Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Eka Safrita Oktaviana
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan, asupan serat, asupan cairan, dan gaya hidup (aktivitas fisik, stres, konsumsi kopi, konsumsi minuman probiotik, dan posisi saat buang air besar) dengan konstipasi fungsional. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional dan dilakukan pada 99 orang mahasiswi FKM UI tahun 2013. Penelitian ini dilakukan pada bulan April sampai Mei 2013. Pengumpulan data dilakukan melalui pengisian kuesioner, Food Recall 2 x 24 jam, dan Food Frequency Questionnaire (FFQ). Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji Chi-square. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode acak stratifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi kejadian konstipasi fungsional di FKM UI sebesar 52,5%. Hasil analisis bivariat menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan kejadian konstipasi fungsional (p value = 0,014), ada hubungan yang bermakna antara asupan serat dengan kejadian konstipasi fungsional (p value = 0,045), dan ada hubungan yang bermakna antara posisi saat buang air besar dengan kejadian konstipasi fungsional (p value = 0,043). Diharapkan mahasiswi dapat meningkatkan kualitas kesehatannya sehingga dapat mengurangi kejadian konstipasi fungsional.

This study aim’s to know the relationship between knowledge, fiber intake, fluid intake, and lifestyle (physical activity, stress, coffee consumption, probiotic consumption and body position on defecation) with functional constipation. This study used cross sectional design and the data were collected from 99 FKM UI students in 2013. The study was conducted from April to Mei 2013. Data collected with self administered questionnaire, Food Recall 2 x 24 hour, dan Food Frequency Questionnaire (FFQ). Data was analyzed by Chi-square. Sample was selected by stratified random sampling method. The result showed that the prevalence of functional constipation was 52,5%. The results of bivariate analysis showed that there was a significant association between knowledge with incidence of functional constipation (p value = 0,014), there was a significant association between fiber intake with incidence of functional constipation (p value = 0,045), and there was a significant association between body position on defecation with incidence functional constipation (p value = 0,043). Students is expected to further improve the quality of their health so as to reduce the incidence of functional constipation."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S47286
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfi Puspa Nabilah
"Konstipasi fungsional merupakan salah satu masalah gastrointestinal yang paling umum terjadi. Penelitian baru-baru ini menunjukkan bahwa konstipasi fungsional juga banyak dialami oleh kelompok mahasiswa. Dampak konstipasi fungsional pada mahasiswa tidak dapat diabaikan, seperti menimbulkan perasaan tidak nyaman secara fisik dan psikososial yang berakibat pada menurunnya produktivitas dan kualitas hidup. Penelitian ini bertujuan untuk megetahui proporsi kejadian konstipasi fungsional dan hubungan antara beberapa faktor risiko dengan kejadian konstipasi fungsional pada mahasiswa S1 Reguler FKM UI tahun 2023. Variabel dependen dalam penelitian ini yaitu kejadian konstipasi fungsional. Variabel independen dalam penelitian ini antara lain asupan serat pangan, asupan cairan, aktivitas fisik, jenis kelamin, stres, dan kualitas tidur. Penelitian ini dilakukan mulai Juli-Desember 2023 dengan metode penelitian kuantitatif dan desain studi cross-sectional. Responden penelitian ini merupakan mahasiswa aktif S1 Reguler FKM UI angkatan 2020-2022 sejumlah 122 orang yang dipilih melalui teknik simple random sampling. Data diperoleh melalui pengisian kuesioner secara daring melalui Google Form. Data dianalisis secara univariat dan bivariat menggunakan uji Chi-Square dan Fisher-Exact. Berdasarkan hasil analisis, didapatkan proporsi konstipasi fungsional sebesar 18,9%. Hasil analisis bivariat menunjukkan tidak ada hubungan bermakna antara asupan serat pangan, asupan cairan, aktivitas fisik, jenis kelamin, stres, dan kualitas tidur dengan kejadian konstipasi fungsional pda mahasiswa S1 Reguler FKM UI 2023. Meskipun begitu, terdapat kecenderungan bahwa kejadian konstipasi fungsional lebih banyak dialami oleh mahasiswa yang memiliki asupan serat pangan kurang dan asupan cairan kurang. Oleh karena itu, mahasiswa diharapkan meningkatkan konsumsi serat pangan dan cairan serta menerapkan gaya hidup yang lebih sehat.

Functional constipation is one of the most common gastrointestinal disorders. Recent research shows that funstional constipation also occurs in student groups. The impact of functional constipation on students cannot be ignored, as it causes feelings of physical and psychosocial discomfort, resulting in decreased productivity and quality of life. This study aims to determine the proportion of functional constipation and the relationship between several risk factors with functional constipation among undergraduate students of the Faculty of Public Health, University of Indonesia, in 2023. The dependent variable of this study is functional constipation. The independent variables in this study include dietary fiber intake, fluid intake, sex, physical activity, stress level, and sleep quality. This research was conducted from July to December 2023 using quantitative methods and a cross-sectional study design. Respondents for this study were 122 active regular undergraduate students of FKM UI form the class of 2020-2022, selected through a simple random sampling technique. Data were obtained by filling out online questionnaires via Google Forms. Data were analyzed through univariate and bivariate analyses using the Chi-Square test and Fisher-Exact test. Based on the results, it was found that the proportion of functional constipation was 18,3%. The results of bivariate analysis showed that there was no significant relationship between dietary fiber intake, fluid intake, sex, physical activity, stress level, and sleep quality with functional constipation in regular undergraduate students at FKM UI in 2023. However, this research suggests that there is a tendency for functional constipation to be more frequent in students with lower dietary fiber intake and less fluid intake. Therefore, students are encouraged to increase their consumption of dietary fiber and fluids and adopt a healthier lifestyle. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Julianna Wati
"Skripsi ini membahas kemampuan mahasiswi Fakultas Kesehatan Masyarakat UI angkatan 2011 dalam mencari hubungan antara aktivitas fisik, asupan zat gizi makro, asupan serat dengan obesitasi.
Tujuan utama penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan antara aktivitas fisik, asupan zat gizi makro, asupan serat dengan obesitas PNS di Kepolisian Resor Kota Besar Bandung tahun 2011. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional. Subjek penelitian yang digunakan dan memenuhi kriteria yaitu sebanyak 84 responden. Data penelitian yang didapatkan dengan cara pengukuran antropometri tinggi badan dan berat badan, kuesioner untuk aktivitas fisik, dan wawancara untuk asupan zat gizi makro dan asupan serat.
Hasil penelitian ini yaitu sebanyak 14,3% responden mengalami obesitas; dan hasil bivariat menujukan hubungan yang bermakna antara asupan karbohidrat dengan obesitas.
Saran yang diberikan adalah memberi informasi kepada PNS tentang kebutuhan energi sesuai AKG (± 2500 kkal) agar mereka mengetahui berapa asupan karbohidrat (40% asupan total) yang diperlukan dalam 1 hari (± 250 gr karbohidrat). Hal ini setara dengan kebutuhan dari karbohidrat kompleks yaitu antara 2 ? 3 piring nasi dan asupan gula sebaiknya dibatasi sampai 5% dari jumlah kecukupan energi total sekitar 2 sendok makan setiap hari. Responden dapat mengubah asupan karbohidrat ke dalam URT (Ukuran Rumah Tangga) dan memodifikasi bahan makanan dengan membagi leaflet tentang Daftar Bahan Makanan Penukar. Dalam penelitian yang selanjutnya diharapkan pengunaan responden yang memiliki kegiatan pekerjaan di dalam kantor. Selain itu juga diharapkan dapat menggunakan sampel yang lebih besar dalam penelitian yang selanjutnya.

The focus of this study is the freshman student of Faculty of Public Health at University of Indonesia experience of acquiring the relantship of physical activity, macronutrient intake, fiber intake with obesity.
The general objective of this research is to know the descripstion of obesity and its relationship with physical activity, macronutrient intake and fiber intake PNS in Kepolisian Resor Kota Besar Bandung. This research is quantitative with cross sectional study and consisted of 84 eligible subjects. The data were collected by anthropometric assessment of Body Mass Index, questionnaire of physical activity, and interview of macronutrient intake and fiber intake.
The result are 14,3% of the subject were considered obesity; and bivariate analysis on carbohydrate intake showed signiciant relationship with obesity.
Suggestions are given to inform PNS about the energy needs according to AKG to let them know how much carbohydrate intake (40% of total intake) is needed in one day (± 250 gr carbohydrate). This is equivalent to that obtained from the intake of complex carbohydrates or equivalent with 2-3 dishes of rice and sugar intake should be limited to 5% of the total amount of energy adequacy about 2 tablespoons per day. Respondents can change the intake of carbohydrates into the URT (The Household Size) and modified food by dividing the leaflets about The List of Food Ingredients Exchangers. In a subsequent study the use of respondents who expected to have activity in the office work. It is also expected to use a larger sample in future research.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Syafitriani
"Indonesia termasuk dalam 17 negara yang mengalami beban ganda permasalahan gizi, salah satunya adalah stunting sebesar 37,2%, Tahun 2021 terlihat laju penurunan prevalensi stunting sudah semakin membaik terlihat data SSGI 2021 menunjukkan prevalensi stunting dari Tahun 2019 menurun 3,9% diikuti penurunan tahun 2021 menurun 3,3% dari 27,67% menjadi 24,4% di Tahun 2021. Kehamilan Tidak Diinginkan di Indonesia cenderung stagnan dan belum turun. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017 memperlihatkan prevalensi KTD sebesar 15%, selanjutnya tahun 2018 Survei Kinerja dan Akuntabilitas Program KKBPK (SKAP) memperlihatkan angka KTD 15%. Kehamilan tidak diinginkan menjadi faktor pemungkin dan memiliki peranan dalam menyebabkan stunting, dimulai sejak masa kehamilan seperti kesiapan untuk memiliki anak memberikan pengaruh terhadap kejadian kehamilan tidak diinginkan dan pola pengasuhan. Penelitian ini bertujuan untuk Mengetahui hubungan kehamilan tidak diinginkan dengan kejadian stunting pada balita 12-24 bulan di Indonesia, bersifat kuantitatif menggunakan data sekunder Riskesdas 2018. Penelitian ini mencakup seluruh provinsi dan kabupaten/kota di Indonesia. Penelitian ini menggunakan analisis data dengan menu complex samples. Hasil penelitian ini didapatkan tidak ada hubungan bermakna antara Kehamilan Tidak Diinginkan dengan Kejadian Stunting pada Baduta (12-24 bulan) di Indonesia pada analisis bivariat dengan menggunakan uji chi-square dengan nilai p 0,648 (OR: 1,054; 95%CI: 0,840 – 1,324). Pada analisis multivariat dengan menggunakan uji regeresi logistik menunjukkan Kehamilan Tidak Diinginkan memiliki pengaruh 1,287 berisiko lebih besar pada Kehamilan Tidak Diinginkan untuk menjadi Stunting dibandingkan pada Kehamilan Diinginkan (p 0,086, OR: 1,287; 95%CI: 0,965-1,716). Terdapat konfonding pada penelitian ini yaitu variabel ASI Eksklusif (aOR=1,l92: 95%CI : 0,987-1,441: p value 0,069). Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), Tingkat Sosial Ekonomi dan Jenis Kelamin merupakan faktor pengontrol yang mempengaruhi kejadian Stunting pada Baduta (12-24 bulan) di Indonesia, bayi yang lahir BBLR akan memiliki peluang risiko 2,508 kali lebih besar untuk menjadi stunting pada Baduta (12-24 bulan) dibanding dengan bayi lahir normal (p 0,000, OR: 2,508; 95%CI: 1,632-3,855), semakin rendah tingkat sosial ekonomi keluarga akan berisiko 2,151 kali lebih besar untuk mengalami stunting (p0,000, OR:2,151; 95%CI: 1,596-2,900), jenis kelamin laki-laki lebih memiliki kemungkinan mengalami stunting 1.309 kali berisiko dibanding anak perempuan (aOR: 1,309; 95% CI 1,090 - 1,573; pvalue = 0,004).

Indonesia is one of 17 countries that have experienied in a double burden of nutritional problems, one of which is stunting of 37.2%, In 2021, the rate of decline in the prevalence of stunting has improved, as can be seen from the 2021 SSGI data showing the prevalence of stunting from 2019 decreased by 3.9% followed by a decrease in 2021 decreased by 3.3% from 27.67% to 24.4% in 2021. Unwanted pregnancies in Indonesia tend to be stagnant and have not decreased. Indonesian Demographic and Health Survey (IDHS) showed an adverse event prevalence of 15%, then the Program Performance and Accountability Survey (SKAP) in 2018 showed an adverse event rate of 15%. Unwanted pregnancy is an enabling factor and has a role in causing stunting, starting from the time of pregnancy such as readiness to have children which influences the incidence of unwanted pregnancies and parenting patterns. This study aims to determine the relationship between unwanted pregnancies and the incidence of stunting in toddlers 12-24 months in Indonesia, using secondary data from Riskesdas 2018 in quantitative methods. This research covered all provinces and districts/cities in Indonesia. This research uses data analysis with complex samples menu. The result of this research showed that there was no significant relationship between unwanted pregnancy and stunting in Baduta (12-24 months) in Indonesia in bivariate analysis using the chi-square test with a p-value of p 0,648 (OR: 1,054; 95%CI: 0,840 – 1,324). In multivariate analysis using logistic regression test showed that unwanted pregnancy had a 1.287 greater risk of unwanted pregnancy becoming stunting than unwanted pregnancy (p 0,086, OR: 1,287; 95%CI: 0,965-1,716). There was a confounding in this research, namely the exclusive breastfeeding variable (aOR=1,192: 95%CI : 0,987-1,441: p value 0,069). Low Birth Weight (LBW), Socioeconomic Level and Gender are controlling factors that influence the incidence of stunting in Baduta (12-24 months) in Indonesia, the babies born with LBW will have a 2,508 times greater chance of being stunting in Baduta (12-24 months) compared to babies born normally (p 0,000, OR: 2,508; 95%CI: 1,632-3,855), the lower the socio economic level of the family, the risk is 2.151 times greater for stunting p 0,000, OR:2,151; 95%CI: 1,596-2,900), the male is more likely to experience stunting 1.309 times the risk than female (aOR: 1,309; 95% CI 1,090 - 1,573; pvalue = 0,004)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shera Dhias Elvita
"Konstipasi fungsional masih sering ditemui pada remaja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor dominan terhadap kejadian konstipasi fungsional pada siswa SMA Islam Al-Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan tahun 2015. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional dengan jumlah sampel 141 orang. Data yang dikumpulkan berupa status konstipasi fungsional, asupan serat, asupan cairan, aktivitas fisik, stress, IMT/U, jenis kelamin, pengetahuan gizi, konsumsi minuman probiotik dan konsumsi kopi. Data dikumpulkan dengan cara pengisian kuesioner mandiri, wawancara recall 3x24 jam, serta pengukuran antropometri.
Hasil penelitian menunjukkan prevalensi konstipasi fungsional sebesar 36,9% dan terdapat hubungan signifikan antara aktivitas fisik, jenis kelamin dan konsumsi minuman probiotik dengan konstipasi fungsional (p-value <0,05), dimana aktivitas fisik merupakan faktor dominan konstipasi fungsional.

Functional constipation is still common in adolescent. This study aimed to identify the dominant factors associated with functional constipation among high school student at Al-Azhar 2 Islamic High School Pejaten, South Jakarta 2015. This cross-sectional study included 141 students. The collected data were functional constipation status, fiber intake, liquid intake, physical activity, stress level, body mass index, sex, nutrition knowledge, consumption of probiotics beverages and consumption of coffee. Data were collected by self-administered questionnaire, 3x24 hour food recall interview, and measurements of weight and height.
The result showed that the prevalence of functional constipation was 36,9%, and there was a significant correlation between physical activity, sex and consumption of probiotics beverages with functional constipation (p-value <0.05), and physical activity as the dominant factor of functional constipation.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S60476
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Isnaeni
"Kegemukan merupakan masalah kesehatan yang sering terjadi pada remaja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor dominan terhadap kejadian kegemukan pada siswa SMA Islam Al-Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan tahun 2015. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional dengan jumlah sampel 128 siswa. Penelitian ini dilakukan pada bulan April hingga Mei 2015. Pengumpulan data dilakukan melalui pengukuran antropometri (meliputi berat dan tinggi badan), kuesioner mandiri dan wawancara food recall 3x24 jam. Adapun variabel yang diteliti adalah indeks massa tubuh menurut umur (IMT/U), jenis kelamin, asupan zat gizi, aktivitas fisik, kebiasaan konsumsi makanan cepat saji, kebiasaan konsumsi minuman manis, kebiasaan sarapan serta pengetahuan gizi.
Hasil penelitian menunjukkan prevalensi kegemukan sebesar 31,2% dan terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin, asupat serat dan kebiasaan konsumsi minuman manis dengan kejadian kegemukan (p-value < 0,05), dimana kebiasaan konsumsi minuman manis merupakan faktor dominan kegemukan.

Overweight is a common health problem in adolescent. This study aimed to identify the dominant factor associated with overweight among student at Al-Azhar 2 Islamic High School Pejaten, South Jakarta 2015. This study used a cross-sectional design with total sample 128 students. This research was conducted in April until May 2015. The data were collected by anthropometry measurements (consist of weight and height), self-administered questionnaire and food recall 3x24 hours interview. The variables studied were BAZ, sex, nutrient intake (energy, protein, carbohydrate, fat and fiber intake), physical activity, fast food consumption, sweetened beverages consumption, breakfast habit and nutrition knowledge.
The result showed that the prevalence of overweight was 31,2%, and there was a significant correlation between sex, fiber intake and consumption of sweetened beverages with overweight (p-value < 0,05) and consumption of sweetened beverages as the dominant factor of overweight.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S60475
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meitriana Pangestuti
"Gejala konstipasi fungsional merupakan salah satu penyebab menurunnya kualitas hidup. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan proprosi beberapa faktor risiko dengan gejala konstipasi fungsional. Pengumpulan data dilakukan dengan pengukuran antropometri, wawancara dan pengisian kuesioner. Disain studi yang digunakan crosssectional, dilakukan bulan April hingga Mei 2015,dengan 129 responden, terdiri dari 96 perempuan (74,4%) dan 33 laki-laki 25,6%). Prevalensi gejala konstipasi fungsional adalah 47,3%. Analisis bivariat menunjukkan terdapat perbedaan proporsi antara IMT (p value = 0,021), pengetahuan gizi (p value = 0,020), asupan serat (p value = 0,012), dan aktivitas fisik (p value = 0,029) dengan gejala konstipasi fungsional. Diharapkan guru sekolah dasar dapat meningkatkan kualitas kesehatan dengan olahraga teratur dan mengonsumsi cukup serat untuk mencegah gejala konstipasi fungsional.

Functional constipation symptom is one for risk factors of decreasing
quality of life. The purpose of the study was to determine differences in the proportion of multiple risk factors with functinal constipation symptom to perform anthropometry measurement, interview and admission questionnaire. This study was conducted with cross sectional design at April until May 2015. Study consisted of 129 respondent consisted of 96 women (74,4%) and 33 men (25,6%).
The prevalence of functional constipation symptom were 47,3%. Bivariate analysis showeed there to the difference betweeen BMI (p value = 0,021), knowledge of nutrition (p value = 0,020), fiber intake (p value = 0,012), and physical activity (p value = 0,029) with functional constipation symptom.
Elementary school teacher was expected to further improve the quality of health, by doing regularly exercise and consumpt adequat fiber intake to prevent functional constipation symptom."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S60466
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aisyah Noura Zumairitri Syam
"Prehipertensi pada remaja didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik dan/atau diastolik yang ≥90 persentil tetapi <95 persentil, sedangkan hipertensi pada remaja didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik dan/atau diastolik 95th persentil hingga 99th persentil + 5 mmHg berdasarkan jenis kelamin, usia, dan tinggi badan. Berdasarkan penelitian terdahulu mengenai prehipertensi dan hipertensi remaja di Indonesia, prevalensi prehipertensi pada remaja mencapai 16,8%, sedangkan prevalensi hipertensi mencapai 2,6%. Penelitian sebelumnya mengenai prehipertensi remaja di salah satu SMA di Bogor, prevalensi prehipertensi mencapai 21,5%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan proporsi status prehipertensi dan hipertensi berdasarkan karakteristik individu, status gizi, asupan, dan gaya hidup pada siswa/i usia 15-18 tahun di SMA Negeri 2 Cibinong. Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah cross-sectional dengan teknik pengambilan sampel consecutive sampling. Jumlah responden pada penelitian ini adalah 130 yang terdiri dari siswa/i kelas X dan XI SMA Negeri 2 Cibinong. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Mei - Juni melalui pengisian kuesioner (g-form), wawancara recall 2x24-h, pengukuran berat badan, tinggi badan, dan tekanan darah. Hasil penelitian didapatkan sebanyak 29,2% responden mengalami prehipertensi dan 3,1% responden mengalami hipertensi tahap 1. Terdapat perbedaan proporsi prehipertensi dan hipertensi berdasarkan riwayat hipertensi keluarga (p-value=0,001; OR=4,020; 95% CI=1,765 - 9,159), asupan natrium (p-value=0,001; OR=19,091; 95% CI=5,91 - 61,61), asupan serat (p-value=0,001; OR=6,000; 95% CI=2,68 - 13,39), dan kebiasaan merokok (p-value=0,002; OR=10,118; 95% CI=2,044 - 50,091). Siswa/i dengan riwayat hipertensi keluarga, asupan natrium berlebih, asupan serat kurang, dan memiliki kebiasaan merokok lebih berisiko mengalami kejadian prehipertensi dan hipertensi. Berdasarkan hasil penelitian ini, diharapkan siswa/i dapat mulai memperhatikan tekanan darah dengan melakukan pengukuran tekanan darah rutin sebulan sekali, membatasi asupan natrium ≤2000 mg atau 1 sdt per hari, meningkatkan asupan serat ≥25 gr per hari, dan mengurangi/menghentikan kebiasaan merokok.

Prehypertension in adolescents is defined as systolic and/or diastolic blood pressure that is ≥90th percentile but <95th percentile, while hypertension in adolescents is defined as systolic and/or diastolic blood pressure of 95th percentile to 99th percentile + 5 mmHg based on gender, age, and height body. Based on previous research regarding prehypertension and adolescent hypertension in Indonesia, the prevalence of prehypertension in adolescents reached 16.8%, while the prevalence of hypertension reached 2.6%. Previous research on adolescent prehypertension in one high school in Bogor, the prevalence of prehypertension reached 21.5%. This study aims to determine differences in the proportion of prehypertension dan hypertension status based on individual characteristics, nutritional status, intake and lifestyle among students aged 15-18 years at SMA Negeri 2 Cibinong. The research design used in this study was cross-sectional with consecutive sampling technique. The number of respondents in this study was 130 consisting of students from class X and XI of SMA Negeri 2 Cibinong. Data collection was carried out in May - June through filling out questionnaires (g-form), 2x24-h recall interviews, measuring body weight, height and blood pressure. The research results showed that 29.2% of respondents had prehypertension and 3.1% of respondents had stage 1 hypertension. There were differences in the proportion of prehypertension and hypertension based on family history of hypertension (p-value=0.001; OR=4.020; 95% CI=1.765 - 9.159), sodium intake (p-value=0.001; OR=19.091; 95% CI=5.91 - 61.61), fiber intake (p-value=0.001; OR=6.000; 95% CI=2.68 - 13.39) , and smoking habits (p-value=0.002; OR=10.118; 95% CI=2.044 - 50.091). Students with a family history of hypertension, excessive sodium intake, insufficient fiber intake, and smoking habits are more at risk of experiencing prehypertension and hypertension. Based on the results of this research, it is hoped that students can start paying attention to blood pressure by taking regular blood pressure measurements once a month, limiting sodium intake to ≤2000 mg or 1 tsp per day, increasing fiber intake to ≥25 grams per day, and reducing/stopping the habit of smoke."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library