Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rini Pramesti
"Pendahuluan : Disfungsi endotel merupakan awal timbutnya aterosklerosis yang pada kondisi lanjut akan menychabkan penyakit jantung koroner (PJK). Teh hijau dilaporkan mampu memperbaiki disfungsi endotel karena kandungan katekin yang ada di dalamnya. Penelitian menunjukkan teh hijau mampu meningkatkan produksi prostasiklin pada kultur sel aorta babi.
Tujuan penelitian : Untuk mcmbuktikan hahwa pemberian teh hijau sekali minum dapat memberi efek terhadap peningkatan produksi 6-ketoprostaglandin Fl-a sebagai metabolic prostasiklin dan penurunan kadar tromboksan B2 sebagai metabolit tromboksan A2 pada penderita PJK.
Metode : Penelitian dilakukan pada 25 penderita yang terhukti PJK dari pemeriksaan angiografi koroner. Sampel dibagi menjadi 2 kelompok. Kelompok 1 mendapat teh hijau terlebih dahulu dan Kelompok l1 mendapat plasebolair putih terlebih dahulu. Setelah masa wash-Put selama 1 minggu, dilakukan cross-over. Dihitung kadar 6-ketoprostaglandin Fl-a sebagai metabolit prostasiklin don tromboksan B2 sebagai metabolit tromboksan A2 sebelum dan sesudah pemberian teh hijau dan plasebo. Dllakukan pemeriksaan kadar 6-ketoprostaglandin Fl-a dan tromboksan B2 pada 20 orang sehat usia 18-25 tabula sebagai acuan nilai normal.
Hasil : Didapatkan peningkatan kadar 6-ketoprostaglandin Fl-a yang bermakna pada kedua kelompok. Pada kelompok I sebeiuni pemberian tab hijau kadar 6-ketoprostaglandin Fl -a 5.126 (2.808-6.237) menjadi 6.575 (4.788-7.638) ng/ml (p= 0.012). Pada kelompok plasebo tidak didapatkan peningkatan yang bermakna (p= 0.328). Pada kelompok II kadar 6-ketoprostaglandin Fl-ct sebelum teh hijau 6.044 (2.804-11.693) menjadi 7.212 (4.028-11.175) ng/ml (p= 0.011). Pada plasebo tidak didapatkan peningkatan yang bermakna (p= 0.325). Pada pemeriksaan kadar tromboksan B2 tidak didapatkan penurunan yang bermakna balk pada kelompok I maupun pada kelompok II. Pada kelompok I sebelum pemberian teh hijau 0.472 (0.122-0.630) menjadi 0.092 (0.056-0.135) ng/ml (p= 0.68). Pada kelompok l1 sebelum pemberian teh hijau 0.1 11 (0.029-0.630) meningkat menjadi 0.660 (0.018-0.958) ng/ml (p= 0.055). Hadar 6-ketoprostaglandin F1-u pada penderita PJK lehih rendah secara bermakna dibanding orang sehat (p<0.001). Pada pemeriksaan kadar tromboksan B2 pada penderita PJK lehih rendah secara bermakna dibanding prang sehat (p<0.001)
Kesimpulan : pemberian teh hijau sekali minum mampu meningkatkan produksi 6-ketoprostaglandin Fl-a yang merupakan metabolit aktif prostasiklin pada penderita penyakit jantung koroner, akan tctapi tidak memberikan efek penurunan kadar tromboksan B2 yang merupakan metabolit aktiFdari tromboksan A2.

Introduction : Endothelial dysfunction is an early process of atherosclerosis that in long term will cause coronary artery disease. Green tea has been reported to improve endothelial function because of catechin substance in green tea. Study had showed that green tea could increase the prostacyclin production in bovine aorta cell culture.
Objective :To gain evidence that one time consuming of green tea may increase 6-ketoprostaglandin Fl-a production as a metabolite of prostacyclin and decrease thromboxane B2 production as a metabolite of thromboxane A2 in coronary artery disease patients.
Method : Study has been conducted to 25 patients proven to have coronary artery disease by coronary angiography. Sample was grouped into two groups. Groups I firstly receive green tea and Group II firstly receive placebo (mineral water). After washout period for one week, sample was being cross-overed. The level of 6-ketoprostaglandin Fl-a as a metabolite of prostacyclin and thromboxane B2 as a metabolite of thromboxane A2 were measured before and after green tea and water consumption. We also measure the level of 6-ketoprostaglandin Fl -a and thromboxane B2 in 20 healthy persons aged 18 -25 years old as a normal value.
Result : There were significant increasing level of 6-ketoprostaglandin Fl-a of both groups. In Group I, the level of 6-ketoprostaglandin Fl-a before green tea consumption was 5.126(2.808-6.237) and raised up to 6.575(4.788-7.638) ng/ml(p= 0.012). Meanwhile in placebo group there were no significant increase level of 6-ketoprostaglandin Fl-a (p= 0.328). In group II the level of 6-ketoprostaglandin Fl-a before green tea consumption was 6.044(2.804-11.693) and raised up to 7.212(4.028-11.175) ng/ml (p= 0.011). As for placebo group, there were no significant increase level of 6-ketoprostaglandin F l -a (p= 0.325). Thromboxane B2 measurement result shows no significant decrease both in group I and group H. In group I, thromboxan B2 level before green tea consumption was 0.472(0.122-0.630) and raised up to 0.092(0.056-0_l35) ng/ml(p= 0.68). As for group H, thromboxane B2 level before green tea consumption was 0.111(0.029-0.630) and raised up to 0.660(0.018-0.958) ng/ml (p= 0.055). The level of 6-ketoprostaglandin Fl-a in coronary artery disease patients was significantly bellow healthy persons (p<0.001). The level of thromboxane B2 in coronary atery disease patients were also significantly bellows healthy persons (p<0.001).
Conclusion : One time green tea consumption can increase 6-ketoprostaglandin Fl-a production as an active metabolite of prostacyclin in coronary artery disease patients but does not decrease thromboxan B2 level, an active metabolite of thromboxan A2.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Panggabean, Freadi Sabhara Irwanto
"Sejak dahulu teh dikenal sebagai minuman yang menyehatkan. Katekin, khususnya epigalokatekin galat, merupakan senyawa polifenol yang terkandung di dalam teh, belakangan ini banyak menarik perhatian karena kemampuan antioksidan dan antikarsinogeniknya. Kofein, sebagai senyawa alkaloid terbesar di dalam teh, memiliki efek stimulasi. Penelitian ini bertujuan untuk menetapkan kadar kofein dan epigalokatekin galat dalam teh hijau secara kromatografi cair kinerja tinggi. Sistem pemisahannya menggunakan kolom fase terbalik C18, fase gerak campuran air-asetonitril-metanol-etil asetat (89:8:1:2,v/v), serta kecepatan aliran 0,8 mL/menit. Metode ini telah memenuhi syarat uji presisi dan perolehan kembali. Dari 5 sampel yang diperiksa, semua sampel mengandung kofein dan epigalokatekin galat. Kandungan kofein dalam sampel kering (2,15 ± 0,02)% hingga (2,72 ± 0,04)%, sedang epigalokatekin galat (3,91 ± 0,01)% hingga (5,41 ± 0,08)%."
Depok: Universitas Indonesia, 2007
S32614
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shifa Rizkamiarty
"ABSTRAK
Paparan radiasi sinar ultraviolet UV dapat menginduksi kerusakan kulit. Maka dari itu, diperlukan perlindungan untuk kulit dengan menggunakan kosmetik seperti alas bedak. Epigalokatekin galat EGCG , antioksidan yang efektif dan banyak di daun teh hijau, dapat digunakan sebagai bahan aktif dalam alas bedak losion yang dirancang memiliki nilai Sun Protection Factor SPF sekitar 30 sehingga dapat melindungi kulit wajah dari paparan sinar radiasi UV secara efektif dan aman untuk digunakan. Dalam penelitian ini, peneliti menentukan nilai SPF dengan menggunakan Spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 290-320 nm. Penilaian stabilitas fisik dilakukan pada suhu rendah 40C 20C, kamar 250C 20C, dan tinggi 40C 20C, serta cycling test dan uji mekanik. Uji keamanan kosmetik dilakukan uji iritasi kulit dengan metode Draize test pada 3 ekor kelinci albino galur New Zealand. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai SPF EGCG 0,04 adalah 31,02 0,72 dan losion alas bedak dengan 0,4 EGCG adalah 33,20 0,5. Uji stabilitas fisik menunjukkan tidak terjadi pemisahan fase dan tidak terbentuk kristal. Hasil uji iritasi kulit pada kelinci memberikan indeks iritasi primer sebesar 0,0. Sediaan losion alas bedak EGCG stabil secara fisik, memiliki penampilan yang menarik dan aman digunakan, serta efektif menangkal radiasi sinar UV.

ABSTRACT
Ultraviolet UV exposure induces photodamage of skin. It is necessary to protect the skin from UV induced injuries by using cosmetic such as a foundation. Epigallocatechin gallate EGCG, an effective antioxidant and most abundant in green tea leaves, used as an active ingredient in a lotion foundation which is designed to have Sun Protection Factor SPF value around 30 so that can protect the facial skin from UV radiation exposure effectively and safe to use. In this study, we determined SPF value by using Spectrophotometry UV Vis at wavelength 290 320 nm. Physical stability assessment was performed at low 4oC 2oC, room 25oC 2oC, and high 40oC 2oC temperature, as well as the cycling test and centrifugation test. Safety test was done by skin irritation test with Draize test on 3 albino New Zealand rabbits. The results showed that SPF value of EGCG 0.04 was 31.02 0.72 and lotion foundation with 0.4 EGCG was 33.20 0.59. Physical stability test showed a good physical stability. Results of safety gave a primary irritation index of 0.0. EGCG foundation was physically stable, had a good appearance, safe to use, and can protect skin effectively from UV radiation exposure."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tahmida Diazputri Utami
"Transfersom telah banyak digunakan untuk meningkatkan penetrasi obat yang berasal dari bahan alam. Salah satu bahan alam yang berkhasiat bagi kesehatan dan kosmetik adalah ekstrak daun teh hijau (Camellia sinensis L. Kuntze) yang mengandung katekin sebagai senyawa antioksidan yang kuat. Epigalokatekin galat (EGCG) sebagai salah satu senyawa katekin paling dominan digunakan sebagai penanda analisis. Namun, EGCG memiliki berat molekul yang besar dan bersifat hidrofilik sehingga sulit untuk berpenetrasi melewati kulit.
Tujuan dari penelitian ini adalah memformulasikan dan menghasilkan transfersom dengan karakteristik yang baik sehingga dapat meningkatkan penetrasi melalui kulit. Pada penelitian ini transfersom diformulasikan dengan konsentrasi yang berbeda setara dengan 1% (F1); 1,5% (F2); dan 2% (F3) EGCG dan menggunakan metode hidrasi lapis tipis. Transfersom diformulasikan ke dalam sediaan gel dan gel kontrol dibuat tanpa transfersom. Kedua sediaan dievaluasi dan dilakukan uji penetrasi secara in vitro menggunakan sel difusi Franz pada kulit tikus galur Spargue Dawley.
Hasil menunjukkan bahwa F1 merupakan formula terbaik karena memiliki bentuk yang sferis, nilai Dmean volume 107,82 ± 0,44 nm, indeks polidispersitas 0,07 ± 0,01, zeta potensial -40,3 ± 0,10 mV, dan efisiensi penjerapan 63,16 ± 0,65%. Hasil uji penetrasi in vitro menunjukkan jumlah kumulatif EGCG yang terpenetrasi dari gel transfersom yaitu 1316,60  8.05 μg/cm2 dengan fluks 57,594  0,91 μg.cm-2.jam-1 sedangkan jumlah kumulatif pada gel non transfersom sebesar 414,86  4,40 μg/cm2 dengan fluks 36,144 1,22 μg.cm-2.jam-1. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa sediaan gel transfersom ekstrak daun teh hijau dapat meningkatkan penetrasi.

Transfersome has been widely used to increase the penetration of drugs derived from natural ingredients. One of the natural ingredient for health and cosmetics is green tea leaves extract (Camellia sinesis L Kuntze) containing catechin has potent antioxidant activity. Epigallocatechin gallate (EGCG) as one of the most dominant catechin compounds used as a marker analysis. However, EGCG has a large molecular weight and hydrophilic so that it?s difficult to penetrate through the skin.
The aims of this study were to formulated and produced transfersome with good characteristics that increase penetrated through the skin. In this research, transfersome were formulated with different concentrations, equal to 1% (F1), 1.5% (F2), and 2% (F3) of EGCG and using thin layer hydration method. Transfersome then formulated into a gel and control gel prepared without transfersome. Both gels were evaluated and in vitro penetration tested using Franz diffusion cell with the skin of female Sprague Dawley rats.
The result showed that F1 had the best formula with spherical shape, Dmean volume 107.82 ± 0.44, polidispersity index 0.07 ± 0.01, zeta potential -40.3 ± 0.10 mV, and entrapment efficiency 63.16±0.65%, Total cumulative amount of penetrated EGCG from transfersom gel was 1302.63  20.67 μg/cm2 and the flux was 57.594  0.91 μg.cm-2.hour-1. Total cumulative amount of penetrated EGCG from non-transfersom gel was 414,86  4.40 μg/cm2 and the flux was 36.144  1.22 μg.cm-2.hour-1. Based on these result it can be concluded that gel transfersome green tea leaves extract can increase penetration.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2016
S63790
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library