Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 17 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hermawan Susanto
"ABSTRAK
Kabupaten Purworejo merupakan kabupaten dengan jumlah kasus malaria tertinggi di Provinsi Jawa Tengah. Surveilans malaria merupakan komponen utama dalam pencapaian eliminasi malaria pada tahun 2030 secara nasional. Surveilans malaria yang digunakan saat ini adalah e-sismal. Masalah yang dihadapi petugas adalah e-sismal belum sepenuhnya user friendly. E-sismal belum mampu memenuhi kebutuhan informasi untuk eliminasi malaria. Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan surveilans malaria yang mampu menghasilkan informasi untuk eliminasi malaria. Metode pengembangan sistem informasi yang digunakan adalah Rapid Application Development RAD yang menghasilkan prototype surveilans malaria. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam, observasi dan telaah dokumen terkait pelaksanaan e-sismal di Kabupaten Purworejo tahun 2016. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Annual Paracite Incidence API di Kabupaten Purworejo sebesar 0,53 permil; pada tahun 2016, sehingga sudah harus menerapkan strategi eliminasi. Prototype surveilans malaria dikembangkan berbasis web dengan tampilan user friendly yang dilengkapi dengan sistem database. Dengan demikian penggunaannya lebih mudah, terhindar dari kesalahan teknis serta otomatisasi pengolahan data. Dashboard dapat memantau capaian indikator: pemeriksaan suspek malaria, API, klasifikasi asal penularan dan pengendalian vektor. Informasi lain yang disediakan adalah data individu pasien malaria, pemetaan pasien dan vektor malaria, serta stok logistik. Kesimpulan. Prototype surveilans malaria mampu menghasilkan informasi untuk eliminasi malaria di Kabupaten Purworejo.

ABSTRACT
Purworejo is a district with the highest number of malaria cases in Central Java Province. Malaria surveillance is a major component to eliminate malaria by 2030 a national target. The current malaria surveillance is lsquo e sismal rsquo . The problem is that e sismal is not yet fully user friendly. E sismal could not produce all information needed for malaria elimination. This study developed malaria surveillance that is able to produce information for malaria elimination. The method to develop information system is Rapid Application Development to produce a prototype of malaria surveillance. Data gathered by in depth interview, observation and document review related to e sismal implementation in Purworejo District in 2016. The result showed that Annual Paracite Incidence API in Purworejo District was 0.53 permil in 2016, so it must implement elimination strategy. The malaria surveillance prototype is web based with a user friendly interface and database system. The advantages are easier use, avoid technical errors, and data processing automation. The dashboard displays a malaria suspect, API, classification of transmission and vector control. Dashboard can monitor the performance of indicators. Other information provided is individual data of malaria patients, mapping of malaria patient and vectors, also logistics stock. Conclusion. The malaria surveillance prototype was able to produce information for malaria elimination in Purworejo District."
2017
T48927
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iwan Joko Sulistyo
"ABSTRAK
Nama : Iwan Joko SulistyoProgram Studi : Ilmu Kesehatan MasyarakatJudul : Evaluasi Pelaksanaan Eliminasi Malaria Tahun 2020kabupaten Musi Rawas tinjauan tahun 2018Eliminasi malaria suatu upaya untuk menghentikan penularan malariasetempat dalam satu wilayah geografis tertentu. Penanggulangan penyakit malariadipantau dengan menggunakan indikator Annual Parasite Incidence API , untukmengetahui suatu insidensi penyakit malaria pada suatu daerah tertentu selama satutahun. Penurunan API bermakna bila disertai peningkatan Annual BloodExamination Rate ABER . Oleh karena itu, penurunan API yang disertai penurunanABER belum dapat diartikan sebagai penurunan insiden malaria. Selain ABER untukmenilai API juga digunakan Slide Positivity Rate SPR untuk melihat besarantingkat infeksi pada kelompok populasi tertentu. Angka SPR bermakna bila ABERtinggi. Depkes membuat tahapan eleminasi malaria yaitu dari tahap pemberantasan,tahap pra eleminasi, tahap eleminasi dan tahap pemeliharaan. Tahap pra eleminasisalah satu syarat yang harus terpenuhi adalah Semua unit pelayanan kesehatanmampu memeriksa kasus secara laboratorium mikroskopis dan semua penderitamalaria klinis di unit pelayanan kesehatan sudah dilakukan pemeriksaan sediaandarah dan SPR mencapai

ABSTRACT
Name Iwan Joko SulistyoStudy Program Public HealthTitle The Evaluation of Implementation of Malaria Elimination in2020 Musi Rawas Regency on Reviews in 2018Malaria Elimination is an effort to stop local malaria transmission in a certaingeographical area. The effort of malaria elimination can be monitored by usingAnnual Parasite Incidence API indicator. The usefulness of API is to recognize themalaria incidence in a certain area within one year. The decrease of API is morevaluable if it is followed by the increase of Annual Blood Examination Rate ABER .Thus the decrease of ABER does not mean the decrease of malaria incidence.Besides ABER, Slide Positivity Rate SPR is also used to see the magnitude ofinfection level on a certain population. The SPR digit is more valuable if ABER ishigh. The Department of Health has made stages in eliminating malaria. They are preelimination, elimination, and alimination and maintenance. In pre elimination stage,one of the conditions which has to be fullfiled is all health service units have beenable to examine a case microscopically and all clinical patients of malaria in a healthservice unit have sufficient blood and the SPR is 5 . The SPR target has to beaccoplished due to the function to see the magnitude of infection level in a certainpopulation.In Musi Rawas Regency from years API has a decrase 0.15 in 2016, but ifit is investigated per districts. SPR has a change fluctuativelly and ABER remainslow. This shows there is a problem which is not solved yet in order to eliminatemalaria in Musi Rawas Regency. In the implementation program of malariaelimination, evaluation is a must to implement the malaria elimination in MusiRawas Regency in 2020 so that the obstacles of human resource of theimplementation of malaria elimination in Musi Rawas Regency reviews can bedetected in 2018.Keyword evaluation,malaria elimination"
2018
T51403
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ester Lea Awoitauw
"Malaria masih menjadi ancaman kesehatan bagi setengah populasi dunia termasuk di Indonesia dimana pada tahun 2020 jumlah kasus malaria mencapai 226.364 kasus dan 96% kasus tersebut berasal dari Provinsi Papua. Kabupaten Jayapura sendiri menduduki peringkat ke empat penyumbang kasus malaria terbanyak di Provinsi Papua pada tahun 2016 sebanyak 29.044 kasus. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pelaksanaan program eliminasi malaria di Kabupaten Jayapura pada tahun 2021. Penelitian menggunakan metode penelitian jenis kualitatif dengan pendekatan studi kasus, yang dilakukan pada informan terpilih meliputi kepala dinas kesehatan, kepala bidang P2P, kepala bidang SDMK, kepala sub bagian umum, program, dan informasi, pengelola program malaria di dinas kesehatan, kepala puskesmas dan pengelola program malaria puskesmas di wilayah Kabupaten Jayapura. Pengambilan data dilakukan pada Bulan Februari - Maret 2022 dengan menggunakan teknik wawancara mendalam sebagai sumber data primer dan telaah dokumen sebagai sumber data sekunder. Peneliti menggunakan pendekatan sistem dalam menilai input yang terdiri dari sumber daya manusia, dana, sarana, dan perundangan. Pada proses adalah bagaimana penemuan dan tatalaksana penderita, pencegahan dan penanggulangan faktor risiko, surveilans epidemiologi dan penanggulangan wabah, peningkatan komunikasi informasi dan edukasi (KIE) dan peningkatan sumber daya manusia serta untuk output yaitu angka API, SPR, dan ABER di Kabupaten Jayapura. Ditemukan bahwa pelaksanaan program eliminasi malaria tidak berhasil mencapai target pada tahap Intensifikasi pengendalian yang telah ditetapkan didalam Pedoman Pengendalian Malaria Menuju Eliminasi Tahun 2030 di Kabupaten Jayapura yang tertuang dalam Peraturan Bupati Jayapura nomor 44 Tahun 2017 dengan angka API adalah 100‰, SPR 24% dan ABER dibawah 10%. Hal-hal yang menjadi hambatan adalah kompetensi SDM yang belum memenuhi standar, ketersediaan dana yang belum memadai, dan manajemen sarana yang belum optimal. Dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan program eliminasi malaria di Kabupaten Jayapura telah dilaksanakan namun belum optimal. Disarankan agar pemerintah daerah Kabupaten Jayapura dapat menjadikan program eliminasi malaria sebagai prioritas anggaran dalam APBD Kabupaten Jayapura. Selain itu kerjasama lintas sektor yang tergabung dalam Malaria Center perlu digiatkan kembali dan merumuskan Rencana Aksi Daerah (RAD) serta bermitra dengan global fund, Unicef, LSM, TNI, Polri, Organisasi profesi dan tokoh masyarakat.

Malaria is still a health threat to half the world's population, including in Indonesia where in 2020 the number of malaria cases reached 226,364 cases and 96% of these cases came from Papua Province. Jayapura Regency itself was ranked the fourth most malaria case in Papua Province in 2016 with 29,044 cases. This study aims to evaluate the implementation of the malaria elimination program in Jayapura Regency in 2021. The study used a qualitative type of research method with a study case approach, conducted on selected informants including the Head of the Health Office, Head of the P2P Division, Head of HHR Division, Head of the General, Program and Information Sub-Section, Program Manager of Malaria in Health Office, Head of Puskesmas and Program Manager of Malaria in Puskesmas in Jayapura Regency. Data collection was carried out in February - March 2022 using in-depth interviews as the primary data source and document study as a secondary data source. Researchers use a systems approach in assessing inputs consisting of human resources, funds, facilities, and legislation. The process is how to find and treat patients, prevention and control of risk factors, epidemiological surveillance and outbreak control, improving information and education communication (IEC) and increasing human resources as well as for output, namely the number of API, SPR, and ABER in Jayapura Regency. It was found that the implementation of the malaria elimination program did not succeed in achieving the target of the control intensification stage that had been set out in the Guidelines for Malaria Control towards Elimination in 2030 in Jayapura Regency in Jayapura Regency Regulation number 44 year 2017 with API number is 100‰, SPR 24% and ABER below 10%. The things that become obstacles are human resources competencies that do not meet the standards, inadequate funding availability, and non-optimal management of facilities. It can be concluded that the implementation of the malaria elimination program in Jayapura Regency has been implemented but has not been optimal. It is recommended that the regional government of Jayapura Regency can make the malaria elimination program a budget priority in the Jayapura Regency RREB. In addition, cross-sectoral collaboration that is incorporated in the Malaria Center needs to be reactivated and formulate Regional Action Plans (RAP) and and partnering with global funds, Unicef, NGOs, TNI, Polri, professional organizations and community leaders."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayleen Alicia Kosasih
"ABSTRAK
Pemeriksaan mikroskopik rutin digunakan dalam program malaria. Namun keterbatasan pemeriksaan tersebut menyebabkan kurangnya informasi yang diperlukan. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data molekular parasit malaria yang berkaitan dengan upaya eliminasi. Subjek penelitian adalah 585 anak sekolah dasar peserta kohort selama enam bulan di Kabupaten Pesawaran, Propinsi Lampung. Pemeriksaan mikroskopik dilakukan pada sediaan darah malaria semua peserta kohort. Pada 301 blot darah dilakukan deteksi real time PCR dengan 18S rRNA. Pada sebelas blot darah yang diperoleh dari subjek yang positif P falciparum secara mikroskopik dilakukan studi genotyping dengan MSP-1 dan MSP-2. Deteksi real time PCR menunjukkan sensitivitas empat kali lebih tinggi daripada pemeriksaan mikroskopik ( PCR: 1,3% vs. mikroskopik: 0,3%, OR:4 IK 95%: 0,396-196,990, p=0,18, tes McNemar). Genotyping dengan MSP-1 dan MSP-2 masing-masing mendapatkan lima dan tiga jenis alel berbeda. Berdasarkan MSP-1 didapatkan pengandung infeksi multiklonal sebesar 66,7% dengan rerata jumlah alel 2,1 per individu, sedangkan dengan MSP-2 hanya ditemukan infeksi monoklonal. Analisis sekuens menunjukkan kekerabatan dengan isolat dari Thailand dan Papua Nugini. PCR penting dilakukan dalam eliminasi malaria karena dapat mendeteksi infeksi sub-mikroskopik dan menentukan diversitas genetik parasit.

ABSTRACT
Microscopic examination has been being used in malaria program on regular basis. However, its limitations prevent it from obtaining information needed sufficiently. This study aims to obtain molecular data on malaria parasites in relation with elimination effort. Study subjects are 585 school children enrolled in the cohort study conducted for six month in Kabupaten Pesawaran, Lampung province. Microscopic examination has been performed to all cohort participants. Total of 301 blood spots underwent real time PCR detection using 18S rRNA. Genotyping study using MSP-1 and MSP-2 was performed to 11 blood spots taken from subjects positive for P falciparum by microscopy. Real time PCR detected malaria four times higher than microscopy (PCR: 1.3% vs. microscopy: 0.3%, OR:4, 95% CI: 0.396-196.990, p=0,18, McNemar test). Genotyping with MSP-1 and MSP-2 identified five and three distinct allele, respectively. A proportion of 66.7% was found to have multiclonal infection with average allele number of 2.1 based on MSP-1. To the contrary, MSP-2 found no infection containing more than one allele. Sequence analysis found relatedness between Lampung isolates with those from Thailand and Papua New Guinea. PCR is an important tool in malaria elimination as it can detect submicroscopic infection and determine genetic diversity of the parasites."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T59117
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kristamuliana
"[ABSTRAK
Konstipasi merupakan salah satu gangguan sistem pencernaan dan sistem eliminasi yang sering dialami oleh lansia. Hal ini terjadi sebagai akibat dari penurunan fungsi sistem pencernaan dan eliminasi karena proses penuaan. Sekitar 74 -45 % lansia yang tinggal di PSTW dan sekitar 50% lansia yang tinggal di komunitas mengalami konstipasi.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh uplanasi terhadap konstipasi pada lansia di PSTW di DKI Jakarta.Desain penelitian yang digunakan adalah quasi experimentpre ? posttest with control group.Jumlah sampel sebanyak 70 lansia, 32 lansia untuk intervensi dan 38 lansia untuk non-intervesi.Sampel dipilih melalui metode random sampling.Instrumen penelitian yang digunakan adalah Constipation Skoring System. Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh uplanasi terhadap konstipasi pada lansia (p = 0,000). Penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan frekuensi defekasi, lama proses defekasi dan kenyamanan saat defekasi setelah dilakukan tindakan uplanasi. Frekuensi defekasi meningkat secara signifikan (p = 0,000), lama proses defekasi menurun secara signifikan (p = 0,001) dan kenyamanan saat defekasi meningkat secara signifikan (p = 0,000). Urut perut dan latihan eliminasi layak dijadikan sebagai salah satu intervensi keperawatan untuk menangani masalah konstipasi pada lansia.Tindakan ini dapat dijadikan sebagai intervensi alternatif untuk menangani masalah konstipasi pada lansia di PSTW seluruh Indonesia.

ABSTRACT
Constipation is one of problems in digestive system and elimination system in elderly. Constipation occurs because of ageing process. There are 74 ? 75% elderlies in nursing home and 50% in community suffering constipation. The aims of this study was to identify the effect of uplanasi in elderly who live in Nursing homes in DKI Jakarta. The desain of this study was quasi experimentpre ? post test with control group. Total samples were 70 elderlies, 32 erderlies for intervension group and 38 elderlies for control group. Samples were selected by random sampling. The instruments used inwere Constipation Scoring System (CSS). The results showed that uplanasi had significant influence to handle constipation in elderly (p = 0,000). This study showed that there were differences of defecation?s frequency, defecation?s time and defecation?s comfort following uplanasi. The uplanasi incrased frequency of defecation (p = 0,000), decreasing time of defecation (p = 0,001) and increasing comfort during defecation (p = 0,000). Uplanasi could be one of nursing intervenstions to handle constipation in elderly who live in Nursing Homes in Indonesia, Constipation is one of problems in digestive system and elimination system in elderly. Constipation occurs because of ageing process. There are 74 – 75% elderlies in nursing home and 50% in community suffering constipation. The aims of this study was to identify the effect of uplanasi in elderly who live in Nursing homes in DKI Jakarta. The desain of this study was quasi experimentpre – post test with control group. Total samples were 70 elderlies, 32 erderlies for intervension group and 38 elderlies for control group. Samples were selected by random sampling. The instruments used inwere Constipation Scoring System (CSS). The results showed that uplanasi had significant influence to handle constipation in elderly (p = 0,000). This study showed that there were differences of defecation’s frequency, defecation’s time and defecation’s comfort following uplanasi. The uplanasi incrased frequency of defecation (p = 0,000), decreasing time of defecation (p = 0,001) and increasing comfort during defecation (p = 0,000). Uplanasi could be one of nursing intervenstions to handle constipation in elderly who live in Nursing Homes in Indonesia]"
2015
T44656
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Evi Prihatiningtyas
"ABSTRACT
Karya tulis ini memaparkan hasil dari penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan karakteristik anak usia, jenis kelamin, usia mulai toilet training, riwayat mengompol keluarga dan status perkembangan , karakteristik ibu usia, status pekerjaan, pendidikan, status ekonomi, jumlah anak, status perkawinan, perilaku toilet training , dan kondisi lingkungan dengan kemampuan mengontrol eliminasi di Kelurahan Pangkalan Jati-Kecamatan Cinere Kota depok. Penelitian ini menggunakan desain observasional analitik dengan desain potong lintang Cross Sectional . Sampel dalam penelitian ini adalah orang tua yang memiliki anak usia 4-6 tahun di kelurahan pangkalan jati yang dipilih secara cluster sampling. Hasil pengolahan data menunjukkan adanya hubungan antara karakteristik anak usia, jenis kelamin, dan status perkembangan , karakteristik orang tua perilaku pengenalan toilet training ibu dan kondisi lingkungan terhadap kemampuan mengontrol eliminasi pada anak. Diharapkan orang tua tahu mau dan mampu utuk mempersiapkan kondisi anak, orantua dan lingkungan yang nyaman untuk menunjang anak memiliki kemampuan mengontrol eliminasi pada usia yang tepat.

ABSTRACT
This study aimed to identify relationship between children rsquo s characteristics age, sex, age of toilet training, familly wetting history and child development status , mother rsquo s characteristics age, employment status, education, economic status, number of children, marital status , toilet training behavior , and environmental lsquo s conditions with elimination control ability of preschool children in Pangkalan Jati, Cinere, Depok City. This study used analytic observational with cross sectional design. Sample of this study are parents who have children aged 4 6 years in Pangkalan Jati Village that selected by cluster sampling. The result showed that there are relationship between children rsquo s characteristics age, sex, and child development status , mother rsquo s characteristics toilet training behavior and environmental conditions wtih elimination control ability of preschool children. Parents are expected to know, will and be able to prepare the condition of childern, parents, and a confortable enviroment to support the child has the elimination control ability at the right age. "
S67964
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Linuwih Susetyo Wardhani Menaldi
Jakarta: UI Publishing, 2024
616.998 SRI p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Felicia Deasy
"Filariasis limfatik disebabkan cacing nematoda dari superfamili Filarioidea dan ditularkan nyamuk. WHO mencanangkan program eliminasi filariasis di negara endemis dengan strategi pengobatan tahunan berbasis komunitas pada populasi yang berisiko menggunakan DEC 6mg/kg berat badan dan albendazol 400 mg. Penelitian dilakukan untuk mengetahui keberhasilan program pengobatan masal selama 5 tahun dalam menurunkan prevalensi hingga kurang dari 1% di Pulau Alor, NTT, sebagai daerah endemis filariasis Brugia timori. Peneliti menggunakan data sekunder dari desain studi eksperimental berupa prevalensi penderita filariasis sebelum dan setelah masa pengobatan. Hasil yang diperoleh menunjukkan pengobatan selama 5 tahun berhasil menurunkan prevalensi infeksi filaria. Disimpulkan bahwa metode pengobatan filariasis dengan kombinasi DEC dan albendazol terbukti mampu memenuhi target eliminasi filariasis WHO.

Lymphatic filariasis is caused by nematodes from superfamily of Filaroidea, with mosquito as its vector. Yearly medication based on the community treatment of risked population using DEC 6mg/kg and albendazol 400 mg is the strategy set by WHO. This research is proposed to know the success of 5 years mass treatment run in Alor Island, NTT, an endemic area for filariasis Brugia timori, to decrease the prevalency of filariasis until less than 1%. This research uses secondary data from the experimental study design in form of prevalency of people with filariasis before and after the medication. The result shows the five-year-medication with DEC and albendazol succeeds in decreasing the prevalence of filarial infection. The medication method of filariasis using the combination of DEC and albendazol is proved to fulfill the target set by WHO to eliminate filariasis."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S09047fk
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Togatorop, Benny TM
"Latar belakang. Ablasi frekuensi radio pada atrioventricular nodal reentrant tachycardia (AVNRT) memiliki tingkat keberhasilan berupa tidak tercetusnya takikardia pada lebih dari 97 %. Secara elektrofisiologis, takikardia tidak tercetuskan dapat terjadi pada dua keadaan, yaitu eliminasi/hilangnya jaras lambat atau modifikasi jaras lambat (masih ada jaras lambat residual, tetapi tidak dapat menimbulkan takikardia lagi). Pada pengamatan jangka panjang ditemukan bahwa modifikasi jaras lambat memiliki tingkat rekurensi yang lebih tinggi dibanding eliminasi jaras lambat. Penelitian ini bertujuan untuk menilai hubungan antara durasi AH jump dengan status keberhasilan ablasi pada AVNRT.
Metoda. Penelitian ini merupakan suatu penelitian kohort retrospektif. Evaluasi dilakukan pada 56 pasien yang menjalani ablasi di Pusat Jantung Nasional Harapan Kita dan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dari bulan Januari 2013 hingga bulan April 2014. Data klinis dan elektrofisiologis diambil dari catatan medis dan database divisi aritmia Rumah Sakit Pusat Jantung Nasional Harapan Kita. Selanjutnya dilakukan analisis statistik untuk menilai hubungan antar variabel.
Hasil. Pasien yang menjalani ablasi memiliki rerata usia 44,2 ± 15,1 tahun dengan proporsi perempuan lebih tinggi daripada laki-laki (64 %). Analisis bivariat maupun multivariat menunjukkan bahwa durasi AH jump merupakan prediktor independen eliminasi jaras lambat (RR 1,015 dengan IK 1,004 ? 1,026; p < 0,05). Kurva ROC menunjukkan bahwa durasi AH jump > 96 milidetik memberikan nilai sensitivitas 81 %, spesifisitas 65 %, PPV 77%, NPV 71 %. Selanjutnya, analisis multivariat memberikan nilai risiko relatif 13,3 (IK 2,9 ? 60,9; p < 0,05) pada pasien dengan durasi AH jump ≥ 96 milidetik dibanding pasien dengan durasi AH jump < 96 milidetik.
Kesimpulan. Penelitian ini membuktikan bahwa durasi AH jump merupakan prediktor independen eliminasi jaras lambat pada ablasi AVNRT. Durasi AH jump ≥ 96 milidetik memberi peningkatan keberhasilan eliminasi jaras lambat sebesar 13,3 kali dibanding dengan durasi AH jump < 96 milidetik.

Background. Radiofrequency ablation in atrioventricular nodal reentrant tachycardia (AVNRT) has a success rate of non inducible tachycardia more than 97%. In electrophysiology, non inducible tachycardia can occur in two circumstances, namely elimination / loss of slow pathway or modification (still have residual slow pathway, but can not cause tachycardia anymore). Some long term observations found that the modification of the slow pathway has a higher recurrence rate than the elimination of the slow pathway. This study aimed to assess the relationship between the duration of AH jump with success status in AVNRT ablation.
Method. This is a retrospective cohort study. The evaluation was done on 56 patients who underwent ablation at the National Cardiovascular Center Harapan Kita Hospital and fulfill the inclusion and exclusion criterias from January 2013 until April 2014. Clinical and electrophysiological data were collected from medical records and electrophysiology database from Division of arrhythmia National Cardiovascular Center Harapan Kita Hospital. Furthermore, statistical analysis was performed to assess the relationship between variables.
Results. Patients who underwent ablation had a mean age of 44.2 ± 15.1 years with a higher proportion of women than men (64%). Bivariate and multivariate analysis showed that the duration of the AH jump is an independent predictor of slow pathway elimination (RR 1.015 with CI 1.004 - 1.026, p <0.05). ROC curves showed that the duration of the AH jump > 96 milliseconds gave sensitivity of 81%, specificity of 65%, PPV of 77%, NPV of 71%. Furthermore, multivariate analysis gives the value of the relative risk of 13.3 (CI 2.9 - 60.9, p <0.05) in patients with AH jump duration ≥ 96 milliseconds compared with patients AH jump < 96 milliseconds.
Conclusion. This study proved that AH jump duration is an independent predictor of slow pathway elimination in AVNRT ablation. An AH jump duration of ≥ 96 milliseconds increased the successful rate of slow pathway elimination of 13.3 times compared with an AH jump duration of < 96 milliseconds.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Febiant Adi Rahmanto
"ABSTRAK
N2O merupakan gas salah satu gas yang termasuk golongan gas NOx dan berbahaya bagi ozon. Eliminasi N2O diteliti lebih lanjut dalam upaya menangani perubahan iklim global dan mencegah penipisan lapisan ozon. Teknologi membran kemudian lebih lanjut diteliti untuk absorpsi N2O dikarenakan rasio surface-to-volume yang tinggi dibanding teknologi konvensional dan kelebihan-kelebihan lainnya. Pada penelitian kali ini, dilakukan eliminasi N2O dengan metode absorpsi pada hollow fiber membrane contactor. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pelarut peroksida 0,5 -wt dengan HNO3 0,5 M. Pada penelitian ini, digunakan variasi laju alir gas yaitu 100 mL/menit, 150 mL/menit, dan 200 mL/menit dan variasi jumlah serat membran yaitu 2000,4000, dan 6000. Setiap percobaan dilakukan pada laju alir pelarut yang sama yaitu 500 mL/menit. Uji hidrodinamika menghasilkan penurunan tekanan terbesar yaitu 0,066 bar dan rasio presure drop maksimum 2,285. Nilai maksimum untuk parameter perpindahan massa yang diperoleh ialah koefisien perpindahan massa 4,5467 x 10-6 m/s, fluks perpindahan massa 0,0001376 mol/m2s, N2O terserap 8,4923 x 10-5 mol/s, N2O loading 0,0693 mol N2O/mol H2O2, dan efisiensi penyerapan 74 .

ABSTRACT
N2O is a gas that belongs to NOx family and harmful for the ozone. The elimination of N2O is further investigated in an effort to tackle global climate change and prevent ozone layer depletion. Membrane technology is then further investigated in N2O absorption process, due to high surface to volume ratio compared to conventional contactor and other advantages. In this research, elimination of N2O is based on absorption method occuring in hollow fiber membrane contactor. This study was held using peroxide 0,5 wt and HNO3 0,5 M as the solvent for the study, variation of gas flow will be 100 mL min, 150 mL min, dan 200 mL min and variation in the number of membrane fibers are 2000,4000, dan 6000. Every experiment is held on the same solvent flow which is 500 mL min. Hydrodynamics results on maximum pressure drop at 0,066 bar and maximum pressure drop ratio 2,285. For maximum mass transfer parameters, mass transfer coefficient is 4,5467 x 10 6 m s, mass transfer flux 0,0001376 mol m2s, N2O absorbed 8,4923 x 10 5 mol s, N2O loading 0,0693 mol N2O mol H2O2, dan and absorption efficiency 74 ."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>