Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rome: FAO, Library and Documentation Systems Division, 1993
R 641.3 FAO
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
M. Fajrin Armin F.
"CTEV idiopatik memiliki tingkat keberhasilan koreksi awal yang tinggi menggunakan metode Ponseti (90%), namun angka rekurensi tetap signifikan (3,7%–67,3%), terutama akibat ketidakpatuhan terhadap penggunaan foot abduction orthosis (FAO). FAO direkomendasikan digunakan selama 4 tahun, tetapi penelitian Iowa menunjukkan pemakaian selama 2 tahun menghasilkan angka rekurensi 56%, artinya 44% pasien tidak mengalami rekurensi meskipun hanya menggunakan FAO selama 2 tahun. Penelitian ini bertujuan menganalisis skala maturasi medial malleolus, talus dan kalkaneus pada pasien CTEV idiopatik yang menjalani tahap pemeliharaan protokol Ponseti. Penelitian dilakukan dengan desain potong lintang pada 20 pasien usia 2 dan 4 tahun di RSUPN Cipto Mangunkusumo (2018-2023) menggunakan ultrasonografi. Hasil menunjukkan skala maturasi medial malleolus (108,1%) dan talus (93,6%) lebih tinggi pada usia 2 tahun dibanding usia 4 tahun (99,9% dan 75,7%), sedangkan kalkaneus lebih tinggi pada usia 4 tahun (111,9%) dibanding usia 2 tahun (95,8%). Perbedaan ini tidak signifikan secara statistik (p>0,05). Faktor jenis kelamin menunjukkan hubungan signifikan (p<0,05), di mana laki-laki memiliki skala maturasi medial malleolus lebih tinggi dibanding perempuan. Kesimpulannya, tidak terdapat perbedaan bermakna pada skala maturasi antar kelompok usia, tetapi jenis kelamin memengaruhi skala maturasi medial malleolus

Idiopathic CTEV has a high initial correction success rate using the Ponseti method (90%), but recurrence rates remain significant (3.7%–67.3%), primarily due to noncompliance with Foot Abduction Orthosis (FAO) usage. FAO is recommended for 4 years, but a study in Iowa found that 2 years of FAO usage resulted in a recurrence rate of 56%, indicating that 44% of patients did not experience recurrence despite using FAO for only 2 years. This study aims to analyze the maturation scale of the medial malleolus, calcaneus, and talus in idiopathic CTEV patients undergoing the maintenance stage of the Ponseti protocol with FAO. This cross-sectional study included 20 patients aged 2 and 4 years at RSUPN Cipto Mangunkusumo (2018–2023) using ultrasonographic examinations. Results showed that the medial malleolus (108.1%) and talus (93.6%) maturation scales were higher in the 2-year age group compared to the 4-year group (99.9% and 75.7%), while the calcaneus maturation scale was higher in the 4-year group (111.9%) than the 2-year group (95.8%). These differences were not statistically significant (p>0.05). Among analyzed factors, only gender showed a significant relationship (p<0.05), with males having a higher medial malleolus maturation scale than females. In conclusion, there were no significant differences in maturation scales between age groups, but gender influenced the medial malleolus maturation scale."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Grace Evasari
"Masih minimnya penelitian tentang analisis risiko food safety, terutama di industri jasaboga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat risiko dalam setiap proses pengelolaan makanan pada catering X. Proses pengelolaan makanan di catering X meliputi proses penerimaan bahan makanan, penyimpanan bahan makanan, persiapan bahan makanan, pengolahan makanan, penyimpanan makanan jadi/masak, pengangkutan makanan, dan penyajian makanan. Setiap tahapan proses ini mengandung bahaya dan risiko yang dapat mengontaminasi makanan. Penelitian mengacu pada standar Food Safety Risk Analysis FAO/WHO (2006) dengan menggunakan analisis kualitatif. Hasil penelitian adalah gambaran penerapan food safety dan tingkat risiko berdasarkan proses pengelolaan makanan.

There is still a lack of studies on food safety risk analysis, especially in the catering industry. This research aims to obtain rating risk level in each process of the food management. The food management processes at catering CV. X include groceries reception, groceries storage, preparation, food processing, food storage, food transporting, and food serving. Each stage of these processes contains hazards and risks that can contaminate food. This research is conducted based on FAO/WHO (2006) Food Safety Risk Analysis and uses qualitative risk analysis. The results of this study show an overview of the implementation of food safety and rating risk level based on the food management processes.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S60068
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sandra Puspowinahyu
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas pengaturan dan praktik port state measures dalam menanggulangi Illegal, Unreported and Unregulated Fishing (IUU Fishing). Penelitian ini berbentuk yuridis-normatif dengan desain deskriptif, dengan tujuan memberikan pemahaman mengenai ketentuan port state measures dan penerapannya terhadap Negera-Negara Pihak dari FAO Port State Measures Agreement 2009 yaitu Australia, Selandia Baru, St. Kitts and Nevis, Uni Eropa, dan Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi ketentuan port state measures di negara-negara tersebut berbeda-beda. Namun dapat digarisbawahi bahwa port state measures mempunyai kelebihan tersendiri yang pada akhirnya ketentuan ini akan lebih efektif dalam menanggulangi IUU Fishing. Penelitian menyarankan pentingnya kodifikasi atas peraturan mengenai port state measures yang bertujuan langsung untuk menanggulangi IUU Fishing khususnya di Indonesia.

ABSTRAK
This study focuses on international law regime and state practices on port state measures in mitigating illegal, unreported and unregulated fishing (IUU Fishing). This normative juridical and descriptive research is addressed to give an understanding on port state measures and its implementation towards State Parties of FAO Port State Measures Agreement 2009, spesifically Australia, New Zealand, St. Kitts and Nevis, European Union, and Indonesia. This study shows that the implementation on port state measures from those countries are vary. However, port state measures has its own advantages that ultimately this provision will be more effective in mitigating IUU Fishing. The researcher suggests the importance of putting regulations into codification that focusing on port state measures in mitigating IUU Fishing especially in Indonesia.
"
2016
S65042
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library