Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 33 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Kekayaan sumberdaya alam Indonesia sebagai sebuah negara kepulauan (archipelagic state) dengan jumlah pulau sebanyak 17.805 pulau sudah banyak dibicarakan dan dikaji...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Devi Putri Kussanti
"Kerjasama BIMP-EAGA merupakan sebuah realisasi dari regionalisme dalam bentuk institusi regional/sub-regional untuk mencapai kepentingan ekonomi, khususnya perdagangan, investasi dan pariwisata. Salah satu keunggulan kerjasama sub-regional adalah faktor kedekatan geografis antar wilayah negara-negara anggotanya. Dalam konteks pengembangan ekowisata di dalam kerjasama BIMP-EAGA para pemangku kepentingan pun memandatkan faktor geografis ini, selain juga keunggulan yang lain berupa kekayaan sumber daya alam dan keindahan alam, keragaman budaya daerah, termasuk budaya tradisional masyarakat yang dimiliki oleh hampir semua negara anggota BIMP- EAGA. Kerjasama sub-regional BIMP-EAGA di bidang pariwisata ingin mengembangkan konsep ekowisata atau community based ecotourism sebagai konsep yang memadukan sektor pariwisata, lingkungan hidup dan sektor ekonomi atau pemberdayaan ekonomi masyarakat lokal. Keikutsertaan masyarakat lokal dalam pengelolaan ekowisata dapat meningkatkan kesejahteraan dan pendapatan mereka melalui pengembangan usaha kecil dan menengah (UKM), maupun sebagai pemasok hasil-hasil pertanian serta kerajinan tradisional untuk keperluan para wisatawan, dan sebagainya. Sebagai fasilitator, pemerintah Indonesia berperan besar untuk menyediakan fasilitas utama maupun pendukung yang berkaitan dengan ketersediaan infrastruktur fisik serta regulasi dan kebijakan di bidang pariwisata, khususnya ekowisata. Meskipun peran dan kontribusi pemerintah masih relatif terbatas, bahkan kebijakan ekowisata pun belum diformulasikan secara jelas. Peran pihak swasta dalam mengelola ekowisata baik di Indonesia maupun di dalam kerjasama EAGA tidak atau belum dilakukan secara maksimal., selain karena kebijakan pemerintah yang tidak jelas, juga karena belum tersedianya infrastruktur yang memadai di kawasan ekowisata. Padahal ketersediaan infrastruktur yang baik menjadi daya tarik bagi pengusaha dan investor, Pengembangan kawasan ekowisata di Indonesia juga mendapat perhatian internasional berupa bantuan dari organisasi atau lembaga internasional maupun negara donor di daerah-daerah wisata, terutama berkaitan dengan tujuan dan program pelestarian alam. Selain keuntungan ekonomi, bagi Indonesia pengembangan ekowisata dapat membentuk citra politik Indonesia dalam upaya pelestarian alam dan lingkungan hidup secara global terutama dalam mencegah atau menanggulangi dampak lebih buruk dari global warming dan climate change.
BIMP-EAGA cooperation is a realization of regionalisme institutions in the form of regional / sub-regional to reach the interest of economy, particularly trade, investment and tourism. One of the benefits of sub-regional cooperation, including the BIMP-EAGA is among the factors of geographical proximity of countries members. In the context of the ecotourism development the stakeholders in this BIMP-EAGA cooporation can take the advantage of this geographical factors, in addition, they also can take the benefits in other forms such as weahh in natural resources, natural beauty, the diverse of culturals, including traditional community property which are owned by almost all of the members. The sub-regional BIMP-EAGA cooperation in the tourism field wants to develop the ecotourism concept or community-based ecotourism as a blend between the tourism sector, the environment (friendly environment) and the economic sector, namely, the empowerment of the local communities as active actors of ecotourism, Participation of the local communities in the ecotourism management can increase their income and welfare through the development of amali and medium enterprises (SMEs), as well as the results of traditional agriculture and handicrafts for the tourists, and so forth. As a facilitator, Indonesian government has a big role to provide the primary and supporting facilities associated with the availability of adequate physical infiastructure and regulatory and the policy in the tourism field, especially ecotourism. Although the role and contribution of the government is still relatively limited, even ecotourism policy is not formulated clearly yet The private party has a role in managing the ecotourism bolh in Indonesia and in the EAGA cooperation. However, the role can not be done property because of government policies are not clear, also because the availability of adequate infrastructures in the ecotourism area are not provided. Infrastructure restrietiveness become obstacles in the development of ecotourism because the businessmen and investors are not interested. The development in the ecotourism field in Indonesia has big potential in the future because of the international attention which organized as assistance fiom international organizations or agencies and donor countries in the tourism areas, especially whom related to the nature preservation. The benefits of ecotourism of developmental in Indonesia is to create good image of Indonesian politic in terms of nature conservation property and the environment, especially in preventing or tackling the worse impact of global warming and climate change."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2009
T26398
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Bernadus Budhiprayoga Suryanto
"Prototipe website ekowisata di Indonesia ini mewakili komoditas media baru terhadap pengelolaan informasi daerah tujuan ekowisata di seluruh Indonesia. Berdasarkan hasil research yang dilakukan penulis terhadap para narasumber dengan membagikan kuesioner, maka dibutuhkan suatu situs portal bagi calon wisatawan asing minat khusus yang hendak mencari informasi tentang objek wisata alam di Indonesia. Selain bertujuan bagi pengembangan promosi ekowisata di Indonesia, situs ini untuk menambah nilai edukasi masyarakat tentang industri pariwisata, serta pelestarian lingkungan hidup. Situs www.indonesiaecotourism.com dikelola secara profesional dan diperbarui secara berkala dalam waktu mingguan, dan juga dilakukan evaluasi dalam kurun waktu 6 bulan pasca produksi untuk melihat kualitas performa situs baik dari segi konten maupun rangking dalam situs mesin pencari.

The prototype website of eco-tourism in Indonesia represents commodities of a new media for the information eco-tourism destinations in Indonesia. Based on the authors research by distributing a questionnaire, thus required a website for prospective tourists special interests who want to find information about ecotourism in Indonesia. Besides aiming to promote the development of ecotourism in Indonesia, this site is to add value public’s education about tourism industry, as well as environmental protection. The site www.indonesiaecotourism.com are professionally managed and weekly updated, and also conducted an evaluation within 6 months of post-production to look at the quality of site performance in terms of both content and site ranking in search engines.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rahma Dianiputri
"Indonesia memiliki potensi bahari yang besar, termasuk sektor wisata yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Sayang peningkatan jumlah wisatawan tidak selalu berdampak bagus bagi lingkungan. Masyarakat Indonesia belum sepenuhnya sadar akan pentingnya menjaga lingkungan. Karena itu diperlukan informasi bagaimana berwisata yang ramah lingkungan, yang dikenal dengan istilah ekowisata. Maka dibuatlah situs Ocean Peeps yangmenyediakan informasi tentang wisata dan pelestarian laut Indonesia.
MANFAAT DAN TUJUAN PENGEMBANGAN PROTOTIPE
- Manfaat bagi khalayak: mendapatkan informasi mengenai ekowisata bahari dan pelestarian laut
- Manfaat bagi pengelola: mempunyai wadah untuk menyebarkan informasi, ide dan pendangan mengenai laut Indonesia
- Tujuan: memberikan informasi tentang ekowisata bahari yang luas dan lengkap
PROTOTIPE YANG DIKEMBANGKAN
Situs Ocean Peeps adalah situs yang menyediakan informasi tentang ekowisata bahari dan pelestarian laut yang dikemas dengan multimedia serta menggunakan web 2.0 yang memungkinkan interaksi dengan pengunjung serta masuknya konten dari pengunjung.
Khalayak sasaran dari situs ini adalah mereka yang memiliki ketertarikan terhadap isu lingkungan dan gemar berlibur di pantai dan laut, berusia 18-35 tahun yang aktif berinternet, minimal menempuh pendidikan tinggi, dan berstatus sosial ekonomi A dan B.
EVALUASI
Pre-test dilakukan dengan metode focus group yang dilaksanakan sebulan sebelum situs diluncurkan. Anggota focus group adalah mereka yang sebelumnya pernah mengisi kuesioner riset khalayak.
Evaluasi dilakukan dengan menggunakan metode polling dan kotak kritik dan saran yang akan disediakan di situs Ocean Peeps. Selain itu, evaluasi juga dilakukan dengan cara mengirim link situs Ocean Peeps dan kuesioner online melalui email.
ANGGARAN
Anggaran pembuatan prototipe: Rp 1.900.000
Investasi Awal : Rp 173.315.000
Total Pengeluaran Bulanan : Rp 92.100.000
Total Pengeluaran Per Tahun : Rp 1.113.500.000
Perkiraan Pendapatan Tahun Pertama : Rp 614.550.000
Perkiraan Pendapatan Tahun Kedua : Rp 1.632.000.000
Perkiraan Pendapatan Tahun Ketiga : Rp 2.032.650.000
BEP akan dicapai pada tahun kedua bulan ketujuh.

SITUATION ANALYSIS
Indonesia has massive marine potential, that includes tourism sector which continues to improve year by year. Unfortunately, the increase of tourist’s number is not always benefiting the environment. Indonesian seem to haven’t fully understand the importance of enviromental preservation. That’s why we need information about how to vacation and still mind the environment, which known as eco-tourism. Thus, Ocean Peeps, website that provides tourism and conservation information in Indonesian ocean, is made.
BENEFITS AND OBJECTIVE
- Benefits for users: getting information about marine ecotourism and ocean conservation
- Benefits for developer: having a place to spread information, idea, and opinion about Indonesia’s ocean
- Objective: giving a broad and comprehensive information about marine ecotourism
PROTOTYPE
Ocean Peeps is a website that provides information about marine ecotourism in Indonesia. It’s a website 2.0 that use multimedia and interactivity. It’s possible for user to share their thoughts and contribute.
This website's target audiences are they who have interest in enviromental isues and love to go to beach and sea, millenials, at least go to collage and in A-B social economic status.
EVALUATION
Media pre test will be done by conducting focus group, which will be held a month before the website's launch.
Website's evaluation will be taken from polling in website and critics from users in critic box. There will also be online questionaire.
BUDGETING
Prototype establishing: Rp 1.900.000
Initial Investment : Rp 173.315.000
Total Monthly Expenditures : Rp 92.100.000
Total Annual Expenditures : Rp 1.113.500.000
Projected Income of The 1st Year : Rp 614.550.000
Projected Income of The 2nd Year: Rp 1.632.000.000
Projected Income of The 3rd Year: Rp 2.032.650.000
BEP is assumed to be obtained in second year (7th month)
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ligar Abdillah
"

Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) pada umumnya melakukan pemanfaatan hutan di sektor pertanian sesuai dengan instruksi dan dukungan modal dari Perhutani. LMDH Wana Cendana bergerak di sektor ekowisata tanpa instruksi dan bantuan modal dari Perhutani. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pelaksanaan pemberdayaan komunitas lokal (LMDH Wana Cendana) yang tidak memiliki keahlian di bidang pengelolaan hutan dan ekowisata. Konsep yang digunakan adalah pemberdayaan komunitas lokal dan ekowisata dengan pendekatan kualitatif studi kasus. Studi ini mengedepankan kebaruan kasus dan wawancara mendalam terhadap informan yang terlibat secara langsung dalam pengembangan ekowisata Gunung Dago. Beberapa riset terdahulu menunjukkan pemberdayaan yang kurang memprioritaskan komunitas lokal. Pengembangan ekowisata di Desa Dago yang dimulai pada 2019 sangat mengedepankan potensi lokal dan proses belajar secara mandiri, sehingga komunitas lokal mampu mengubah lahan bekas tambang menjadi tempat wisata yang asri. Kemandirian komunitas lokal tergambar pada keterlibatannya dalam proses pengembangan ekowisata, mulai dari perencanaan hingga pelaksanaan. Di samping itu, komunitas lokal sebagai pengelola mampu memanfaatkan pengetahuan, budaya dan sumber daya lokal untuk meningkatkan kesejahteraan anggota tanpa mengesampingkan kaidah-kaidah konservasi hutan.


Forest Village Community Institutions (LMDH) generally use forests in the agricultural sector in accordance with instructions and capital support from Perhutani. LMDH Wana Cendana operates in the ecotourism sector without instructions and capital assistance from Perhutani. This study aims to analyze the implementation of empowering local communities (LMDH Wana Cendana) who do not have expertise in the field of forest management and ecotourism. The concept used is the empowerment of local communities and ecotourism with a qualitative case study approach. This study emphasizes the novelty of cases and in-depth interviews with informants who are directly involved in the development of Gunung Dago ecotourism. Some previous research shows that empowerment does not prioritize local communities. Ecotourism development in Dago Village, which began in 2019, prioritizes local potential and independent learning processes, so that local communities are able to transform ex-mining land into beautiful tourist attractions. The independence of the local community is reflected in its involvement in the ecotourism development process, from planning to implementation. In addition, local communities as managers are able to utilize local knowledge, culture and resources to improve the welfare of members without overruling the rules of forest conservation.

 

"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indhy Aidha Putri
"Penelitian ini membahas tentang Analisis Penerapan Good Governance dalam Pengelolaan Ekowisata di Suaka Elang. Teori yang dipakai berdasarkan teori dari United Nation Development Programme (UNDP) yang tertulis dalam buku Sedarmayanti dan menggunakan 8 prinsip good governance sebagai dimensinya. Dimensi tersebut adalah (1) Partisipasi, (2) Tegaknya Supremasi Hukum, (3) Transparansi, (4) Berorientasi pada Konsensus, (5) Responsif, (6) Efektifitas dan Efisiensi, (7) Akuntabilitas dan (8) Visi yang Strategis. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan desain deskriptif. Teknik pengambilan datanya dengan cara wawancara dan observasi. Hasil dari penelitian menunjukkan prinsip good governance yang sudah diterapkan dengan baik adalah (1) Partisipasi, (2) Tegaknya Supremasi Hukum, (3) Akuntabilitas (4) Berorientasi pada Konsensus dan (5) Visi yang strategis. Beberapa prinsip yang belum diterapkan dengan baik adalah (1) Transparansi, (2) Responsifitas dan (3) Efektifitas dan efisiensi.

This research discusses the analysis of good governance application at the ecotourism management in Suaka Elang. The theory that being used is based on the theory of the United Nations Development Programme (UNDP) which written on the book by Sedarmayanti and use the 8 principles of good governance as the dimensions. The dimensions are: (1) Participation, (2) Rule of Law, (3) Transparency, (4) Consensus Oriented, (5) Responsiveness, (6) Effectiveness and Efficiency, (7) Accountability and (8) Strategic Vision. This study uses descriptive qualitative design. The technique that being used to collect the data are by interviews and observation. The results of the show good governance principles that have been applied are (1) Participation, (2) Rule of Law, (3) Accountability (4) Oriented Consensus and (5) Strategic Vision. Some principles that have not applied properly are (1) Transparency, (2) Responsiveness and (3) Effectiveness and efficiency."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Indonesia, 2014
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ishak Hasan
Depok: Rajawali Press, 2023
334 ISH k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyudi Utomo
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Tata Kelola Kolaborasi Ekowisata Kabupaten Belitung, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Perhatian diberikan pada studi tentang tata kelola kolaborasi dianggap sebagai salah satu isu kunci keberhasilan dalam konteks pengembangan pariwisata Belitung sebagai bagian dari jaringan UNESCO Global Geopark. Kontribusi dan peran masing-masing aktor baik dari pemerintah, swasta, masyarakat atau komunitas telah memberikan kontribusi positif sebagai upaya membangun kualitas pariwisata yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Penelitian ini menggunakan pendekatan qualitative methods research eksploratori, dalam penelitian ini data diperoleh melalui wawancara mendalam, review dokumen dan survey sehingga proses triangulasi dapat dilakukan secara lebih lengkap. Informan penelitian terdiri dari unsur pemerintah, swasta, asosiasi, masyarakat dan komunitas. Sebanyak 13 orang informan telah diwawancarai dan 31 orang telah menunjukkan jawaban atas survei yang dilakukan. Hasil penelitian Praktik Tata Kelola Kolaborasi yang berlangsung di Kabupaten Belitung diinisiasi dengan adanya inovasi program dan kolaborasi yang berkembang dari proses bottom-up yang dipelopori oleh peran Komunitas Geosites dan Desa Wisata. Berikutnya Hasil penelitian ini telah menunjukkan bahwa kepercayaan, nilai-nilai dan jaringan sosial atau dipersepsikan sebagai modal sosial (social capital) telah menjadi perekat dan mengikat masing-masing aktor untuk bersinergi sehingga berfungsi sebagai elemen dasar untuk membentuk kolaborasi yang baik. Penelitian ini menegaskan dan melengkapi model collaborative governance yang telah digagas oleh Ansell dan Gash. Berdasarkan penelitian yang dilakukan telah menunjukkan peran modal sosial (social capital) merupakan faktor utama yang mendukung berjalannya tata kelola kolaboratif. Jika dalam model collaborative governance Ansell dan Gash tidak dengan tegas menyatakan modal sosial sebagai faktor utama berjalannya proses kolaborasi, penelitian ini telah menunjukkan peran modal sosial (social capital) sebagai landasan untuk inisiatif melakukan kolaborasi. Sebagai salah satu temuan dan novelty dalam penelitian ini, maka penulis menambahkan satu indikator pada dimensi Kondisi Awal (starting condition) pada proses kolaborasi dengan menambah latar belakang modal sosial (social capital) yang meliputi pengetahuan lokal (norma atau nilai-nilai budaya dan jaringan) yang berpengaruh pada pelaksanaan kolaborasi.

This research analyzes the Governance of Ecotourism Collaboration in Belitung Regency, Bangka Belitung Islands Province. Attention is paid to the study of collaborative governance which is considered one of the key issues for success in the context of Belitung tourism development as part of the UNESCO Global Geopark network. The contribution and role of each actor, whether from the government, private sector, society, or community, has made a positive contribution to build quality tourism that is sustainable and environmentally friendly. This research uses an qualitative methods research approach. In this research, data was obtained through in-depth interviews, document reviews, and surveys so the triangulation process could be carried out more completely. Research informants comprised elements from the government, private sector, associations, society, and community. A total of 13 informants were interviewed and 31 people provided answers to the survey conducted. The results of research on Collaborative Governance Practices that took place in Belitung Regency were initiated with program innovation and collaboration that developed from a bottom-up process spearheaded by the role of the Geosites Community and Tourism Village. Next, the results of this research have shown that trust, cultural values, and social networks perceived as social capital have become the glue and bind each actor to work together so that it functions as a basic element for forming good collaboration. This research confirms and complements the collaborative governance model initiated by Ansell and Gash. Based on research conducted, has shown that the role of social capital is the main factor that supports collaborative governance. If Ansell and Gash's collaborative governance model does not explicitly state social capital as the main factor in the collaboration process, this research has shown the role of social capital as a basis for collaborative initiatives. As one of the findings and novelty in this research, the author added one indicator to the dimensions of Initial Conditions and/or Collaborative Process by adding social capital background which includes norms or cultural values and social networks. which influences the implementation of collaboration."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2024
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jamaludin M.
"

Abstrak

Pengembangan ekowisata berkelanjutan mempertimbangkan kelayakan pariwisata, kondisi sosial masyarakat, dan kebijakan pariwisata untuk menjamin kelestarian lingkungan serta meningkat kesejahteraan. Pengembangan kawasan pesisir yang tidak sesuai prinsip ekowisata dapat menimbulkan dampak kerusakan lingkungan, menurunnya pendapatan serta gangguan stabilitas sosial. Tujuan penelitian ini menganalisis kelayakan pariwisata, sosial ekonomi masyarakat, dan kebijakan pariwisata. Pendekatan yang digunakan adalah kuantitatif dengan metode campuran. Penilaian kelayakan pariwisata menggunakan analisis indeks kesesuaian wisata dan analisis daya dukung, penilaian kondisi sosial ekonomi masyarakat menggunakan analisis skala Likert serta kebijakan pariwisata dianalisis menggunakan skala Guttman. Hasil analisis kelayakan pariwisata Fatkauyon berada pada kategori sangat sesuai, dengan IKW pantai 97.5%, IKW snorkeling 88,8%, dan IKW selam 88,8%. PCC wisata pantai 29.106 pengunjung per hari, RCC wisata pantai 728 pengunjung perhari. PCC wisata snorkeling 3.828 pengunjung per hari, RCC wisata snorkeling 429 pengunjung per hari. PCC wisata selam 144 pengunjung per hari, RCC wisata selam 16 pengunjung per hari. Tingkat pemahaman ekowisata 96,9% kategori baik, sikap pelaksanaan ekowisata 94,3% kategori baik. Regulasi kebijakan pariwisata kategori kurang dan persepsi pemangku kebijakan pada pengembangan ekowisata kategori tinggi. Kesimpulannya adalah kawasan pesisir Fatkauyon sangat sesuai untuk dikembangkan menjadi kawasan ekowisata berkelanjutan.

 


Abstract

Sustainable ecotourism development considers tourism feasibility, community social conditions, and tourism policies to ensure environmental sustainability and increase welfare. Development coastal areas that are not in accordance with the principles of ecotourism can cause environmental damage, decreased income and disruption of social stability. The purpose this study was to analyze the feasibility tourism, socio-economic community, and tourism policy. The approach used is quantitative with mixed methods. Tourism feasibility assessment uses tourism suitability index analysis and carrying capacity analysis, assessment socio-economic conditions the community using scale analysis Likert and tourism policy analyzed using scale Guttman. The results Fatkauyon tourism feasibility analysis are the very appropriate category, IKW beach 97.5%, IKW snorkeling 88.8%, IKW diving 88.8%. PCC beach tourism 29,106 visitors per day, RCC beach tourism 728 visitors per day. PCC tours snorkeling 3,828 visitors per day, RCC tours snorkeling 429 visitors per day. PCC tours dive 144 visitors per day, RCC diving tours 16 visitors per day. The level of understanding ecotourism 96.9% good category, attitude of ecotourism implementation 94.3% good category. Tourism policy regulations are lacking in categories and stakeholders' perceptions high-category ecotourism development. The conclusion that the Fatkauyon coastal area very suitable to be developed into sustainable ecotourism area.

"
2019
T52294
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Haswan Yunaz
"Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi berupa sumber daya alam yang berlimpah, baik di daratan maupun di Iautan. Semua potensi tersebut mempunyai peranan yang sangat penting bagi pengembangan kepariwisataan, khususnya ekowisata seperti di kawasan Taman Nasional. Sebagai bentuk wisata yang berbasis alam, ekowisata benanggung jawab terhadap pelestarian alam serta memberikan keuntungai ekonomi, sosial dan budaya masyarakat setempat Namun pemasalahannya banyak diantara Taman Nasional mengalami kerusakan yang tents menems terutama penurunan nilai ekologi dan nilai estetika dan memerlukan suatu pola pengembangan ekowisata berkelanjutan.
Tujuan penelitian ini adalah mengkaji kondisi dan pennasalahan permintaan dan penawaran ekowisata, kondisi ekonomi masyarakat Iolral dan menyusun pola pengembangan ekowisata berkelanjutan. Metode penelitian dikembangkan unluk membuktikan hipotesis dan mengukur faktor-faktor ape saja yang mempengaruhi pola pengembangan ekovvista berkelanjutan.
Hasil penelitian ditemukan bahwa faktor perilaku pengunjung yang tidak ramah Iingkungan, rendahnya tingkat kesejahteraan masyarakat menyebabkan tingginya ganggum terhadap potensi ekologi dan estetika Taman Nasional telah memperlihatkan bahwa hipotesis yang diajukan terbukti benar. Pola yang dihasilkan memperlihatkan manfaat kegunaannya sebagai teori bagi pengembangan ekowisata dalam rangka mendukung pembangunan berkelenjutsm. Secara praktis hasil penelitian lni diharapkan dapat dijadikan masukan bagi pengembangan ekowisata berkelanjulan di kawasan Taman Nasional sekeligus sebagai bagian yang integral dari pembangunan daerah dan pembangunan nasional.

Indonesia is one of the countries that have very high biodiversity like natural resources both terrestrial and marine. All the poluencies have to support to develop the tourism aspeclaly ecotourism like in the National Park. As a base natural resources tourism, ecotourism plays important rules to conserve the natural and to enhence economic, social and cultural benefit to local people. However the problem is many among National Parks damage especially degradation of ecology value and esthetics value and need a pattem of sustainable ecotourism development.
Objective of this research is to study condition and problems of supply and demand of ecotourism, condition of local people economics and to develop pattern of sustainable ecotourism. Research metgod developed to prove hypothesis and measure factors any kind of influencing pattem development of sutainable ecotourism.
Result of research found that behavioral factor of inhospitable visitor, low of prosperity of local people cause trouble height to ecology potency and National Park esthetics have showed that raised hypothesis proven of conectness. Ylelded pattem show the usefulness benefit of as theory for development of ecotorism for the sustainable development. Practically result of this research is expected can be made input for development of ecotourism In National Park area at the same time as integral part of local and national development.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2007
D1542
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>