Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 25 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jonathan Jodi Prayoga
"Hasil penelitian ini menjelaskan menjelaskan tentang karakteristik dari endapan banjir dengan metode granulometri. Penelitian ini berada pada daerah sekitar sungai Citarum, Bandung. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data terkait karateristik endapan banjir seperti sortasi, distribusi ukuran butir, tingkat skewness, dan tingkat kurtosisnya.  Penelitian ini dimulai dengan persiapan awal seperti studi literatur dan persiapan alat lapangan yang dilanjutkan dengan pengambilan data lapangan. Data yang didapatkan kemudian dianalisis dan kemudian hasil analisis tersebut dimuat dalam bentuk laporan akhir. Berdasarkan hasil penelitian, karateristik dari endapan banjir dapat dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu endapan lanau-lempung dan endapan endapan pasir. Pada endapan lanau-lempung, endapan didominasi dengan tingkat sortasi baik, tingkat skewness berupa fine skewed dan tingkat kurtosis berupa leptokurtic. Sedangkan pada endapan pasir didapatkan tingkat sortasi yang beragam dan tingkat skewness berupa fine skewed, endapan ini merupakan endapan yang mendominasi pada sampel. Persebaran data memiliki tingkat leptokurtic dimana data terpuncak pada suatu nilai.

The results of this research explain explaining the characteristics of the flood deposit using granulometry method. This research location is around the Citarum river, Bandung. This research aims to obtain data related to flood deposit characteristics such as sorting, grain size distribution, skewness level, and kurtosis level. The research began with preliminary preparations such as literature studies and preparation of field tools followed by field data collection. The data obtained is then analyzed and then the results of the analysis are published in the form of a final report. Based on the results of the study, the characteristics of the flood sediment can be divided into 2 groups, namely silt-clay deposit and sand deposit. In silt-clay depositi, sediments are dominated by well sorted sediment, the level of skewness is fine skewed, and the level of kurtosis is  leptokurtic. Whereas in sand deposits there are various levels of sorting and the level of skewness is fine skewed, these deposits are dominant in the sample. Data distribution has a leptokurtic level where the data peaked at a value."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lance Leonard Garancho
"Tuf Banten merupakan suatu formasi yang memiliki litologi tuf, tuf pumice dan batupasir Tufaan, formasi ini diperkirakan memiliki umur Plistosen Awal. Formasi Tuf Banten penting untuk dipelajari karena memiliki pengaruh yang signifikan terhadap sejarah geologi di wilayah Banten, khususnya Banten bagian utara dan tengah. Daerah penelitian berlokasi di Kecamatan Ciwandan, Kota Cilegon, Provinsi Banten dan termasuk termasuk ke dalam Formasi Tuf Banten. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik secara detail dari endapan piroklastik, serta merekonstruksi proses dan mekanisme erupsi yang membentuk endapan piroklastik di daerah penelitian. Tujuan penelitian dapat terjawab melalui metode kualitatif dan kuantitatif, yaitu pemetaan lapangan, analisis distribusi ukuran butir dan analisis komponen menggunakan data primer yang diperoleh dari pengambilan data lapangan. Hasil menunjukkan bahwa di daerah penelitian, hanya terdapat satu litofasies yaitu Massive, Poorly sorted, Pumiceous in crystal rich matrix supported ash. Hanya terdapat satu fase erupsi dengan proses magmatik, komponen didominasi oleh fragmen juvenile dan kristal juvenile, terdapat indikasi magma mingling sebelum terjadinya erupsi yang dibuktikan dari ditemukannya banded pumice. Mekanisme yang mengendapkan endapan ignimbrit ini adalah Pyroclastic Density Current (PDC) dengan jenis piroklastik aliran. Mekanisme PDC ini terbentuk akibat runtuhnya kolom erupsi dengan volume cukup besar dengan tinggi kolom erupsi cukup rendah, erupsi terjadi dengan jeda yang singkat atau bahkan tanpa jeda sehingga membentuk endapan dengan ketebalan melebihi 20 m.

Tuf Banten formation is a geological formation that consists of tuff, pumice tuff, and sandstone known as Tufaan. It is estimated to have originated in the Early Pleistocene era. The Tuf Banten formation is significant for geological studies in the Banten region, particularly in the northern and central parts. The research area is located in the Ciwandan Subdistrict, Cilegon City, Banten Province, and falls within the Tuf Banten formation. This study aims to analyze the characteristics of pyroclastic deposits in detail and reconstruct the processes and eruption mechanisms that formed the pyroclastic deposits in the research area. The research objectives can be achieved through qualitative and quantitative methods, including field mapping, grain size distribution analysis, and component analysis using primary data collected from field observations. The results indicate that the research area contains only one lithofacies, which is described as "Massive, Poorly sorted, Pumiceous in crystal-rich matrix supported ash." There was only one eruption phase involving magmatic processes, with components dominated by juvenile fragments and juvenile crystals. There is evidence of magma mingling before the eruption, as indicated by the discovery of banded pumice.The mechanism responsible for depositing this ignimbrite deposit is a Pyroclastic Density Current (PDC) of the flow-type pyroclastic. The PDC mechanism is formed when the eruption column collapses with a large volume and relatively low eruption column height. Eruptions occurred with short or even no intervals, resulting in deposits with a thickness exceeding 20 meters."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bayu Nugroho
Universitas Indonesia, 2009
T40276
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Joki R.R.
"Aluminium adalah material tertinggi kedua yang digunakan dalam kehidupan setelah besi dan baja. Aluminium sering digunakan sebagai material untuk baltan bahan baku rangka mobil, sistem rem, tie rod, blok mesin dan juga tentunya untuk membuat bagian cylinder head Penggunaan aluminium yang ringan pada komponen mesin akan berdampak pada berkurangnya berat komponen mesin, sehingga akan mcngurangi konsumsi bahan bakar dan tentunya akan mcngurangi polusi. Tetapi pengurangan volume material suatu komponen diharapkan tidak berdampak pada penurunan sifat mekanis dari komponen lersebur. 0leh karena itu dilakukan penelitian untuk meningkatkan kekerasun pada paduan aluminium AC2B dengan cara heal lreatment jenis pengerasan endapan baik nafural ageing maupun artificial ageing. Hasil peneiitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kekerasan yang signifikan pada paduan AC2B, khususnya pada kondisi artificial ageing. dari yang semua memiliki kekerasan as-cast 43 BHN dan 44 BHN berturut-turut untuk cetakan pasir dan logam menjadi 102 BHN dan 108 BHN untuk cetakan pasir dan logam dengan temperatur ageing 150 °C selama ± 96 jam.' 98 BHN dan 104 BHN untuk temperatur 175 rtc selama ±54 jam; dan 93 BHN dan 100 BHN untuk temperatur 200 aC selama ± 4jam - 6 jam. Dapat dikatakan untuk temperatur artificial ageing 150 nc menghasilkan nilai kekerasan tertinggi letapi waktu untuk mencapainya terlama."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S41794
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Gunung Galunggung terletak pada 2 Kabupaten, yaitu Tasikmalaya dan
Garut, Provinsi Jawa Barat. Berdasarkan catatan Direktorat Vulkanologi dan
Mitigasi Bencana Alam Geologi, telah terjadi letusan sebanyak 4 kali pada
tahun 1982. letusan tersebut menyebabkan perubahan morfologi bentang
alam di sekitarnya yang ditunjukkan oleh perubahan jarak, dan luasan
material endapan. Perubahan material endapan tersebut juga menyebabkan
perubahan terhadap wilayah rawan bencana, ditinjau dari posisi tata letak
dan jarak dari titik-titik awal endapan material.
Adapun wilayah rawan bencana akibat letusan gunung Galunggung selama
periode 1983-2001, menunjukkan perubahan-perubahan sebagai berikut :
(a) Wilayah rawan bencana Galunggung selama jangka waktu 1983-2001
berubah mengikuti jalur aliran lahar dan lava ke arah elevasi yang lebih
rendah, yaitu ke arah tenggara Galunggung, (b) Wilayah Rawan Bencana I
menunjukkan perubahan paling luas dibandingkan dengan Wilayah Rawan
Bencana II dan III, dimana perubahan ketiga wilayah rawan bencana tersebut
berpengaruh terhadap permukiman dan usaha tani penduduk."
Universitas Indonesia, 2007
S33954
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Kabupaten Garut merupakan kabupaten yang mempunyai potensi sumber daya bahan tambang berupa bahan galian logam (mineral) maupun non logam diantaranya pasir dan batuan andesit. salah satu wilayahnya di Gunung Guntur. Banyak faktor yang mendorong agar penambangan di wilayah tersebut dihentikan, salah satunya faktor lingkungan. Sehingga perlu relokasi ke wilayah lain yang mempunyai potensi bahan tambang untuk memenuhi permintaan pasar yang semakin meningkat. Relokasi tersebut dilakukan sebagai langkah agar aktivitas penambangan tidak mengganggu wisata pegunungan, kondisi lingkungan alam dan sisi kebijakan yang terkait dengan lingkungan, keselamatan dan kesehatan kerja serta tata ruang. Hasil pengamatan lapangan, secara geologi lokasi kajian didominasi oleh Lava Guntur (Qhg), Endapan Rempah Lepas Gunung Muda Tak Teruraikan (Qypu), dan Batuan Gunungapi Muda (Qym). Hal yang harus diperhatikan dalam aspek geologi salah satunya pola sebaran sungai, di lokasi. Hasil kegiatan lapangan menunjukan bahwa jenis vegetasi yang banyak ditemui di lokasi adalah tanaman pertanian dan perkebunan, semak belukar dan bambu. Berdasarkan hasil perhitungan sumberdaya terkira Boulder andesit-basal sebesar 13,515,740 MT, dengan perkiraan ketebalan rata-rata andesit-basal diambil dari atas permukaan ke titik terdalam dari penetrasi geolistrik 60 meter, walaupun pada faktanya ketebalan andesit-basal tidak ada ukuran pasti, sehingga CF (Concretion Factor) mempunyai nilai 30 %."
Bandung: Unisba Pusat Penerbitan Universitas (P2U-LPPM), 2017
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Farhan Nugroho
"Pulau Sulawesi, terutama Halmahera, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Tengah, merupakan daerah dengan sumber daya alam mineral nikel melimpah di Indonesia. Salah satu wilayah di Sulawesi Tenggara yang memiliki prospek nikel laterit adalah Konawe Utara. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi batas persebaran zona nikel laterit dengan menggunakan metode resistivitas yang dikorelasikan dengan data bor. Metode resistivitas yang digunakan adalah konfigurasi schlumberger yang memiliki kemampuan penetrasi hingga zona batuan dasar. Pengolahan resistivitas dilakukan dengan melakukan penggabungan data hasil sounding dilanjutkan dengan inversi data sehingga didapatkan penampang true resistivity 2-D. Hasil inversi ini kemudian akan dimodelkan dan dikorelasikan dengan data bor untuk menentukan batas zona laterit. Analisis resistivitas berdasarkan korelasi data bor pada 3 jalur interpretasi mengungkapkan adanya zona topsoil dengan resistivitas 177-2021 ?m, limonite dengan resistivitas 30-1245 ?m, saprolite dengan resistivitas 4-518 ?m, dan bedrock dengan resistivitas 55-927/m. Kedalaman topsoil terletak pada 0 m, limonite 1-6 m, saprolite 8-38 m, dan bedrock pada kedalaman 28-38 m. Selain itu, ketebalan lapisan topsoil adalah 1 m, limonite 1-5 m, dan saprolite 4-36 m. Dalam penelitian ini juga terdapat zona batuan dasar dengan nilai resistivitas rendah, yang disebabkan oleh tingginya konsentrasi air.

Sulawesi Island, particularly Halmahera, Southeast Sulawesi, and Central Sulawesi, is an area abundant in nickel mineral resources in Indonesia. One of the regions in Southeast Sulawesi with prospects for lateritic nickel is North Konawe. This research aims to identify the boundaries of the lateritic nickel zone using resistivity methods correlated with borehole data. The resistivity method employed is the Schlumberger configuration, which allows for penetration into the bedrock zone. Resistivity data processing involves merging and inverting the data using software to obtain a 2-D true resistivity cross-section. The results of this inversion will be modeled and correlated with borehole data to determine the boundaries of the lateritic zone. Resistivity analysis based on borehole data correlation reveals the presence of a topsoil zone with resistivity ranging from 177 to 2021 ?m, limonite with resistivity ranging from 30 to 1245 ?m, saprolite with resistivity ranging from 4 to 518 ?m, and bedrock with resistivity ranging from 55 to 927/m. The topsoil depth is located at 0 m, limonite at 1-6 m, saprolite at 8-38 m, and bedrock at a depth of 28-38 m. Additionally, the thickness of the topsoil layer is 1 m, limonite ranges from 1 to 5 m, and saprolite ranges from 4 to 36 m. This research also identifies a bedrock zone with low resistivity values, attributed to a high water concentration."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faras Syadad
"Penginderaan jauh merupakan salah satu metode yang dapat digunakan dalam eksplorasi mineral. Dengan penginderaan jauh, pemetaan mineral dalam suatu wilayah dapat dilakukan. Selain pemetaan mineral, pemetaan struktur geologi dan mineral alterasi hidrotermal juga dapat menggunakan metode penginderaan jauh sehingga potensi endapan bijih mineral dapat diidentifikasi. Metode penginderaan jauh yang dilakukan pada penelitian ini adalah FFD (Fault Fracture Density) dan PCA (Principal Component Analysis). FFD adalah suatu metode untuk menganalisis kerapatan suatu kelurusan yang dapat menentukan struktur geologi pada suatu wilayah. Sedangkan PCA adalah suatu teknik transformasi gambar untukmenyoroti respons spektral mineral spesifik hasil alterasi hidrotermal. Selain penginderaan jauh, observasi lapangan juga dilakukan sebagai salah satu metode untuk membantu menentukan mineral alterasi hidrotermal berupa analisis struktur, geomorfologi, persebaran litologi, dan analisis petrografi. Penelitian ini akan terfokus pada identifikasi potensi endapan bijih mineral dan alterasi hidrotermal pada daerah Belik, Pemalang, Jawa Tengah dan sekitarnya yang merupakan daerah dengan potensi endapan bijih mineral dan alterasi hidrotermal yang tinggi karena terdapat berbagai macam tubuh intrusi batuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 4 jenis alterasi yang ada pada daerah penelitian, yaitu alterasi potasik, filik, argilik, dan propilitik. Mineralisasi pada daerah penelitian berupa pirit yang terkonsentrasi pada intrusi porfiri daerah penelitian. Penentuan jenis alterasi dan tipe mineralisasi tersebut berdasarkan hasil kombinasi dari analisis penginderaan jauh melalui metode FFD dan PCA serta observasi lapangan melalui analisis struktur geologi, geomorfologi dan petrografi. Akurasi metode penginderaan jauh yang dilakukan pada penelitian ini setelah dilakukan integrasi dengan observasi lapangan memiliki tingkat akurasi cukup baik hingga kurang baik. Akurasi dapat ditentukan secara kualitatif dari hasil korelasi antara hasil analisis metode penginderaan jauh dengan observasi lapangan.

Remote sensing is one method that can be used in mineral exploration. With remote sensing, mineral mapping in an area can be done. In addition to mineral mapping, mapping of geological structures and hydrothermal alteration minerals can also use remote sensing methods so that potential mineral ore deposits can be identified. Remote sensing methods used in this study are FFD (Fault Fracture Density) and PCA (Principal Component Analysis). FFD is a method to analyze the density of a line that can determine the geological structure of an area. While PCA is an image transformation technique to highlight the spectral response of specific minerals resulting from hydrothermal alteration. In addition to remote sensing, field observations are also carried out as a method to help determine hydrothermal alteration minerals in the form of structural analysis, geomorphology, lithological distribution, and petrographic analysis. This research will focus on identifying the potential for mineral ore deposits and hydrothermal alteration in the Belik, Pemalang, Central Java and surrounding areas which are areas with high potential for mineral ore deposits and hydrothermal alteration due to the presence of various types of rock intrusion bodies. The results showed that there were 4 types of alterations in the study area, namely potassic, philic, argillic, and propylitic alterations. Mineralization in the study area is in the form of pyrite which is concentrated in porphyry intrusions in the study area. Determination of the type of alteration and the type of mineralization is based on the results of a combination of remote sensing analysis through FFD and PCA methods and field observations through geological structure analysis, geomorphology and petrography. The accuracy of the remote sensing method carried out in this study after integration with field observations has a fairly good to poor level of accuracy. Accuracy can be determined qualitatively from the results of the correlation between the results of the analysis of remote sensing methods with field observations."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Safira Zulny
"Daerah penelitian “X” merupakan daerah prospek alterasi dan mineralisasi endapan emas yang termasuk dalam Zona Pegunungan Selatan Jawa bagian Timur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik alterasi dan mineralisasi endapan emas meliputi kehadiran himpunan mineral alterasi, mineral bijih, geokimia bijih, tekstur mineralisasi, persebaran zona alterasi hidrotermal, serta paragenesa endapan mineral bijih pada daerah penelitian. Pada penelitian ini, terdapat empat metode yang dilakukan meliputi petrografi, mineragrafi, XRD, dan AAS. Analisis petrografi dilakukan untuk mengamati karakteristik tekstur urat, mengidentifikasi kandungan mineral penyusun batuan dan keterdapatan himpunan mineral penciri zona alterasi hidortermal pada sampel batuan. Analisis XRD dilakukan untuk mengidentifikasi asosiasi mineral-mineral ubahan yang terbentuk pada zona alterasi di daerah penelitian yang sulit teridentifikasi melalui analisis petrografi. Analisis mineragrafi dilakukan untuk mengetahui karakteristik mineral bijih yang hadir, tekstur mineral bijih, keterdapatan mineral bijih yang berasoasiasi dengan endapan emas, serta penentuan paragenesa endapan mineral bijih pada daerah penelitian. Analisis AAS dilakukan untuk mengetahui keterdapatan unsur logam beserta kadar masing-masing unsur logam yang teridentifikasi pada daerah penelitian. Berdasarkan analisis petrografi dan XRD, zona alterasi hidrotermal yang berkembang pada daerah penelitian terdiri dari zona alterasi argilik dan propilitik. Zona alterasi argilik dicirikan oleh kehadiran mineral montmorillonite dan dickite dengan temperatur pembentukan diperkiran pada rentang suhu 200°-250°C. Zona alterasi propilitik dicirikan oleh melimpahnya kehadiran mineral klorit, epidot, dan kalsit dengan temperatur pembentukan diperkiran pada rentang suhu 120°-320°C. Berdasarkan analisis petrografi menunjukkan kehadiran tekstur urat pada daerah penelitian meliputi tekstur comb dan mosaic. Berdasarkan analisis mineragrafi, mineral bijih yang hadir di daerah penelitian meliputi mineral magnetit, pirit, kalkopirit, galena, rutil, ilmenit, hematit, kalkosit, goethite, dan hydrous iron oxide dengan tekstur mineral bijih berupa tekstur open space filling, diseminasi, penggantian, intergrowth, colloform, dan eksolusi. Berdasarkan analisis AAS, kehadiran emas ditunjukkan oleh terdeteksinya kadar unsur logam Au sebesar 0,09 - 2,5 ppm. Terdapat beberapa unsur logam lainnya yang teridentifikasi pada analisis AAS meliputi Cu, Pb, Zn, dan Ag. Mineral bijih yang berasosiasi dengan endapan emas pada daerah penelitian meliputi mineral pirit, kalkopirit, dan galena. Paragenesa endapan mineral bijih daerah penelitian terbagi menjadi dua tahap pembentukan yang diawali oleh terbentuknya mineral primer pada tahap hipogen meliputi mineral magnetit, pirit, kalkopirit, galena, rutil, dan ilmenit serta dilanjutkan oleh terbentuk mineral sekunder pada tahap supergen meliputi mineral hematit, kalkosit, goethite, dan hydrous iron oxide. Berdasarkan karakteristik alterasi dan mineralisasinya daerah penelitian termasuk dalam sistem endapan porfiri dan epitermal sulfidasi rendah.

Research area "X" is a prospect area for alteration and mineralization of gold deposits which is included in the Southern Mountain Zone of Eastern Java. This research aims to determine the characteristics of alteration and mineralization of gold deposits including the presence of alteration mineral assemblages, ore minerals, ore geochemistry, mineralization texture, distribution of hydrothermal alteration zones, as well as the paragenesis of ore mineral deposits in the research area. In this research, four methods were used including petrography, mineragraphy, XRD, and AAS. Petrographic analysis was carried out to observe the texture characteristics of the veins, identify the mineral content that makes up the rock, and the presence of mineral assemblages that characterize hydrothermal alteration zones in the rock samples. XRD analysis was carried out to identify alteration mineral associations formed in alteration zones in the research area that are difficult to identify through petrographic analysis. Mineragraphic analysis was carried out to determine the characteristics of the ore minerals present, the texture of the ore minerals, the presence of ore minerals associated with gold deposits, as well as determining the paragenesis of ore mineral deposits in the research area. AAS analysis was carried out to determine the presence of metal elements and the levels of each metal element identified in the research area. Based on petrographic and XRD analysis, the hydrothermal alteration zone that develops in the research area consists of argillic and propylitic alteration zones. The argillic alteration zone is characterized by the presence of montmorillonite and dickite minerals with formation temperatures estimated to range from 200°-250°C. The propylitic alteration zone is characterized by the abundant presence of chlorite, epidote, and calcite minerals with formation temperatures estimated to range from 120°-320°C. Based on petrographic analysis, it shows the presence of vein textures in the study area including comb and mosaic textures. Based on mineragraphic analysis, the ore minerals present in the research area include magnetite, pyrite, chalcopyrite, galena, rutile, ilmenite, hematite, chalcocite, goethite, and hydrous iron oxide with the ore mineral textures shown including open space filling, dissemination, replacement, intergrowth, colloform, and exsolution. Based on AAS analysis, the presence of gold was indicated by the detection of Au metal element levels of 0.09 - 2.5 ppm. There are several other metal elements identified in AAS analysis including Cu, Pb, Zn, and Ag. The ore minerals associated with gold deposits in the research area include pyrite, chalcopyrite, and galena. The paragenesis of ore mineral deposits is divided into two stages, starting with the formation of primary minerals at the hypogene stage including magnetite, pyrite, chalcopyrite, galena, rutile and ilmenite and continued by the formation of secondary minerals at the supergene stage including hematite, chalcocite, goethite, and hydrous iron oxide. Based on the characteristics of alteration and mineralization, the research area is classified within the porphyry and low-sulfidation epithermal deposit systems."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rafazio Alanza Muhammad
"Daerah Ganda-Ganda, Morowali Utara merupakan salah satu daerah penghasil bijih nikel di Indonesia dari endapan laterit. Endapan laterit tersebut dihasilkan dari pelapukan batuan ultramafik (batuan asal). Pada area penelitian terdapat pada Komplek Ultramafik dari Jalur Ofiolit Sulawesi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi endapan laterit, karakteristik batuan ultramafik, dan asosiasinya terhadap tektonik dari sampel batuan asal daerah penelitian. Metode yang digunakan yakni analisis petrografi, X-Ray diffraction (XRD), dan energy dispersive X-Ray fluorescence (EDXRF). Profil terdiri atas limonit dan saprolit hingga rocky saprolite. Komposisi mineral profil limonit didominasi goetit dan gibbsit. Saprolit didominasi antigorit, talk, lizardit, dan nakrit. Batuan asal didominasi mineral silikat. Jenis batuan ultramafiknya meliputi lherzolit terserpentinisasi, harzburgit terserpentinisasi, olivin websterit terserpentinisasi, dan serpentinit. Secara geokimia semua batuan ultramafik berkomposisi lherzolit. Semua batuan hadir mikrotekstur mesh. Banyak mineral olivin dan piroksen di batuan asal telah terubah menjadi mineral serpentin. Mikrotekstur serpentinit mencangkup tekstur mesh pada lizardit, tekstur relict pada olivin, tekstur veinlet mineral krisotil, dan tekstur decussate mineral antigorit. Komposisi batuan asal dominan tersusun atas mineral olivin, lizardit, dan piroksen. Batuan ultramafik daerah penelitian berasosiasi dengan tektonik supra-subduction zone (SSZ) yang dominan hingga mid-oceanic ridge basalt (MORB) dengan seri magma tholeiite.

The Ganda-Ganda area, North Morowali is one of the nickel ore producing areas in Indonesia from laterite deposits. Laterite deposits are produced from the weathering of ultramafic rocks (source rocks). The research area is in the Ultramafic Complex of the Sulawesi Ophiolite Belt. This research aims to determine the composition of laterite deposits, the characteristics of ultramafic rocks, and their association with tectonics from the source rock samples from the research area. The methods used are petrographic analysis, X-ray diffraction (XRD), and energy-dispersive X-ray fluorescence (EDXRF). The profile consists of limonite and saprolite to rocky saprolite. The mineral composition of the limonite profile is dominated by goethite and gibbsite. Saprolite is dominated by antigorite, talc, lizardite, and nacrite. The source rocks are dominated by silicate minerals. Ultramafic rock types include serpentinized lherzolite, serpentinized harzburgite, serpentinized olivine websterite, and serpentinite. Geochemically, all ultramafic rocks fall in the lherzolite composition. All rocks have mesh microtexture. Many of the olivine and pyroxene minerals of the source rock have been altered into serpentine minerals. Serpentinite microtextures include the mesh texture of lizardite, the relict texture of olivine, the veinlet texture of chrysotile, and the decussate texture antigorite. The dominant composition of the source rocks consists of olivine, lizardite and pyroxene minerals. Ultramafic rocks in the study area are dominantly associated with supra-subduction zone (SSZ) tectonics to mid-oceanic ridge basalt (MORB) with a tholeiite magma series."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>