Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ulya Hanif Maulida
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran disclosure sebagai mediator dalam hubungan antara status hubungan dan subjective well-being, dengan menggunakan metode kuantitatif. Partisipan yang mengikuti penelitian ini terdiri dari 314 individu yang berusia 18- 25 tahun, menggunakan aplikasi kencan daring dalam enam bulan terakhir, atau bertemu dengan teman atau pasangan melalui aplikasi kencan daring atau jaringan sosial, dengan partisipan perempuan berjumlah 189 (60,2%). Pengukurun self-disclosure dilakukan dengan menggunakan Self-Disclosure Index (SDI), sementara subjective well-being diukur berdasarkan skor. The Satisfaction With Life Scale Positive and Negative Affect Schedule(PANAS) yang dijumlahkan menjadi satu skor subjective well-being yang sudah terstandarisasi. Hasil analisis dengan teknik regresi linear berganda menunjukkan bahwa terdapat peran mediasi self-disclosure dalam hubungan antara status hubungan dan subjective well-being. Perbedaan tingkat subjective well-being yang ditemukan antara kelompok status lajang dan berkencan signifikan dimediasi dengan self-disclosure indirect effect  = [0,914, - 5,005]). Perbedaan tingkat subjective well-being yang ditemukan antara kelompok status lajang dan berpasangan juga signifikan demediasi dengan  self- disclosure  CI = [1,833, - 8,056]).

ABSTRACT
This study aims to determine the role of self-disclosure as a mediator in the relationship between relationship status and subjective well-being, using quantitative methods. Participants who participated in the study consisted of 314 individuals aged 18-25 years, has used an online dating application in the last six months or had met a friend or partner through an online dating or social networking application, with a total of 189 (60.2%) female participants. Self-disclosure was measured by using the Self-Disclosure Index (SDI), while subjective well-being was measured based on the scores of The Satisfaction With Life Scale (SWLS) and Positive and Negative Affect Schedule (PANAS), which were then summed up to create standardized subjective well-being scores (t-score). Results using linear multiple regression statistical analysis indicated that there is a mediating role of self-disclosure in the relationship between relationship status and subjective well-being. Differences in the levels of subjective well-being found between single and mingle individuals were significantly mediated by self- disclosure (indirect effect = 2.68, SE = 1.041, CI = [0.914, - 5.005]). Differences in the levels of subjective well-being found between single and partnered individuals were also significantly mediated by self-disclosure (indirect effect = 4.75, SE = 1.598, CI = [1,833, - 8,056])."
2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mutia Aprilia Permata Kusumah
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh atraktivitas wajah laki-laki pemberi pertolongan terhadap perilaku help-seeking perempuan pada masa emerging adult. Atraktivitas wajah laki-laki ditentukan berdasarkan total skor yang didapat pada pilot study. Lima wajah dengan skor tertinggi dijadikan sebagai stimulus untuk wajah atraktif, sementara lima wajah dengan skor terendah dijadikan sebagai stimulus untuk wajah tidak atraktif. Untuk mengukur perilaku help-seeking, peneliti memberikan lima gambaran situasi bermasalah pada partisipan.
Partisipan harus memilih satu di antara dua foto wajah laki-laki yang ditampilkan untuk dijadikan pemberi pertolongan. Dua foto tersebut terdiri dari foto wajah laki-laki yang atraktif dan tidak atraktif. Kriteria partisipan penelitian ini adalah mahasiswi Universitas Indonesia, berusia 18-25 tahun, dan memiliki daya penglihatan cukup baik untuk membaca tiap item dalam alat ukur.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa atraktivitas wajah laki-laki yang berpotensi memberi pertolongan memengaruhi perilaku help-seeking pada perempuan dewasa muda secara signifikan dengan t(2,667) = 11,841, p = 0,000, r2 = 0,773 dan estimated d = 1,828. Dengan kata lain, perempuan akan cenderung meminta pertolongan pada laki-laki dengan wajah yang atraktif dibandingkan laki-laki dengan wajah yang tidak atraktif.

This study examines the effect of male seeking behavior in emerging adult female. The male facial attractiveness is defined by total score that was obtained in pilot study. Five photos with the highest score are used for the stimulus of attractive face, while five photos with the lowest score are used for the stimulus of unattractive face. To measure helpseeking behavior, the researcher gave five description of troubled situations to the participant.
The participant should choose one from two photos of male face which was presented to be her helper. The two photos are consisted of a photo of attractive male face and a photo of unattractive male face. The criteria of participant in this study are female student of Universitas Indonesia, 18-25 years old, and having good enough vision to read each item in the measurement.
This study result shows that facial attractiveness of male potential helper affect helpseeking behavior in young adult female significantly, with t(2,667) = 11,841, p = 0,000, r2 = 0,773 and estimated d = 1,828. In other words, female will prefer to seek help from facially attractive male than from facially unattractive male.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S54771
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library