Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"The Chinese in Indonesia have historically constituted a distinct, if small, ethnic minority amongst the population as a whole. Many of the trading and middleman functions in the Indonesian economy have been per-formed by members of this minority. This fact has aroused hostility to the Chinese, particularly among their Indonesian business competitors. Although many Chinese have been profoundly influenced by Indonesian cul¬ture, they have as a group continued to be sensed by Indonesians as alien even in the case of those who have become Indonesian citizens. Dutch col¬onial policies had the effect of keeping Chinese and Indonesians as sep¬arate groups. The gap between them was widened early in this century by the growth Sf nationalist sentiment among both Chinese and Indonesians. The achievement of national independence by the Indonesian elite brought about a prolonged crisis of identity for the Indonesian Chinese. Over the course of the next two decades, many issues of basic importance to them came into contention. These included their claims to Indonesian citizenship, the kinds of education to which their children could have ac¬cess, their retention of a separate social and cultural identity, and the defence of Chinese economic interests. Their situation was complicated by the emergence of China as a major power under a communist government, which made their political loyalties doubly suspect in the eyes of anti-communist Indonesians. As a small but relatively wealthy ethnic minority which has been ex-posed for a long time to anti-Chinese prejudice on the part of many Indo¬nesians, the Indonesian Chinese have characteristically been compelled (given the powerlessness of China to protect them) to seek an accommodation"
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia,
RB 30 C 316 i
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Wahyuning M. Irsyam
"PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Perkembangan studi sejarah modern tentang Indonesia telah berkembang sedemikian pesatnya memasuki hampir semua aspek kehidupan bangsa Indonesia. Salah satu yang menjadi garapan dari studi sejarah Indonesia Modern adalah golongan etnis Cina sebagai golongan minoritas di Indonesia dalam pelbagai bentuk ragamnya. Sejak Victor Purcell membukukan hasil penelitiannya ?the Chinese in Southeast Asia" ternyata karya ini mampu mengilhami lahirnya karya-karya baru dalam studi Indonesia Modern. Studi tentang golongan etnis Cina ternyata telah menghasilkan sejumlah ilmuwan antara lain seperti Melly G. Tan, Leo Suryadinata, Liem Twan Djie dan Ong Eng Die.
Golongan etnis Cina seringkali diidentikkan sebagai golongan yang mempunyai peranan penting dalam dalam perekonomian Indonesia. Hal ini tidak dapat dipisahkan dari adanya kenyataan bahwa mereka telah mulai merintis usaha-usaha di bidang perekonomian sejak dulu, dan keberhasilan mereka ditunjang oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut berasal dari berbagai pihak, baik pihak mereka sendiri, pihak pemerintah Belanda maupun dari pihak pribumi.
Bila kita telusuri sejarah perkembangan mereka di bidang perekonomian, maka kita harus melihat kenyataan bahwa bangsa Cina telah mengadakan hubungan dengan bangsa-bangsa di Asia Tenggara, termasuk bangsa Indonesia sejak jaman dinasti Han berkuasa di daratan Cina (206 SM - 221 M). Ada dugaan bahwa hubungan dagang tersebut pada awalnya dilakukan oleh para pedagang.
Beberapa bukti arkeologis antara lain menunjukkan adanya patung-patung batu yang ditemukan di Pasemah, Sumatera Selatan yangmirip dengan patung-patung batu yang terdapat pada kuburan Jenderal Huo K'lu - ping di Propinsi Shenshi, yang bertandakan tahun 117 SM. Di camping itu juga banyak diketemukan barang-barang keramik di Sumatera , Jawa dan Kalimantan yang bertandakan tahun 45 SM (Victor Purcell, 1951: II). Dugaan para ahli, masa tersebut merupakan masa awal hubungan Cina-Indonesia.
Hubungan berikutnya adalah datangnya seorang musafir Cina yang beragama budha ke Indonesia. Fa-Hsien datang ke Jawa pada tahun 413 Masehi. Dari catatan sejarah dinasti Sung (420 - 479 M) dan dinasti Liang (502 - 527 M) dapat diketahui bahwa ada utusan dari negara-negara di Asia Tenggara yang datang ke Cina. Selain utusan yang datang ke Cina, Cina sendiri pada jaman dinasti T'ang (618 - 907 M) pernah mengirim utusan ke Selatan untuk membuka hubungan dagang. Pada tahun 756 - 779 M, pernah datang tiga utusan dari Jawa ke Cina atau sebaliknya, maka hubungan dagang Utara - Selatan menjadi semakin lancar.
Pada jaman pemerintahan dinasti Qing (1644 - 1911) hubungan dagang dengan Barat dibuka. Pelabuhan utama mereka adalah Amoy, Kwangtung dan Fukien. Meskipun hubungan dagang dengan bangsa Barat telah dimulai sejak tahun 1644, namun baru pada tahun 1786 penduduk setempat menyadari bahwa yang banyak mendapatkan keuntungan adalah bangsa Barat. Hal ini mendorong mereka untuk mengadakan migrasi ke tanah jajahan Barat. Apalagi mereka mendengar bahwa di Semenanjung Malaya orang bisa mendapatkan mata pencaharian dengan upah yang lumayan.
Migrasi etnis Cina terjadi secara besar-besaran setelah terjadinya perang Candu (1839 - 1842), yang mengakibatkan dibukanya negara Cina oleh Inggris dan setelah terjadinya pemberontakan Tai Ping (1851 - 1865), yang mengakibatkan hancurnya perekonomian di Cina Selatan. Dengan hancurnya perekonomian di Cina Selatan maka banyak orang "terpaksa" meninggalkan kampung halamannya untuk mendapatkan penghidupan yang lebih baik.
PERMASALAHAN
Penelitian ini mengkaji peranan golongan etnis Cina di sektor ekonomi pada masa kolonial. Secara khusus penelitian ini ingin mengungkapkan faktor-faktor apa yang menyebabkan golongan etnis Cina berperan di sektor ekonomi, bagaimana tingkah laku ekonomi golongan etnis Cina dan kendala-kendala yang dihadapi dalam memainkan peranannya itu.
Uraian berikut ini mencoba untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu. Uraian dan penjelasan berikut ini mencakup kedudukan golongan etnis Cina pada masa kolonial, dan pola tingkah laku ekonomi golongan etnis Cina. Pola tingkah laku tersebut dihubungkan dengan kegiatan perekonomian yang ada di Indonesia pada waktu itu. Dari uraian dan penjelasan yang ada diharapkan diperoleh suatu pemahaman mengenai peranan golongan etnis Cina di sektor ekonomi."
Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 1996
LP 1996 94
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Timsuksai, Pijka
"The Cao Lan are a Tai-speaking ethnic group living in the Midlands of Northern Vietnam. Homegardens are an important component of their agroecosystem. The ecological structure of each homegarden of 17 household of the Cao Ngoi villge in Tuyen Quang province were described and modal patterns identifed. Most homegarden have organically shaped planting areas with indeterminate boundaries, polycentric planting patterns, and contain multiple species within the same bed or planting area ..."
Center for Southeast Asian Studies, Kyoto University, 2015
327 SEAS 4:2 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Levina Xaveria
"Kejadian sejarah “Kerusuhan 1998” di Jakarta, memberikan dampak kepada kehidupan etnis minoritas Tionghoa-Indonesia. Akibat dari kerusuhan ini, sebagian dari etnis ini mengalami trauma, dan menghindari kontak dengan etnis mayoritas; yang menyebabkan rendahnya tingkat toleransi etnis ini terhadap etnis mayoritas. Karena itu, sangat penting untuk mengetahui faktor apa saja yang berkontribusi terhadap toleransi etnis minoritas ini, yang ke depannya dapat mendukung untuk membangun interaksi etnis yang lebih baik dengan etnis mayoritas. Penelitian terdahulu telah menemukan faktor personal (empati, kepribadian, dan usia dewasa muda) yang paling kuat memengaruhi perkembangan toleransi. Namun, toleransi juga diduga dapat dipengaruhi oleh faktor eksternal; karena dapat dipelajari, terutama jika individu didukung oleh situasi tertentu, seperti sosialisasi dari orang tua. Karena itu, tesis ini ingin melihat bagaimana pengaruh ethnocultural empathy (empati khusus untuk orang yang berbeda etnis), kepribadian, dan ethnic-racial socialization (transmisi informasi, nilai, dan perspektif mengenai ras dan etnis dari orang tua kepada anak) terhadap perkembangan toleransi, khususnya pada dewasa muda Tionghoa-Indonesia (N = 208). Uji hipotesis menggunakan structural equation model (SEM) menemukan hubungan yang signifikan antara ethnocultural empathy dan toleransi. Namun demikian, tidak ditemukan hubungan signifikan antara kepribadian dan toleransi. Selain itu, ditemukan juga hubungan yang signifikan tetapi negatif antara ethnic-racial socialization dengan toleransi. Dua penemuan ini tidak sesuai dengan hipotesis, menimbulkan kemungkinan adanya faktor lain yang memengaruhi perkembangan toleransi pada dewasa muda etnis Tionghoa-Indonesia. Penelitian lanjutan dibutuhkan untuk memahami lebih jauh bagaimana toleransi terhadap keberagaman pada etnis minoritas ini terbentuk.

Historical event of “Kerusuhan 1998” (1998’s riot) in Jakarta gave a massive effects to the life of ethnic minority Chinese-Indonesians. Because of this riot, most of the Chinese-Indonesians experienced trauma, and avoid any encounter with the ethnic majority; causing lower tolerance level of Chinese-Indonesians against the ethnic majority. Therefore, it is important to know about what factors contribute to tolerance of ethnic minority, in order to build a better ethnic interaction with the ethnic majority. Previous research had found some personal factors that influence development of tolerance (i.e. empathy, personality, and the young adults age). Nevertheless, it is also suspected that tolerance can be also predicted by external factors; because it can be learnt, especially if someone is supported by certain circumstances, such as socialization from parents. Therefore, this study is expanding another possibility on how ethnocultural empathy (empathy to people with different ethnicities), personality, and ethnic-racial socialization (transmission of information, values, and perspectives of race and ethnicity from parents to children) might also contribute to the development of tolerance to diversity in Chinese-Indonesians young adults (N = 208). The hypothesis testing using structural equation model (SEM), found a significant relationship between tolerance and ethnocultural empathy. However, no significant relationship found between personality and tolerance. Meanwhile, ethnic-racial socialization has a significant relationship with tolerance, but in a negative way. These last two findings are not as hypothesized, suggests another possibilities of other factors that influence of tolerance development in Chinese-Indonesian young adults. Future studies are needed to find deeper understanding on how this ethnic minority develops their tolerance to diversity."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
T52045
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erika Diki Permata Fridadixa
"My Name is María Isabel (1993) karya Alma Flor Ada merupakan sebuah kisah yang diceritakan dari sudut pandang seorang anak berlatar belakang budaya Hispanik bernama “María Isabel Salazar López” yang meninggalkan negara asalnya untuk tinggal di kota New York. Buku ini meningkatkan kesadaran tentang perlakuan diskriminatif atau tidak menyenangkan yang diterima oleh sang gadis Hispanik setelah pindah ke tempat baru. Penelitian ini menggunakan teori kekerasan simbolik Pierre Bourdieu dan teori relasi kuasa Michel Foucault guna menganalisis bagaimana kekerasan simbolik dan relasi kuasa antara guru dan murid di kelas memengaruhi identitas budaya dan harga diri María Isabel sebagai murid dari etnis minoritas, serta perkembangannya untuk mengatasi kekerasan tersebut. Hasil penelitian ini menemukan bahwa kekerasan simbolik yang disebabkan oleh ketidakseimbangan kekuasaan antara guru dan murid telah melemahkan harga diri María Isabel sekaligus membungkam suaranya. Namun demikian, penelitian ini juga menemukan bahwa terlepas dari efek negatif yang diakibatkan oleh kekerasan simbolik yang diterimanya, María Isabel telah menunjukkan ketahanan yang luar biasa terhadapnya dengan membela identitas budaya Hispanik melalui esainya. Kata kunci: My Name is María Isabel, kekerasan simbolik, relasi kuasa, murid etnis minoritas, identitas budaya

Alma Flor Ada’s My Name is María Isabel (1993) is a story told from the perspective of a child of Hispanic background named “María Isabel Salazar López” who left her country to live in New York City. The book raises the awareness of the discriminatory or unfavorable treatment received by the Hispanic girl upon her moving to the new place. This study uses Pierre Bourdieu’s symbolic violence theory and Michel Foucault’s power relation theory to analyze how the symbolic violence and the teacher-student power relation in the classroom affect María Isabel’s cultural identity and self-esteem as an ethnic minority student, and her development to cope with the violence. The result of this research finds that the symbolic violence caused by the teacher-student power imbalance has weakened María Isabel’s self-esteem and silenced her voice. Nevertheless, the research also discovers that despite the negative effects of the symbolic violence she receives, María Isabel has demonstrated remarkable resistance towards it by standing up for her Hispanic cultural identity through her essay. Keywords: My name is María Isabel, symbolic violence, power relation, ethnic minority student, cultural identity"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"The Handbook of Community-Based Participatory Research is an important addition to Oxford University Presss outstanding line of books on public health and related topics because of widespread interest in community-based participatory research. It addresses important issues of concern, including health disparities; public health research involving racial and ethnic minority communities; the health of immigrants; womens health; maternal and child health; infant mortality; cancer screening; prevention of cardiovascular disease, hypertension, obesity, and diabetes; cigarette smoking, physical activity, and diet; HIV/AIDS prevention; faith-based health interventions; gay, lesbian, bisexual, and transgender health; mental health; substance abuse; sexual assault and violence; urban health; rural health; environmental health and environmental justice; global health; research ethics; and public health ethics. This volume complements and explicates closely related developments such as community-based evaluative research, community-engaged research, and the National Institutes of Health (NIH) Clinical and Translational Science Awards. The book should be of interest to public health researchers from academic institutions and state and federal agencies, graduate students, and to members of community coalitions, community advisory boards, and non-profit organizations and foundations."
Oxford: Oxford University Press, 2017
e20470436
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Audhila Noveryni
"Tugas Karya Akhir ini membahas fenomena kemenangan Sadiq Khan yang terpilih sebagai Walikota London pada pemilu tahun 2016. Dengan menggunakan metode kualitatif, penelitian ini menganalisis faktor-faktor pendorong kemenangan Khan. Pertama adalah dukungan dan perolehan suara dari masyarakat kota London, khususnya kelompok Black and Minority Ethnic (BME) . Kedua adalah kampanye rasial yang dilakukan Zac Goldsmith (Dog Whistle Campaign) sebagai lawan Khan dalam pemilu. Penelitian ini menggunakan konsep Minority Voting Factors dan teori Voting Behavior dalam menganalisis kedua faktor pendorong tersebut. Penelitian ini menemukan bahwa ketidaksetaraan ekonomi dan sosialbudaya yang dialami kelompok BME di London membuat mereka membutuhkan sosok wakil yang dapat mewakili kepentingan mereka. Sadiq Khan sebagai kandidat Walikota London dianggap mampu memenuhi tuntutan kelompok BME. Selain itu, kampanye ‘rasial’ Zac Goldsmith dalam pemilu menyebabkan Goldsmith mendapatkan kecaman dari masyarakat kota London. Kampanye bersifat rasial tentunya tidak dapat diterapkan di London sebagai kota yang sudah ‘terbuka’ dengan keberagaman.

This paper deliberated victorious phenomenon of Sadiq Khan, whom successfully elected to be the Mayor of London during the 2016 election. Using qualitative method, the discussion inside this paper mainly analyzed some factors which support Khan’s triumph in the election. The main factor is the encouragement and the high acquisition from Black and Minority Ethnic  (BME) in London. The second factor is the racial campaign that conducted by Zac Goldsmith (Dog Whistle Campaign) as Khan’s rival throughout the election. The concept that is used in this research is Minority Voting Factors and the theory of Voting Behavior in analyzing both supporting factors. The result of this research is the founding of economical and socio-cultural inequality that suffered by BME group in London make them aware about their need of the right leader to represent their aspirations. Sadiq Khan, as the Mayor of London candidate, considered to be capable to make their dreams come to life. Other than that, Zac Goldsmith’s ‘racial’ campaign in the election caused him to get a lot of criticism from the people of London. A campaign that contains racial issues absolutely denied in London, since it is to be a city that accepts diversity by this time.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Erika Diki Permata Fridadixa
"My Name is María Isabel (1993) karya Alma Flor Ada merupakan sebuah kisah yang diceritakan dari sudut pandang seorang anak berlatar belakang budaya Hispanik bernama “María Isabel Salazar López” yang meninggalkan negara asalnya untuk tinggal di kota New York. Buku ini meningkatkan kesadaran tentang perlakuan diskriminatif atau tidak menyenangkan yang diterima oleh sang gadis Hispanik setelah pindah ke tempat baru. Penelitian ini menggunakan teori kekerasan simbolik Pierre Bourdieu dan teori relasi kuasa Michel Foucault guna menganalisis bagaimana kekerasan simbolik dan relasi kuasa antara guru dan murid di kelas memengaruhi identitas budaya dan harga diri María Isabel sebagai murid dari etnis minoritas, serta perkembangannya untuk mengatasi kekerasan tersebut. Hasil penelitian ini menemukan bahwa kekerasan simbolik yang disebabkan oleh ketidakseimbangan kekuasaan antara guru dan murid telah melemahkan harga diri María Isabel sekaligus membungkam suaranya. Namun demikian, penelitian ini juga menemukan bahwa terlepas dari efek negatif yang diakibatkan oleh kekerasan simbolik yang diterimanya, María Isabel telah menunjukkan ketahanan yang luar biasa terhadapnya dengan membela identitas budaya Hispanik melalui esainya.

Alma Flor Ada‟s y m is r s l (1993) is a story told from the perspective of a child of Hispanic background named “Mar a Isabel Salazar López” who left her country to live in New York City. The book raises the awareness of the discriminatory or unfavorable treatment received by the Hispanic girl upon her moving to the new place. This study uses Pierre Bourdieu‟s symbolic violence theory and Michel Foucault‟s power relation theory to analyze how the symbolic violence and the teacher-student power relation in the classroom affect Mar a Isabel‟s cultural identity and self-esteem as an ethnic minority student, and her development to cope with the violence. The result of this research finds that the symbolic violence caused by the teacher-student power imbalance has weakened Mar a Isabel‟s self-esteem and silenced her voice. Nevertheless, the research also discovers that despite the negative effects of the symbolic violence she receives, Mar a Isabel has demonstrated remarkable resistance towards it by standing up for her Hispanic cultural identity through her essay."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rosyana Lieyanty
"Keluarga etnis Tionghoa-Indonesia merupakan salah satu etnis di Indonesia yang mengalami sejarah panjang di dalam menghadapi tantangan etnis dan menunjukkan adanya kemampuan di dalam beradaptasi secara positif yang dikenal sebagai resiliensi keluarga. Literature review menunjukkan bahwa family ethnic-racial socialization berpengaruh pada resiliensi keluarga. Akan tetapi, masih ditemukan kesenjangan penelitian antara hubungan kedua variabel tersebut dan dibutuhkan peranan positive ethnic identity sebagai mediator untuk membuat hubungan ini menjadi signifikan. Partisipan terdiri dari 338 individu yang terbagi dalam kelompok generasi Y dan Z. Desain studi di dalam penelitian ialah cross- sectional dengan metode convenience sampling. Alat ukur yang digunakan ialah Walsh Family Resilience Questionnaire, Asian American Parental Racial-Ethnic Socialization, dan Multidimensional Inventory of Black Identity yang diadaptasi ke dalam konteks Etnis Tionghoa-Indonesia. Hasil menunjukkan bahwa family ethnic-racial socialization memengaruhi resiliensi keluarga secara langsung maupun tidak langsung melalui mediasi positive ethnic identity pada kelompok generasi Z dan mediasi total pada kelompok generasi Y.

The Chinese-Indonesian Ethnic families is one of the ethnic groups in Indonesia that has experienced a long history of facing ethnic challenges and has demonstrated the ability to adapt positively, that known as family resilience. Literature review shows that family ethnic-racial socialization has an effect on family resilience. However, research gap is still found between the two variables and positive ethnic identity role is needed as a mediator to make this relationship significant. Participants in this research consist of 338 individuals who were divided into two groups of generation Y and Z. Study design in this research was cross-sectional with convenience sampling method. The measuring tools used were Walsh Family Resilience Questionnaire, Asian American Parental Racial-Ethnic Socialization, and Multi-dimensional Inventory of Black Identity that adapted into Chinese-Indonesian Context. Result shows that family ethnic-racial socialization affects family resilience direct or directly through positive ethnic identity in the generation Z group and total mediation in the generation Y group."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library