Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 13 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Saragih, Lely N. M.
"ABSTRAK
Sesak napas dan fatigue merupakan gejala utama yang dialami oleh pasien penyakit paru obstruktif kronik PPOK . Gejala ini menurunkan kinerja fungsional, fungsi kognitif, fisik dan psikososial hingga akan memperburuk kesehatan dan menurunkan kualitas hidup. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh pemberian latihan Active Cycle of Breathing Technique ACBT terhadap penurunan skor sesak napas dan fatigue pada pasien PPOK. Penelitian quasi eksperimen ini melibatkan 30 orang responden yang dipilih dengan menggunakan teknik concecutive sampling yang dibagi menjadi dua kelompok. Hasil uji bivariat dengan independent t test menunjukkan bahwa terdapat perbedaan penurunan skor sesak dan fatigue yang bermakna antara kelompok kontrol dan intervensi p value =0,0001 . Latihan ACBT berpengaruh terhadap penurunan skor sesak dan fatigue pada pasien PPOK. Latihan ACBT dapat direkomendasikan untuk menurunkan sesak dan fatigue pada pasien PPOK.

ABSTRACT
Dyspnea and fatigue are the main symptoms experienced by patients with chronic obstructive pulmonary disease COPD . These symptoms affect functional performance, cognitive, physical and psychosocial limitations that affect on patients quality of life. This study aimed to determine the effect of Active Cycle of Breathing Technique ACBT on the decrease of dyspnea and fatigue scale in patients with COPD. This quasi experiment study involved 30 respondents which selected by consecutive sampling technique and divided into two groups. The result of independent t test showed that there is significant mean difference of dyspnea and fatigue scale between two groups p value 0.0001 0,05 . ACBT has an effect on decreasing dyspnoea and fatigue in patients with COPD. ACBT can be recommended as an intervention to reduce the dyspnea and fatigue in patients with COPD."
2018
T50285
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rica Fitria
"Sesak napas adalah sensasi subjektif yang tidak menyenangkan saat bernapas dengan kualitas yang berbeda dan intensitas yang bervariasi. Sesak napas secara konsisten dirasakan oleh pasien kanker paru sebagai gejala yang menyusahkan. Perlu adanya pengelolaan sesak napas dengan intervensi suportif yaitu pemberian terapi air cooler selain intervensi kuratif. Penelitian ini bersifat uji klinis acak terkontrol dengan desain paralel. Cara pemilihan sampel adalah consecutive sampling (N=40). Perbandingan pre dan post-test menggunakan uji-t berpasangan, sedangkan selisih antar kelompok menggunakan uji Mann-Whitney. Hasil penelitian menunjukkan adanya penurunan skala sesak napas pada skor MBS antar kelompok (skor rata-rata, 0,95 vs -0,25, p-value <0,001). Namun ditemukan adanya penurunan laju pernapasan pada kelompok intervensi dengan p-value =0,012, tetapi tidak ditemukan adanya peningkatan saturasi oksigen dengan p-value <0,001. Untuk penelitian selanjutnya dapat mengembangkan uji acak terkontrol tentang keefektivitasan pendingan udara sekitanya melalui air cooler untuk meredakan sesak napas pada pasien kanker.

Dyspnea or shortness of breath is an unpleasant subjective sensation when breathing of different quality and varying intensity. Dyspnea is consistently experienced by lung cancer patients as a distressing symptom. It is necessary to manage dyspnea with supportive interventions, namely the provision of air cooler therapy in addition to curative interventions. This study is a randomized controlled clinical trial with a parallel design. The sample selection method was consecutive sampling (N=40). The paired t-test was used to compare the pre- and post-test while the Mann-Whitney test was applied to determine the differences between groups. The results showed a decrease in the MBS score between groups on the shortness of breath scale (mean score, 0.95 vs -0.25, p-value <0.001). However, a decrease in respiratory rate was found in the intervention group with p-value = 0.012, with no increase in oxygen saturation (p-value <0.001). Future research can develop randomized controlled trials on the effectiveness of cooling the surrounding air using air coolers to relieve shortness of breath in cancer patients. "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riski Ari Fitriyani
"Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi yang ditularkan melalui paparan udara dan mayoritas menyerang paru-paru. Keluhan utama yang kadang muncul pada pasien dengan TB paru di antaranya adalah dispnea. Dispnea merupakan keluhan subjektif berupa kesulitan dalam bernapas yang seringkali diabaikan petugas kesehatan namun dapat berdampak pada morbiditas dan mortalitas. Standar penanganan dispnea di rumah sakit hingga saat ini belum ditetapkan. Manajemen dispnea yang tersedia dapat diterapkan pada pasien namun hasilnya bervariasi dan belum dapat dibuktikan bahwa manajemen standar merupakan langkah yang memberikan manfaat terbaik. ACBT dapat ditambahkan sebagai penanganan dispnea secara nonfarmakologis. Latihan ACBT diterapkan pada pasien TB paru selama 15 sampai dengan 20 menit selama lima hari berturut-turut dengan tujuan untuk menurunkan keluhan dispnea dan mengeluarkan sputum dari jalan napas. Kriteria keberhasilan intervensi dilihat dari adanya penurunan frekuensi napas dan keluaran sputum setelah intervensi. Hasil penerapan latihan ACBT pada pasien menunjukan adanya dampak positif terhadap penurunan keluhan dispnea namun belum memberikan efektifitas berarti pada pengeluaran sputum. Penelitian selanjutnya dapat dilakukan terhadap ACBT dengan postural drainage untuk meningkatkan pengeluaran sputum.

Pulmonary tuberculosis is an infectious disease that is transmitted through air exposure and the majority attacks the lungs. The main complaint that sometimes arises in patients with pulmonary TB including dyspnea. Dyspnea is a subjective complaint in the form of breathing difficulties that is often overlooked by health workers but can have an impact on morbidity and mortality. The standard for dyspnea intervention in hospitals has not yet been established. Available dyspnea management can be applied to patients but the results vary and it has not been proven that standard management is the step that provides the best benefits. ACBT can be added as a nonpharmacological treatment of dyspnea. ACBT exercise were applied to pulmonary TB patient for 15 to 20 minutes for five consecutive days with the aim of reducing dyspnea and removing sputum from the airway. The outcome criteria for the intervention are seen from a decrease in the frequency of breath and sputum output after intervention. The results showed a positive impact on decreasing dyspnea but did not provide significant effectiveness on sputum clearance. Further research can be done on ACBT with postural drainage to increase sputum clearance."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Kamelia Syani
"Sesak merupakan gejala yang sering terjadi pada pasien efusi pleura. Ketidakefektifan pola napas merupakan masalah keperawatan yang utama pada pasien efusi pleura. Studi ini bertujuan untuk menganalisis penerapan pernapasan diafragma dan fan therapy sebagai manajemen sesak. Metode yang digunakan adalah tinjauan literatur. Hasil studi menemukan bahwa pernapasan diafragma dan fan therapy dapat menurunkan frekuensi napas dan penurunan skor sesak menggunakan Brog Scale, serta peningkatan fungsi paru. Oleh karena itu, pernapasan diafragma dan fan therapy dapat diimplementasikan sebagai manajemen sesak pada pasien efusi pleura.


Dyspnea is a symptom that often occurs in pleural effusion. Ineffective breathing patterns is major nursing problem in pleural effusion patients. The aim of this study is to analyze the application of diaphragmatic breathing and fan therapy as dyspnea management. Literature review is used as a method. This study finds that diaphragmatic breathing and fan therapy decrease respiration rate and Borg Scale of Dyspnea, also increase lungs function. Therefore, the diaphragmatic breathing and fan therapy is recommended as dyspnea management in patient with pleural effusion."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sherly Sulistiawijaya
"Bronkopneumonia merupakan suatu kondisi peradangan akut yang secara spesifik terjadi di paru-paru, disebabkan oleh agen infeksius di sekitar saluran udara (bronkus) dan kantung udara (alveolus). Permasalahan yang umum terjadi pada anak dengan bronkopneumonia adalah terkait dengan bersihan jalan napas tidak efektif yang disebabkan oleh terjadinya peningkatan produksi sekret yang berlebih di jalan napas. Karya ilmiah ini bertujuan untuk menganalisis efektivitas penerapan breathing exercise melalui terapi bermain meniup kincir angin untuk mengatasi dyspnea pada anak. Pasien An.E (4th) tampak batuk berdahak disertai dengan napas cepat, penggunaan otot bantu napas, retraksi dada, suara napas tambahan, dan anak mendapatkan bantuan ventilasi berupa NK 2 lpm, didapatkan SpO2: 97%, HR: 132x /menit, RR: 38 x/menit, S: 36.4°C. Penerapan breathing exercise melalui terapi bermain meniup kincir angin yang dilakukan pada anak selama 3 hari perawatan menunjukan penurunan terhadap tingkat dyspnea anak yang dibuktikan dengan saturasi oksigen yang stabil dalam rentang 97-100% dan RR 24-32 x/menit. Hasil karya ilmiah ini diharapkan dapat dijadikan sebagai gambaran bagi perawat untuk dapat melakukan pengelolaan asuhan keperawatan dengan intervensi nonfarmakologis berupa penerapan breathing exercise melalui terapi bermain meniup kincir angin pada anak dengan diagnosis medis bronkopneumonia yang mengalami dyspnea.
Bronchopneumonia is an acute inflammatory condition specific to the lungs, caused by infectious agents around the airways (bronchi) and air sacs (alveoli). A common problem in children with bronchopneumonia is related to ineffective airway clearance caused by increased production of excess secretions in the airway. This scientific work aims to analyze the effectiveness of applying breathing exercises through blowing windmill play therapy to treat dyspnea in children. Patient An.E (4th) appeared to cough with phlegm accompanied by rapid breathing, use of accessory muscles for breathing, chest retraction, additional breath sounds, and the child received ventilation assistance in the form of NK 2 lpm, obtained SpO2: 97%, HR: 132x/min, RR: 38 x/min, S:36.4°C. The application of breathing exercise through blowing windmill play therapy performed on children for 3 days of treatment shows a decrease in the level of dyspnea of children as evidenced by stable oxygen saturation in the range of 97-100% and RR 24-32 x/min. The results of this scientific work are expected to be used as an illustration for nurses to be able to carry out nursing care management with non-pharmacological interventions in the form of applying breathing exercises through windmill blowing play therapy in children with a medical diagnosis of bronchopneumonia who experience dyspnea."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Vika Rachma Sari
"CHF merupakan salah satu penyakit penyebab kematian tertinggi di masyarakat perkotaan. CHF dapat menimbulkan terjadinya masalah pernapasan seperti dyspnea, napas cepat, kelemahan otot napas, serta masalah pernapasan lainnya. Salah satu intervensi yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah teknik bernapas siklus aktif. Intervensi teknik bernapas siklus aktif yang dilakukan terhadap pasien kelolaan terbukti dapat menurunkan keparahan dyspnea meskipun tidak signifikan serta dapat meningkatkan kualitas hidup pasien. Hasil yang didapatkan dari intervensi ini masih perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui keefektifan intervensi dalam mengatasi masalah pernapasan pada pasien dengan CHF.

CHF is one of the leading cause of death in urban society. CHF may cause respiratory problems such as dyspnea, rapid breathing, weakness of the breathing muscles, and other respiratory problems. One of the interventions that can be done to overcome the problem is Active Cycle Breathing Technique ACBT. ACBT conducted on the underlying patient has been proved to decrease the severity of dyspnea although not very significant. In addition, ACBT can also improve the quality of life of patients. The results obtained from this intervention still need further research to determine the effectiveness of ACBT in overcoming respiratory problems in patients with CHF."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Firdaus Eko Saputra
"ABSTRAK
Keluhan utama yang sering ditemukan pada pasien kanker paru adalah dyspnea. Salah satu terapi non farmakologi yang dapat digunakan untuk mengurangi dyspnea adalah menggunakan External Nasal Dilator Strips. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh pengunaan External Nasal Dilator Strip terhadap Dyspnea pasien kanker paru. Desain Penelitian adalah Quasy Experiment dengan rancangan pre and post test nonequivalent control group. Penelitian ini melibatkan 34 responden dengan menggunakan Non Probability Sampling jenis Consecutive Sampling yang dibagi menjadi 17 responden kelompok intervensi dan 17 responden kelompok kontrol. Hasil analisis statistik didapatkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna selisih skor dyspnea antara responden pada kelompok intervensi dan kontrol setelah intervensi
dengan nilai p = 0,031. External Nasal Dilator Strips dapat dijadikan salah satu
alternatif intervensi keperawatan manajemen jalan napas pada pasien kanker paru.

ABSTRACT
The main complaint is often found in lung cancer patients is dyspnea. One of the nonpharmacological therapies that can be used to reduce dyspnea is to use External Nasal Dilator Strips. This study aims to determine the effect of the use of External Nasal Dilator Strip against Dyspnea lung cancer patients. Research Design is Quasy Experiment with pre and post test nonequivalent control group design. This study involved 34 respondents using Non Probability Sampling type Consecutive Sampling divided into 17 respondents intervention group and 17 respondents control group. The result of statistic analysis showed that there was a significant difference of dyspnea score between respondents in intervention group and control after intervention with
p= 0,031. External Nasal Dilator Strips can be used as an alternative to nursing airway management interventions in lung cancer patients."
2018
T50338
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kristian Ade Chandra
"Gagal Jantung Kongestif GJK merupakan salah satu penyakit yang dapat disebabkan oleh perilaku masyarakat yang beresiko tinggi bagi kesehatan seperti merokok, konsumsi alkohol, dan pola hidup sedentari. Dyspnea merupakan gejala khas yang ditemukan pada klien dengan CHF. Dyspnea menyebabkan berkurangnya kemampuan untuk beraktifitas dalam kehidupan sehari-hari. Dyspnea dapat muncul saat aktivitas atau pun saat istirahat. Intervensi positioning dan breathing exercise dapat dilakukan untuk mengatasi dyspnea dengan tujuan untuk mengurangi dyspnea dan agar kebutuhan oksigen terpenuhi. Karya ilmiah ini bertujuan untuk memberikan gambaran asuhan keperawatan melalui pendekatan Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan KKMP pada klien CHF dengan gejala dyspnea. Intervensi ini diterapkan pada klien selama 6 hari, klien diberikan edukasi untuk melakukannya tiga kali dalam satu hari dan pada saat dyspnea memberat. Tindakan breathing exercise dilakukan selama 5 menit dengan posisi semi fowler. Hasil evaluasi didapatkan adanya penurunan skor Modified Borg Scale dari 7 menjadi 2 pada akhir intervensi. Intervensi positioning dan breathing exercise sangat direkomendasikan untuk diterapkan di pelayanan keperawatan khususnya di ruang rawat inap sebagai tindakan mandiri yang dapat perawat lakukan.

Congestive Heart Failure CHF is one of diseases that can be caused by some risk factor such as smoking, alcohol abuse, and sedentary life style. Dyspnea in client with CHF which can diminish the ability of client in performing daily activities. Intervention of positioning and breathing exercise can be carried out to relieve dyspnea in order to meet oxygen needs. This paper aimed to describe nursing care through urban health nursing clinical practice approach on client CHF with symptoms of dyspnea. This intervention was applied on client for 6 days, client was informed well to do it three times a day and when dyspnea burden. Client undertake the breathing exercise for 5 minutes in semi fowler rsquo;s position. The evaluation results showed the decreased score of modified borg scale from 7 to 2 in the end of intervention. This intervention is highly recommended to be applied in nursing care, especially inpatient ward as an independent intervention. "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nining Indrawati
"ABSTRAK
Nama:Nining IndrawatiProgram Studi:Magister KeperawatanJudul :Pengaruh Home Based Nursing Pulmonary Rehabilitation terhadap Sesak Napas dan Fatigue pada pasien PPOKPembimbing:Prof. Dr. Ratna Sitorus, S.Kp., M.App.Sc.Dr. Debie Dahlia, S.Kp., MHSM Home based nursing pulmonary rehabilitation adalah program rehabilitasi paru keperawatan di rumah yang berfokus pada kebutuhan pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh home based nursing pulmonary rehabilitation terhadap sesak napas dan fatigue pada pasien PPOK. Penelitian ini menggunakan desain quasy experimental pre test and post test control group. Sampel terdiri dari 30 pasien PPOK yang terbagi atas 15 orang pada kelompok intervensi dan 15 orang pada kelompok kontrol. Analisis data menggunakan uji t-test untuk sesak napas dan fatigue. Hasil analisis menunjukkan ada perbedaan yang bermakna antara sesak napas sebelum dan sesudah dilakukan home based nursing pulmonary rehabilitation pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol p= 0,0005 ; p< ? . Hasil analisis selanjutnya menunjukkan ada perbedaan yang bermakna antara fatigue sebelum dan sesudah dilakukan home based nursing pulmonary rehabilitation pada kelompok intervensi p= 0,0005 ; p< ? . Home based nursing pulmonary rehabilitation merupakan intervensi yang terbukti efektif, murah dan mudah dilakukan untuk mengatasi sesak napas dan fatigue pada pasien PPOK.Kata kunci :fatigue, home based nursing pulmonary rehabilitation, pasien PPOK, sesak napas

ABSTRACT
Name Nining IndrawatiStudy Program Master of Nursing Title The Effect of Home Based Nursing Pulmonary Rehabilitation on Dyspnea and Fatigue in Patients with Chronic Obstructive Pulmonary Disease COPD Counsellor Prof. Dr. Ratna Sitorus, S.Kp., M.App.Sc.Dr. Debie Dahlia, S.Kp., MHSM Home based nursing pulmonary rehabilitation is a pulmonary rehabilitation that focuses on patients needs. The objective of this study is to find out the effect of home based nursing pulmonary rehabilitation on dyspnea and fatigue in Chronic Obstructive Pulmonary Disease COPD patients. This study used a quasi experimental pre test and post test control group design. The sample consisted of 30 COPD patients divided into experimental group 15 patients and control group 15 patients. T test was used in analyzing data for dyspnea and fatigue. The results show that there are significant differences on dyspnea between before and after the implementation of home based based nursing pulmonary rehabilitation to experimental group and control group p 0.0005 p "
2018
T49544
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edian Fitriana
"Praktik keperawatan residensi yang dilakukan di Rumah Sakit Persahabatan dengan kekhususan respirasi diharapkan dapat mengatasi masalah pernapasan. Selama menjalani proses residensi, residen berperan menjadi seorang Clinical Care Manajer (CCM) yang bertugas sebagai konsultan keperawatan bagi staf keperawatan dan pemberi terapi keperawatan kepada pasien, sebagai peneliti dan pendidik dalam rangka pemberi asuhan keperawatan untuk meningkatkan mutu atau kualitas asuhan keperawatan. Dalam memberikan asuhan keperawatan pada kasus kelolaan pasien dengan kanker paru dan 30 kasus resume menggunakan teori Henderson 14 kebutuhan dasar manusia yang menunjukkan peran perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan dalam membantu individu baik dalam keadaan sehat maupun sakit, melalui usahanya melakukan berbagai aktivitas guna mendukung kesehatan dan penyembuhan individu atau proses meninggal dengan damai. Masalah keperawatan yang banyak muncul yaitu tentang pemenuhan kebutuhan bernapas normal. Penerapan EBN kombinasi latihan pursed lip breathing dan progressive muscle relaxation terhadap penurunan dyspnea pada pasien PPOK. Pelaksanaan proyek inovasi video sebagai program peningkatan kemampuan perawat dalam melakukan monitoring terhadap pasien yang terpasang Water Seal Drainage (WSD) dan pemberian edukasi kepada pasien yang terpasang WSD di rumah. Hasil analisis praktik residensi keperawatan didapatkan bahwa asuhan keperawatan menggunakan pendekatan teori Henderson bertujuan untuk membantu sesegera mungkin kemandirian pasien. Penerapan kombinasi latihan pursed lip breathing dan progressive muscle relaxation dapat menurunkan dyspnea pada pasien PPOK. Proyek inovasi program peningkatan kemampuan perawat dalam melakukan monitoring WSD dan pemberian edukasi dirumah pada pasien yang terpasang WSD dengan media video dapat meningkatkan kemampuan perawat dalam melakukan monitoring WSD secara sistematis dan terstruktur dan kemampuan melakukan edukasi dirumah pada pasien.

Residency nursing practice carried out at Persahabatan Hospital with the speciality of respiration was expected to overcome respiratory problems. In addition, during the residency process, the resident perform the role to become a clinical care manager (CCM) who serves as a nursing consultant for nursing staff and nursing therapy providers to patients, researches and educator in the context of providing nursing care to improve the quality of nursing care. In providing nursing care in managed cases of patients with lung cancer and 30 resumed cases used Henderson's theory of 14 basic human needs which showed the role of nurses as nursing care providers in helping individuals both in health and illness, through their efforts to carried out various activities to support individual health and healing or the process of dying peacefully. Many nursing problems that arise were about fulfilling normal breathing needs. Application of EBN combination of pursed lip breathing exercises and progressive muscle relaxation to reduce dyspnea in COPD patients. The implementation of the video innovation project as a program to improve the ability of nurses to monitor patients with watered seal drainage (WSD) and provided education to patients with WSD at home. The results of the analysis of nursing residency practice found that nursing care used the Henderson theory approach aims to help the patient's independence as soon as possible. The application of a combination of progressive muscle relaxation and pursed lip breathing exercises could reduce dyspnea in COPD patients. The program innovation project to improve nurses' ability to monitor WSD and provided home education to patients with WSD installed with video media could improve nurses' ability to monitor WSD systematically and structured and the ability to educate patients at home Keywords: nursing specialist, lung cancer, Henderson nursing theory"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>