Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 19 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhamad Fajar Maulidi Tanjung
"Isu stres terkait kerja diakui sebagai masalah global. Industri manufaktur atau perusahaan yang bergerak dibidang pengolahan beresiko lebih tinggi mengalami stres dibanding jenis pekerjaan lain. Stress kerja merupakan akibat dari satu atau beberapa interaksi bahaya psikososial di tempat kerja. Hasil survey intenal PT X pada tahun 2022 menunjukan bahwa stres kerja merupakan yang paling banyak yang dikeluhkan karyawan. Di area Hotpress Tren kecelakaan kerja bulan Januari-April 2022 terus meningkat dan angka absenteisme pada bulan Februari 2022 mengalami kenaikan dua kali lipat dibanding bulan sebelumnya. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis faktor psikososial terhadap distress pada pekerja di area Hotpress PT X Penelitian ini akan dilakukan dengan pendekatan kuantitatif dan desain studi cross sectional. Data yang digunakan adalah data primer melalui kuesioner secara daring (online). Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2022 – Juli 2022. Pekerja di area Hotpress PT. X didominasi oleh distress didominasi oleh tingkat distress sedang dan ringan hampir sebanding dengan masing-masing sebanyak 50% dan 49,2% serta tingkat distress berat sebanyak 2 orang (0,8%). Semua variabel faktor psikososial didominasi oleh kategori kondisi “kurang baik” kecuali variabel budaya organisasi. Berdasar uji T Independent didapat bahwa setiap jenis kelamian (p=0,683) baik laki-laki maupun perempuan memiliki rata-rata tingkat distress yang sama. Berdasarkan uji anova diketahui setiap status pernikahan (p=0,111) baik belum menikah, menikah maupun cerai memiliki rata-rata tingkat distress yang sama. Berdarakan uji Chi-square didapat variabel usia (p=0,746; OR=1,142), masa kerja (p=0,704; OR=0,905), budaya organisasi (p=0,202; OR=1,432), pengembangan karir (p=0,699; OR=1,119), kontrol pekerjaan (p=0,097; OR=0,645) dan desain pekerjaan (p=0,794; OR=1,073) tidak ada hubungan dengan tingkat distress. Sedangkan varibel peran dalam organisasi (p=0,001; OR; 2,349), hubungan interpersonal (p=0,007; OR=2,056), hubungan rumah dan tempat kerja (p=0,000; OR 3,505), Beban kerja (p=0,003; OR=2,193), jadwal kerja (p=0,021; OR=1,851) dan kondisi lingkungan fisik kerja (p=0,000; OR=7,597) memilihi hubungan dengan distress. Berdasarkan hasil penelitian perlunya perbaikan terkait kondisi pada variabel peran dalam organisasi, pengembangan karir dengan kejelasan karir, kontrol pekerjaan dengan melibatkan pekerja, hubungan interpersonal tempat kerja dengan , hubungan rumah dan tempat kerja, desain kerja, beban kerja dengan mengevaluasi beban pekerja dengan kemampuannya, jadwal kerja dan kondisi lingkungan fisik kerja.

The issue of work-related stress is recognized as a global problem. Manufacturing industries or companies engaged in processing are at higher risk of experiencing stress than other types of work. Job stress is the result of one or more psychosocial threatening interactions at work. The results of PT X's internal survey in 2022 showed that work stress was the most complained of by employees. In the Hotpress area, the trend of work accidents in January-April 2022 continues to increase and the absentee rate in February 2022 has doubled compared to the previous month. The purpose of this study is to analyze psychosocial factors on the pressure on workers in the Hotpress area of ​​PT X. This research will be conducted using a quantitative approach and a cross sectional study design. The data used is primary data through a bold questionnaire (online). This research was conducted in March 2022 – July 2022. Workers in the Hotpress area of ​​PT. X is dominated by distress, which is dominated by moderate and mild difficulty levels, almost equal to 50% and 49.2%, respectively, and 2 people (0.8%). All psychosocial factor variables are dominated by the “unfavorable” condition category except for the organizational culture variable. Based on the Independent T test, it was found that each sex type (p = 0.683) both men and women had the same average level of distress. Based on the ANOVA test, it is known that each marital status (p = 0.111) is either unmarried, married or has the same average stress level. Based on the Chi-square test, the variables were age (p=0.746; OR=1.142), years of service (p=0.704; OR=0.905), organizational culture (p=0.202; OR=1.432), career development (p=0.699; OR =1.119), job control (p=0.097; OR=0.645) and job design (p=0.794; OR=1.073) had no relationship with the level of distress. While the role variables in the organization (p=0.001; OR; 2.349), interpersonal relationships (p=0.007; OR=2.056), home and work relations (p=0.000; OR 3.505), workload (p=0.003; OR= 2.193, work schedule (p = 0.021; OR = 1.851) and physical work environment conditions (p = 0.000; OR = 7.597) choose the relationship with difficulty. The results of the study need improvements related to conditions on role variables in the organization, career development with career careers, work control by involving workers, workplace interpersonal relationships with e-mail, home and workplace relations, work design, workloads with workers' workloads with their abilities, work schedules and physical conditions of the work environment.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rijal Noor Al-Ghiffari
"Skripsi ini membahas tentang gambaran faktor psikososial dan gejala stres kerja pada pekerja surveyor proyek cargo monitoring di PT. XYZ yang bertujuan untuk mengetahui gambaran faktor psikososial konten dan kontekstual pekerjaan serta gejala stres yang dialami surveyor. 50 surveyor (10,3% tingkat respon) mengisi kuesioner dengan lengkap. Variabel dependen penelitian ini ialah gejala stres kerja yang bermanifestasi pada gejala fisik, psikologis, perilaku, dan kognitif. Variabel independen dari penelitian ini ialah faktor psikososial konten pekerjaan (desain tugas, beban dan ritme kerja, jadwal kerja, lingkungan dan peralatan kerja) dan kontekstual pekerjaan (budaya dan fungsi organisasi, peran dalam organisasi, perkembangan karir, pengambilan keputusan dan kontrol, hubungan interpersonal, hubungan pekerjaan dengan personal). Hasil penelitian menunjukkan, satu-satunya faktor psikososial yang termasuk dalam kategori buruk berdasarkan skor penilaian (1,65) dan dipersepsikan buruk oleh sebagian besar responden (86%) ialah perkembangan karir. Persepsi buruk ini diduga timbul karena sistem kerja kontrak pada Surveyor. Gejala stres yang bermanifestasi pada kondisi fisik, psikologis, dan kognitif tergolong dalam kategori stres sedang-signifikan dialami oleh 10%, 8%, dan 4% responden secara berututan. Persentase yang cukup rendah ini diduga dipengaruhi oleh faktor psikososial yang sebagian besar dipersepsikan baik. Secara keseluruhan, faktor psikososial Surveyor tergolong baik dengan persentase gejala stres kerja rendah.

This thesis discusses the decription of psychosocial factor and symptoms of work-stress on cargo monitoring project surveyor workers at PT XYZ which aims to find out the description of the content and context of occupational psychosocial factor and the symptoms of stress experienced by surveyors. 50 surveyors (10,3% response rate) filled out the questionare completely. The dependent variable of this study is the symptoms of work stress manifested in physical, psychological, behavioral, and cognitive symptoms. The independent variables of this study are psychosocial factor of job content (task design, work load and work pace, work schedule, work environment and equipment) and job context (organizational culture an function, role in organization, career development, decision making and control, interpersonal relationship, home-work interface). The result showed that the only psychosocial factor that was included in the bad category based on the assessment score (1,65) and was perceived poorly by the majority of respondents (86%) is career development. This bad perception is thought to arise because of the contract work system among surveyor. Stress sympthoms that manifest in physical, psychological, and cognitive conditions that are classified as moderate-significant stress categories are experienced by 10%, 8%, dan 4% of respondents respectively. A fairly low percentage is thought to be influenced by psychosocial factors that are mostly perceived well. Overall, the Surveyor's psychosocial factors are good with a low percentage of work stress symptoms."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azka Hafia
"Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran faktor psikososial dan distress pada guru SLB di Kota Depok saat pandemi COVID-19 tahun 2022. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional dengan pendekatan semi kuantitatif melalui pengisian kuesioner dan wawancara. Sejumlah 67 guru SLB di Kota Depok berpartisipasi dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 34,3% guru mengalami distress sedang dan 16,4% guru mengalami distress signifikan. Kemudian, ditemukan bahwa distress lebih banyak dialami oleh guru perempuan (52,7%), berumur > 30 tahun (52,4%), berasal dari program studi non-PLB (52,5%), tidak memiliki tipe kepribadian A (66,6%), memiliki masa kerja > 10 tahun (60%), sudah menikah (59,5%), memiliki anak (64,9%), memiliki dukungan sosial buruk dari keluarga (89,3%), memiliki beban kerja tinggi (61,8%), memiliki peralatan kerja buruk (63,9%), memiliki jam kerja buruk (64,3%), memiliki konflik peran tinggi (73,7%), memiliki ambiguitas peran tinggi (76,2%), memiliki kontrol pekerjaan buruk (81,4%), memiliki dukungan sosial yang buruk dari atasan dan rekan kerja (81,4%), memiliki konflik antara pekerjaan dan rumah yang tinggi (86,2%), jarang melakukan hobi (66,7%), dan memiliki ketakutan berat terhadap infeksi COVID-19 (71,4%).

This study aims to obtain an overview of psychosocial factors and distress among special education teachers in Depok during the COVID-19 pandemic in 2022. This study used a cross-sectional study design with a semi-quantitative approach through filling out questionnaires and interviews. A total of 67 special education teachers in Depok participated in this study. The results showed that 34.3% of teachers experienced moderate distress and 16.4% of teachers experienced significant distress. Then, it was found that distress is more experienced by female teachers (52.7%), aged > 30 years (52.4%), came from non-PLB study programs (52.5%), did not have personality type A (66 ,6%), have a working period of > 10 years (60%), are married (59.5%), have children (64.9%), have poor social support from family (89.3%), have a workload high (61.8%), have bad work equipment (63.9%), have bad working hours (64.3%), have high role conflict (73.7%), have high role ambiguity (76.2% ), have poor work control (81.4%), have poor social support from superiors and coworkers (81.4%), have high work-home conflict (86.2%), rarely do hobbies (66 ,7%), and had a severe fear of COVID-19 infection (71.4%).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Trysa Arisna
"ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan pada cleaning service di Perpustakaan Pusat Universitas Indonesia yang memiliki aktivitas berisiko mengalami gejala gangguan otot rangka pada pekerja. Tujuan dilakukan penelitian ini yaitu untuk mengetahui gambaran faktor fisik dan psikososial pada cleaning service terhadap gejala gangguan otot rangka. Faktor risiko fisik force, postur janggal, dan gerakan repetitive dan faktor risiko psikososial dukungan sosial,decision latitude, effort, kepuasan kerja, dan tuntutan psikologis menjadi faktor independen penelitian terhadap gejala gangguan otot rangka sebagai faktor dependen. Penelitian dilakukan pada 33 orang pekerja di Perpustakaan Pusat Universitas Indonesia menggunakan desain penelitian cross-sectional dengan melakukan observasi dan pengisian kuisioner. Tools yang digunakan dalam penelitian ini yaitu QEC untuk menilai faktor fisik, kombinasi kuisioner psikososial untuk menilai faktor psikososial, dan NMQ yang digunakan untuk melihat gejala gangguan otot rangka pada cleaning service. Hasil penelitian univariat menunjukkan bahwa bagian tubuh yang memiliki gejala gangguan otot rangka paling tinggi dalam 7 hari terakhir yaitu bahu dan punggung bawah 54.5 . Sedangkan bagian tubuh yang memiliki gejala gangguan otot rangka dalam hasil penelitian univariat dalam 12 bulan terakhir yaitu bahu, punggung bawah, paha dan bokong 51.5 . Faktor fisik aktivitas pekerja sebagian besar memiliki risiko sedang dan tinggi. Faktor psikososial dilaporkan 67 effort tinggi, 61 decision latitude rendah, 52 tuntutan psikologi tinggi, 55 dukungan rendah, dan 67 kepuasan kerja rendah.

ABSTRACT
The object of this study is the cleaning services of Perpustakaan Pusat Universitas Indonesia who are at risk having musculoskeletal symptoms due to their task. The purpose of this study is to identify the physical and psychosocial factors of musculoskeletal symptoms on cleaning services. Physical factors force, awkward posture, and repetitive movement and psychosocial factors social support, decision latitude, effort, job satisfaction, and psychological demand are the independent variables of musculoskeletal symptoms which are the dependent variable in this study. The design used in this study is cross sectional design by conducting the observation and sharing questionnaires to 33 workers at Perpustakaan Pusat Universitas Indonesia. The tools used in this study are QEC to assess physical factors, the combination of psychosocial questionnaire to assess psychosocial factors, and NMQ to identify musculoskeletal symptoms in cleaning services. The result of this study shows that shoulder and low back 54.5 are the body parts that have the highest prevalence of musculoskeletal symptoms in the last 7 days. Meanwhile, shoulder, low back, thigh, and buttocks 51.5 have the highest prevalence of musculoskeletal symptoms in the last 12 months. Regarding the physical factors, most of workers have moderate and high risk. On the other hand, regarding the psychosocial factors, results show that 67 workers have high effort, 61 have low decision latitude, 52 have high psychological demand, 55 have low support, and 67 have low job satisfaction. "
2017
S69692
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dionisius Agnuza Jagadhita
"Kecemasan adalah masalah kesehatan mental yang paling umum terjadi pada remaja. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan prevalensi, insiden, serta faktor psikososial yang dapat mempengaruhi tingkat kecemasan tinggi pada remaja. Penelitian menggunakan dua set data yang diambil dari partisipan yang sama pada tahun 2019 dan 2020. Terdapat 713 orang remaja yang berpartisipasi dalam penelitian ini, dengan usia antara 18-23 tahun (n perempuan = 54,6%). Prevalensi masalah kecemasan pada tahun 2020 adalah 68,7%, lebih tinggi dari angka di tahun sebelumnya (61,2%). Penelitian menemukan angka insiden sebesar 15 kasus setiap 100 orang dalam populasi selama satu tahun. Hasil penelitian menemukan model psikososial yang dapat secara signifikan mempengaruhi tingkat kecemasan remaja (R2 = 14.8%). Model akhir menunjukkan lima faktor risiko terhadap tingkat kecemasan, yaitu jenis kelamin (OR = 1.57), masalah emosional (OR = 1.22), kedekatan pertemanan (OR = 1.07), komunikasi dengan orangtua (OR = 1.05), serta alienasi dari orangtua, yang dinilai secara terbalik (OR = .94). Terdapat prevalensi dan insiden kecemasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan penelitian-penelitian terdahulu. Faktor psikososial menunjukkan bahwa remaja yang berjenis kelamin perempuan, memiliki masalah emosional, memiliki tingkat komunikasi yang tinggi dengan orangtua, memiliki kedekatan dengan teman sebaya, serta mengalami alienasi dari orangtua, lebih rentan untuk memiliki tingkat kecemasan tinggi.

Anxiety is the most prevalent mental health problem that occurs for adolescents. This research aims to discover the prevalence and incidence rate, and also psychosocial determinants that took part in predicting the occurrence of anxiety. A set of paired data acquired in 2019 and 2020 was used. The total sample was 713 late adolescents between 18-23 years (n female = 54.6%). The prevalence for anxiety in 2020 was 68.7%, higher than the previous year (61.2%). An incidence rate of 15 cases per 100 person-years was found. The final model indicated several psychosocial determinants as significant risk factors of anxiety (R2 = 14.8%), which were gender (OR = 1.57), emotional problems (OR = 1.22), friendship closeness (OR = 1.07), and parental communication (OR = 1.05). Parental alienation (scored in reverse) was found to be a significant protective factor (OR = .94). The prevalence and incidence rate of anxiety were found to be higher than that of previous studies. The psychosocial determinants indicated that females, individuals with emotional problems, those who had high communication level with their parents, those who were close to their friends, and those who experienced alienation from their parents were more at risk to show high anxiety levels."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desy Fitria Ilriyanti
"Pekerja konstruksi merupakan profesi dengan tingkat risiko yang tinggi, seringkali dijumpai pekerja mengalami kejadian stres akibat pekerjaan. Faktor yang berkontribusi pada kejadian stres kerja ini yaitu faktor bahaya fisik dan faktor psikososial, namun tidak menutup kemungkinan pengaruh dari karakteristik individu. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan tekanan panas dan faktor psikososial di tempat kerja dengan tingkat stres kerja pada pekerja konstruksi proyek pembangunan Depo LRT Jabodebek, Jatimulya, Bekasi Timur tahun 2021. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi cross-sectional. Faktor-faktor yang diteliti diantaranya yaitu faktor bahaya fisik berupa tekanan panas, faktor psikososial meliputi konten pekerjaan (beban kerja, jadwal kerja, dan desain tugas) dan konteks pekerjaan (peran dalam organisasi, hubungan interpersonal, dan kepuasan kerja), serta karakteristik individu yang dihubungkan dengan tingkat stres kerja. Sebanyak 185 pekerja konstruksi berpartisipasi dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 155 pekerja konstruksi (83,8%) mengalami tingkat stres sedang dan 145 pekerja (78,4%) mengalami kejadian tekanan panas. Ditemukan hubungan yang signifikan antara faktor jadwal kerja, beban kerja, desain tugas, peran dalam organisasi, hubungan interpersonal, dan status pernikahan dengan tingkat stres kerja. Berdasarkan hasil yang didapatkan, maka perlu dilakukan upaya pengendalian terhadap pajanan panas dan faktor psikososial yang terdapat pada proyek pembangunan Depo LRT Jabodebek supaya dapat meminimalisir terjadinya stres pada pekerja.

Construction workers are professions with a high level of risk since it is often found that workers experience work-related stress. Factors which contribute to the occurrence of work stress are physical hazard factors and psychosocial factors, but it does not rule out the influence of individual characteristics. The aim of this study is that to analyze the relationship between heat stress and psychosocial factors in the workplace to work stress levels on construction workers at the Jabodebek LRT Depot development project, Jatimulya, East Bekasi in 2021. Furthermore, this study was a quantitative study with a cross-sectional study design. The factors studied including physical hazard factors in the form of heat stress, psychosocial factors including work content (workload, work schedule, and task design) and work context (role in the organization, interpersonal relationships, and job satisfaction), as well as individual characteristics associated with work stress levels. A total of 185 construction workers participated in this study. The result shows that 155 construction workers (83.8%) experience moderate stress levels and 145 workers (78.4%) experience heat stress events. Moreover, there is a significant relationship between work schedule, workload, task design, role in the organization, interpersonal relationships, and marital status with work stress levels. In addition, based on the result it is necessary to control the heat exposure and psychosocial factors in the Jabodebek LRT Depot development project to minimize stress on workers."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aji Utomo Putro
"Angka kematian akibat lift di dunia pada 1999-2009 sebesar 263 orang yang disebabkan 57% terjatuh, 18% terjepit, 17% tertimpa benda, dan 9% penyebab lainnya. Salah satu upaya pencegahan kecelakaan dengan menganalisis faktor psikososial yang mengakibatkan stres kerja dan perilaku berisiko yang dapat menimbulkan kecelakaan kerja. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan faktor psikososial terhadap stres kerja dan perilaku berisiko karyawan di PT. X. Metode penelitian yaitu deskriptif kuantitatif, desain studi cross-sectional, dengan sampel 200 orang. Faktor psikososial yang berhubungan yaitu beban kerja dan kecepatan kerja, pengendalian, fungsi organisasi, hubungan interpersonal, peran organisasi, pengembangan karir, hubungan antara pekerjaan dan rumah, tuntutan psikologis, partisipasi atau pengawasan, perundungan dan kekerasan. Terdapat hubungan antara stres kerja dan perilaku berisiko. Perilaku yang sering muncul ketika karyawan mengalami stres kerja yaitu terburu-buru saat bekerja. Keluhan stres kerja paling tinggi terkait keluhan fisiologis yaitu konsumsi obat penghilang sakit kepala; keluhan perilaku yaitu menyela dan memotong kalimat orang lain; keluhan emosional yaitu enggan pergi kerja. PT X sebaiknya melakukan risk assesment lebih komprehensif, memperjelas pengembangan karir, dan perhitungan ulang terkait beban kerja, efektifitas dan efisiensi agar tidak berdampak buruk terhadap work-life balance karyawan.

The death rate due to elevators in the world at 1999-2009 was 263 people, caused by 57% falling, 18% being pinched, 17% falling by objects, and 9% other causes. One of the efforts to prevent accidents was to analyze psychosocial factors that caused work stress and at-risk behavior that can lead to work accidents. The purpose of this study was to determine the relationship of psychosocial factors to work stress and at-risk behavior of employees at PT. X which is engaged in the elevator and escalator sector. This research method was descriptive quantitative, cross-sectional study, with a sample of 200 people. Psychosocial factors related to workload and work speed, job control, organizational function, interpersonal relationships, organizational roles, career development, home-work interface, psychological demands, participation or supervision, bullying and violence. There is a relationship between work stress and at-risk behavior. Behaviors that often arise when employees experience work stress are rushing at work decisions. The highest work stress complaints were related to physiological complaints, namely the consumption of headache relievers; behavioral complaints, namely interrupting and cutting other people's sentences; emotional complaints, namely refusal to go to work; Cognitive complaints are difficulty thinking clearly and concentrating. PT X should conduct a more comprehensive risk assessment, clarify career development, and recalculate the workload, effectiveness and efficiency to prevent negative impact on employees' work-life balance."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simbolon, Youvita Indamaika
"Tingkat kepatuhan diet di Indonesia rata-rata masih rendah. Diet dalam menjaga makanan seringkali menjadi kendala karena masih tergoda dengan segala makanan yang dapat memperburuk kesehatan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan diet pada penderita diabetes melitus tipe 2. Penelitian ini menggunakan disain cross-sectional. Sampel yang diteliti adalah seluruh penderita diabetes melitus tipe 2 dengan rentang usia 25-65 tahun yang sedang rawat jalan, sampel diambil dengan metode non-random sampling dengan teknik purposive sampling sebanyak 130 orang. Pengumpulan data dilakukan melalui pengukuran antropometri, pengisian kuesioner, form food recall 1x24 jam dan semiquantitative food frequency questionnaire (SFFQ).
Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 13,8% responden yang patuh diet. Hasil uji chi-square menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara kepatuhan diet diabetes melitus tipe 2 dengan jenis kelamin (p=0,008) dan lama menderita (p=0,044). Hasil uji regresi logistik menunjukkan lama menderita merupakan faktor dominan yang berhubungan dengan kepatuhan diet diabetes melitus tipe 2. Penderita diabetes melitus diharapkan untuk memperhatikan pola makan yang dianjurkan dan melaksanakannya dengan baik, mampu secara aktif untuk meningkatkan pengetahuannya terkait penyakit diabetes melitus dan faktor-faktor terkait lainnya dan tetap mempertahankan pola makan yang sudah dijalankan bagi yang sudah lama menderita diabetes melitus tipe 2.

The level of dietary adherence in Indonesia is still low. Diet in maintaining food is often become an obstacles because the patient is still tempted by all food that can worsen their health. The purpose of this study is to determine the factors that associated with dietary adherence in type 2 diabetes mellitus patients. This study was using a cross-sectional design. The samples studied were all type 2 diabetes mellitus type 2 with the age range 25-65 years was outpatient, samples were taken with non-random sampling method with purposive sampling of 130 people. Data were collected through anthropometric measurements, filling-out questionnaires, 1x24 hour food recall and dan (semiquantitative food frequency questionnaire) SFFQ form.
The results showed 13.8% of respondents were diet-compliant. There were significant relationship between gender (p=0.008) and length of suffering (p=0.044) with between dietary adherence. The result of logistic regression test showed that the duration of suffering is the dominant factor associated with dietary adherence in type 2 diabetes mellitus patients. Type 2 diabetes mellitus patients were expected to pay attention to the diet recommended and carry it out well, to actively to improve the knowledge related to the disease diabetes mellitus and related to the other factors and still preserve diet that has been run for who has long been suffering from type 2 diabetes mellitus.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T52016
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nusyulia Nurfita
"ABSTRAK
Pekerja konstruksi berisiko untuk mengalami gangguan otot rangka. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor risiko dari gejala gangguan otot rangka pada pekerja konstruksi. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-April 2018 dengan melibatkan156 pekerja. Desain dari peneltian inia dalah cross sectional. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan QEC, kombinasi kuesioner psikososial, NMQ, lux meter, dan WBGT. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara faktor individu jenis pekerjaan dan status merokok dengan gejala gangguan otot rangka. Tingkat risiko yang berhubungan dangan gejala gangguan otot rangka adalah pada tingkat risiko tinggi dan sangat tinggi. Sedangkan pada faktor psikososial yang berhubungan dengan gejala gangguan otot rangka adalah tuntutan kerja dan dukungan rekan. Oleh karena itu perlu dilakukan perubahan dan intervensi untuk mengurangi risiko pada gangguan otot rangka melalui beberapa pengendalian terutama faktor fisik dan psikososial.

ABSTRACT
Construction workers are at risk to develop musculoskeletal disorders. The purpose of this research is to analyze risk factors of musculoskeletal symptomps in construction workers. The research was conducted in March April 2018 involving 156 workers. The design of this research is cross sectional. Data was collected with QEC, combination of psychosocial questionnaire, NMQ, lux meter, and WBGT. The results show that there are significant association between the individual factors type of work and smoking with the musculoskeletal symptomps. The level of risk associated with muskeletal symptoms are high and very high risk level. While the the psychosocial factors associated with musculoskeletal symptoms are high job demands and low co workers support. Therefore it is necessary to make changes and interventions to reduce the risk musculoskeletal disorder through some control, especially physical and psychosocial factors."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aldi Dwi Putra
"Manufaktur merupakan salah satu sector industri yang memiliki risiko gangguan otot rangka. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor risiko dari gejala gangguan otot rangka. Penelitian dilakukan pada bulan Maret-April 2018 dengan melibatkan 51 orang operator pada area mixing rubber dan 40 orang pekerja kantor di PT X yang merupakan perusahaan manufaktur komponen kendaraan bermotor. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional dengan instrument pengambilan data berupa kuesioner QEC dan kombinasi kuesioner psikososial. Variabel independent pada penelitian ini yaitu karakteristik individu pekerja usia, jenis kelamin, IMT, status merokok dan lama kerja , faktor fisik di tempat kerja force, postur janggal, gerakan berulang, dan coupling dan faktor psikososial tuntutan kerja, kendali terhadap pekerjaan, dukungan social, skill discretion, kepuasan kerja, dan stress kerja.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara IMT dengan gejala pada punggung atas, lama kerja dengan gejala pada pergelangan tangan, faktor risiko fifik yang tinggi dengan gejala pada leher, skill discretion dengan gejala pada pergelangan tangan, stress kerja dengan gejala pada bahu dan punggung bawah. Oleh karena itu perlu diadakan pengendalian lebih lanjut mengenai masalah ergonomic pada PT X.

Manufacture is one of the industry that has the risk of musculoskeletal disorders. The aim of this research is to analysize the risk factors from the symptoms of disorders of musculoskeletal. This research conducted on March until April 2018 by involving 51 workers on Mixing area and 40 workers on Office Area of X Corporation which is a manufacturing company who made the component of the motor vehicle. This research used Cross Sectional method by using QEC questionnaire and combination of psychosocial questionnaire as the instrument for data collection. The independent variable of this research are the characteristic of workers age, gender, body mass index, smokimg status, and working time, physical factors on the work place force, awkward postures, repetitive motion, and coupling and psychosocial factors job demands, control of the job, social support, skill discretion, job satisfaction, and work stress .
The result of this research shows there is a significant correlation of body mass index with a symptoms on the top of the back, working time and skill direstion with a symptoms of the wrist, high risk of physical factor with a symptom of the neck, and work stress with a symptom of shoulders and the low part of the back. Therefore it needs to be a further control about ergonomic factor at X Corporation.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>