Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Susilowati Hadisusilo
"ABSTRACT
Fermentasi susu kedelai dengan L.bulgarious dapat menurunkan kandungan asam fitat sampai 37%. Asam fitat dapat menghambat absorpsi Ca dengan membentuk Ca-fitat, suatu senyawa. yang tidak larut.
Pada penelitian pengaruh fermentasi susu kedelai pada absorpsi Ca ini, digunakan 31 tikus putih strain LMR, jantan berumur 2 bulan. Tikus-tikus ini dibagi kedalam dua kelompok, 10 tikus untuk kelompok pembandingan (kontrol) dan 21 tikus untuk kelompok percobaan. DIet makanan tikus adalah diet D-1 (standar dietyang diperkaya Ca), diet D-2 (diet D-1 + susu kedele) dan diet D-3 (diet D-1 + fermentasi susu kedele).
Perlakuan pada kelompok kontrol diberikan diet D-1 selama 6 minggu sedangkag kelompok percobaan secara berturut-turut diberikan diet D-1 (2 minggu), diet D-2 (2 minggu) dan diet D-3 (2 minggu). Absorpsi Ca pada tikus ditentukan dengan mengukur konsentrasi Ca dalam fesesnya. Pada hari ke 10, 24 dan 38 feses tikus diambil untuk dianalisis.
Hasil percobaan menunjukkan bahwa absorpsi Ca nada tikus meningkat bila diet yang mengandung susu kedelai diganti dengan diet yang mengandung fermentasi susu kedelai."
1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azhar Darlan
"Tujuan utama dari penelitian ini untuk mengetahui efektifitas fortifikan zat besi dengan mengunakan variasi fortifikan FeSO4.7H2O campuran FeSO4 .7H2O + Na2H2EDTA .2H2O dan NaFeEDTA serta ketersediaan zat besi dalam sistim tubuh manusia dengan mengunakan metoda in vitro untuk mendapatkan fortifikan ideal pada sampel berbasis kedelai seperti pada susu kedelai cair dan tempe. Fortifikasi disini dipengaruhi oleh keberadaan fitat sebagai inhibitor besi yang terdapat pada kedelai. Kandungan fitat ditentukan metoda Davies dan Reid dengan mengunakan spetrofotometer UV-Vis dengan memakai larutan standar NaFitat 0,2 mM dan Ketersediaan secara in vitro dengan mengunakan metoda Svanberg. Kandungan fitat didapat pada susu kedelai cair 48,5 mg/100 mL dan tempe 188,4 mg/10 g. Molar rasio pada susu kedelai cair 9,22 dan tempe 2,34. Fortifikasi ideal dalam 10 g tempe adalah rentangan 70-150 mg untuk FeSO4.7H2O, 65 ? 125 mg untuk FeSO4.7H2O + Na2H2EDTA .2H2O dan 25-45 mg untuk NaFeEDTA. Fortifikasi ideal dalam 100 mL susu cair kedelai adalah rentangan 225-450 mg untuk FeSO4.7H2O, 175-350 mg untuk FeSO4.7H2O + Na2H2EDTA .2H2O dan 130-320 mg untuk NaFeEDTA.

The main goal of this research to know the efectiveness of fortification using variety of fortifican such FeSO4.7H2O mixture FeSO47H2O + Na2H2EDTA 2H2O and NaFeEDTA also availability of iron compound in body system by using in vitro methode to get ideal fortification in soy bean based sample such soymilk and tempe.This fortification influence by phytate as iron inhibitor in soybean. Phytate content was determined by Davie and Ray methode using spectrophotometer Uv- Vis, standar curve was measure using the Naphytate standar solution (0,2 mM) and availability in vitro using Svanberg methode. The phytate content in soymilk 48,5 mg/100 ml and tempe 188,4 mg/10 g of sampel. Phytate/iron molar ratio in soymilk 9,22 and tempe 2,34. The ideal fortification in 10 g tempe was range 70-150 mg for FeSO47H2O, 65 ? 125 mg for FeSO47H2O + Na2H2EDTA 2H2O and 25-45 mg for NaFeEDTA. The Ideal fortification in 100 mL soy milk was range 225-450 mg for FeSO47H2O, 175-350 mg for FeSO47H2O + Na2H2EDTA 2H2O and 130-320 mg for NaFeEDTA."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
T31891
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rizki Triana Sari
"Terak timah II merupakan hasil samping dari pengolahan timah, pada terak timah II terkandung unsur-unsur yang masih dapat dimanfaatkan kembali seperti kuarsa, rutile, hematit, zirkonium oksida, alumunium oksida, tantalum oksida, dan niobium oksida. Tantalum dan Niobium beberapa tahun mendatang akan mengalami kepunahan, oleh karena itu pada penelitian ini akan dilakukan recovery tantalum dan niobium dari terak timah II. Terak timah II memiliki kadar tantalum dan niobium oksida sebesar 0,33 dan 0,645.
Pada penelitian ini akan dilakukan ekstraksi terhadap logam tantalum dan niobium dari terak timah II menggunakan metode Leaching. Leaching dilakukan dua kali, yang pertama dengan menggunakan HCl dan Alkali NaOH dan yang kedua dengan menggunakan HF dan H2SO4 kemudian dilakukan ekstraksi menggunakan reagen MIBK dan karakterisasi dilakukan dengan instrumen ICP-OES. Kadar tantalum dan niobium pentoksida sebelum ditambahkan asam fitat adalah 68,6465 ppm dan 931,858 ppm dan setelah ditambahkan asam fitat menjadi 463,535 atau meningkat sebesar 85,229 ppm pada tantalum dan menurun sebesar 31,30 menjadi 640,165 ppm.

Tin slag II is a by product of tin processing, in tin slag II contained elements that can still be reused such as quartz, rutile, hematite, zirconium oxide, aluminum oxide, tantalum oxide, and niobium oxide. Tantalum and Niobium in the next few years will experience extinction, therefore in this research will be done tantalum and niobium recovery from tin slag II. Tin slag II has tantalum and niobium oxide levels of 0.33 and 0.645.
In this research will be extraction of tantalum and niobium metal from tin slag II using Leaching method. Leaching is done twice, the first by using HCl and Alkali NaOH and the second by using HF and H2SO4 and characterization done with ICP OES instrument. Levels of tantalum and niobium pentoxide before added phytic acid were 68.6465 ppm and 931.858 ppm and after added phytic acid to 463.535 ppm 640.165 ppm.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S68899
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Fajar Prihatno
"Laterit mengandung klorit, piroksen, talc, kuarsa, olivin dan amfibol. Laterit memiliki kadar Ni2 . Dalam penelitian ini dilakukan ekstraksi ion Ni2 dari laterit menggunakan heap leaching asam sulfat. Setelah dilakukan heap leaching 25 gram laterit menggunakan 500 mL variasi asam sulfat, didapatkan konsentrasi asam sulfat optimum Hasil heap leaching berwarna hijau kekuningan karena adanya [Fe H2O 6]3 dan [Ni H2O 6]2 . Kadar Fe3 dipisahkan dengan penambahan asam fitat. Kemudian dilakukan ekstraksi cair-cair dengan penambahan salisilaldoksim.

Laterite containing chlorite, pyroxene, talc, quartz, olivine and amphibole. Laterite content Ni2 . In this research, Ni2 extraction of laterite heap leaching using sulfuric acid. After 25 grams of laterite heap leaching using variation of 500 mL sulfuric acid, obtained optimum sulfuric acid concentration. Results heap leaching has yellowish green color because solution contain Fe H2O 6 3 and Ni H2O 6 2 . Number of Fe3 separated by addition of phytic acid. Then did liquid liquid extraction by salicylaldoxime addition."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S66680
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aryadipa Rachmana
"Salah satu unsur logam tanah jarang adalah lantanum. Lanthanum dapat dipisahkan dengan beberapa teknik seperti ekstraksi solven, pertukaran ion, dan metode pengendapan fraksional. Salah satu sumber lantanum adalah mineral pasir silika, dan Indonesia memiliki jumlah pasir silika yang cukup berlimpah sehingga dapat dijadikan potensi produksi lantanum yang tinggi.Pada penelitian ini akan dilakukan ekstraksi lanthanum dari mineral pasir silika. Pemisahan logam lantanum dari pasir silika menggunakan ekstraksi padat cair, karena sifat fisik dari pasir silikanya sendiri.
Metode ekstraksi yang digunakan adalah metode Heap Leaching menggunakan H2SO4, metode ini digunakan karena merupakan metode yang murah, praktis, tidak perlu destruksi, dan preparasi yang tidak rumit.Metode pengendapan menggunakan natrium sulfat kemudian dilakukan untuk memisahkan logam-logam maupun pengotor yang terdapat dalam larutan. Selanjutnya dilakukan pemisahan kembali darilogam pengotor menggunakan asam fitat untuk kemudian diperoleh hasil ion lantanum yang lebih murni. Didapatkan hasil lantanum yang berhasil didapat.

One of rare earth metal element is lanthanum. Lanthanum can be separated by several techniques such as solvent extraction, ion exchange, and fractional precipitation methods. One of many source of lanthanum is the silica sand mineral, and Indonesia has a considerable amount of silica sand that can be used as a high lanthanum production potential. In this research, the extraction of lanthanum from silica sand mineral will be done. Separation of lanthanum metal from silica sand using liquid solid extraction is done due to the physical properties of the silica sand itself.
The extraction method that is used in this research is Heap Leaching method using H2SO4. This method is used because it is a cheap, practical method, no need for destruction, and the preparation is not complicated. The precipitation method using sodium sulfate is then carried out to separate the metals and impurities present in the solution. Furthermore, the separation of the impurity metal using phytic acid is then obtained to produce purer lanthanum ions. The result of lanthanum obtained by this method ide 0.709 ppm with percent extraction is 11.3.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marie Antoinette Cherie Winokan
"ABSTRAK
Tujuan penelitian adalah diketahuinya kadar seng serum pada pasien DM tipe 2
dan hubungannya dengan asupan seng, protein hewani, fitat, dan serat. Penelitian
ini merupakan studi potong Iintang pada pasn DM tipe 2 usia 40-64 tahun yang
berobat jaian di Poliklinik Metabolik Enclokrin Departemen Ilmu Penyakit Dalam
FKUI/RSCM pada bulan Mei sampai Juni 2009. Sebanyak 68 pasien DM tipe 2
menyatakan kesediaannya mengikuti penelitian ini dan di akhir penelitian terdapat
58 subjek (85,29%) yang mengikuti penelitian ini dengan lengkap. Data diperoieh
dari wawancara, pengukuran antropometri, evaluasi asupan makanan
menggunakan rntode jizod recaff 2 x 24 jam, food record tiga hari, dan FFQ
semikuantitatifl Selain ilu juga dilakukan pemeriksaan kadar Seng serum, kadar
glukosa darah puasa, dan kadar giukosa darah dua jam setelah makan. Nilai
median asupan seng dari food record didapatkan sebesar 5,95 mg (4,92 - 7,l3
mg) pada laki-Iaki dan pada perempuan sebesar 5,|6 mg (4,54 »- 6,03 mg), hanya
3,-45% subjek yang mempunyai asupan seng yang cukup menurut AKG. Sebanyak
8l,03% subjek memiliki proporsi asupan protein hewani yang lebih rendah
daripda rekomendasi dan 93,l0% subjek memiliki tingkat estimasi tingkat
absorpsi Seng yang rendah, serta asupan sera! yang cukup. Sebagian besar (77,6%)
subjek penelitian termasuk kategori hiperglikemik dan sebanyak l2,07% subjek
penelitian memiliki kadar seng serum rendah, yaitu 3,45% pada laki-laki dan
8,62% pada perempuan. Didapatkan korelasi lemah bemnakna (r = 0,226, p =
04344) antara ltadar seng serum dengan asupan protein hewani, dan persentase
asupan protein hewani memiliki korelasi derajat cukup (r=0,375) dengan kadar
Seng serum (p=0,0U2). Tidal-t didapatkan hubungan bermakna antara kadar song
serum dengan asupan seng, protein hewani, serat, dan estimasi tingkat absorpsi
seng."
2009
T32879
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Azhar Yogaswara Sulistyawan
"Tailing dari limbah penambangan bauxite daerah Wacopek di pulau Bintan ternyata memiliki kandungan logam lantanida yang bernilai ekonomi sangat tinggi, yaitu lantanum oksida La2O3 dan yytrium oksida Y2O3 masing-masing sebesar 0,0041 dan 0,0052. Data tersebut memberikan informasi potensi yang sangat prospektif untuk memperoleh nilai tambah yang besar melalui ekstraksi logam-logam berharga dari limbah tailing bauxite. Dengan demikian, pemisahan lantanida dari limbah tailing bauxite tersebut menjadi solusi baik bagi lingkungan dan perekonomian karena dapat mengurangi limbah hasil pertambangan dan mengolahnya menjadi material yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Pemisahan ion yttrium dari tailing bauxite mula-mula menggunakan ekstraksi padat cair, karena sifat fisik dari tailing bauxite sendiri, metode ekstraksi padat cair yang murah dan praktis dapat menggunakan metode heap leaching karena jauh lebih murah, praktis, karena tidak perlu destruksi, pemisahan padatan dengan cairan, dan preparasi yang tidak rumit.
Hasil dari ekstraksi heap leaching diperoleh pada konsentrasi optimum asam sulfat 0,1M dengan tingkat keberhasilan 24,39 untuk melarutkan lantanum, dan berhasil melarutkan 34,03 yttrium dari tailing bauxite. Setelah dilakukan pemisahan dengan ekstraksi padat cair dengan H2SO4 kemudian dilakukan juga pemisahan kembali dengan melakukan pengendapan menggunakan trisodium fosfat dan asam fitat untuk kemudian diperoleh hasil yttrium yang tidak terkontaminasi apapun. Dan proses 2 kali pengendapan berhasil meningkatkan kadar lantanum sebesar 83,6 menjadi 0,04411 ppm dan meningkatkan kadar yttrium sebesar 89,20 menjadi 0,28431 ppmKata.

Tailing from the bauxite mining waste from the area of Wacopek in Bintan Island evidently has a high economic value in the content of lanthanide metal. There are lantanum oxide La2O3 and yttrium oxide Y2O3 each of them have a weight of 0,0041 and 0,0052. These data provide potentially highly prospective information to obtain the great added value through the extraction of valuable metals from bauxite tailings waste. There has been no discovery of lanthanide elements from bauxite tailings so far, so the separation of lanthanides from the tailing bauxite waste becomes a solution for both the environment and also the economy because it can reduces the waste of mining products and processes them into materials that could have a high economic value. Therefore, the efforts to extract it through the enrichment methods is the exact and efficient separation that is proposed for this research. The separation of yttrium ion from tailing bauxite first uses liquid solid extraction because the physical properties of tailing bauxite itself. A cheap and practical liquid solid extraction method can use the heap leaching method because it is much cheaper and practical, there is no need for destruction separation of solids with liquids and the prepaparation is also uncomplicated.
The results from the heap leaching extraction were obtained at the optimum concentration of 0,1M sulfuric acid with a success rate of 24,39 to dissolve the lanthanum, and successfully dissolved 34,03 yttrium from the bauxite. After the separation between liquid solid extraction with the H2SO4, then it re separated again by precipitation using trisodium phosphate and phytic acid to obtain the uncontaminated results. Last, the twice sedimentation process successfully increased the lanthanum level from 83,6 to 0,04411 ppm and the yttrium levels from 89,20 to 0,28431 ppm.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irene
"Tujuan penelitian adalah diketahuinya kadar seng serum pada pasien kanker kepala dan leher serta hubungannya dengan status radiasi. Penelitian ini merupakan studi potong lintang pada pasien kanker kepala dan leher stadium lokoregional lanjut usia 19-59 tahun yang berobat jalan di Poliklinik Umum Radioterapi RSUPNCM pada bulan Juli sampai Oktober 2011. Sebanyak 36 subyek mengikuti penelitian ini dengan lengkap. Data diperoleh dari wawancara, pengukuran antropometri, penilaian asupan makanan menggunakan metode food record 2x24 jam dan pemeriksaan kadar seng serum. Nilai rerata asupan seng dari food record sebesar 7,11 ± 3,12 mg/hari. Sebanyak 100% subyek dalam kelompok belum radiasi termasuk dalam kelompok asupan seng kurang, sementara 35% subyek dalam kelompok sedang radiasi mempunyai asupan seng yang cukup. Terdapat perbedaan bermakna antara asupan seng pada kelompok belum radiasi dengan kelompok sedang radiasi (5,95 ± 2,57mg vs 8,04 ± 3,26mg; p=0,044). Sebanyak 52,8% subyek memiliki rasio fitat terhadap seng yang tinggi dan tidak ditemukan perbedaan bermakna antara kelompok belum radiasi dengan kelompok sedang radiasi (p=l,OO). Sebanyak 88.89% subyek penelitian termasuk dalam kelompok dengan kadar seng serum rendah. Tidak didapatkan hubungan yang bermakna antara asupan seng maupun rasio fitat terhadap seng dengan kadar seng serum (p=0,873 dan p=0,243). Tidak didapatkan hubungan yang bermakna antara status radiasi dengan kadar seng serum (p=0,873).

The study aimed to assess serum zinc levels in head and neck cancer patients and its association with radiation status. This cross-sectional study involved 19-59 years locoregional advanced disease head and neck cancer outpatients in General Clinic of Radiotherapy Department, Cipto Mangunkusumo Hospital. Thirty six subjects · completed the study. Data were obtained from interviews, anthropometric measurements, and dietary assessments using 2x24 hours food record, and serum zinc measurements. Mean figure of zinc intake obtained from food record was 7.11 ± 3.12 mg/hari. All subjects in irradiated group had low zinc intake, while 35% subjects in radiated group had sufficient zinc intake. Significant difference on zinc intake was obtained between irradiated and radiated groups (5.95 ± 2.57mg vs 8.04 ± 3.26mg, p=0.044). High phytate zinc ratio was found in 52.8% subjects and there was no significant difforence on phytate zinc ratio between irradiated and radiated groups (p=I.OO). Majority of subjects was categorized as having low serum zinc levels (88.89%). There was no significant association between zinc intake and phytate zinc ratio toward serum zinc levels (p=0.873 dan p=0.243). No significant association was also seen between radiation status and serum zinc levels (p=0.873)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
T58406
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zeusa Rainardi Muhammad
"Penelitian ini bertujuan untuk menyintesis hidrogel yang bersifat self-healing untuk digunakan sebagai elektrolit padat, tepatnya quasi-solid-state electrolyte, dalam pengembangan superkapasitor. Elektrolit jenis ini dipilih sebagai upaya untuk mengatasi keretakan elektrolit padat dalam proses fabrikasi superkapasitor akibat perbedaan tegangan antarmuka elektroda-elektrolit dalam proses fabrikasi superkapasitor. Keretakan elektrolit ini dapat memicu delaminasi atau keretakan elektroda dan menyebabkan hubungan arus pendek pada superkapasitor. Elektrolit yang disintesis adalah hidrogel lignosulfonat-poli(asam akrilat)-asam fitat (LS-PAA-PA) dan kinerja LS-PAA-PA sebagai elektrolit dalam superkapasitor simetris diuji dengan menggunakan lignosulfonat-polianilin (LS/PANI) sebagai elektroda. Sintesis LS-PAA-PA dilakukan dengan metode polimerisasi radikal dengan inisiator kalium persulfat dan LS/PANI disintesis melalui metode polimerisasi oksidatif dengan inisiator kalium persulfat dalam pelarut HCl 1 M. Karakterisasi hidrogel LS-PAA-PA hasil sintesis dengan ATR-FTIR menunjukkan puncak pada 488, 577, 1000, 1036, 1710 cm-1 yang mengonfirmasi pembentukan LS-PAA-PA. Selanjutnya, pengukuran dengan electrochemical impedance spectroscopy (EIS) menunjukkan konduktivitas ionik LS-PAA-PA-15 sebesar 5,08 mS/cm. LS-PAA-PA-15 menunjukkan sifat self-healing yang cukup baik dengan rasio pemulihan 54% serta daya tarik yang baik sebelum dan sesudah self-healing. Pengukuran luas permukaan elektroaktif elektroda LS/PANI di permukaan kertas karbon berdasarkan metode Randles-Sevcik menunjukkan luas 101,14 cm2. Evaluasi kinerja hidrogel LS-PAA-PA dalam superkapasitor simetris dengan LS/PANI sebagai elektroda menggunakan metode voltametri siklik dan EIS menunjukkan kapasitans spesifik sebesar 1,36 F/g, retensi kapasitans sebesar 92,49%, dan plot Nyquist yang tetap stabil setelah 1000 siklus.

This study aims to synthesize a self-healing hydrogel to be used as a quasi-solid-state electrolyte in the development of supercapacitors. This type of electrolyte is chosen to address the issue of cracking in solid electrolytes during the fabrication process of supercapacitors, which is caused by interfacial stress between the electrode and electrolyte. Such cracking can trigger cracking of the electrodes or delamination, leading to short circuits in the supercapacitor. The synthesized electrolyte is lignosulfonate-poly(acrylic acid)-phytic acid (LS-PAA-PA) hydrogel and its performance as an electrolyte in symmetric supercapacitors was tested using lignosulfonate-polyaniline (LS/PANI) as the electrode. The LS-PAA-PA was synthesized through radical polymerization with potassium persulfate as the initiator and LS/PANI was synthesized via oxidative polymerization with potassium persulfate in 1 M HCl solvent. Characterization of the synthesized LS-PAA-PA hydrogel using ATR-FTIR revealed peaks at 488, 577, 1000, 1036, and 1710 cm-1, confirming the formation of LS-PAA-PA. Furthermore, electrochemical impedance spectroscopy (EIS) measurements indicated an ionic conductivity of 5.08 mS/cm for LS-PAA-PA-15. The LS-PAA-PA-15 exhibited significant self-healing properties with a recovery ratio of 54% and maintained good tensile strength before and after self-healing. The electrochemically active surface area of the LS/PANI electrode on carbon paper, measured using the Randles-Sevcik method, was found to be 101.14 cm2. Evaluation of the LS-PAA-PA hydrogel performance in symmetric supercapacitors with LS/PANI as the electrode using cyclic voltammetry and EIS demonstrated a specific capacitance of 1.36 F/g, capacitance retention of 92.49%, and a stable Nyquist plot after 1000 cycles."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library