Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
Pavita Rena Anarizta
"Pemantauan Terapi Obat (PTO) merupakan suatu proses yang mencakup kegiatan untuk memastikan terapi obat yang aman, efektif dan rasional. Pemantauan terapi obat mencakup pengkajian pilihan obat, dosis, cara pemberian obat, respons terapi dan rekomendasi perubahan atau alternatif terapi. Pemantauan terapi obat harus dilakukan secara berkesinambungan dan dievaluasi secara teratur pada periode tertentu agar keberhasilan ataupun kegagalan terapi dapat diketahui. Dalam hal ini, keberadaan apoteker memiliki peran yang penting dalam mencegah munculnya masalah terkait obat melalui pemantauan terapi obat. Tujuan dari tugas khusus ini antara lain mengevaluasi dosis dan indikasi terapi yang diterima, melakukan analisis potensi interaksi antar obat dan melakukan analisis Drug Related Problem (DRP) dengan menggunakan klasifikasi Pharmaceutical Care Network Europe (PCNE) V9.1. Pengkajian yang dilakukan terhadap pasien dimulai dengan mengambil data dari rekam medis, catatan pemberian obat, catatan terintegrasi dokter, hasil pemeriksaan laboratorium, serta hasil kultur bakteri dan sensitifitas antibiotik. Setelah melakukan kegiatan penelitian tugas khusus terkait dengan pemantauan terapi obat pasien abses skrotum post-debridement dengan multimorbiditas di RSUP Fatmawati, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Pengobatan yang diterima oleh Tn.B sudah sesuai dosis dan sesuai indikasi, kecuali dalam pemberian antibiotik menurut hasil laboratorium. 2. Terdapat tiga macam potensi interaksi antar obat, yaitu cetriaxone dengan ringer laktat, domperidon dengan ondansetron dan ondansetron dengan paracetamol. Selama pemantauan tidak ada efek klinis dari interaksi yang berarti, dan paracetamol dilakukan penggantian terapi dengan natrium diklofenak. 3. Pasien Tn.B, yang menurut uji sensitivitas antibiotik hasilnya resisten terhadap ampicillin sulbactam, dikhawatirkan tidak mencapai efektivitas terapi jika terus diberikan antibiotik ampicillin sulbactam sebagai terapi antibiotik definitif. Namun dengan antibiotik yang diberikan perbaikan tetap terjadi meskipun hasil laboratorium menyatakan bahwa Tn.B resisten. Disimpulkan bahwa dalam uji sensitivitas antibiotik terjadi major error (false resistance) pada hasil uji.
Drug Therapy Monitoring (PTO) is a process that includes activities to ensure safe, effective and rational drug therapy. Monitoring drug therapy includes assessing drug choices, dosages, methods of drug administration, therapeutic response and recommendations for changes or alternative therapies. Monitoring of drug therapy must be carried out continuously and evaluated regularly at certain periods so that the success or failure of therapy can be known. In this case, the existence of a pharmacist has an important role in preventing the emergence of drug-related problems through monitoring drug therapy. The purpose of this special assignment includes evaluating doses and indications for therapy received, analyzing potential interactions between drugs and conducting Drug Related Problem (DRP) analysis using the Pharmaceutical Care Network Europe (PCNE) V9.1 classification. The assessment carried out on patients began by collecting data from medical records, drug administration records, doctors' integrated notes, laboratory examination results, as well as bacterial culture results and antibiotic sensitivity. After carrying out special task research activities related to monitoring drug therapy in post-debridement scrotal abscess patients with multimorbidity at Fatmawati General Hospital, the following conclusions can be drawn: 1. The treatment received by Mr.B was in accordance with the dosage and according to indications, except in administering antibiotics according to laboratory results. 2. There are three types of potential interactions between drugs, namely cetriaxone with Ringer's lactate, domperidone with ondansetron and ondansetron with paracetamol. During monitoring there were no clinical effects from significant interactions, and paracetamol was replaced with diclofenac sodium therapy. 3. Patient Mr.B, who according to the antibiotic sensitivity test results are resistant to ampicillin sulbactam, is feared not to achieve therapeutic effectiveness if he continues to be given the antibiotic ampicillin sulbactam as definitive antibiotic therapy. However, with the antibiotics given, improvement still occurred even though the laboratory results stated that Mr.B was resistant. It was concluded that in the antibiotic sensitivity test there was a major error (false resistance) in the test results."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Eagret Aung Suci
"Penelitian ini bertujuan untuk melakukan evaluasi dosis titik pada kasus kanker payudara untuk teknik Enhanced Dynamic Wedge (EDW), Forward IMRT, dan Inverse IMRT. Evaluasi ini dilakukan dengan mempertimbangkan pergerakan seperti pergerakan pernafasan manusia. Penelitian ini menggunakan fantom Rando jenis fantom female pada saat TPS untuk mendapatkan nilai CT yang mendekati densitas jaringan tubuh manusia. Selain itu, penelitian ini menggunakan Slab fantom RW3berukuran 30 cm 30 cm 10 cm. Fantom ini akan digunakan utuk pengukuran yang dilakukan pada Linear Accelerator (Linac) dengan mensimulasikan couch dalam keadaan diam dan pergerakan secara translasi pada bidang Anterior Posterior (AP) untuk menirukan pergerakan akibat pernafasan manusia. Pengukuran yang diperoleh berupa dosis titik menggunakan dosimeter thermoluminescence TLD LiF-100. Dari penelitian ini didapatkan pada daerah target, yaitu breast atas dan breast bawah serta daerah Organ at Risk (OAR), persentase dosis terbesar dimiliki oleh teknik EDW pada keadaan dinamik dan persentase dosis terkecil dimiliki oleh teknik Inverse IMRT. Pergerakan anterior posterior memberikan konstribusi terhadap peningkatan persentase dosis pengukuran TLD dengan TPS untuk teknik EDW, Forward IMRT, dan Inverse IMRT berkisar antara 2% sampai 50%.
This research aimed to evaluate point doses in breast cancer cases for the Enhanced Dynamic Wedge (EDW), Forward IMRT, and Inverse IMRT techniques. The evaluation was conducted considering motion, such as human respiratory motion. The study utilized a female Rando phantom during the Treatment Planning System (TPS) to obtain CT values approximating human tissue density. Furthermore, a 30 cm 30 cm 10 cm Slab phantom RW3 was used in the research. The phantom was employed for measurements performed on the Linear Accelerator (Linac), simulating a stationary couch and translational motion in the Anterior-Posterior (AP) plane to mimic respiratory-induced motion. Point dose measurements were taken using the LiF-100 thermoluminescence dosimeter (TLD). From this study, it was found that in the target areas, namely the upper and lower breast regions, as well as the Organ at Risk (OAR) areas, the EDW technique exhibited the highest percentage of dose in dynamic conditions, while the Inverse IMRT technique had the lowest percentage of dose. The anterior-posterior motion contributed to an increase in the percentage of dose measurement differences between TLD and TPS for the EDW, Forward IMRT, and Inverse IMRT techniques, ranging from 2% to 50%."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Dinda Asparul Mijar
"Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi distribusi dosis radioterapi pada kasus kanker payudara dengan Teknik EDW menggunakan simulasi monte carlo. Menggunakan fantom Rando female sebagai objek untuk mendapatkan nilai CT dengan pendekatan jaringan tubuh manusia. Penelitian dilakukan dengan 2 tahap. Tahap 1 commissioning Monte Carlo pada lapangan 10 × 10 dengan sudut wedge 25. Tahap 2 simulasi Monte Carlo menyesuaikan perencanaan pada TPS untuk kasus kanker payudara pada fantom rando. Evaluasi pada dosis titik dilakukan dengan membandingkan nilai dosis pada simulasi Monte Carlo dengan TPS dan pengukuran TLD. Hasil dari commissioning menunjukkan seluruh nilai profile pada kedalaman 10 cm berada dalam batas toleransi IAEA TRS 430. Hasil perbandingan pada fantom rando dengan pengukuran TPS dan TLD untuk organ Breast atas berturut-turut adalah 2,08% dan 5,45% sedangkan untuk Breast bawah adalah 4,59% dan 5,98%, untuk jantung adalah 12,76% dan 13,68%, dan untuk paru-paru adalah 12,76% dan 13,68%. Berdasarkan hasil tersebut hasil simulasi memiliki akurasi data yang cukup baik jika dibandingkan dengan pengukuran pada TPS dan pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan TLD.
The research was conducted to evaluate the radiation dose distribution in breast cancer cases using the Electron Dynamic Wedge (EDW) technique through Monte Carlo simulations. The research comprised two phases: Phase 1 involved commissioning Monte Carlo for 10 x 10 field with a 25-degree wedge angle, while phase 2 entailed Monte Carlo simulations to adapt planning on the Treatment Planning System (TPS) for breast cancer cases in the Rando phantom. Point dose evaluation involved comparing dose values in Monte Carlo simulations with those in the TPS and Thermoluminescent Dosimeters (TLD) measurements. Commissioning results demonstrated that all profile values at a depth of 10 cm fell within the tolerance limits of IAEA TRS 430. Comparisons on the Rando phantom between TPS and TLD measurements for the upper breast organ yielded percentages of 2.08% and 5.45%, respectively. For the lower breast, the percentages were 4.59% and 5.98%. Comparisons for the heart resulted in percentages of 12.76% and 13.68%, while for the lungs, they were 12.76% and 13.68%. Based on these findings, the simulation results indicated reasonably good accuracy when compared to both TPS measurements and measurements conducted using TLD."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Devani Fitriani
"Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi distribusi dosis radioterapi pada kasus kanker payudara, dengan menyelidiki dampak dosimetrik dari kesalahan pemosisian leaf MLC pada Varian Halcyon untuk kesalahan acak, dan untuk mengevaluasi keefektifan jaminan kualitas portal dosimetri dalam menangkap perubahan signifikan secara klinis yang disebabkan oleh kesalahan-kesalahan ini. Kesalahan acak secara sengaja dibuat pada leaf MLC sebesar 5%, 10%, 15%, 20%, 50%, 80%, dan 100% dari total keseluruhan distal MLC Halcyon yang berjumlah 28 pasang, dengan pergeseran daun MLC sejauh 1 mm yang mengacu pada batas nilai toleransi AAPM TG 142. Modifikasi pergeseran leaf MLC memanfaatkan Python, Python dapat membaca file dicom yang dieksport dari TPS eclipse, modifikasi ini dilakukan untuk mengetahui besarnya dosis yang diterima pasien dan menentukan apakah pergeseran leaf MLC tersebut masih dalam rentang yang dapat ditoleransi. Rencana kemudian diberikan pada Linac Varian Halcyon dan fluence ditangkap oleh Electronic Portal Imaging Device (EPID). Distribusi dosis yang diperoleh dievaluasi dengan metode gamma indeks. Hasil evaluasi dan analisis menunjukkan bahwa peningkatan error posisi MLC menyebabkan distribusi dosis yang semakin tidak sesuai dengan batasan dosis, dengan dosis yang diterima oleh PTV semakin menurun yang mempengaruhi kualitas dan efektivitas treatment radioterapi.
The research was conducted to evaluate the radiation dose distribution in breast cancer cases, By investigate the dosimetric impact of multi-leaf collimator positioning errors on Varian Halcyon for random errors, and to evaluate the effectiveness of portal dosimetry quality assurance in capturing clinically significant changes caused by these errors. Random errors were intentionally created in the MLC leaves at 5%, 10%, 15%, 20%, 50%, 80%, and 100% of Halcyon's total of 28 distal MLC pairs, with a 1 mm MLC leaf shift in reference to the AAPM TG 142 tolerance limit values. The modification of the MLC leaf shift utilizes Python, Python can read the dicom file exported from TPS eclipse, this modification is done to determine the amount of dose received by the patient and determine whether the MLC leaf shift is still within the tolerable range. The plan was then administered on a Varian Halcyon linear accelerator and the fluence was captured by an Electronic Portal Imaging Device (EPID). The obtained dose distribution was evaluated by the gamma index method. The results of the evaluation and analysis showed that increasing the MLC position error led to dose distributions that were increasingly out of dose constraint, with the dose received by the PTV decreasing which affected the quality and effectiveness of the radiotherapy treatment."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library