Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Riska Nur Hendriyanti
"ABSTRAK
Kelelahan adalah suatu kondisi fisik dan / atau mental, yang mengakibatkan pekerja menjadi tidak fokus ketika bekerja dan berdampak negatif pada pekerjaannya. Kelelahan merupakan salah satu dari tiga penyebab kesalahan dalam pemberian obat. Konsekuensi dari kelelahan kerja perawat salah satunya adalah terjadinya penurunan dalam mengantisipasi pekerjaan dan keselamatan pasien. Penelitian ini dilakukan untuk melihat adanya hubungan antara faktor terkait pekerjaan maupun non-pekerjaan dengan kelelahan kerja pada perawat Unit Rawat Inap di RSUD Kota Depok. Data yang dikumpulkan secara keseluruhan diperoleh dari bidang terkait RSUD Kota Depok dengan subjek penelitian adalah perawat Unit Rawat. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan menggunakan pendekatan metode kuantitatif (Chi Square). Hasilnya, tidak terdapat hubungan antara faktor terkait pekerjaan maupun non-pekerjaan dengan kelelahan kerja pada perawat Unit Rawat Inap RSUD Kota Depok.

ABSTRAK
Fatigue is a physical or mental condition which resulted in workers becoming unfocused when working and have a negative impact on his work. Fatigue is one of the top three causes of errors in drug prescription. The consequences of nurses work fatigue one of them is the decline in anticipation of work and patient safety. This study was done to see the correlation between work factor and non-work factor with work fatigue in nurse?s hospitality care unit at RSUD Depok City Year 2016. Data collected as a whole is obtained from a related field at RSUD Depok City with research subjects were nurses care unit. Research design is cross sectional using the approach quantitative methods (chi square). Result, there is no correlation between work factor and non - work factor with work fatigue in nurse?s hospitality care unit at RSUD Depok City Year 2016.
"
2016
S63629
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dony Septriana Rosady
"PENDAHULUAN: Petugas keamanan merupakan pekerjaan khusus yang membutuhkan kebugaran fisik yang baik. Upaya menjaga kebugaran fisik adalah dengan melakukan program latihan fisik secara terstruktur dengan memperhatikan frekuensi, intensitas, waktu dan jenisnya.
TUJUAN: Penelitian ini akan menganalisis pengaruh program latihan fisik terstruktur, faktor individu, dan faktor terkait pekerjaan terhadap kebugaran fisik petugas keamanan di PT. Kota X Bandung.
METODE: Desain penelitian one group pretest-posttest. Data yang digunakan merupakan data sekunder yang meliputi data sosiodemografi, kebugaran fisik menggunakan metode Cooper Test, dan data faktor terkait pekerjaan (kualitas tidur, stres kerja, dan kelelahan kerja) dari 67 petugas keamanan di PT. Kota X Bandung. Data dianalisis dengan menggunakan aplikasi SPSS. Tahap pertama dialkukan analisis bivariat terhadap perubahan kebugaaran fisik sebelum dan setelah program latihan fisik secara terstruktur. Analisis multivariat dilakukan pada variabel independen (usia, indeks massa tubuh, perilaku merokok, kualitas tidur, stres kerja, dan kelelahan kerja) terhadap vaariabel dependen (perubahan kebugaran fisik).
HASIL: Analisis menggunakan uji-t sampel berpasangan menunjukkan bahwa ada hubungan antara jarak tempuh pada Cooper Test sebelum dan sesudah mengikuti program latihan fisik terstruktur bagi pekerja (p < 0,001). Hasil analisis menunjukkan bahwa ada hubungan antara kelelahan kerja (p<0,001), stres kerja, dimensi ketaksaan peran (p=0,001), dimensi konflik peran (p=0,014), dimensi kelebihan beban kerja kuantitatif (p=<0,001), dimensi kelebihan beban kerja kualitatif (p=<0,001), pengembangan karir (p=0,001), dan dimensi tanggung jawab kepada orang lain (p=<0,001) dengan perubahan/perbedaan kebugaran fisik pekerja. Hasil independent t-test menunjukkan bahwa ada hubungan antara kualitas tidur dengan perubahan kebugaran jasmani pekerja (p=<0,001). Hasil analisis menunjukkan nilai koefisien determinasi (R square) = 0,496 artinya variabel kelelahan kerja dan stres kerja dimensi konflik peran dan kualitas tidur dapat mempengaruhi perubahan kebugaran jasmani Petugas Keamanan PT. X sebesar 49,6%, sisanya dipengaruhi oleh variabel lain. Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa variabel yang mempengaruhi kebugaran jasmani petugas adalah kelelahan kerja (p<0,001), stres kerja, dimensi konflik peran (p=0,036) dan kualitas tidur (p=0,015). Kelebihan penelitian ini menggunakan program latihan fisik sesuai dengan alat ukur kebugaran berupa lari selama 12 menit. Disamping itu penelitiian ini meneliti faktor individu dan faktir terkait pekerjaan yang dapat mempengaruhi hasil perubahan kebugaran fisik. Kekurangan penelitian ini belum mengkaji faktor lainnya seperti aktivitas fisik dan asupan nutrisi yang juga dapat mempengaruhi perubahan kebugaran fisik.
KESIMPULAN: Program latihan fisik pekerja yang terstruktur berpengaruh terhadap kebugaran fisik petugas kemanan di PT. Kota X Bandung. Cooper Test dapat digunakan sebagai modalitas, baik untuk uji latih maupun uji ukur untuk meningkatkan kebugaran fisik pekerja. Kelelahan kerja, stresor kerja – konflik peran, dan kualitas tidur dapat mempengaruhi perubahan kebugaran jasmani. Perlu dilakukan upaya meningkatkan dan menjaga kebugaran fisik dengan cara mengembangkan kebijakan dan standar prosedur operasional terkait kebugaran fisik pekerja, mengupaykan jam kerja yang sesuai dengan regulasi, mengupayakan istirahat yang cukup, dan mengembangkan program bimbingan dan konseling bagi pekerja.

INTRODUCTION: Security officers are specialized jobs that require good physical fitness. The effort to maintain physical fitness is to carry out a structured physical exercise program by paying attention to the frequency, intensity, time and type.
AIM: This study will analyze the effect of a structured physical exercise program, individual factors, and work-related factors on the physical fitness of security officers at X Company Bandung City.
METHOD: One group pretest-posttest research design. The data used is secondary data which includes sociodemographic data, physical fitness using the Cooper Test method, and data on work-related factors (sleep quality, work stress, and work fatigue) from 67 security officers at X Company Bandung City. Data were analyzed using the SPSS application. The first stage was a bivariate analysis of changes in physical fitness before and after a structured physical exercise program. Multivariate analysis was performed on the independent variables (age, body mass index, smoking behavior, sleep quality, work stress, and work fatigue) on the dependent variable (changes in physical fitness).
RESULTS: Analysis using paired sample t-test showed that there was a relationship between distance on the Cooper Test before and after participating in a structured physical exercise program for workers (p <0.001). The results of the analysis showed that there was a relationship between work fatigue (p<0.001), work stress, dimensions of roel ambiguity (p=0.001), dimensions of role conflict (p=0.014), dimensions of quantitative work overload (p=<0.001), dimensions of qualitative work overload (p=<0.001), career development (p=0.001), and dimensions of responsibility to others (p=<0.001) with changes/differences in workers' physical fitness. The results of the independent t-test showed that there was a relationship between sleep quality and changes in workers' physical fitness (p=<0.001). The results of the analysis show that the coefficient of determination (R square) = 0.496 means that the variables of work fatigue and work stress dimensions of role conflict and sleep quality can affect changes in physical fitness of Security Officers of PT. X is 49.6%, the rest is influenced by other variables. The results of the multivariate analysis showed that the variables affecting the physical fitness of the officers were work fatigue (p<0.001), work stress, dimensions of role conflict (p=0.036) and sleep quality (p=0.015). The advantage of this study is using a physical exercise program in accordance with a fitness measurement tool in the form of running for 12 minutes. In addition, this study examines individual and work-related factors that can affect the results of changes in physical fitness. The weakness of this study has not examined other factors such as physical activity and nutritional intake which can also affect changes in physical fitness.
CONCLUSION: A structured worker physical exercise program affects the physical fitness of security officers at PT. City X Bandung. The Cooper Test can be used as a modality, both for practice test and measuring test to improve the physical fitness of workers. Work fatigue, work stressors – role conflict, and sleep quality can affect changes in physical fitness. Efforts need to be made to improve and maintain physical fitness by developing policies and standard operating procedures related to workers' physical fitness, paying for working hours according to regulations, seeking adequate rest, and developing guidance and counseling programs for workers.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nathania Elizabeth
"Kelelahan atau merupakan perasaan dimana seseorang merasa sangat lelah, letih atau mengantuk yang disebabkan oleh berbagai faktor risiko seperti jam tidur yang kurang, tuntutan kerja yang tinggi, periode tugas yang lama, adanya tuntutan sosial dan kemasyarakatan, atau mengalami stres dan depresi yang berkepanjangan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor – faktor yang berhubungan dengan kelelahan pada tenaga kesehatan yang bekerja di Puskesmas Kecamatan Wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur saat masa pandemi COVID-19. Adapun faktor – faktor yang diteliti antara lain faktor karakteristik individu (jenis kelamin, usia, dan status kesehatan) dan faktor pekerjaan (jam istirahat, shift kerja, kuantitas tidur, pekerjaan sampingan dan commuting times). Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional dan pengambilan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner secara online. Dari 131 tenaga kesehatan yang menjadi responden dalam penelitian ini, didapatkan 50.4% tenaga kesehatan merasakan kelelahan. Selain itu, terdapat hubungan antara status kesehatan (P value = 0,041) dan commuting times (P value = 0,039) dengan kejadian kelelahan.

Fatigue is a feeling where a person feels very tired or sleepy caused by various risk factors such as insufficient sleep hours, high work demands, long periods of work, social demands, or experiencing prolonged stress and depression. This study aims to analyze the factors related to fatigue among healthcare workers working at the East Jakarta District Health Center during the Pandemic COVID-19. The factors studied included individual characteristics (gender, age, and health status) and occupational factors (rest hours, work shifts, sleep quantity, side jobs and commuting times). This study used a cross sectional research design and data was collected by distributing online questionnaires. Among 131 healthcare workers who were respondents in this study, it was found that 50.4% of healthcare workers felt fatigue. In addition, there is a relationship between health status (P value = 0.041) and commuting times (P value = 0.039) with the incidence of fatigue."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faridl Wicaksono
"Penelitian ini membahas faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan kerja pada pekerja pertambangan khususnya operator dan mekanik Mine Ore Flow-Fixed Plant PT XYZ pada tahun 2004. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desian studi potong lintang. Responden penelitian berjumlah 464 yang termasuk ke dalam operator dan mekanik Mine Ore Flow-Fixed Plant PT XYZ. Hasil penelitian diperoleh bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tuntutan kerja terhadap kelelahan umum, kelalahan fisik, pengurangan aktivitas, pengurangan motivasi, maupun kelelahan mental; terdapat hubungan yang signifikan antara waktu perjalanan terhadap kelelahan umum; kuantitas dan kualitas tidur terhadap kelelahan umum dan kelelahan fisik; serta suhu kerja terhadap gejala kelelahan fisik, pengurangan aktivitas, dan pengurangan motivasi. Peneliti menyarankan untuk melakukan perbaikan secara berkelanjutan terhadap pengelolaan kelelahan kerja sehingga dapat mengurangi risiko kecelakaan akibat kelelahan kerja.

This research discusses factors related to work fatigue in mining workers, especially operators and mechanics Mine Ore Flow-Fixed Plant PT XYZ in 2004. This study is a quantitative research with a cross-section study design. The research respondents 464 who were included in the operators and mechanics Mine Ore Flow-Fixed Plant PT XYZ. The results of the study showed that there was a significant relationship between work demands with general fatigue, physical fatigue, reduced activity, reduced motivation, and mental fatigue; travel time with general fatigue; quantity and quality of sleep with general fatigue and physical fatigue; as well as working temperature with physical fatigue, reduced activity, and reduced motivation. Researchers suggest making continuous improvements to work fatigue management so that it can reduce the risk of accidents due to fatigue."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raja Andriany
"Laboratorium dikenal sebagai tempat kerja yang memiliki potensi bahaya tinggi. Penelitian telah menunjukkan tingginya prevalensi insiden yang terjadi di laboratorium. Dampak dari insiden tersebut berpotensi merugikan pekerja dan integritas operasional laboratorium sehingga menimbulkan gangguan kesehatan pekerja dan tercorengnya reputasi laboratorium. Faktor penyebab terjadinya insiden di laboratorium dapat berbeda-beda tergantung dari karakteristik dan jenis bahaya masing-masing laboratorium. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan insiden pada pekerja Laboratorium BC. Metode dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain studi potong lintang. Sebanyak 55 pekerja Laboratorium BC berpartisipasi dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase pekerja yang mengalami insiden sebesar 58.2%. Selanjutnya disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan K3 (p=0.021), pelatihan K3 (p=0.030), kelelahan kerja (p=0.048), stres kerja (p=0.031), suhu (p=0.045), dan kelembaban (p=0.047) dengan insiden pada pekerja Laboratorium BC tahun 2024. Berdasarkan hasil yang diperoleh maka perlu adanya pengendalian faktor risiko di Laboratorium BC untuk mengurangi terjadinya insiden.

Laboratories are known as workplaces with high potential hazards. Studies have shown a high prevalence of accidents occurring in laboratories. The impact of these accidents can potentially harm workers and the operational integrity of the laboratory. The causes of accidents in laboratories can vary depending on the characteristics and types of hazards present in each laboratory. This study aims to analyze factors related to incidents among BC Laboratory workers. This research employs a quantitative approach using a cross-sectional study design. A total of 55 BC Laboratory workers participated in this study. The research results showed that the percentage of workers who experienced incidents was 58.2%. Furthermore, a significant association was found between accident occurrence and the level of occupational health and safety knowledge (p = 0.021), occupational health and safety training (p = 0.030), work fatigue (p = 0.048), work stress (p = 0.031), temperature (p = 0.045), and humidity (p = 0.047). Based on the results obtained, it is necessary to control the risk factors in BC Laboratory to minimize the occurrence of workplace accidents.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Algavusada Fesya Yemix
"ABSTRAK
Stres kerja adalah respons disebabkan oleh ketidakseimbangan antara tuntutan yang dirasakan dan sumber daya yang dimiliki dengan kemampuan individu untuk mengatasi tuntutan-tuntutan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan adanya stres kerja pada pekerja hulu minyak bumi di Pertamina Hulu Energi Offshore Southeast Sumatra dan faktor-faktor terkait stres kerja. Faktor-faktor yang diteliti adalah faktor individu (usia, status pernikahan, tingkat pendidikan, dan penilaian diri), faktor pekerjaan (unit kerja, status kepegawaian, masa kerja, jadwal kerja, dukungan sosial, konflik interpersonal, tuntutan pekerjaan, dan beban kerja), dan faktor lingkungan. Penelitian ini merupakan penelitian cross-sectional dengan instrumen kuesioner. 68 pekerja berpartisipasi dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 52,9% responden mengalami stres kerja. Ditemukan pula hubungan antara area kerja dengan stres kerja, dan hubungan antara dukungan sosial dengan stres kerja.

ABSTRACT
Occupational stress is response caused by an imbalance between perceived demands and available resources with individual abilities to cope with those demands. The aim of this study is to explain an occupational stress condition within upstream oil workers in Pertamina Hulu Energi Offshore Southeast Sumatra. Observed factors are individual factors (age, marriage status, education level, and self-assessment), occupational factors (work unit, employment status, work period, work schedule, social support, workplace conflict, job demand, and workload), and environmental factors. This is a cross-sectional study using self-reported questionnaires as an instrument. 68 workers participated in this study. The result of this study reports that 52,9% of respondents experience occupational stress. The result also shows a relationship between work unit and occupational stress, and relationship between social support and occupational stress."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Magfira Adha Hernayanti
"Tesis ini membahas tentang hubungan antara faktor demografi, faktor individu, dan faktor pekerjaan terhadap kejadian kelelahan (fatigue) pada pekerja kantor di DKI Jakarta pada masa pandemi Covid-19 Maret 2020 – April 2022 di wilayah DKI Jakarta. Kebijakan yang mulai memberlakukan bekerja di kantor, di rumah atau Campuran di kantor dan di rumah berisiko pada terjadinya kelelahan pada pekerja. Data yang dikumpulkan untuk analisis, terkait faktor demografi (usia dan jenis kelamin), faktor individu (kehidupan sosial keluarga, kuantitas tidur, kualitas tidur, gangguan kesehatan, keadaan psikologis, dan perilaku tidak baik), dan faktor pekerjaan (kebijakam, penjadwalan, lingkungan ruang, beban kerja, durasi kerja, dan pekerjaan lain) terhadap kejadian kelelahan pada pekerja kantor diteliti menggunakan kuesioner (google form) kepada 202 responden di DKI Jakarta. Analisis menggunakan Chi-Square 2x2 untuk uji hubungan dua variabel dan uji regresi linear logistik untuk multivariat. Hasil telitian menunjukkan bahwa di DKI Jakarta selama masa pandemi Covid-19 Maret 2020 – April 2022 di wilayah DKI Jakarta, ada 33,7% pekerja mengalami kelelahan. Pekerja yang bekerja di kantor lebih banyak yang mengalami kelelahan yaitu 45,9%, sedangkan yang bekerja di rumah atau campuran 26,6% yang mengalami kelelahan. Uji statistik mendapatkan pekerja dengan gangguan kesehatan berpeluang 3,3 kali lebih berisiko kelelahan dibandingkan dengan pekerja yang tidak ada gangguan kesehatan (p 0,001; OR 3,300 (1,615-6,742)), yang berperilaku tidak baik lebih berisiko 2,4 kali dibandingkan yang berperilaku baik (p 0,012; OR 2,400 (1,214-4,745)), serta yang punya beban kerja berat berisiko 2,1 kali dibandingkan dengan yang tidak (p 0,038; OR 2,127 (1,041-4,344)). Sehingga, perlu dibangun model kebijakan untuk mengatasi persoalan kelelahan pada pekerja kantor di Masa Pandemi Covid-19 di Wilayah DKI Jakarta Wilayah DKI Jakarta.

This research discusses the relationship between demographic, individual factors, and occupational factors on the incidence of fatigue among workers in DKI Jakarta during the period of covid-19 March 2020 – April 2022 in DKI Jakarta. Policies that start enforcing work in the office, at home, or Mixed in the office and at home, can put workers at risk of fatigue. Data collected for analysis related to demographic factors (age and gender), individual factors (family social life, sleep quantity, sleep quality, health problems, psychological conditions, and negative behavior), and work factors (policy, work scheduling, space design, workload, duration of work, and other occupations) on the incidence of fatigue studied using a questionnaire (google form) to 202 worker respondents in DKI Jakarta. Analysis using Chi-Square 2x2 to test the relationship between two variables and linear logistic regression test for multivariate. The research results show that in DKI Jakarta during the Covid-19 pandemic period March 2020 – April 2022 in the DKI Jakarta area, 33.7% of workers experienced fatigue. More workers who work in offices experience fatigue, namely 45.9%, while those who work at home or a mixture of 26.6% experience fatigue. Statistical tests found that workers with health problems had a 3.3 times greater risk of fatigue compared to workers without health problems (p 0.001; OR 3.300 (1.615-6.742)), those who behaved badly were 2.4 times more at risk than those who behaved well (p 0.012; OR 2.400 (1.214-4.745)), and those who have a heavy workload are at risk 2.1 times compared to those who don't (p 0.038; OR 2.127 (1.041-4.344)). So, it is necessary to build a policy model to overcome the problem of fatigue in office workers during the Covid-19 Pandemic Period in the DKI Jakarta Region."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwigi Mulya Adam Ginanjar
"Penelitian bertujuan untuk menjelaskan gambaran faktor risiko psikososial dan stres kerja pada perawat pelaksana ruang instalasi bedah sentral RSUD Sekarwangi Sukabumi tahun 2023. Penelitian menggunakan metode mix method dengan desain penelitian the explanatory sequential. Sampel penelitian merupakan perawat pelaksana ruang instalasi bedah sentral RSUD Sekarwangi Sukabumi. Pengambilan data dilakukan dengan pengisian kuesioner dan wawancara. Analisis data dilakukan menggunakan analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 68,2% penghasilan di bawah UMR, 63,6% bekerja tidak secara rotasi, 54,5% lingkungan fisik baik, 77,3% tanggung jawab tinggi, 90,9% konflik peran rendah, 77,3% pengembangan karir rendah, 68,2% home-work interface tinggi, dan 54,5% dukungan sosial tinggi. Pihak RSUD Sekarwangi Sukabumi diharapkan dapat lebih memperhatikan dan mengendalikan faktor risiko stres kerja pada perawat.

The study aims to explain the description of psychosocial risk factors and work stress in the nurses implementing the central surgical installation room of RSUD Sekarwangi Sukabumi in 2023. The study used a mix method with the explanatory sequential research design. The research sample was the nurse implementing the central surgical installation room of RSUD Sekarwangi Sukabumi. Data collection was carried out by filling out questionnaires and interviews. Data analysis was performed using descriptive analysis. The results showed that 68.2% of income was below UMR, 63.6% work not on rotation basis, 54.5% good physical environment, 77.3% high responsibility, 90.9% low role conflict, 77.3% low career development, 68.2% high home-work interface, and 54.5% high social support. RSUD Sekarwangi Sukabumi is expected to pay more attention and control all the risk factors causing work stress in nurses."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Puti Intan Sari
"Pemilihan umum atau pemilu merupakan proses warga negara untuk memilih presiden dan wakil presiden, serta wakil rakyat secara langsung. Pemilu diselenggarakan oleh berbagai organisasi atau badan penyelenggara, salah satunya adalah kelompok penyelenggara pemungutan suara (KPPS). Berdasarkan hasil kajian, KPPS memiliki beban kerja yang tinggi sehingga mengakibatkan petugas mengalami distres. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor risiko distres pada petugas KPPS di Tangerang Selatan pada pemilu tahun 2024. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain studi cross-sectional. Analisis data dilakukan secara statistik deskriptif dan statistik inferensial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 68,8% petugas mengalami stres sedang dan 31,2% petugas mengalami stres ringan. Sementara itu, diketahui bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara lingkungan kerja fisik, beban kerja, usia, dan jenis kelamin terhadap tingkat distres.

General elections or elections are processes for citizens to elect the president, vice president, and representatives directly. Elections are organized by various organizations or bodies, one of which is the polling station organizing group (KPPS). Based on studies, KPPS officers bear a heavy workload leading to distress among them. This research aims to analyze distress risk factors among KPPS officers in South Tangerang during the 2024 elections. The study uses a quantitative method with a cross-sectional study design. Data analysis involves descriptive and inferential statistics. The results show that 68.8% of the officers experience moderate stress, while 31.2% experience mild stress. Furthermore, there is a significant correlation between physical work environment, workload, age, and gender with the level of distress."
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Dokumentasi  Universitas Indonesia Library
cover
Shalman Hafizh Aulia
"Kelelahan kerja merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering dialami oleh pekerja, termasuk pekerja di UPT Balai Yasa Tegal yang bertugas melakukan perbaikan dan perawatan gerbong kereta. Kelelahan kerja apabila dibiarkan dapat meningkatkan risiko kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (PAK). Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis faktor risiko yang berhubungan dengan kelelahan kerja pada pekerja di UPT Balai Yasa Tegal. Faktor risiko yang diteliti meliputi faktor risiko individu (usia, kuantitas tidur, kualitas tidur), faktor risiko pekerjaan (beban kerja, jenis pekerjaan, manajemen perusahaan), dan faktor risiko lingkungan kerja (suhu, pencahayaan, kebisingan). Penelitian dilakukan dengan metode kuantitatif dan desain studi cross-sectional terhadap 80 pekerja di UPT Balai Yasa Tegal sebagai responden. Instrumen penelitian yang digunakan meliputi kuesioner karakteristik individu dan pekerjaan, SSRT, PSQI, NASA-TLX, persepsi terhadap manajemen, dan persepsi terhadap lingkungan kerja. Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa terdapat 58 pekerja (72,5%) yang mengalami kelelahan kerja ringan dan 22 pekerja (27,5%) yang mengalami kelelahan kerja sedang. Hasil analisis inferensial dengan uji chi-square menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kualitas tidur (p-value=0,003 ; OR=8,125), beban kerja (p-value=0,00 ; OR=15,217), suhu (p-value=0,003 ; OR=6,333), pencahayaan (p-value=0,000 ; OR=10,938), dan kebisingan (p-value=0002, ; OR=5,940) dengan tingkat kelelahan kerja pada pekerja di UPT Balai Yasa Tegal.

Work fatigue is one of the health problems often experienced by workers, including UPT Balai Yasa Tegal workers who are tasked with repairing and maintaining railroad cars. If left unchecked, work fatigue can increase the risk of work accidents and work-related diseases. This research was conducted to analyze risk factors related to work fatigue in workers at UPT Balai Yasa Tegal. The risk factors studied included individual risk factors (age, sleep quantity, sleep quality), Work-related risk factors (workload, type of work, company management), and work environment risk factors (temperature, lighting, noise). The research was conducted using quantitative methods and cross-sectional study design on 80 workers at UPT Balai Yasa Tegal as respondents. The research instruments used include individual and job characteristics questionnaires, SSRT, PSQI, NASA-TLX, perceptions of management, and perceptions of the work environment. The results of the descriptive analysis showed that there were 58 workers (72.5%) who experienced mild work fatigue and 22 workers (27.5%) who experienced moderate work fatigue. The results of inferential analysis using the chi-square test show that there is a significant relationship between sleep quality (p-value=0.003 ; OR=8.125), workload (p-value=0.00 ; OR=15.217), temperature (p-value =0.003 ; OR=6.333), lighting (p-value=0.000 ; OR=10.938), and noise (p-value=0002, ; OR=5.940) with work fatigue."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>