macroscopic features of each limestone sample were classified according to the Dunham Classification modified by Embry & Klovan, while the microscopic features of each limestone sample were classified according to the Microfacies Standard and Wilson-modified Face Belt Model. The final results of the analysis can add information related to the distribution of facies and the geological history of limestone in the study area in more detail than previous studies."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Indonesia is country having a big biomass potential.This is proven by the fact tahat experts from many developed countries have visited Indonesia to explore and to utilize biomass waste
"
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Burman Kifli
"
ABSTRAK
Penelitian mengenai tradisi penguburan prasejarah di situs Gilimanuk yang telah dilakukan ini, tujuannya ialah untuk melihat apakah terdapat suatu pola dalam pemberian bekal kubur berdasarkan jenis kelamin dan usia individu mati. Untuk mengetahui ada atau tidaknya pola tersebut, dilakukan dengan melihat benda bekal kubur yang menyertai rangka yang diketahui jenis kelamin dan usia matinya.
Pengumpulan data dilakukan melalui analisis jenis kelamin dan usia mati rangka yang dilakukan di Jogjakarta serta Inventarisasi laporan-laporan mengenai situs Gilimanuk, baik laporan penelitian ataupun laporan ekskavasi. Pengolahan data dilakukan dengan mengintegrasikan hasil analisis rangka, yaitu rangka yang telah diketahui jenis kelamin dan usia mati, dengan laporan basil ekskavasi Gilimanuk yang memuat informasi tentang bekal kubur.
Berdasarkan kajian terhadap benda bekal kubur, ternyata benda bekal kubur yang terbanyak menyertai rangka manusia di situs Gilimanuk adalah periuk. Hal ini berkaitan dengan konsep keyakinan masyarakat prasejarah yang menganggap bahwa kehidupan sesudah mati sama dengan keadaan dunia orang hidup. Penelitian ini menunjukkan bahwa pola pemberian benda bekal kubur tidak berhubungan dengan jenis kelamin dan usia individu yang mati. Hal ini terlihat dari tidak berpengaruhnya jenis kelamin dan usia mati terhadap jenis dan variasi benda bekal kubur.
Hasil penelitian ini memperkuat teori yang menyatakan bahwa pemberian bekal kubur yang merupakan bagian dari ritual upacara penguburan prasejarah tidak berkaitan dengan jenis kelamin dan usia mati, tetapi berkaitan dengan budaya lokal dan status sosial simati.
"
1998
S11511
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Etik Mahareni
"Sisa Macaca sp. yang ditemukan berasosiasi dengan artefak dalam lapisan hunian mengindikasikan adanya keterkaitan erat antara manusia dengan hewan tersebut. Keduanya menjadi indikator kuat adanya kegiatan perolehan makanan hewani. Spesimen Macaca sp. yang ditemukan pada lapisan berumur Holosen di Situs Song Terus dalam jumlah melimpah dan berasal dari berbagai bagian tubuh. Artefak yang ditemukan pada lapisan yang sama terdiri dari artefak batuan berbentuk serpih, artefak dari cangkang moluska berupa serut dan lancipan, dan artefak dari tulang hewan vertebrata berupa spatula, lancipan dan jarum. Sisa fauna dan artefak yang ditemukan di Song Terus tersebut dapat dianggap sebagai satu himpunan yang dapat menunjukkan adanya kegiatan subsistensi manusia masa lalu, yang salah satu kemungkinannya adalah aktivitas perburuan Macaca. Kegiatan perolehan makanan yang mencakup kegiatan mencari, membagi dan mengolah makanan dapat ditunjukkan oleh temuan sisa Macaca dan artefak yang ditemukan. Kegiatan mencari makanan salah satunya ditunjukkan dengan keberadaan artefak, kegiatan membagi makanan ditunjukkan oleh banyaknya fragmen sisa Macaca yang berasal dari berbagai bagian tubuh yang merupakan basil dari pelepasan bagian tubuh hewan, sedangkan kegiatan mengolah makanan salah satunya ditunjukkan dengan kehadiran tulang terbakar. Manusia penghuni Song Terus kemungkinan membawa hewan Macaca dan tempat perburuan ke dalam gua. Peran manusia dalam proses terakumulasinya sisa Macaca di Song Terus didasarkan pada adanya jejak kultural pada tulang yang bisa diamati, dan mengingat hewan Macaca mempunyai tipe habitat di luar gua. Berdasarkan penghitungan Jumlah Minimal Individu, hewan Macaca yang ditemukan di Song terus berjumlah 48 ekor. Dan pengamatan dan pengukuran terhadap gigi Macaca dapat diketahui bahwa populasi Macaca di Song Terus terdiri dari sekurang_kurangnya dua jenis Macaca yang berbeda. Macaca berasal dari berbagai kelas umur yaitu bayi, remaja, dewasa dan tua, balk jantan maupun betina. Dijumpainya spesimen Macaca diantara spesimen dari spesies lainnya mengindikasikan bahwa pemanfaatan hewan Macaca hanya merupakan salah satu alternatif bahan makanan yang dikonsumsi. Pemanfaat hewan Macaca untuk bahan makanan sampai sekarangpun masih dilakukan oleh beberapa masyarakat _sederhana_ yang ada di Indonesia. Hewan tersebut kebanyakan diperoleh dengan Cara menjerat atau membuat perangkap."
2000
S11848
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>