Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 65 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Silitonga, Mariana
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2009
T27154
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
S6716
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ronal Ridho`i
"ABSTRAK
Salah satu tujuan ideal dari perubahan tata guna lahan adalah pembangunan dan pemerataan wilayah. Tujuan tersebut diupayakan dalam program Satuan Wilayah Pengembangan (SWP) Gerbangkertosusila di Jawa Timur. Program tersebut seharusnya dapat mengembangkan wilayah-wilayah di sekitar Kota Metropolitan Surabaya. Kenyataannya, program ini belum mencapai tujuan dan banyak menimbulkan permasalahan bagi daerah terdampak program, salah satunya Sidoarjo. Tulisan ini dimaksud untuk mengkaji perubahan penggunaan lahan dan dampak industrialisasi di Sidoarjo akibat implementasi program SWP Gerbangkertosusila. Dengan mengambil studi kasus SWP Gerbangkertosusila dan menggunakan metode penelitian sejarah (melalui pembacaan arsip, surat kabar, dan berbagai literatur), tulisan ini membuktikan bahwa SWP Gerbangkertosusila memang tidak memeratakan daerah sekitar Surabaya. Tulisan ini menunjukkan bahwa program tersebut malah membuka eksploitasi lahan di sekitar Kota Metropolitan Surabaya sebagai pusat perkembangan di Jawa Timur. Berdasarkan tulisan ini, pemangku kebijakan diharapkan mampu lebih menitikberatkan perencanaan penggunaan lahan bagi pembangunan wilayah Sidoarjo dan sekitarnya di masa yang akan datang."
Kalimantan: Balai Pelestarian Nilai Budaya Kalimantan Barat, 2018
900 HAN 2:1 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Medan: Koalisi Nasional Penghapusan ESKA, 2008
R 362.7 Ins
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
"Pada tgl 21 Juli 2008 yang lalu Biro sumber daya manuia (SDM) Bappenas menyelenggarakan diskusi bertema"Eksploitasi Sumber Daua Alam kapan Dominasi Asing Berakhir?"..."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Firdaus
"Makalah ilmiah akhir ini membahas situasi kerja yang tidak ideal dalam praktik magang yang saya alami di Galeri Seni. Tidak naif untuk diungkapkan bahwa praktik magang di Galeri Seni telah memberikan saya pengalaman berharga, khususnya dalam Bidang Kurasi Karya Seni—misalnya mampu mengembangkan keterampilan menulis, melatih menginterpretasikan makna dalam suatu karya seni, dan mengasah kemampuan riset. Pendekatan apprenticeship menjadi basis sentral dalam menggambarkan posisi pemagang sebagai pendatang baru yang hendak melakukan pembelajaran dengan menjadi bagian dari Galeri Seni. Namun, berdasarkan temuan dan analisis yang dilakukan, praktik magang tidak hanya tertuju pada pemerolehan keuntungan dengan mengeksplorasi berbagai hal. Tanpa disadari, praktik magang juga berpotensi membawa pada fenomena eksploitasi sehingga menyudutkan pemagang pada situasi kerja yang tidak ideal—seperti ketidaksesuaian kesepakatan kerja, kontrol berlebihan, ketimpangan relasi, dan lain sebagainya. Pendekatan apprenticeship menjadi kerangka antropologis yang mampu memproyeksikan fenomena eksplorasi dan eksploitasi yang berkelindan dan mampu menjangkau lebih detail dalam melihat fenomena persimpangan serta ketegangan dalam praktik magang di Galeri Seni.

This final scientific paper discusses the non-ideal working situation in the apprenticeship I experienced at the Art Gallery. It would not be naive to say that my apprenticeship at an art gallery has given me valuable experience, especially in the field of curating works of art—for example, being able to develop my writing skills, practice interpreting meaning in works of art, and hone my research skills. The “apprenticeship approach” is the central basis for describing the position of apprentices as newcomers who want to do learning by becoming part of the Art Gallery. However, based on the findings and analysis conducted, apprenticeship practices are not only aimed at gaining profits by exploring various things. Unknowingly, the practice of apprenticeship also has the potential to lead to the phenomenon of exploitation, thereby cornering apprentices in non-ideal work situations—such as discrepancies in work agreements, excessive control, unequal relations, and so on. The “apprenticeship approach” becomes an anthropological framework that is able to project the intertwined phenomena of exploration and exploitation and is able to reach in more detail in viewing the phenomena of intersection and tension in the practice of apprenticeship at the Art Gallery."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Christi Pangesti
"Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan flexploitation yang merupakan keadaan
yang memaksa pekerja untuk tunduk saat tereksploitasi. Berbeda dengan eksploitasi
biasa, flexploitation terjadi di kalangan pekerja dengan kondisi kerja yang flexible seperti
pekerja lepas. Studi-studi sebelumnya mengkaji bagaimana pekerja seni turut
melanggengkan serta menormalisasi kondisi rentan mereka. Namun, studi-studi
sebelumnya belum secara khusus berfokus membahas perempuan pekerja seni. Masih
minimnya pembahasan mengenai topik tersebut membuat peneliti berargumen bahwa
perempuan pekerja seni mengalami kondisi kerentanan yang khas karena adanya kerugian
atas lingkungan kerja yang buruk, diskriminasi gender, timpang dan adanya beban ganda.
Penelitian ini menggunakan konsep flexploitation untuk membantu menjelaskan
kerentanan yang terjadi pada perempuan pekerja seni visual. Temuan penelitian
menunjukkan bahwa perempuan pekerja seni terjebak dalam flexploitation.
Flexploitation terhadap perempuan pekerja seni terlihat pada penerimaan terhadap
kondisi eksploitasi dalam sistem kerja flexible dan menyebabkan normalisasi kerentanan.
Kerentanan ini dinormalisasi berupa ketidakamanan pendapatan, jam kerja yang tidak
menentu, kontrak kerja yang tidak mengikat, ketiadaan jaminan sosial, dan ketidakpastian
jenjang karir. Kemungkinan flexploitation terjadi lebih besar pada perempuan pekerja
seni visual karena perempuan dianggap tidak memiliki tanggung jawab utama sebagai
pencari nafkah dan perempuan dapat memiliki keleluasaan untuk dapat mengurus rumah
tangga.

This study aims to describe flexploitation which is a condition that forces workers to
submit when exploited. In contrast to ordinary exploitation, flexploitation occurs among
workers with flexible working conditions such as casual workers. Previous studies
examined how arts workers helped perpetuate and normalize their vulnerable condition.
However, previous studies have not specifically focused on women arts workers. The lack
of discussion on this topic has led researchers to argue that women arts workers
experience unique conditions of vulnerability due to the disadvantages of a bad working
environment, gender discrimination, inequality and a double burden. This study uses the
concept of flexploitation to help explain the vulnerability that occurs in female visual arts
workers. The research findings show that women arts workers are trapped in
flexploitation. Flexploitation of women arts workers can be seen in the acceptance of
conditions of exploitation in a flexible work system and causes the normalization of
vulnerabilities. This vulnerability is normalized in the form of income insecurity, erratic
working hours, non-binding work contracts, lack of social security, and uncertain career
paths. The possibility of flexploitation to occur is greater for women visual arts workers
because women are considered not to have the main responsibility as breadwinners and
women can have the freedom to be able to manage the household
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Michelle Pearlyna Setiawan
"Fenomena pelibatan nenek X sebagai pengemis dalam mengemis online mandi lumpur di media sosial menjadi salah satu fenomena yang sangat ramai diperbincangkan oleh masyarakat. Hal ini dikarenakan aktivitas tersebut melibatkan seorang nenek lansia yang dijadikan sebagai pemeran siaran langsung mandi lumpur guna mendapatkan virtual gift. Dalam hal ini, pemilik akun Y adalah pelaku yang memanfaatkan kelompok rentan untuk mengemis. Tindakan tersebut memperlihatkan adanya penderitaan yang dialami oleh nenek lansia yang kemudian disebut sebagai elderly abuse. Penulisan ini bertujuan untuk melihat bagaimana online elderly abuse yang dialami oleh nenek lansia selanjutnya dapat dikatakan sebagai pebudakan modern. Metode yang digunakan dalam tulisan ini adalah analisis kualitatif dimana penulis menggunakan teknik secondary data analysis untuk menganalisis data dari artikel berita media online. Hasil analisis menunjukkan bahwa tindakan abuse terhadap nenek X di media sosial dapat terjadi karena berkelindannya interaksi antara: nenek X (elderly people); pemilik akun Y; netizen; dan teknologi berupa media sosial. Relasi antara keempat faktor ini kemudian menciptakan situasi dimana perbudakan modern terjadi. Hal ini dapat terlihat dari terpenuhinya keempat unsur perbudakan modern dalam fenomena tersebut, yaitu; (1) perampasan kebebasan; (2) adanya upaya mengeksploitasi; (3) eksploitasi secara finansial; dan (4) tersembunyi di balik aktivitas ‘normal’ yang kemudian difasilitasi oleh teknologi.

The phenomenon of involving elderly grandmother X as a beggar in online begging for mud baths on social media has become one of the widely discussed issues in society. This is because this activity involves an elderly grandmother who is used as a live broadcaster taking a mud bath to get a virtual gift. In this case, the owner of account Y is the perpetrator who takes advantage of vulnerable groups to beg. This action shows that there is injury to an elderly grandmother which is referred as elderly abuse. This writing aims to see how online elderly abuse that experienced by elderly grandmothers can then be said to be modern slavery. The method used in this paper is qualitative analysis with secondary data analysis techniques to analyze data from online media news articles. The results of the analysis show that acts of abuse against elderly grandmother X on social media can occur due to intertwined interactions between: elderly grandmother X; account owner Y; netizens; and technology in the form of social media. The relationship between these four factors then creates a situation where modern slavery occurs. This can be seen from the fulfillment of the four elements of modern slavery in this phenomenon; (1) deprivation of liberty; (2) there is an attempt to exploit; (3) financial exploitation; and (4) hidden behind 'normal' activities which are then facilitated by technology."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7   >>