Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 16 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bogor: Life Science Inter University Center, Faculty of Graduate Studies, Bogor Agricultural University, 1990
R 363.7007 PRO
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Mohamad Soerjadi MD
Jakarta: Institut Pendidikan dan Pengembangan Lingkungan , 2009
363.7 MOH p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ghonaimi, Zine Eddin Abdul Maqsud
Marocco: Isesco, 1996
297 GHO i
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Kuala Lumpur: UPM- UNESCO-UNEP International Environmental Education Programme , 1987
370.193 46 UNI s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Hursh, David W.
"Teaching environmental health to children highlights activities and curriculum developed at nine universities in the United States funded by the National Institute of Environmental Health Sciences. The text extends lessons to classroom teachers of all subjects and age levels. "
Dordrecht, Netherlands: Springer, 2011
e20405653
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Wilson, Lynn, 1954-
Hershey, PA: Information Science Reference, 2016
363.7 WIL p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: The University of Indonesia , 1997
363.7 ENV
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Winarni
"ABSTRAK
Two main programs of environmental education have been run by Cibodas Botanic Gardens since 1999 i.e. (1) educational tour within the garden and (2) conservation awareness outside the garden. This paper provides general information on visitors profile participated in educational tour within the garden from 2010-2016. Based on the data, some strategies were discussed to improve the quality of the program."
Bogor: Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas, 2017
580 WKR 15:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Urai Titin Hiswari
"ABSTRAK
Penelitian ini untuk mengetahui Korelasi Antara Pendidikan Lingkungan Dengan Sikap Siswa Terhadap Lingkungan Hidup di Kotamadya Pontianak Kalimantan Barat
Membina dan mengembangkan sikap lingkungan hidup di dalam diri individu adalah merupakan aspek mental yang penting, karena sikap dapat memotivasi terlaksananya perbuatan positif terhadap lingkungan hidup. Mencintai lingkungan hidupnya, mengetahui masalah-masalah lingkungan hidupnya, dan memiliki wawasan lingkungan hidup. Untuk mencapai sasaran im, individu harus memiliki pemahaman tentang pengetahuan materi lingkungan hidup yang merupakan dasar pengembangan sikap terhadap lingkungan hidup.
Program pengajaran pendidikan lingkungan yang diberikan berdasarkan Kurikulum 1994, yang menggunakan pendekatan integratif (terpadu), oleh sebab itu diperlukan sekali evaluasi untuk mengetahui keberhasilannya. Pada penelitian ini evaluasi yang dilaksanakan bukan hanya pada kawasan kogoitif saja, tetapi juga pads kawasan afektif yaitu sikap siswa terhadap lingkungan hidup.
Penelitian ini ingin mengetahui seberapa besar hubungan pendidikan lingkungan yang telah diberikan kepada siswa kelas I Sekolah Menengah Umum Negeri dapat membma sikap siswa terhadap lingkungan hidup. Disamping itu akan diteliti pula apakah ada perbedaan antara sikap siswa wanita dan sikap siswa pria terhadap lingkungan hidup.
Hasil penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan materi lingkungan siswa dan sikap siswa terhadap lingkungan sebagai hasil pendidikan lingkungan. Selain itu juga untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan materi lingkungan siswa dengan sikap siswa terhadap lingkungan dan pengatuh perbedaan jenis kelamin siswa terhadap lingkungan.
Agar hasil penelitian ini menjawab tujuan penelitian maka perumusan hipotesis adalah ada hubungan positif antara tingkat pengetahuan materi lingkungan pada pendidikan lingkungan hidup dengan sikap siswa terhadap lingkungan, dan ada pengaruh jenis kelamin siswa terhadap lingkungan siswa, sesudah mengikuti pendidikan lingkungan hidup.
Penelitian ini dilaksanakan di SMUN Kotanradya Pontianak, dengan jumlah populasi sebanyak 4049 siswa. Sampel yang diambil secara "Purposive Random Sampling" dengan mengambil sampel 210 siswa kelas I dari 7 SMUN. Penanikan 5 sampel dari 6 kelas paralel dari masing-masing SMUN secara "sistematic random sampling".
Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh melalui tes hasil belajar tentang lingkungan hidup untuk memperoleh tingkat pengetahuan materi lingkungan dan teknik kuesioner dengan menggunakan skala Likert untuk memperoleh sikap siswa terhadap lingkungan hidup. Analisis data dilakukan secara deskriptif dengan program Microstat. Untuk menguji berapa besamya pengaruh pengetahuan mater linglcungan hidup (variabel X) terhadap sikap siswa (variabel Y), digunakan persamaan Regresi. Untuk menguji berapa besamya hubungan antara variabel X dengan varibel Y digunakan Korelasi. Dan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh perbedaan jenis kelamin siswa terhadap sikap siswa terhadap lingkungan digunakan uji Chi Kuadrat.
Hasil penelitian mengungkapkan :
1. Hasil tes pemahaman pengetahuan materi linglcungan hidup siswa rata-rata skor yang diperoleh aclalah : 37,3960 dari maksimum skor 50.
2. Pengukuran sikap siswa terhadap ingan hidup dengan menggunakan Skala Likert diperoleh skor rata-rata adalah: 132,2079 dari maksimum 175.
3. Ada hubungan antara pemahaman pengetahuan materi lingkungan hidup terhadap sikap siswa dibuktikan dengan membandingkan F hitung dengan F tabel. Hasil yang diperoleh F hitung lebih besar dari F tabel (77,327 > 6,76).
4. Besarnya hubungan antara pemahaman pengetahuan materi lingkungan hidup dengan sikap siswa diperoleh koefisien korelasi (r) = 0,5285, hubungan yang cukup berarti. Sikap siswa terhadap lingkungan dalam penelitian ini dipengaruhi oleh tingkat pemahaman pengetahuan materi lingkungan.
5. Terdapat perbedaan jenis kelamin terhadap sikap siswa terhadap lingkungan dengan uji Chi Kuadrat (x2) = 12,795 lebih besar dari nilai tabel pada tingkat kepercayaan 95% = 0,207 (12,795 > 0,207).
6. Sikap siswa wanita lebih positif dari siswa pria dari hasil pengukuran dengan skala sikap dari Likert 134,2970 > 131,3267.
Kesimpulan :
Pengetahuan materi lingkungan siswa di Sekolah Menengah Umum Negeri di Kotamadya Pontianak baik, begitu juga sikap siswa terhadap lingkungan. Sikap siswa terhadap lingkungan hidup dalam penelitian ini dipengaruhi oleh tingkat pemahaman pengetahuan materi lingk organ hidup.

ABSTRACT
Correlation Between Environmental Education With The Students' Attitude Toward Living Environment (Case Study of High School Students in Pontianak, West Kalimantan)
This thesis has been written to describe the result of research on correlation between environmental education with the students' attitudes toward living environment in district of Pontianak, West Kalimantan.
Developing the mental attitude toward environment in every human being, is the most important aspect, since attitude can motivate the positive respect to the living environment. This aspect can motivate the students to love, care, become aware of the environmental problems and drive the students to become environmentally caring persons.
To achieve these goals, every person has to have deep understanding about living environment which is the basic step to develop the environmental attitude. The environment education programme according to the 1994 Curriculum which is using the Integrative Approach method, demanding an evaluation to every achievement and progress. This research not only evaluated on cognitive aspects, but also on affective aspects which were concentrated on the student's behaviors toward living environment.
This thesis describes the effectiveness of Environment Education that had been given to the first year high school students in the establishment of the right attitude living environment. This thesis also discusses the differences of living environment attitude according to the gender.
This research has been aimed to determine the levels of students' Environment knowledge and the students' behaviors toward environment as the result of the Environment Education. In particular, it determined the levels of Environment knowledge and the students' behavior viewed from the gender point of view.
In order the result of this research could fulfill the aim of the research, the hypothesis has been formulated as follow : There are positive interactions between' the Environment Education and Students' behaviors toward living environment, and there is a positive affect of gender towards living environment as the result of environment education.
The research had been conducted at the High Schools in district of Pontianak with 4049 senior high school students population. Samples had been taken using the "purposive random sampling" and "systematic random sampling" numbering 210 first year students from 7 Senior High schools. Five (5) samples were taken using systematic random sampling on 6 parallel classes from each High School.
The data used in this research were gathered from the assessment of evaluation on living environment education programme and questionnaires. The level of environment knowledge could be determined from the assessment of study evaluation. On the other hand, from the questionnaires, the personal attitude towards living environment could be measured. The questionnaires were designed according to the Likert Scale method. The data were descriptively processed using the Microstat program.
Regression formula was used to evaluate the feedback from the environment knowledge (X variable) towards student's attitudes (Y variable). Correlation coefficient was used to assess the correlation between X variable and Y variable. Chi Square was used to determine the students' attitudes toward environment according to the gender.
Research Results :
1. The result of living environment test showed that the student's average score was 37.960 out of 50.000.
2. The student's average score of living environment using Likert scale was 132.2079 out of 175.
3. Interaction between the knowledge of environment and students' behaviors could be deteuuined by comparing the F counted with F table (77.327 > 6.76).
4. Correlation Coefficient ( r) = 0.5285 shows that the correlation is significant. It also shows that the students' attitude towards environment were influenced by the levels of the students' environment knowledge itself.
5. Attitude differences according to gender towards environment were shown by using Chi square (x2) = 12.795 which was greater than the figure in the table (12,795 > 0,207).
6. The Lilted scale 134.2970 > 131.3267 shows the female students acted more responsively positive ways than their opposite sex.
Conclusion :
The living environment knowledge from High School students in Pontianak can be concluded as quite sufficient including the student's attitudes toward the environment. According to the research, the attitudes of the students toward environment were influenced by the knowledge of living environment itself.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Batubara, Ery Rura P.
"Dalam rangka pengembangan SDM yang berkualitas dan pemanfaatan SDA secara efisien serta melakukan aktivitas tanpa mencemari lingkungan diperlukan pendidikan dan latihan. Lembaga Dildat yang mengelola untuk menatar guru-guru SMK adalah Pusat Pengembangan Penataran Guru (PPPG). PPPG Lingkup Dikdasmen terdiri dari 12 PPPG yaitu ada 6 PPPG lingkup kejuruan dan 6 PPPG lingkup non-kejuruan. PPPG Lingkup kejuruan mencakup PPPG Teknologi di Malang, Bandung, Medan. PPPG Kesenian di Yogyakarta, PPPG Pertanian di Cianjur, PPPG Kejuruan di Jakarta. PPPG Lingkup Kejuruan berpotensi menimbulkan dampak terhadap lingkungan khususnya dalam instalasi pada kegiatan praktek sehingga menarik untuk diteliti baik aspek limbah dan gas buang yang dihasilkan maupun aspek sosial, yakni aspek pengetahuan, sikap, ketrampilan widyaiswara terhadap lingkungan.
Berdasarkan hasil Monitoring dan Evaluasi (ME) Dit. Dikmenjur bersama Pusat Pengembangan Penataran Guru (PPPG) lingkup kejuruan selama tahun 1997 sampai tahun 2001 terhadap implementasi PLH pada SMK menunjukkan belum optimal, artinya bahwa hasil pelatihan PLH di P PPG belum menghasilkan guru yang berkualitas sehingga perlu ditindaklanjuti melalui pengkajian ilmiah lewat suatu penelitian.
Penelitian ini bertujuan :
(a) Untuk mengetahui peran PPPG Teknologi Malang.
(b) Untuk mengetahui pelaksanaan PLH yang dimulai dan kebijakan,
perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, sampai perbaikan tindak lanjut.
(c) Untuk mengetahui pengetahuan, sikap dan perilaku serta penanganan limbah setelah memperoleh PLH di PPPG
Asumsi Penelitian ini: (a) Peran PPPG Teknologi Malang dan Bandung belum optimal, (b) Penerapan pengelolaan dan cara/pola pelaksanaan program PLH di PPPG Teknologi belum optimal, (c) Pengetahuan, sikap dan ketrampilan widyaiswara setelah memperoleh PLH belum optimal.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan penelitian kualitatif. Menurut sifat dasar penelitian ini menggunakan metode survei, hal ini dilakukan karena data yang dikumpulkan relatif terbatas dari jumlah kasus yang relatif besar jumlahnya. Populasi dalam penelitian ini adalah PPPG Teknologi Malang dengan jumlah widyaiswara 40 orang, pengelola PPPG (Struktural} 5 orang, pelaksana 9 orang (middle) dan PPPGT Bandung dengan jumlah widyaiswara 40 orang (low), pengelola 9 orang (top) dan pelaksana 9 orang (middle). Kedua PPPG Teknologi tersebut mempunyai karakter yang sama, terutama bidang/program keahlian dan karakter asli lingkungan widyaiswara. Sedangkan penentuan sampel orang (widyaiswara dan pengelola PPPG Teknologi) yang akan dijadikan responden dalam penelitian ini dilakukan secara stratified random sampling (acak bertingkat sederhana). Penerapan ISO-14001- SML digunakan sebagai standard ukuran dalam manajemen lingkungan.
Hasil penelitian yang diperoleh adalah sebagai berikut :
1. Peran PPPGT dalam pelaksanaan PLH: (a) Mengajarkan materi lingkungan hidup pada setiap program penataran di PPPGT Malang sebanyak 13 jenis pelatihan dengan 9 materi sedangkan di PPPGT Bandung sebanyak 12 jenis pelatihan dengan 6 materi, (b) Mengembangkan bahan ajar kejuruan yang terintegrasi dengan materi PLH di PPPGT Malang sebanyak 5 judul sedangkan di PPPGT Bandung 3 judul, (c) Membantu mengembangkan alat Bantu mengajar PLH di PPPGT Malang sebanyak 6 jenis sedangkan PPPGT Bandung 8 jenis, (d) Pelaksanaan monitoring dan evaluasi PLH pada SMK sebesar 22,22%, dan tidak ada pelaksanan monitoring dan evaluasi sebesar 77,78% baik di PPPGT Malang maupun di PPPGT Bandung, (e) Ada kerjasama dengan institusi terkait 77,78% dan tidak ada kerjasama 22,28% di PPPGT Malang sedangkan di PPPGT Bandung ada keijasama (88,11%) dan tidak ada kerjasama (11,11%), (f) Menyusun laporan caturwulan tentang pelaksanaan PLH di PPPGT Malang seperti laporan dibuat dan dilaporkan ke atasan sebesar 20%, dibuat dan tidak dilaporkan ke atasan sebesar 60%, tidak dibuat dan dilaporkan ke atasan sebesar 20%, sedangkan di PPPGT Bandung laporan dibuat dan dilaporkan ke atasan sebesar 33%, dibuat dan tidak dilaporkan ke atasan sebesar 44%, tidak dibuat dan dilaporkan ke atasan sebesar 22%.
2. Pengelola PPPGT dalam Pelaksanaan PLH: (a) Kebijakan PLH dalam bentuk tertulis dan dikomunikasikan PPPGT Bandung 67,35 % dan PPPGT Malang 46,66%, (b) Penyusunan Program PPPGT Malang 88,89% dan PPPGT Bandung 79,31%, (c) Pelaksanaan dan Operasional terdiri dari: (1) Struktur dan tanggung jawab untuk melaksanakan PLH di PPPGT Bandung 66,67% dan PPPGT Malang 55,56%, (2) Memperoleh DIKLAT PPPGT Malang 91,84% dan PPPGT Bandung 32,65%, (3) Komunikasi dalam pelaksanaan PLH di PPPGT Bandung 55,56% dan PPPGT Malang 44,44%, (4) Dokumentasi di PPPGT Malang 64,29% dan PPPGT Bandung 33,33%, (5) Bentuk pelaksanaan PLH di PPPGT Malang menunjukkan pada ke empat point diatas secara keseluruhan sebesar 73,33% dan PPPGT Bandung 62,07%, (d) Dampak PLH pada unit Bengkel sebesar 70% di PPPGT Bandung dan Malang sebesar 58,33%, (e) Membuat kebijakan Baru sebesar 100% di PPPGT Malang dan 71,43% di PPPGT Bandung.
3. Kinerja PPPGT dalam Pelaksanaan PLH: (a) Ada perubahan dalam melaksanakan hemat energi di PPPGT Bandung diungkapkan responden sebesar 6,12% sedangkan di PPPGT Malang 0%, (b) Usaha dan Upaya Penerapan Limbah Cair 87,50% di PPPGT Malang dan 50% di PPPGT Bandung, (c) Usaha dan Upaya Penerapan Pengelolaan Sampah 40% di PPPGT Malang dan 32,50% di PPPGT Bandung, (d) Kondisi setelah melaksanakan PLH 28,57 % di PPPGT Malang dan 20,41% di PPPGT Bandung, (e) Bentuk Kegiatan yang menunjang kegiatan pasca swiss contac Fungsi Institusi (Diklat) 60% di PPPGT Malang dan 40% di PPPGT Bandung.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah: (a) Pelaksanaan peran PPPG Teknologi Malang dan Bandung dalam melaksanakan pendidikan lingkungan hidup belum optimal, hal ini dibuktikan bahwa enam peran tersebut, ada 3 peran yang kurang dilaksanakan, (b) Pengelolaan PLH di kedua PPPGT dalam melaksanakan PLH belum optimal baik kebijakan, perencanaan, pelaksanaan dan operasional, pemeriksaan dan tindakan perbaikan, tindakan manajemen, (c) kinerja PLH belum optimal baik penerapan hemat energi, penanganan limbah cab, padat kondisi PPPGT dalam melaksanakan PLH, kondisi PPPGT Pasca swisscontac.

Training and education are needed to develop the quality of human resources, to utilize natural resources efficiently, and to do activities without polluting the living environment. The institution that educates and trains senior high school teachers is the Center for Development of Vocational Teachers Training. The Directorate General of Primary and Secondary Education of Ministry of Education has 12 units of PPPG, which are divided into six vocational PPPGs and other six non-vocational PPPGs. There are three vocational PPPGs, which ones are the Technology PPPGs in Malang, Bandung and Medan. The other three are Art PPPG in Yogyakarta, Agriculture PPPG in Cianjur, and Skill Training PPPG in Jakarta. Activities held at PPPGs have the potential to pollute the environment, especially when they do practices. It is interesting to study this potential and the social aspect of the school environment, such as knowledge, attitude, and skills of trainers regarding the environment.
Monitoring and evaluation done by Directorate of Secondary and Vocational Education and Education in Center for Development of Vocational Teachers Training in 1997-2001 show that environmental education for Vocational Senior Secondary School has not been optimum. This means that the trainings in PPPGs have not produced qualified teachers, so that it needs further in depth-study.
This research aims to:
(a) know the role of Technological PPPG in Malang.
(b) Know the PLH execution started from policy, planning, implementation, evaluation and action plan for improvement
(c) know knowledge, behavior and attitude and also the management of disposal after obtaining PLH in PPPG.
These research assumptions are as follow: (a) the role of Technological PPPG in Malang and Bandung is not yet optimal, (b) Applying of management and way of PLH program implementation pattern in PPPGT is not yet optimal, (c) Knowledge, attitude and skill of trainees obtaining PLH are not yet optimal.
This research uses descriptive research method with qualitative approach.. According to its nature, this research uses survey method, because it is conducted under limited data. In that can be collected in a relatively considerable amount of cases. Population in this research is Technological PPPGT in Malang which has 40 trainers (Widyaiswara), 5 PPPGT organizers, 9 executors and PPPGT Bandung which has 40 trainers, 9 PPPGT organizers, 9 executors. Both of the Technological PPPG have the same characters, especially in area/membership program and original characters of widyaiswaras determination of people sample (PPPGT organizer and widyaiswara) to be the respondents in this research is conducted by stratified random sampling (high rise random modestly). ISO-14001- SML applicantion is used as it is a standard measurement in environmental management.
The Results of the research are as the follow:
1. The role of PPPGT in PLH implementation : (a) Teaching environment items in each upgrading program in PPPGT Malang 13 training types by 9 items while in PPPGT Bandung counted 12 training types by 6 items, (b) Develop vocational teaching materials which integrated with PLH items in PPPGT Malang counted 5 titles while in PPPGT Bandung 3 titles, (c) Assist to develop tools to teach PLH in PPPGT Malang counted 6 types while PPPGT Bandung 8 types, (d) evaluation and monitoring PLH at SMK equal to 22,22%, and there are no monitoring and evaluation equal to 77,78% either in PPPGT Malang and also in PPPGT Bandung, (e) There is cooperation with related/relevant institution 77,78% and there no cooperation 22,28% in PPPGT Malang while in PPPGT Bandung there is cooperation (8 8,11%) and there no cooperation (11,11 %), (f) Compile report for four months period about PLH implemented in PPPGT Malang like report made and reported to superior equal to 20%, made but not reported to superior equal to 60%, not made and not reported to superior equal to 20%, while in PPPGT Bandung report made and reported to superior equal to 33%, made but not reported to superior equal to 44%, not made but reported to superior equal to 22%.
2. PPPGT Organizers in PLH management: (a) Policy of PLH in the form of written document and communicated by PPPGT Bandung 67,35 % and PPPGT Malang 46,66%, (b) Compilation of PPPGT Malang program 88,89% and PPPGT Bandung 79,31%, (c) Implementation and operation consist of: ( 1) Structure dan responsibility to PLH implementation in PPPGT Bandung 66,67% and PPPGT Malang 55,56%, ( 2) Obtaining PPPGT Malang training 91,84% and PPPGT Bandung 32,65%, ( 3) Communications in PLH implementation in PPPGT Bandung 55,56% and PPPGT Malang 44,44%, (4) Documentation in PPPGT Malang 64,29% and PPPGT Bandung 33,33%, (5) Form of PLH implemented in PPPGT Malang show at four points above the whole, equals to 73,33% and PPPGT Bandung 62.07%, (d) PLH impact on Workshop unit equals, 70% in PPPGT Bandung and Malang equals 58,33%, (e) Make new policy equals 100% in PPPGT Malang and 71,43% in PPPGT Bandung.
3. PPPGT performance in PLH implementation: (a) There is a change in executing to economize energy in PPPGT Bandung laid open by respondents which is equal to 6,12% while in PPPGT Malang 0%, (b) the Effort and Effort Applying of Liquid Waste 87,50% in PPPGT Malang and 50% in PPPGT Bandung, (c) the Effort and Effort Applying of Management of garbage is 40% in PPPGT Malang and 32,50% in PPPGT Bandung, (d) the Condition of after PLH implementation 28,57 % in PPPGT Malang and 20,41% in PPPGT Bandung, (e) Form of Activity which supporting activity of Function Institution post Swisscontact (training) 60% is in PPPGT Malang and 40% in PPPGT Bandung.
The conclusions, of this research are: (a) The role of PPPGT Malang and Bandung in implementing education of environment is not yet optimal, there are 3 not implemented, (b) The management of PLH of both PPPGTs regard PLH implementation not yet optimal whether in policy, planning, operation and implementation, action and evaluation, or management action, (c) PLH performance is not yet optimal whether in applying o f energy, liquid, the management of disposal, is condition of PPPGT in PLH implementation, condition of PPPGT post Swiss contact.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2005
T15209
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>