Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
Sinaga, Magiana Ignasia
"Tingkat dukungan sosial yang dirasakan tinggi telah terbukti berkontribusi melawan perasaan kesepian rendah yang dialami individu. Penelitian ini ingin melihat perbedaan pengaruh sumber dukungan sosial yang dirasakan pada kemunculan rasa kesepian pada mahasiswa luar negeri tahun pertama di Universitas Indonesia. Partisipan dalam penelitian ini adalah 169 mahasiswa asing tahun pertama di Universitas Indonesia yang berasal dari luar Jabodetabek tidak pernah bermigrasi sebelumnya, dan saat ini tinggal sendiri. Hasil analisis statistik menggunakan Analisis Regresi Berganda Linier menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang simultan dari 18,8% dari pengukuran tiga sumber dukungan sosial yang dipersepsikan, yaitu keluarga, teman, dan orang penting lainnya, melawan kesepian. Selain itu, ditemukan Selain itu, dukungan sosial dianggap dari teman-teman sebagai penyumbang terbesar tinggi badan menuju kesepian (β = -0.352, p = 0.040) ketika berinteraksi dengan dukungan sosial dari keluarga dan orang penting lainnya. Sumber dukungan sosial yang dirasakan teman tampaknya paling berpengaruh terhadap tingkat kesepian siswa migran dalam penelitian ini, R2 = 0,069, F (1,167) = 12,368, p <0,05. Saran untuk penelitian ini adalah dapat menambahkan laporan diri di akhir kuesioner untuk mengetahui formulirnya dukungan yang diberikan oleh masing-masing sumber secara khusus.
High levels of perceived social support have been shown to contribute to low feelings of loneliness experienced by individuals. This study wants to see the difference in the influence of the perceived sources of social support on the emergence of loneliness among first-year foreign students at the University of Indonesia. Participants in this study were 169 first-year foreign students at the University of Indonesia who came from outside Jabodetabek who had never migrated before, and currently live alone. The results of statistical analysis using Linear Multiple Regression Analysis show that there is a simultaneous effect of 18.8% of the measurement of three perceived sources of social support, namely family, friends, and significant others, against loneliness. In addition, it was found that social support was considered from friends as the biggest contributor to height towards loneliness (β = -0.352, p = 0.040) when interacting with social support from family and significant others. The source of social support felt by friends seemed to have the most influence on the level of loneliness of migrant students in this study, R2 = 0.069, F (1.167) = 12.368, p <0.05. Suggestions for this research is able to add self-report at the end of the questionnaire to find out the form of support provided by each source specifically."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Gabriella Vivi Monica
"Mahasiswa yang optimis akan mempersepsi banyaknya dukungan sosial yang hadir apabila dibutuhkan sehingga dapat mengurangi distres psikologis. Studi sebelumnya membuktikan bahwa dukungan sosial yang dipersepsikan memediasi pengaruh optimisme terhadap distres psikologis. Penelitian ini bertujuan untuk melihat dukungan sosial yang dipersepsikan sebagai mediator dalam pengaruh optimisme terhadap distres psikologis. Partisipan berjumlah 416 mahasiswa di Indonesia yang mengikuti penelitian ini. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari LOT-R
(Life Oriented Test-Revised),
Hopkins Symptom Checklist-25 (HSCL-25),
Multidimensional Scale of Social Support (MSPSS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara optimisme dan distres psikologis. Setelah analisis lebih lanjut ditemukan bahwa dukungan sosial yang dipersepsikan memediasi hubungan antara optimisme dan distres psikologis.
College students would perceived greater social support which attend if needed so that can reduce psychological distress. The previous studies have shown that perceived social support meditates influence between optimism and psychological distress. This study aims to analyze perceived social support mediates the relationship between optimism and psychological distress. The participants of this study consist of 416 college students of Indonesia. The measuring instruments of this study are LOT-R (Life Oriented Test-Revised), Hopkins Symptom Checklist-25 (HSCL-25), and Multidimensional Scale of Social Support (MSPSS). The result of this study shows that there is a relationship between optimism and psychological distress. Through further analysis, this study found that perceived social support meditates the relationship between optimism and psychological distress."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Muthia Anjali
"Dukungan sosial yang dipersepsikan ibu dan paritas merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan depresi pasca persalinan pada perempuan pasca melahirkan. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan mengidentifikasi hubungan antara dukungan sosial yang dipersepsikan oleh ibu dengan risiko depresi pasca persalinan khususnya pada ibu primipara di provinsi DKI Jakarta. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dengan metode consecutive sampling untuk mengambil 111 sampel ibu primipara. Kuesioner yang digunakan terdiri dari karakteristik responden dan versi bahasa Indonesia dari Edinburgh Postpartum Depression Scale (EPDS) serta Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS). Berdasarkan data hasil penelitian diketahui sebanyak 67.6% ibu primipara di DKI Jakarta mempersepsikan dukungan sosial yang tinggi (dari keluarga 90,1%; suami 88,2%; dan peer/teman 46,8%) dan sebanyak 34.2% ibu primipara cenderung mengalami depresi pasca persalinan di DKI Jakarta. Hasil uji bivariat menggunakan uji Chi Square ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara dukungan sosial yang dipersepsikan ibu dengan risiko depresi pasca persalinan pada ibu primipara (nilai p = 0,001; α < 0,05). Berdasarkan hasil penelitian, direkomendasikan kepada perawat, suami, dan/atau keluarga untuk selalu memberikan dukungan sosial kepada ibu pasca kelahiran bayi.
Social support perceived by the mother and parity is one of the factors that can cause postpartum depression in postpartum women. Therefore this study aims to identify the relationship between social support perceived by the mother and the risk of postpartum depression, especially among primiparous mothers in the province of DKI Jakarta. This study used a cross-sectional design with consecutive sampling methods to take 111 samples of primiparous women. The questionnaire used consisted of the characteristics of the respondents and the Indonesian version of the Edinburgh Postpartum Depression Scale (EPDS) and the Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS). Based on research data, it is known that 67.6% of primiparous mothers in DKI Jakarta perceive high social support (90.1% from family; 88.2% of husbands; and 46.8% of peers/friends) and as many as 34.2% of primiparous mothers tend to experience depression postpartum in DKI Jakarta. The results of the bivariate test using the Chi Square test found a significant relationship between social support perceived by the mother and the risk of postpartum depression in primiparous women (p value = 0.001; α <0.05). Based on the research results, it is recommended that nurses, husbands, and/or families always provide social support to mothers after the birth of a baby."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Tsania Mahrani Isa
"Hubungan parasosial merupakan suatu fenomena yang menyerupai relasi sosial tatap muka melalui keintiman imajiner yang bersifat satu arah antara audiens dengan tokoh di media. Dalam konteks penelitian ini, hubungan parasosial diposisikan sebagai aspek yang mungkin mampu menjelaskan mekanisme yang dapat membantu manusia memenuhi kebutuhan mendasar mereka akan relasi sosial. Atas dasar ini, sejumlah penelitian telah berusaha melihat peran need to belong maupun dukungan sosial yang dipersepsikan terhadap hubungan parasosial. Mayoritas dari penelitian sebelumnya dilakukan di Amerika Serikat dan pada populasi mahasiswa. Penelitian ini dilakukan di Indonesia yang memiliki latar belakang budaya kolektivistik serta menggunakan partisipan yang lebih beragam dari segi demografis. Partisipan dalam penelitian ini adalah dewasa muda berusia 18-25 tahun yang menggemari anime (N=345). Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang menggunakan Parasocial Relationship Scale (PSR), Need to Belong Scale (NTBS), dan Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS) untuk melihat pengaruh need to belong dan dukungan sosial yang dipersepsikan terhadap hubungan parasosial. Hasil analisis regresi berganda menunjukkan adanya pengaruh positif yang signifikan antara need to belong dengan hubungan parasosial. Sementara itu, terdapat pengaruh negatif yang lemah dan tidak bersignifikansi antara dukungan sosial yang dipersepsikan dengan hubungan parasosial. Temuan sebelumnya mengindikasikan bahwa dibutuhakan pengukuran dukungan sosial yang dipersepsikan yang juga melihat sumber dari karakter anime favorit responden. Kendati demikian, dari hasil penelitian ini, ditemukan bukti empiris bahwa anime dapat dijadikan sebagai salah satu medium untuk pemenuhan need to belong audiens di Indonesia
Parasocial relationship refers to a phenomenon whereby audiences feel an inkling to long-term and meaningful social relationship through a one-sided, mediated interaction with certain media personae. Through the previous framework, the current study utilizes parasocial relationship as a mechanism which could potentially help the audience at large in fulfilling or substituting their need for meaningful social relationships. In response to this, numerous studies have established the relationship between the need to belong and parasocial relationship. However, most of those studies were conducted in the United States while using college students as its sample. The current study aims to re-investigate the effect of the need to belong on parasocial relationship in Indonesia, while utilizing a broader range of participants, demographic-wise. Furthermore, this study also aims to investigate the effect of perceived social support on parasocial relationship. Participants were 18-25-year-old Indonesians (N=345) who identify themselves as anime fans. The Parasocial Relationship Scale (PSR), the Need to Belong Scale (NTBS), and the Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS) were administered to analyze the effects of the need to belong and perceived social support on parasocial relationship. An analysis using the multiple linear regression method found that there was a positive and significant effect between the need to belong and parasocial relationship. However, there was no significant effect between perceived social support and parasocial relationship. These findings suggest that other providers of perceived social support—such as the audience’s favorite character—should be incorporated in future researches. Nevertheless, evidently, anime might be a useful source to fulfil the audience’s belongingness needs."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Dini Hanifa
"Tahap perkembangan dewasa muda awal merupakan tahap kritis karena termasuk tahap peralihan dari masa remaja menuju dewasa. Pada tahap ini berbagai masalah kesehatan jiwa rawan terjadi, terutama pada masyarakat miskin yang merupakan kelompok rentan. Masyarakat miskin memiliki hasil kesehatan yang rendah karena akses yang terbatas ke layanan kesehatan. Terdapat pendekatan kesehatan yang dapat meningkatkan outcome kesehatan bagi masyarakat miskin yaitu perilaku peningkatan kesehatan (selanjutnya disebut perilaku peningkatan kesehatan) yaitu gaya hidup sehat yang komprehensif. Untuk meningkatkan perilaku untuk mempromosikan kesehatan secara efektif membutuhkan dukungan sosial yang dirasakan (selanjutnya disebut sebagai dukungan sosial yang dirasakan). Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki hubungan antara persepsi dukungan sosial dan dimensi pertumbuhan spiritual, hubungan interpersonal, dan manajemen stres dalam gaya hidup yang mempromosikan kesehatan. Partisipan dalam penelitian ini adalah 258 warga miskin yang berada pada tahap perkembangan dewasa muda awal (18-29 tahun) yang mendapat bantuan dari pemerintah. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian korelasional. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa dukungan sosial dipersepsikan memiliki hubungan yang signifikan dengan pertumbuhan spiritual, hubungan interpersonal, dan manajemen stres pada remaja miskin usia dini di DKI Jakarta.
Early young adult development stage is a critical stage because it includes a transitional stage from adolescence to adulthood. At this stage, various mental health problems are prone to occur, especially among the poor who are a vulnerable group. The poor have low health outcomes due to limited access to health services. There is a health approach that can improve health outcomes for the poor, namely health improvement behavior (hereinafter referred to as health improvement behavior), namely a comprehensive healthy lifestyle. To improve behavior to promote health effectively requires perceived social support (hereinafter referred to as perceived social support). This study aims to investigate the relationship between perceptions of social support and the dimensions of spiritual growth, interpersonal relationships, and stress management in health-promoting lifestyles. Participants in this study were 258 poor people who were in the early development stage of young adults (18-29 years) who received assistance from the government. The design used in this research is correlational research. The results of this study are that social support is perceived to have a significant relationship with spiritual growth, interpersonal relationships, and stress management in early childhood poor adolescents in DKI Jakarta."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library