Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 37 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sinulingga, Daniel
"Penelit ian ini merupakan sebuah studi tentang metode hibrida kavitasi hidrodinamika dengan reagen Fenton menggunakan orifice plate dalam mendegradasi amonia pada limbah cair sintetik. Penggunaan reagen Fenton dalam penelitian adalah untuk meningkatkan jumlah senyawa pengoksidasi yang berguna untuk mendegradasi amonia. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini pada sirkulasi larutan amonia tanpa orifice plate adalah 14,72% degradasi amonia, senyawa pengoksidasi paling banyak didapatkan pada pH 4, amonia terdegradasi optimum pada pH 4 dengan persentase degradasi amonia sebesar 16,81%, terdegradasi optimum pada konsentrasi awal H2O2 100 mg/L sebesar 19,01%, terdegradasi optimum pada variasi konsentrasi FeSO4:H2O2 = 1:7 sebesar 20,83%, dan konsentrasi awal optimum NH3 50 mg/L mencapai persentase degradasi maksimum sebesar 41,28%.

This research is a study of a hybrid method of hydrodynamic cavitation by using orifice plate and usage of Fenton Reagent to degrade synthetic ammonia in wastewater. Utilization of Fenton reagent in the research is to increase the number of useful oxidizing compounds to degrade ammonia. Results obtained from this research on the circulation of ammonia solution without the orifice plate is 14.72% degradation of ammonia, plentiful oxidizing compound are obtained at pH 10, ammonia degraded optimally at pH 4 with a percentage of 16.81%, ammonia degraded optimally in H2O2 initial concentration of 100 mg/L is 19,01%, ammonia degraded optimally with a variation of FeSO4: H2O2 = 1:7 is 20.83%, and the maximum initial concentration of 50 mg/L NH3 reached a maximum ammonia degradation percentage of 41.28%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S55198
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edhy Purnomo
"ABSTRAK
Industri tekstil merupakan industri yang banyak menghasilkan limbah cair berwarna yang sukar dihilangkan, yang terutama berasal dari proses pencelupan. Pembuangan limbah cair benvarna ini tidak hanya merusak estetika badan air, tetapi
juga meracuni biota di dalara badan air tersebut Untuk itu limbah cair berwama dari
pabrik tekstil ini hams diolah terlebih dahulu sebelum dibuang.
Metode penghilangan warna yang telah banyak digunakan dewasa ini belum begitu efektif untuk menghilangkan warna dari limbah tekstil. Metode tersebut di antaranya adalah koagulasi-flokulasi, adsorbsi dengan karbon aktif, dan perlakuan biologis dengan lumpur aktif. Oleh karena itu perlu dicari metode alternatif untuk menghilangkan warna limbah tekstil tersebut.
Pada penelitian ini dipelajari kemungkinan penggunaan metode oksidasi Fenton untuk menghilangkan wama limbah tekstil. Metode ini didasarkan pada reaksi antara ion ferro dan hidrogen peroksida pada suasana asam, yang akan menghasilkan radikal hidroksil dan ion ferri. Radikal hidroksil ini akan mengoksidasi/mendegradasi zat warna sehingga dihasilkan molekul-molekul yang lebih kecil yang tidak berwarna, sedang ion ferri dapat digunakan sebagai koagulan. Dengan demikian metode oksidasi Fenton ini memiliki dua keuntungan yaitu sebagai oksidator maupun sebagai koagulan.
Dari percobaan yang telah dilakukan untuk mengetahui pengaruh variasi waktu kontak, pH, konsentrasi hidrogen peroksida, konsentrasi ferro sulfat, dan suhu
terhadap penurunan kadar warna dan COD, maka didapat kondisi optimum berikut: lama waktu pengadukan 40 menit, pH=3, konsentrasi hidrogen peroksida 1500 ppm, konsentrasi ferrosulfat 300 ppm, serta suhu 50 °C. Hasil penurunan kadar warna yang dihasilkan adalah di atas 95 %, sedang untuk COD adalah di atas 85 %."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1999
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afrizah Ronawati
"ABSTRAK
Industri tekstil merupakan industri yang menghasilkan limbah cair berwarna yang dapat merusak estetika badan air dan meracuni biota di dalam badan air tersebut. Dyestuff chloranil yellow banyak digunakan dalan pewarnaan tekstil sehingga limbah zat warna ini harus diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke perairan. Pada penelitian ini dipelajari penurunan konsentrasi larutan dyestuff chloranil yellow dan nilai COD dengan menggunakan metode fenton, yang didasarkan pada reaksi antara ion ferro dan hidrogen peroksida dalam suasana asam yang akan menghasilkan radikal hidroksil. Radikal hidroksil berperan dalam mengoksidasi/mendegradasi zat warna sehingga konsentrasi larutan zat warna akan berkurang. Untuk menghasilkan proses degradasi yang optimum dilakukan variasi pH, konsentrasi H2O2, konsentrasi FeSO4, dan waktu kontak sehingga diperoleh nilai optimum dari masing-masing variabel. Hasil yang diperoleh pada degradasi sampel chloranil yellow 30 ppm adalah: pH 3.5, konsentrasi H2O2 30 ppm, konsentrasi FeSO4 25 ppm, dan waktu kontak 60 menit di mana persentase penurunan kadar warna adalah 66.45% dan persentase penurunan nilai COD adalah 83.33%."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 2005
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rismayanti Erlindah
"Paparan zat karsinogen seperti benzena yang berasal dari lingkungan secara terus menerus diduga dapat memberikan kontribusi radikal yang dapat berinteraksi dengan DNA, sehingga menghasilkan 8-hidroksi-2?-deoksiguanosin (8-OHdG) yang menjadi biomarker kerusakan oksidatif DNA. Penelitian ini dilakukan dengan mereaksikan basa DNA 2?-deoksiguanosin 5?-monofosfat dengan benzena. Pembentukan 8-OHdG dilakukan pada suhu 37 ºC dan 60 ºC, pH 7,4 dan 8,4, dengan waktu reaksi 5 jam serta dengan variasi Fe(II) dan H2O2 sebagai reagen Fenton. Hasil adduct dianalisis dengan HPLC reversed phase dengan detektor UV pada panjang gelombang 254 nm. Eluen yang digunakan adalah campuran buffer fosfat pH 6,7 10 mmol/L dan metanol (85:15). Pada penelitian ini diperoleh bahwa waktu retensi dGMP standar adalah 7,3 menit dan waktu retensi 8-OHdG standar adalah 9,0 menit. Pembentukan 8-OHdG dari dGMP dengan benzena dan penambahan Fe(II) pada pH 8,4 dan suhu 60 ºC menunjukkan hasil lebih banyak daripada pH 7,4 dan suhu 37 ºC. Hasil yang dilakukan dengan penambahan hidrogen peroksida juga menunjukkan pembentukan 8-OHdG yang lebih banyak pada pH 8,4 dan suhu 60 ºC daripada pH 7,4 dan suhu 37 ºC.

Carcinogenic substance exposure such as benzene from circles continue has predicted given radical that can interacted with DNA, which triggered product 8-hidroksi-2?-deoksiguanosin (8-OHdG) as biomarker oxidative DNA damage. Formation of 8-OHdG was performed by reacting the nucleotide 2?-deoxyguanosine -5?-monophosphate (dGMP) with benzene and added variation of Fe(II) with hydrogen peroxide as Fenton reagent, at 37 dan 60, pH 7,4 and 8,4, for 5 hour reaction time. The adduct obtained from these reaction were analyzed using reversed phase HPLC with UV detector at a wavelength of 254 nm. Eluent was used in this research was a mixture of phosphate buffer pH 6,7 10 mmol/L and methanol (85:15). The retention time of dGMP and 8-OHdG standart obtained at 7,3 minute and 9,0 minute respectively. Reaction between dGMP and benzene, Fe(II), and hydrogen peroxide showed that 8-OHdG formed as consequence of oxydative stress. 8-OHdG that formed from dGMP with benzena and added of Fe(II) in pH 8,4 and 60ºC in greater quantities than in pH 7,4 and 37ºC. Also 8-OHdG formed which by added of hydrogen peroxide has in greater quantities in pH 8,4 and 60ºC in greater quantities than in pH 7,4 and 37ºC."
Depok: Universitas Indonesia, 2016
S64336
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Juniarti
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan bisphenol A sebagai prooksidan. Pembentukan DNA adduct 8-OHdG dilakukan dengan mereaksikan dG dengan bisphenol A serta penambahan reagen Fenton. DNA adduct 8-OHdG dianalisis menggunakan HPLC kromatografi fasa terbalik dengan detector UV/vis pada panjang gelombang 254 nm. Kondisi optimum untuk menganalisis 8-OHdG menggunakan eluen dengan campuran buffer fosfat pH 6,7 10 mM dan metanol pada rasio 85:15. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa bisphenol A bersifat sebagai prooksidan ditandai dengan peningkatan hasil 8-OHdG yang terbentuk pada reaksi dengan penambahan bisphenol A. Penambahan reagen Fenton juga meningkatkan hasil 8-OHdG.Variasi pada penelitian kali ini meliputi variasi suhu, pH, dan waktu inkubasi. Variasi pH 7,4 dan 8,4, suhu 37⁰C dan 60⁰C, serta waktu inkubasi 5 dan 7 jam. Sebagian besar konsentrasi 8-OHdG akan meningkat dengan meningkatnya pH, suhu, dan dengan waktu inkubasi yang lebih lama.

This reseach was conducted to study the ability of bisphenol A as a prooxidant. The formation of DNA adduct 8-OHdG was being done by reacting dG with bisphenol A with addition of Fenton reagent. DNA adduct 8-OHdG were analyzed by using reversed phase HPLC with UV/vis detector at 254 nm. The optimum condition to analyze 8-OHdG obtained by using eluent with a mixture of phosphate buffer pH 6,7 10 mM and methanol at ratio 85:15. The results of this study indicate that bisphenol A act as prooxidant because of the increased yield of 8-OHdG formed in the reaction by the addition of bisphenol A. The addition of Fenton reagent also increased the yield of 8-OHdG.Variations in this present study include the variations of temperature, pH, and incubation time. Variations of pH 7.4 and 8.4, temperature 37⁰C and 60⁰C, also the incubation time 5 and 7 hours. Mostly the concentration of 8-OHdG will increased with the increasing of pH, temperature, and with longer incubation time.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S66986
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Evi Ratna Dewi
"Dilakukan pengujian secara in vitro terhadap calf thymus DNA dan 2'deoksiguanosin dengan penambahan Bisphenol A BPA dan reagen fenton yang bersifat karsinogenik dan dapat menyebabkan kerusakan oksidatif pada DNA, dianalisis dari pembentukan DNA adduct 8-hidroksi-2?-deoksiguanosin 8-OHdG. Inkubasi terhadap calf thymus DNA dan 2'deoksiguanosin dilakukan pada variasi pH, suhu, konsentrasi dan waktu inkubasi. Dari hasil penelitian ini BPA berpotensi dapat menimbulkan DNA adduct 8-hidroksi-2'-deoksiguanosin 8-OHdG. Rasio kemurnian calf thymus DNA pada ?260/ ?280 yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1.7. Konsentrasi 8-OHdG pada inkubasi calf thymus DNA dan 2'-deoksiguanosin dengan BPA menghasilkan DNA Adduct 8 OHdG yang menigkat pada setiap variasi konsentrasi, pH, suhu dan waktu inkubasi, nilai 8 OHdG yang terbentuk diantara 3 sampai dengan 40 ppb, dimana dengan penambahan reagen fenton konsentrasi 8 OHdG yang terbentuk lebih tinggi dari pada tanpa penambahan reagen fenton.

DNA damage due to oxidative processes can be analyzed by DNA adduct 8 hyroxy deoxyguanosin concentrat ion 8OHdG . The presence of 8 OHdG can be an indicator of cellular oxidative stress that may becoming biomarkers of DNA damage in the process of carcinogenesis. Bisphenol A and fenton can stimulate oxydative stress to calf thymus DNA and 2 rsquo deoxyguanosin that leads 8 OHdG forming. In vitro testing through different condition, such as pH variation, temperature, concentration and incubation time. The result shown that BPA could potentially induced 8 OHdG forming with 1,7 purity ration (checked at 260 280 nm). The different conditions also lead 8 OHdG forming concentration is higher in each variables (ranger between 3-40 ppb) with control.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
T48321
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Filia Stephanie
"Pada penelitian ini dilakukan studi pembentukan 8-OHdG akibat paparan Kromium III Dan Benzo[a]piren terhadap senyawa 2 rsquo;-deoksiguanosin. Studi pembentukan 8-OHdG dilakukan dengan mereaksikan basa DNA 2 rsquo;-deoksiguanosin dengan xenobiotika berupa Benzo[a]piren dengan variasi pH 7,4 dan 8,4, waktu inkubasi 7 dan 12 jam, dan variasi suhu inkubasi 37oC dan 60oC. Pada campuran ini kemudian di tambahkan logam Kromium III dan H2O2 sebagai reagen reaksi Fenton-like. DNA Adduct 8-OHdG yang terbentuk dianalisis menggunakan High Performance Liquid Chromatography HPLC fasa terbalik dengan detektor UV pada panjang gelombang 254 nm. Eluen yang digunakan pada pengukuran 8-OHdG adalah campuran Buffer Fosfat pH 6,7 10mM dan LC-Grade metanol dengan rasio 85:15 dengan laju alir 1 mL/menit. Hasil penelitian didapatkan bahwa pada semua campuran di semua variasi waktu, suhu, dan pH terdeteksi 8-OHdG, akan tetapi tidak dapat terkuantifikasi. Penambahan reagen Fenton juga meningkatkan hasil 8-OHdG yang terbentuk. Waktu inkubasi yang lebih lama serta suhu yang lebih tinggi menghasilkan 8-OHdG dengan konsentrasi yang lebih banyak, sedangkan variasi pH antara 7,4 dan 8,4 tidak berpengaruh secara signifikan pada pembentukan 8-OHdG.

In this research, study of 8 hydroxy 2 rsquo deoxyguanosine 8 OHdG caused by exposure of Chromium III and Benzo a pyrene was conducted. This study was done by reacting 2 rsquo deoxyguanosine as DNA base with xenobiotic like Benzo a pyrene with variation of pH 7.4 and 8.4, incubation time 7 and 12 hours, and incubation temperature 37oC and 60oC. On this mixture, another observation was conducted with addition of Chromium III and H2O2 as the Fenton like reaction reagent. 8 OHdG DNA Adduct was then analyzed with High Performance Liquid Chromatography HPLC reversed phase with UV detector on 245 nm wavelength. The mixture of pH 6.7 Phospate Buffer 10mM and LC grade methanol with ratio of 85 15 and 1 mL minute flow rate were used in the measurement of 8 OHdG. On every mixture in all pH, time, and temperature variation, 8 OHdG was detected with the concentration below the Limit of Quantification, thus the concentration can not be quantified. Addition of the Fenton like reaction reagent also impacted on higher 8 OHdG concentration in result. Longer incubation time and higher incubation temperature were proved to generate more 8 OHdG, meanwhile the variation of pH did not significantly affect the concentration of generated 8 OHdG in the mixture.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S69196
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Carina Aulia Wijayanti
"Nanokomposit Fe2O3/Mn2O3-Grafena dengan variasi persen berat grafena berhasil disintesis dengan metode hidrotermal. Hasil X-ray Diffraction (XRD) dapat menunjukkan bahwa sampel tidak memiliki pengotor. Kehadiran graphene dalam nanokomposit telah berhasil ditunjukkan dengan mengukur spektroskopi Raman dan spektroskopi sinar-X dispersif energi (EDX). Peningkatan spesifik dalam area sampel seiring bertambahnya graphene, dapat dikonfirmasi melalui isoterm adsorpsi-desorpsi N2. Vibrating Sample Magnetometer (VSM) menunjukkan bahwa magnetisme sampel menurun dengan meningkatnya graphene. Uji aktivitas foto-Fenton nanokomposit Fe2O3/Mn2O3 dengan adanya graphene digunakan untuk mengevaluasi degradasi metilen biru (MB) dan jingga metil (MO) di bawah paparan sinar UV. Hasil foto-Fenton optimum diperoleh pada nanokomposit Fe2O3/Mn2O3-7G 0,2 g/L dengan 2 mL H2O2 pada pH 4. Spesies aktif yang berperan dalam aktivitas foto-Fenton adalah OH● . Nanokomposit Fe2O3 /Mn2O3-7G juga menunjukkan sifat dapat digunakan kembali.

Fe2O3/Mn2O3-Graphene nanocomposite with various weight percent graphene was successfully synthesized by hydrothermal method. The results of X-ray Diffraction (XRD) can show that the sample has no impurities. The presence of graphene in nanocomposites has been successfully demonstrated by measuring Raman spectroscopy and energy dispersive X-ray spectroscopy (EDX). The specific increase in sample area as graphene increases, can be confirmed through the N2 adsorption-desorption isotherm. The Vibrating Sample Magnetometer (VSM) shows that the magnetism of the sample decreases with increasing graphene. Photo-Fenton activity test of Fe2O3/Mn2O3 nanocomposite in the presence of graphene was used to evaluate the degradation of methylene blue (MB) and methyl orange (MO) under UV light exposure. Optimum photo-Fenton results were obtained on Fe2O3/Mn2O3-7G 0.2 g/L nanocomposite with 2 mL H2O2 at pH 4. The active species that played a role in photo-Fenton activity was OH●. Fe2O3/Mn2O3-7G nanocomposites also showed reusability."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nitish Basant Adnani
"Latar belakang: Sekitar 10,6% persalinan di seluruh dunia adalah persalinan prematur. Pemantauan pertumbuhan yang adekuat dalam perawatan bayi prematur penting untuk mencegah kelebihan atau kekurangan asupan nutrisi, yang saat ini dapat dilakukan menggunakan kurva Fenton 2013 atau kurva INTERGROWTH-21st. Karena perbedaan metodologi dan populasi yang terlibat pada proses penyusunan kedua kurva, hasil yang didapatkan dapat berbeda. Oleh karena itu, dibutuhkan penelitian untuk membandingkan penggunaan kedua kurva tersebut pada populasi bayi prematur di Indonesia.
Metode: Penelitian kohort prospektif ini melibatkan subjek bayi prematur dengan usia gestasi lahir 28–36 minggu di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo selama Juni–September 2022. Seluruh subjek dipantau dengan kurva Fenton dan kurva INTERGROWTH-21st selama 2 minggu, dan dievaluasi perbedaan persentil berat badan, panjang badan, dan lingkar kepala, proporsi SGA, AGA, dan LGA, dan perbandingan proporsi subjek dengan EUGR pada usia 2 minggu.
Hasil: Dari 131 subjek yang memenuhi kriteria inklusi, didapatkan persentil berat badan, panjang badan, dan lingkar kepala lebih tinggi secara bermakna pada kurva INTERGROWTH-21st dibandingkan kurva Fenton. Sebanyak 17 dari 36 (47,2%) subjek yang tergolong SGA berdasarkan kurva Fenton pada saat lahir didapatkan lebih sesuai dengan AGA berdasarkan kurva INTERGROWTH-21st, dan 30 dari 89 (33,7%) subjek yang tergolong AGA berdasarkan kurva Fenton saat lahir didapatkan lebih sesuai dengan LGA berdasarkan kurva INTERGROWTH-21st. Subjek yang lahir sesuai AGA tetapi mengalami EUGR pada usia 2 minggu didapatkan lebih tinggi secara bermakna pada kurva Fenton (14,7%) dibandingkan kurva INTERGROWTH-21st (8,9%, p <0,001).
Kesimpulan: Insidens SGA didapatkan lebih tinggi pada kurva Fenton dibandingkan INTERGROWTH-21st, sedangkan LGA lebih tinggi pada kurva INTERGROWTH-21st dibandingkan kurva Fenton. Pada usia kronologis 2 minggu, insidens subjek dengan EUGR lebih tinggi secara bermakna dengan kurva Fenton dibandingkan kurva INTERGROWTH-21st.

Background: Approximately 10.6% of all deliveries worldwide are premature. Adequate growth monitoring is essential in the care of preterm infants to prevent excessive or undernutrition, which can currently be performed using the Fenton 2013 curve or the INTERGROWTH-21st curve. Due to differences in the methods and study population involved in the development of these two curves, there is a high possibility of obtaining different results. Therefore, a study is warranted to compare the two curves in the Indonesian premature infant population.
Methods: This prospective cohort study involves premature neonates with gestational age of 28–36 weeks born in Cipto Mangunkusumo Hospital during June–September 2022. The growth of all subjects were plotted on the Fenton and INTERGROWTH-21st curves for 2 weeks, and differences in weight, height, and head circumference percentiles, proportion of SGA, AGA, and LGA, and proportion of infants with weight below the 10th percentile between the two curves at 2 weeks were also compared.
Results: Among 131 subjects meeting the inclusion criteria, the weight, height, and head circumference percentiles were significantly higher on the INTERGROWTH-21st curve compared to the Fenton curve. As many as 17 of 36 (47.2%) subjects classified as SGA on the Fenton curve were AGA on the INTERGROWTH-21st curve, and 30 of 89 (33.7%) subjects classified as AGA on the Fenton curve were LGA on the INTERGROWTH-21st curve. The prevalence of infants without SGA at birth but classified as EUGR at 2 weeks was significantly higher on the Fenton curve (14.7%) than the INTERGROWTH-21st curve (8.9%, p <0.001).
Conclusion: The incidence of SGA was significantly higher with the Fenton curve, whereas LGA was significantly higher with the INTERGROWTH-21st curve. At 2 weeks, the proportion of subjects with EUGR was significantly higher with the Fenton curve compared to the INTERGROWTH-21st curve.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fadhila Malahayati Kamal
"Parasetamol sebagai mikropolutan pada air laut menjadi perhatian global karena efek toksisitasnya. Karakteristik parasetamol yang tidak dapat terdegradasi pengolahan konvensional sepenuhnya, membuat Fenton hadir sebagai alternatif yang terbukti mampu mendegradasi parasetamol. Kombinasi proses Fenton dan ultrafiltrasi menghadirkan peluang sebagai pengolahan alternatif untuk menyisihkan parasetamol dan sisa besi. Tujuan penelitian ini ialah untuk mengevaluasi efektivitas proses hybrid Fenton dan membran untuk menyisihkan parasetamol dalam COD. Variabel penting dari proses Fenton yang diamati ialah rasio H2O2/Fe2+ . Pada matriks air sintetik, rasio optimal 1:2 menghasilkan penyisihan COD sebesar 45%, sedangkan rasio 1:1 menghasilkan 37% penyisihan COD pada matriks air laut. Membran Polyerhersulfone (PES) dengan ukuran pori 30 nm dan 7 nm (50 kDa) yang beoperasi pada fluks 120 L/m2h digunakan dalam penelitian ini. Kurangnya penyisihan COD teramati pada matriks air sintetik dan penyisihan 37% COD teramati selama untuk matriks air laut pada kedua jenis membran. Kemudian, penyisihan Fe2+ teramati sebesar 54% dan 92% setelah penyesuaian pH hingga 8,5 pada kedua matriks air dengan variasi membran. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa efektivitas proses hybrid Fenton dan ultrafiltrasi dalam menyisihkan parasetamol bergantung pada dosis katalis dan juga matriks air yang digunakan serta retensi besi oleh membran optimal terjadi ketika pH 8,5.

Traces of Paracetamol (PCT) as a micropollutant, particularly in seawater (SW), become a global concern due to the toxicity effect. Conventional wastewater treatment plants only able to degrade PCT partially. Therefore, an alternative treatment was necessary to treat PCT. Fenton oxidation is an efficient process to degrade PCT. Combination of Fenton oxidation and ultrafiltration treatment presents a promising opportunity as one of the alternative treatments for PCT removal across aqueous matrices and removal of iron residue. This study aims to evaluate the efficiency of the hybrid processes to remove PCT, in Chemical Oxygen Demand (COD), for both distilled water (DW) and seawater. Important parameter in Fenton, H2O2/Fe2+ ratio (w/w) was observed. In the DW, optimal 1:2 ratio resulted 45% COD removal, whereas 1 :1 exhibited 37% COD removal in SW. Flat sheet Polyethersulfone (PES) with pore size of 30 nm and 7 nm (50 kDa) membrane was employed with a constant flux of 120 L/m²·h. A lack of contribution of COD removal in DW and 37% in SW was observed during the ultrafiltration process. Furthermore, 54% and 92% removal of Fe2+ residue was observed during ultrafiltration at adjusted pH 8,5 in both water matrices using different membrane pore size, respectively. In conclusion, hybrid Fenton oxidation and ultrafiltration efficiency depend on catalyst dosage and water matrix and optimum condition for ultrafiltration to retain iron is when the pH is adjusted to 8,5."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>