Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
Siti Rahayu Rachmawati
"Tulisan ini memaparkan tentang perkembangan film independen di Indonesia; mulai dari bagaimana awal mula sejarahnya hingga saat ini. Dengan adanya perkembangan teknologi serta bergantinya pemegang kekuasaan pasca Orde Baru, film independen telah bertransformasi sedemikian rupa yang dapat terlihat dari tiga aspek, yakni tema, teknis, dan sumber daya manusia. Semangat reformasi turut memberikan kontribusi ke dalam dunia perfilman independen Indonesia karena memberikan ruang yang lebih luas untuk berekspresi dan berkreasi bagi para penggiat film. Meskipun demikian, pada nyatanya gerakan film independen masih memiliki banyak pekerjaan rumah, khususnya di jalur distribusi dan ekshibisi. Minimnya ruang ekshibisi dan tidak ada lembaga yang melakukan distribusi, menjadikan selama ini distribusi dilakukan oleh aksi-aksi individual para pembuat film independen.
This paper describes about the development of Indonesian independent film, ranging from how the beginning of its history to the present. The development of technology as well as the change of power holders in Post New Order era enabled the transformation of independent film that can be seen from three aspects, including theme, technical, and human resources. The spirit of reform contributed to Indonesian independent film as it provides a broader space for expression and creativity. Nevertheless, the movement of the independent film still have a lot of homework, particularly in distribution and exhibitions channels. The lack of exhibition spaces and the absence of legal distribution institution caused the distribution of these independent films done by individual acts of the independent filmmakers themselves."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Kintan Az Zahra
"Penelitian ini membahas tentang kemunculan film independen, khususnya film Prenjak. Film Prenjak adalah salah satu dari sekian banyak film independen yang tidak berada dalam lingkaran industri perfilman arus utama . Penelitian ini melihat tentang apa yang melatarbelakangi kemunculan film Prenjak, bagaimana cara film Prenjak bertahan di luar arus utama, dan apa saja pencapaian yang sudah diperoleh film Prenjak sejauh ini. Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivis dan pendekatan kualitatif dengan strategi studi kasus.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa film Prenjak muncul sebagai respon dari agen dalam Teori Strukturasi Giddens terhadap kondisi Cultural Industries di perfilman Indonesia. Kemudian film Prenjak dapat bertahan karena adanya dukungan dari beberapa pihak dank arena film Prenjak memang sudah memiliki pasar, baik di dalam maupun di luar negeri. Penelitian ini juga menjabarkan bahwa film Prenjak berhasil mendapatkan banyak penghargaan di festival film internasional dan nasional.
This study discusses about the emersion of independent films, especially Prenjak movie. Prenjak is one of so many independent films which is not inside the circle of film industry mainstream. This study sees what is the background of the emersion of Prenjak, how Prenjak survive outside the industry, and what are the achievements of Prenjak so far. This study uses constructionism paradigm and qualitative approach with case study as its strategy. This study shows that Prenjak emerses as a response from agent on Giddens Structuration Theory to Cultural Industries in Indonesian film industry. Also, Prenjak can survive outside the industry because of the support from some parties and also, Prenjak already has markets, both at home and abroad. Lastly, Prenjak has received many awards until now from both international and national film festivals. "
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Ryani Sisca Pertiwi Nur
"Film independen adalah label yang sangat kontekstual. Penelitian ini mengkaji Buttonijo yang melakukan produksi kolektif dan distribusi alternatif yang berfokus pada film independen. Lewat studi kasus kolaborasi pembuat film independen dengan Buttonijo, peneliti berupaya menemukenali film independen dan memahami proses produksi kolektif dan distribusi alternatif yang dilakukan.
Penelitian ini menemukan bahwa Buttonijo melakukan strategi komersialisasi yang tidak sesuai dengan logika pembuat film independen yaitu kemampuan untuk mempertemukan film dengan khalayaknya. Hal ini menuntut pembuat film independen untuk berstrategi secara mandiri dalam hal 1 pendanaan, 2 produksi, dan 3 pemutaran sebagai hal utama bagi pembuat film independen.
Penelitian ini berargumen bahwa film independen adalah sebuah kemandirian dalam membuat film berlandaskan keadaan yang dapat dilihat lewat pilihan-pilihan yang diambil berdasarkan keadaan yang dimiliki oleh pembuat film independen. Sebagai tambahan, peran teknologi juga akan dibahas sebagai dasar logika dan praktik baik bagi Buttonijo maupun pembuat film independen.
Independent film is highly contextualized label. This study examines Buttonijo that does production collective and alternative distribution focusing on independent film. Through case study of collaboration between Buttonijo and independent filmmaker, this study attempts to identify independent film and understanding the process of production collective and alternative distribution that occurred. This study shows Buttonijo done commercialized strategy which does not convenient for independent filmmaker in terms of meeting their film and the audiences. This condition encourages independent filmmaker to strategize in terms of 1 funding, 2 production, 3 screening as main focus for them. This study then argues that independent film is an autonomous attempt to make film based on each condition, which could be examined through their choices. Furthermore, role of technology will also be discussed as primary base for both Buttonijo and independent filmmaker."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Abdullah Ba'Agil
"Penelitian ini memaparkan kemunculan dan dinamika sebuah komunitas film independen bernama Bale Films yang berada di Desa Cibanteng, daerah pinggiran yang dianggap bukan sebagai pusat dari industri kreatif dan teknologi. Melalui
participant observation dan wawancara mendalam ditemukan demokratisasi teknologi memainkan peranan penting untuk menjelaskan kemunculan dan dinamika komunitas film independen di Desa Cibanteng. Demokratisasi teknologi membuat teknologi untuk memproduksi film menjadi murah. Walaupun begitu, kata “murah” begitu relatif di tiap kelas sosial yang ada, perlu proses yang panjang untuk Bale Films memiliki berbagai teknologi produksi film skala kecil. Ditemukan juga, keadaan ini yang membuat teknologi semakin murah menguntungkan perusahaan besar industri film arus utama juga, dengan modal besar perusahaan arus utama mampu membuat film beranggaran besar yang menyingkirkan penawaran dari film independen yang beranggaran rendah, terlokalisasi, dan unik. Kesenjangan antara independen dengan dominasi industri mendorong perdebatan yang bermuara pada kritik budaya yang dilakukan oleh Bale Films sebagai komunitas film independen terhadap dominasi budaya film industri (film nasional arus utama). Kritik-kritik ini berada pada tataran wacana, wacana-wacana berupa film independen merdeka, bebas, jujur, seni di atas uang.
This research show the emergence and dynamics of an independent film community called Bale Films located in Cibanteng village, a suburb that is considered not as the center of creative industry and technology. Through participant observation and in-depth interviews, founds that the democratization of technology plays an important role in explaining the emergence and dynamics of the independent film community in Cibanteng Village. The democratization of technology makes the technology for producing films cheaply. Although word “cheap” is so relative in every existing social class, it takes a long process for Bale Films to have various small-scale film production technologies. Also, this situation makes technology increasingly profitable for the big film industry companies as well, with the large capital of mainstream companies being able to make big-budget films that block the offerings of low-budget, localized, unique independent films. The gap between independent and the domination of the industry, encourages contention which leads to the cultural criticism carried out by Bale Films as an independent film community against the cultural domination of the film industry (mainstream national films). These criticisms are at the level of discourse, discourses in the form of independent, free, honest films, art over money."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library