Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hans Dermawan
"ABSTRAK
Manajemen komunikasi proyek memberikan hubrmgan keterkaitan kritis antara
personil, ide-ide atau gagasaq dan informasi ya[g dibutuhkan untuk kesuksesan
suatu proyek. Seperti halnya dalam Proyek Gedung Sekolah di Yayasan X yang
mengalami keterlambatan dalam kine{a waktu proyek akibat dari beberapa
faktor risiko dominan yang ada dalam manajemen komunikasi proyek. Oleh
kerena itu penelitien ini bertujuan untuk memberikan rekomendasi khususnya
kepda owner yang terlibat dalam proyek berupa pembangunan gedung sekolatL
agar dapat meningkatkan manajemen komunikasi yang telah dimiliki menjadi
lebih efektif. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif pada faktorfaktor
risiko dengan menganalisis setiap data kuesioner dari responden yang
terlibat @ proyek Gedung Sekolah di Yayasan X. Analisa Kuantitatif dalam
penelitian ini menggunakan metode AHP (Analyical Hierarclry Process) dan
Analisa tusiko berbasis PMBOK 2013. Hasil dari penelifian ini didapatkan 9
variabel peristiwa risiko (X44, X47,X23, X21, X39, X49,X25, X26, dan X48)
yang diidentifikasikan menjadi risiko utama dalam penerapan manajemen
komunikasi pada proyek Gedung Sekolah di Yayasan X

ABSTRACT
Management project communication contnbule a critical relationship betureen
members of projcct, ideas or suggestiong and information for poject srrcccss.
Such as School Buildings Project of X Foundation has delay project in time
performance because of some risk appearing in project communication
management The refore this research is giving recomendation for owner who
mixod up with school buildiogs trojcc{ in odcr to rmfovc existing
communication menrgement project to be morc effeclive. This rescarch use
qualitative approachm?nt on risk factors analyzing School Buildings Project ofX
Foundation respondent qwsioner. AHP (Analyucal Hicrarchy Proccss) meliod
used in this research for quantitative analyze and Risk Analyze based on Ph{BOK
2013. The prodwt research has nine risks evant variables (X44,){47,){23,)f,21,
X39, X49, X25, X26, and X48) which can b us?d as a principal risk in
application project communication managemetrt in School Buildings of X
Foundation"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
T46816
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dipdo Petrus Widjaya
"Latar Belakang : Pneumotoraks merupakan kasus kegawat daruratan yang harus ditatalaksana segera. Penilaian berbagai penyakit paru dan faktor-faktor penyebab secara tepat sangat penting diketahui sebagai panduan dalam kerjasama antardisiplin ilmu dan untuk meningkatkan penatalaksanaan pneumotoraks secara menyeluruh. Faktor risiko yang mempengaruhi kesintasan pasien pneumotoraks adalah usia dan infeksi HIV, namun data di Indonesia masih belum ada.
Tujuan : Untuk mengetahui karakteristik pasien pneumotoraks dan faktor-faktor yang mempengaruhi kesintasannya selama perawatan di RSCM.
Metode : Penelitian desain kohort retrospektif, dilakukan terhadap pasien pneumotoraks yang dirawat inap di RSCM pada kurun waktu Januari 2000 sampai Desember 2011. Kesintasan kumulatif selama 8 hari perawatan dan faktor yang mempengaruhi dianalisis secara bivariat dengan metode Kaplan Meier dan uji Log-rank serta analisis multivariat dengan Cox proportional hazard regression model untuk menghitung hazard ratio (HR) dan interval kepercayaan 95%.
Hasil : Seratus empat pasien pneumotoraks yang memenuhi kriteria penelitian ditemukan lebih banyak pada laki-laki 78(73,1%) dengan rerata usia 39,7(simpang baku[SB],16,2) tahun. Keluhan respirasi terbanyak berupa sesak napas 103(99%) dan kelainan pada pemeriksaan fisik hipersonor 101(97,1%). Foto polos toraks menunjukkan hiperlusen avaskular 95(91,4%). Faktor penyebab kejadian yang didapatkan adalah merokok 43(41,3%), pneumonia 42(40,3%), tuberkulosis 37(35,5%), trauma dada 13(12,5%), kejadian iatrogenik 6(5,7%), keganasan paru 6(5,7%), PPOK 5(4,8%), asma bronkiale 5(4,8%) dan artritis reumatoid 1(1%). Jenis pneumotoraks terbanyak adalah pneumotoraks spontan sekunder 49(47,1%). Tatalaksana sebagian besar dengan pemasangan WSD 98(94,2%). Keluaran pasien pneumotoraks hidup 69(66,3%), meninggal 35(33,7%). Penyebab kematian terbanyak pada pasien pneumotoraks saat perawatan adalah gagal napas 16(45,8%). Faktor-faktor yang memperburuk kesintasan pasien pneumotoraks adalah trauma dada (HR=3,49 (IK 95% 1,52;8,04)) dan tuberkulosis paru (HR=3,33 (IK 95% 1,39;7,99)).
Kesimpulan : Adanya tuberkulosis paru dan trauma dada memperburuk kesintasan pasien pneumotoraks selama perawatan di RSCM.

Background : Pneumothorax is an emergency case should be managed immediately. Assessment of lung diseases and the factors that cause pneumothorax is very important to know the proper guidelines in cooperation an interdisciplinary medical science and to improve the overall management of pneumothorax. Risk factors affecting the survival rate of pneumothorax patients are age and HIV infection, but there is no data in Indonesia.
Objective : The purpose of this study was to determine the characteristics of pneumothorax patients and factors affecting survival during hospitalization in RSCM.
Methods : Retrospective cohort study design conducted on pneumothorax patients who were admitted in RSCM in the period January 2000 to December 2011. Cumulative survival rate for 8 days of hospitalization and the factors affecting analyzed by bivariate with Kaplan Meier method and log-rank test and multivariate analysis by cox proportional hazard regression model to calculate hazard ratio (HR) and 95% confidence intervals.
Results : A total of 104 pneumothorax patients were reviewed. Their mean age was 39.7 years (SD ± 16.2 years) with a male to female ratio of 3:1. Commonest symtoms was shortness of breath 103(99%) and abnormalities on physical examination was hypersonor 101(97.1%). Plain chest X-ray showed hyperlucent avascular 95(91.4%).
Etiologic factors for the incidence of secondary pneumothorax were smoking 43(41.3%), pneumonia 42(40.3%), tuberculosis 37(35.5%), chest trauma 13(12.5%), iatrogenic 6(5.7%), lung malignancy 6(5.7%), COPD 5(4.8%), asthma 5(4.8%) and rheumatoid arthritis 1(1%). Commonest type of pneumothorax was secondary spontaneous pneumothorax 49(47.1%). Most of pneumothorax patients were successfully managed by chest thoracoscopy 98(94.2%). Outcome of pneumothorax patients were live 69(66.3%), died 35(33.7%). Causes of death in pneumothorax patients was respiratory failure 16(45.8%). Factors that worsen the survival rate of pneumothorax patients were chest trauma (HR = 3.49 (95% CI 1.52 to 8.04)) and pulmonary tuberculosis (HR = 3.33 (95% CI 1.39 to 7.99 )).
Conclusions : Factors that worsen the survival rate of pneumothorax patients were pulmonary tuberculosis and chest trauma that hospitalized in RSCM.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rachel Monique
"Berdasarkan laporan WHO 2013, kasus TB ekstra paru di Indonesia mengalami peningkatan dari 14.054 tahun 2012 menjadi 15.697 tahun 2013. Salah satu rumah sakit yang mencatat adanya peningkatan kasus TB ekstra paru adalah RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta sehingga, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan TB ekstra paru pada pasien rawat inap TB di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta tahun 2011-2013.
Penelitian ini menggunakan rekam medis dengan desain studi kasus kontrol. Sampel penelitian ini meliputi kasus yaitu, pasien rawat inap TB ekstra paru tahun 2011-2013 serta kontrol yaitu, pasien rawat inap TB paru tahun 2011-2013 dengan rekam medis yang tercatat lengkap.
Hasil penelitian menunjukkan proporsi kasus TB ekstra paru tertinggi berdasarkan organ terjangkit adalah TB tulang dan sendi sebesar 60%. Setelah TB ekstra paru dihubungan dengan beberapa variabel, umur < 25 tahun (OR: 19,36; 95% CI: 4,90-76,44) dan 25-50 tahun (OR: 4,40; 95% CI: 1,42-13,62), riwayat DM (OR: 0,08; 95% CI: 0,02-0,37) dan riwayat hipertensi (OR: 0,17; 95% CI: 0,03-0,81) secara statistik memiliki hubungan bermakna dengan TB ekstra paru, tetapi riwayat DM dan riwayat hipertensi menjadi faktor proteksi terhadap TB ekstra paru.
Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian lanjutan terkait faktor-faktor yang berperan terhadap TB ekstra paru, memberikan perhatian khusus kepada pasien yang lebih berisiko dalam diagnosis, serta promosi kesehatan kepada masyarakat agar lebih menyadari bahwa TB dapat menyerang organ lain selain paru-paru yang akan berdampak serius jika tidak ditangani segera, khususnya mereka yang termasuk kelompok berisiko.

Based on the WHO report 2013, extra-pulmonary TB cases in Indonesia have increased from 14.054 in 2012 to 15.697 in 2013. One of hospitals which get an increase of extra-pulmonary TB cases is National Center General Hospital Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, so, this study ultimately aims to identify risk factors that associated with extra-pulmonary TB to TB hospitalized patients in National Center General Hospital Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta 2011-2013.
This study is using medical records with the design of case-control study. Samples of this study include the case is extra-pulmonary TB hospitalized patients 2011-2013 while control is pulmonary TB hospitalized patients in 2011-2013. Both case and control must have complete medical records.
The results showed that the highest proportion of extrapulmonary TB cases by an affected organ is tuberculosis of bones and joints by 60%. After connecting extra-pulmonary TB with several variables, age < 25 years (OR: 19,36; 95% CI: 4,90-76,44) and 25-50 years (OR: 4,40; 95% CI: 1,42-13,62), history of diabetes (OR: 0,08; 95% CI: 0,02-0,37) and history of hypertension (OR: 0,17; 95% CI: 0,03-0,81), they statistically had significant association with extra-pulmonary TB, but a history of diabetes mellitus and a history of hypertension be protective factors against extra-pulmonary TB.
Therefore, it is advisable to do further research related to the factors that contribute to extra-pulmonary TB, giving special attention to patients who are more at risk in making the diagnosis, and doing health promotion to the public to be more aware that TB can affect other organs beside the lungs that would have a serious impact if it is not treated promptly, especially for the risky ones.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55894
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mida Arafina Nurdita
"Penyakit Diare merupakan penyakit menular dan menempati urutan kedua penyebab kematian anak balita di dunia. Di Indonesia, khususnya Jawa Barat adalah wilayah endemis untuk diare, Kabupaten Bogor merupakan salah satu kabupaten dengan prevalensi diare balita yang cukup tinggi. Puskesmas Purwasari merupakan puskesmas dengan kasus diare balita tertinggi di Kabupaten  Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor risiko (karakteristik balita, karakteristik ibu, dan sarana sanitasi) kejadian diare balita di Wilayah Kerja Puskesmas Purwasari Kabupaten Bogor tahun 2022. Penelitian ini menggunakan desain penelitian kasus-kontrol dengan sampel 53 kasus dan 53 kontrol. Analisis data dilakukan menggunakan uji chi-square dan regresi logistik model prediksi. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara pemberian ASI Eksklusif (0,28; 0,11-0,67), pemberian imunisasi campak (0,18; 0,08-0,42), pengetahuan (0,16; 0,07-0,38), perilaku pembuangan tinja balita (0,18; 0,07-0,46), dan sarana jamban (0,32; 0,14-0,72) dengan kejadian diare pada balita. Variabel yang diprediksi paling berpengaruh terhadap terjadinya diare balita di wilayah kerja Puskesmas Purwasari adalah variabel pengetahuan (9,76; 2,78 - 34,21).

Diarrhea is an communicable disease and ranks the second cause of death for children under-five in the world. In Indonesia, especially West Java, which is an endemic area for diarrhea, Bogor is one of the districts with a fairly high prevalence of diarrhea in children under-five. Purwasari Community Health Center is a health center with the highest cases of diarrhea in children under-five in Bogor Regency. This study aims to analyze the risk factors (characteristics of children under-five, characteristics of mothers, and sanitation facilities) for the incidence of diarrhea in children under-five in the Purwasari Public Health Center, Bogor Regency in 2022. This study used a case-control research design with a sample of 53 cases and 53 controls. Data analysis was performed using chi-square test and logistic regression predictive model. The results showed that there was a relationship between exclusive breastfeeding (0,28; 0,11-0,67), measles immunization (0,18; 0,08-0,42), knowledge (0,16; 0,07-0,38), toddler stool disposal behavior (0,18; 0,07-0,46), and latrine facilities (0,32; 0,14-0,72) with the incidence of diarrhea in children under-five. The variable that is predicted to have the most influence on the occurrence of diarrhea under five in the working area of ​​the Purwasari Health Center is the knowledge variable (9,76; 2,78 - 34,21)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Bayu Adi Nugroho
"Evaluasi Manajemen Komunikasi Proyek Berbasis Risiko pada Pelaksanaan Proyek Pembangunan Perumahan Bintaro JayaManajemen proses komunikasi proyek memberikan hubungan keterkaitan kritis antara personil, ide-ide atau gagasan, dan informasi yang dibutuhkan untuk kesuksesan suatu proyek. Seperti halnya dalam Proyek Pembangunan Perumahan Bintaro Jaya yang mengalami keterlambatan dalam kinerja waktu proyek akibat dari beberapa faktor risiko yang ada dalam manajemen komunikasi proyek. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk memberikan rekomendasi khususnya kepada owner yang terlibat dalam proyek berupa pembangunan perumahan, agar dapat meningkatkan manajemen komunikasi yang telah dimiliki menjadi lebih efektif. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif pada faktor-faktor risiko dengan menganalisis setiap data kuesioner dari responden yang terlibat pada proyek Pembangunan Perumahan Bintaro Jaya. Hasil dari penelitian ini didapatkan 6 variabel peristiwa risiko yang diidentifikasikan menjadi risiko utama dalam penerapan manajemen komunikasi pada proyek Pembangunan Perumahan Bintaro Jaya.Kata Kunci : manajemen komunikasi, kinerja waktu, faktor-faktor risiko.

Evaluation Of Project Communication Management Based On Risk At Housing Project In Bintaro Jaya To Improve Schedule PerformanceManagement project communication contributing a critical relationship between members of project, many ideas or suggest, and information which for project success. Such as Housing Project Project in Bintaro Jaya has delay project in time performance because of some risk appearing in project communication management. So that is the reason this research to give recomendation for owner who mixed up with housing project in order to improve existing communication management project to be more effective. This research use qualitative approachment on risk factors with analyze Housing Project in Bintaro Jaya respondent quesioner. Six risk event variabels to be product research which is it can be principal risk in application communication management project on Housing Project Project in Bintaro Jaya.Keywords communication management, time performance, risk factors."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
T48790
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bima Sukma
"Tesis ini membahas tentang bagaimana cara mengembangkan alur komunikasi yang efektif pada pelaksanaan proyek townhouse ldquo;Y rdquo; dengan melakukan analisa risiko pada setiap kegiatan yang berlangsung selama pelaksanaan proyek konstruksi. Dari analisa risiko yang dilakukan tersebut didapatkanlah faktor risiko yang dominan secara akurat, sehingga dapat disusun strategi yang tepat dalam mengembangkan alur komunikasi proyek townhouse ldquo;Y rdquo; untuk mencapai sasaran mutu dan meningkatkan kinerja waktu proyek.
Hasil penelitian menyarankan untuk melakukan penambahan aktivitas komunikasi dari kondisi eksisting yang disertai dengan Standard Operasional Prosedur SOP secara detail dan dilengkapi oleh alat komunikasi berupa Form Checklist yang dapat dimengerti serta dilaksanakan oleh seluruh stakeholder.

This thesis discusses about how to develop effective communication by observing townhouse 'Y's project through risk analysis in every activities involved during the project construction period. Through the completed risk analysis, the dominant risk can be concluded accurately. Therefore right strategies in developing communication flow for townhouse 'Y's can be organised in order to achieve quality target and improve project 39 s time efficiency.
The result suggests the need of adding communication activities from existing condition with detailed SOP and communication tool such as checklist form which could be understood and functioned by every stakeholder.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
T48726
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Wulandhari
"Dalam produksi minyak dan gas bumi, pengendalian kimiawi dari kontaminasi mikrobiologi bagi integritas jaringan pipa dan vessels salah satu caranya yaitu dengan menggunakan biosida Glutaraldehid. Dari data pencatatan Penyakit Akibat Kerja (PAK) PT. X, pada tahun 2019 telah terjadi insiden akibat kesalahan penanganan bahan kimia dan informasi yang tidak memadai pada Lembar Data Keselamatan (LDK) yang mengakibatkan ketidaksesuaian pemilihan sarung tangan kimia sehingga menyebabkan 7 kasus dermatitis kontak iritan pada pekerja yang melakukan injeksi biosida Glutaraldehid. Tujuan penelitian ini adalah melakukan identifikasi, menilai besarnya risiko kesehatan melalui rute paparan kulit dan potensi dampak terjadinya iritasi pada kulit yang berkaitan dengan faktor-faktor risiko kulit, menentukan tingkat bahaya pada rute paparan, kulit serta mengevaluasi efektifitas pengendalian risiko dan memperoleh rekomendasi mitigasi yang tepat untuk mencegah terjadinya penyakit kulit akibat kerja pada proses injeksi biosida Glutaraldehid di fasilitas produksi hulu migas PT. X. Metode dalam penelitian ini yaitu observasional melalui pendekatan deskriptif yang bersifat semikuantitatif menggunakan metode Dermal Risk Assessment (DREAM) dan survei Nordic Occupational Skin Questionnaires (NOSQ 2002/SHORT) modified pada enam lapangan operasi di PT. X yang memiliki proses injeksi biosida Glutaraldehid. Hasil penelitian didapatkan, tingkat paparan dermal pada task level site B keseluruhan SkinW-Atask yaitu 118.97 tingkat risiko paparan tinggi; site S memiliki tingkat risiko paparan ekstrim tinggi yaitu 5809.38; site C memiliki tingkat risiko paparan ekstrim tinggi yaitu 11864.48, site CU tingkat risiko paparan ekstrim tinggi yaitu 11607.97 dan site SU dengan injeksi manual memiliki tingkat risiko paparan tinggi dengan hasil 492.45, sedangkan hasil open dan closed drain yaitu tingkat risiko sangat rendah. Tingkat paparan dermal pada task level tertimbang waktu (SkinW-Atask.w) pada proses injeksi Glutaraldehid di enam lapangan operasi memiliki tingkat risiko paparan rendah pada site B (18.34), risiko paparan sedang pada site S (76.98) dan site SU dengan proses manual (49.75); risiko paparan tinggi pada site C (175.02) dan site CU (141.20) serta risiko paparan sangat rendah pada site SU proses open drain (1.75) dan closed drain (4.37). Tingkat paparan dermal pada job level (Skinw-Ajob) pada proses injeksi Glutaraldehid di enam lapangan operasi memiliki tingkat risiko paparan sedang, rendah hingga sangat rendah. Perhitungan faktor-faktor dalam DREAM yang dikombinasikan dengan evaluasi faktor pendukung lainnya serta survei NOSQ 2002/SHORT modified dapat menangkap beberapa informasi dan gambaran awal paparan kulit serta adanya potensi terjadinya Penyakit Kulit Akibat Kerja (PKAK) pada proses injeksi Gluataraldehid di fasilitas produksi hulu migas PT. X.

Microbiological contamination using biocide glutaraldehyde is one of the applications to maintain the integrity of pipelines and vessels in oil and gas production. PT. X’s data on the recording of occupational illness shows an incident that occurred in 2019 due to chemical mishandling. The incident resulted in an inappropriate selection of chemical gloves and caused seven cases of irritant contact dermatitis in workers who injected biocide containing glutaraldehyde. The purpose of this research are to Identify and assess the magnitude of health risks through the route of skin exposure and potential irritant effects on the skin related to dermal risk factors, determining the level of hazards on the skin exposure route, and evaluating the effectiveness of risk control to obtain appropriate mitigation in the biocide injection process at PT. X upstream oil and gas production facilities. The method used in this study is observational through a descriptive semi-quantitative approach using the Dermal Risk Assessment (DREAM) and Nordic Occupational Skin Questionnaires (NOSQ 2002/SHORT) modified in six operating sites at PT. X, which has a Glutaraldehyde biocide injection process. The results showed that the level of dermal exposure at the task level site B, overall SkinW-Atask was 118.97 with a high risk level of exposure; site S has a high level of risk of extreme exposure, which is 5809.38; site C has a high level of risk of extreme exposure, which is 11864.48; site CU has a high level of risk of extreme high exposure, which is 11607.97; and site SU with manual injection has a high level of risk (492.45). Total Actual Time Weighted Dermal Exposure at Task Level (SkinW-Atask.w) during the Glutaraldehyde injection procedure in six operating sites was low at site B (18.34), moderate at site S (76.98), and high at site SU during manual processing (49.75); significant exposure risk at site C (175.02) and site CU (141.20); and extremely low exposure risk at open drain (1.75), and closed drain (4.37) SU sites. Total Actual Time Weighted Dermal Exposure at Job Level (Skinw-Ajob) in six operating sites during the Glutaraldehyde injection process has a moderate, low to extremely low risk of exposure. The calculation of the DREAM factors, in conjunction with the evaluation of other supporting factors and the modified NOSQ 2002/SHORT survey, can provide some information and a preliminary description of dermal exposure and the potential for Occupational Dermatoses (OD) that occur in the Gluataraldehyde injection process at PT. X's upstream oil and gas production facility"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library