Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 15 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aulia Abi Herdanu
"Kebisingan merupakan gangguan yang dapat mempengaruhi kenyamanan dan kesehatan terutama kepada operator yang bekerja selama 8 jam sehari di area mesin produksi. Dari hasil observasi lapangan, diperoleh Noise Mapping dan Noise Contour area produksi Vial Mesin Spami kebisingannya berkisar 80,7 dBA sampai dengan 87,2 dBA. Hasil pengukuran pajanan bising personal dengan menggunakan Noise Dosimeter didapatkan bahwa dari 24 operator yang bekerja pada area tersebut, 11 pekerja menerima Dosis Pajanan Bising diatas 100% (85 dBA). Salah satu usaha untuk mengurangi dampak kebisingan pada pekerja dengan menggunakan APT Ear Plug dengan NRR 25 dBA. Dosis Pajanan Bising Efektif dengan penggunaan APT pada keseluruhan operator dapat mencapai dibawah 100% (85 dBA). Keseluruhan pekerja sebanyak 24 orang memiliki fungsi pendengaran normal.

Noise is a disorder that can affect comfort and health, especially to the operators who work for 8 hours a day in the machine at production area. Result from observation with Noise Mapping and Noise Countour shows that the noise range at area Vial Production Spami Machine is 80,7 dBA until 87,2 dBA. Results of Personal noise exposure measurement by using Noise Dosimeter found that of the 24 operators working in the area, 11 workers received a Noise Dose Exposure above 100% (85 dBA). One of the actions to reduce the noise risk to workers by using PPE, Ear Plug with NRR 25 dBA. Effective Noise Dose Exposure while use in Earplug on the overall operator can reach below 100% (85 dBA). All of the workers as much as 24 workers have Normal Hearing Functionality.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S66488
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melati Azizka Fajria
"[Teknik radioterapi lapangan kecil memiliki tingkat kerumitan yang tinggi, karena keberhasilan pelaksanaan terapi menggunakan teknik ini sangat bergantung pada keakuratan proses mulai dari perencanaan, pemberian dosis selama terapi hingga evaluasi pengukuran dosis terapi. Penelitian ini dilakukan pada kasus kanker paru menggunakan teknik lapangan kecil pada kasus teknik IMRT dan SBRT dimana evaluasi dosis dilakukan dengan menggunakan bilik ionisasi, TLD ,dan film gafchromic EBT2. Nilai diskrepansi yang didapatkan pada teknik IMRT menggunakaan film memiliki nilai yang paling kecil diantara dosimeter lainnya yaitu berada pada rentang nilai 1,75% ~ -0,60%. Pengukuran SBRT baik pada RSCM maupun RSGP hasil yang ditunjukkan PTW 300013 menunjukkan nilai diskrepansi yang tinggi yaitu pada rentang -7,08% ~ -14,98%. Berbanding terbalik dengan PTW 300013, dosimeter Exradine A16 menunjukkan nilai diskrepansi yang kecil yaitu -2,96% ~ -4,12%. Hasil evaluasi film menggunakan MATLAB pada teknik IMRT menghasilkan nilai dosis terukur ≥ 4% lebih tinggi dibandingkan dengan film QAProTM. Sedangkan unutk nilai SBRT dosis terukur yang dihasilkan oleh MATLAB ≤ 4% lebih rendah dibandingkan film QAProTM . Hasil evaluasi dosis dari bilik ionisasi baik pada pengukuran langsung maupun evaluasi menggunakan MATLAB menunjukkan pola yang serupa, yaitu bernilai overestimate pada IMRT dan underestimate pada SBRT.;Small field radiotherapy techniques have a high level of complexity, due to the successful of this implementation is highly dependent on the accuracy of the process from planning until evaluating the dose measurement. This research was done in the case of lung cancer using small field radiotherapy by using IMRT and SBRT technique. The dose evaluation is done by using ionization chambers, TLD, and the gafchromic EBT2 film. Results of discrepancy value in IMRT techniques using film has the smallest value among other dosimeters, in range 1.75% to -0.60%. PTW 300 013 shows a high value of discrepancies on the SBRT measurement, in the range of -7.08% to -14.98%. In contrast with PTW300013, Exradine A16 shows a low value of discrepancies, in range -2,96% to -4,12%. Results of film evaluation using MATLAB, IMRT technique have measurable dose value 4% higher than the film QAProTM. Dose discrepancy of SBRT technique that generated by MATLAB 4% lower than the film QAProTM. The Results of dose evaluation using ionization chamber both of measurement and MATLAB evaluation showed a similar pattern, which is have the overestimate value in IMRT and underestimate value in SBRT., Small field radiotherapy techniques have a high level of complexity, due to the successful of this implementation is highly dependent on the accuracy of the process from planning until evaluating the dose measurement. This research was done in the case of lung cancer using small field radiotherapy by using IMRT and SBRT technique. The dose evaluation is done by using ionization chambers, TLD, and the gafchromic EBT2 film. Results of discrepancy value in IMRT techniques using film has the smallest value among other dosimeters, in range 1.75% to -0.60%. PTW 300 013 shows a high value of discrepancies on the SBRT measurement, in the range of -7.08% to -14.98%. In contrast with PTW300013, Exradine A16 shows a low value of discrepancies, in range -2,96% to -4,12%. Results of film evaluation using MATLAB, IMRT technique have measurable dose value 4% higher than the film QAProTM. Dose discrepancy of SBRT technique that generated by MATLAB 4% lower than the film QAProTM. The Results of dose evaluation using ionization chamber both of measurement and MATLAB evaluation showed a similar pattern, which is have the overestimate value in IMRT and underestimate value in SBRT.]"
2016
T44951
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
B.Y. Ekon Budi Jumpeno
"ABSTRACT
Telah dilakukan verifikasi dosis H*(10) pada evaluasi dosis radiasi lingkungan menggunakan dosimeter OSL tipe EX. Pertama, disiapkan dosimeter OSL tipe EX sebanyak 16 buah yang dibagi menjadi 4 grup yaitu Grup Kontrol, Grup 1, Grup 2 dan Grup 3 yang masing-masing grup terdapat 4 buah dosimeter. Kemudian, dosimeter OSL pada Grup 1, Grup 2, dan Grup 3 disinari dengan radiasi dari sumber Cs-137 dengan dosis H*(10) masing-masing 1 mSv, 2,5 mSv, dan 5 mSv. Hasil analisis menunjukkan bahwa rasio nilai measured dose terhadap true dose adalah 0,87 - 0,95 (deviasi measured dose terhadap true dose berkisar antara 7 - 13%) pada penyinaran 1 mSv, 1,03 - 1,07 (deviasi berkisar 3 - 7 %) pada penyinaran 2,5 mSv, dan 1,07 - 1,13 (deviasi sekitar 7 - 13%) pada penyinaran 5 mSv. Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa nilai deviasi measured dose terhadap true dose ≤ 13% sehingga pengukuran dosis radiasi lingkungan/daerah kerja menggunakan dosimeter OSL tipe EX di Subbidang KKPR PTKMR BATAN dapat dipercaya. Namun demikian perlu dilakukan kajian lebih lanjut terhadap tingkat kepercayaan hasil evaluasi dosis H*(10) dengan dosis kurang dari 1 mSv."
Jakarta: Pusat Pendidikan dan Pelatihan Badan Tenaga Nuklir Nasional, 2017
605 WJ 8:1-2 (2007)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Nursyamsi Handayani
"Pengukuran dosis serap dalam bidang industri sterilisasi bahan pangan dengan menggunakan radiasi sinar gama merupakan salah satu faktor penting yang menentukan keberhasilan proses iradiasi. Dosimeter radiokromik merupakan salah satu dosimeter rutin yang dapat digunakan untuk memonitor proses iradiasi secara sederhana dan mampu memberikan informasi secara langsung yang berbasis pada perubahan warna yang dapat diamati secara visual setelah terpapar dosis radiasi pada tingkat tertentu. Penelitian ini melaporkan pembuatan dosimeter radiokromik dalam wujud cair dengan menggunakan zat pewarna alami yang berasal dari ekstrak bunga Hibiscus sabdariffa L. (rosela). Cairan radiokromik yang dipersiapkan sebanyak lima macam yaitu larutan ekstrak rosela dengan pelarut air destilasi ganda, larutan ekstrak rosela dengan pelarut etanol 70% dan larutan ekstrak rosela yang dicampurkan dengan larutan PVA dan larutan NaCl. Seluruh larutan yang telah dipersiapkan, diiradiasi gama menggunakan sumber radiasi Cobalt-60 dengan laju dosis 4,84 kGy/jam, dan di uji stabilitas dengan berbagai kondisi lingkungan. Karakterisasi sifat optik dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer UV/Vis dan spektrofotometer FT-IR, selain itu perubahan warna larutan di dokumentasikan dengan kamera. Hasilnya menunjukkan larutan ekstrak rosela sensitif terhadap radiasi gama, dengan degradasi warna dari merah pekat menjadi merah tranparan setelah dipaparkan sinar gama dengan dosis 0-10 kGy untuk larutan ekstrak rosela dengan pelarut air destilasi ganda, sedangkan larutan ekstrak rosela dengan pelarut etanol 70% mengalami perubahan warna yang lebih tajam dari merah pekat menjadi kuning transparan dengan dosis 0-7 kGy. Larutan ekstrak rosela yang dicampurkan dengan larutan PVA dan larutan NaCl mengalami pola perubahan warna yang serupa dari dosis 0-1,5 kGy.

Measurements of absorbed dose in the industry of food sterilization using gamma ray radiation are one of the important factors that determine the success of the irradiation process. Radiochromic dosimeters are one of the routine dosimeters to monitor the irradiation process by simply and able to provide information directly based on color changes that can be observed visually after radiation exposure at a certain dose level. This study reports the fabrication of liquid radiochromic dosimeters using natural dye from Hibiscus sabdariffa L. (roselle) flower extract. The liquid radiocromic has prepared as many as five types,  roselle extract solution with aquabidest as a solvent, roselle extract solution with 70% ethanol as a solvent and roselle extract solution mixed with PVA solution and NaCl solution. All the solutions has prepared, irradiated using gamma ray from a Cobalt-60 source with a dose rate of 4.84 kGy/h, and tested stability in various environmental conditions. Characterization of optical properties was carried out using a UV/Vis spectrophotometer and FT-IR spectrophotometer, in addition, the changes of the color of the solution documented using the camera. The results showed roselle extract solution was sensitive with gamma radiation, with color degradation from strong red to transparent red after being gamma ray irradiation at the dose 0-10 kGy for roselle extract solution with double distilled water, while roselle extract solution with ethanol 70% the degradation of the color more intense from red to faint yellow with doses of 0-7 kGy. The Roselle extract solution mixed with PVA solution and NaCl solution undergoes a similar degradation the color of the solution from a dose of 0-1.5 kGy."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
T53271
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anisa Nur Istiqomah
"Pemeriksaan di instalasi radiologi setiap tahun semakin bertambah jumlahnya yang menyebabkan meningkatnya resiko bahaya radiasi pada petugas yang bekerja di medan radiasi. Pemantauan dosis radiasi telah dilakukan pada setiap petugas menggunakan dosimeter analog akan tetapi alat yang digunakan hanya dapat dibaca dalam 3 bulan sekali dan memiliki efek fading atau hilangnya dosis selama pemakaian. Lamanya waktu pembacaan dosis pada alat dosimeter analog menyebabkan petugas tidak menerima hasil bacaan tepat waktu. Penelitian ini bertujuan untuk membuat dosimeter secara digital yang mampu menampilkan hasil secara real-time dan memiliki penyimpanan yang baik pada website berbasis internet of things. Penelitian dilakukan dengan menggunakan sensor Geiger Muller M4011, rangkaian tegangan tinggi 350-400 Volt DC, rangkaian pembaca sinyal dan mikrokontroler ESP32. Pengujian kemampuan alat dilakukan dengan cara memberikan radiasi gamma pada alat prototipe dan dibandingkan hasilnya dengan alat standar Fluke 481. Analisis data dilihat rata-rata tiap pengujian dan standar deviasinya. Uji statistik menggunakan aplikasi Graphad Prism 9 untuk menyajikan statistik deskriptif dan uji beda menggunakan Mann Whitney test. Hasil perakitan sensor Geiger Muller M4011 dihubungkan dengan rangkaian tegangan tinggi 400 Volt dan mikrokontroler NodeMCU ESP32 DevKit V1 berhasil dirancang. Hasil dosis radiasi yang telah diolah ditampilkan dalam display OLED 128×64 dan aplikasi ThingSpeak melalui jaringan Wi-Fi. Prototipe mampu menangkap radiasi dengan rata-rata dan standar deviasi 0,02±0,01, pada alat standar Fluke 481 yaitu 0,01±0,002 pada jarak 15cm, 0,01±0,01 dan 0,009±0,00 pada jarak 30cm dan 0,008±0,009 dan 0,009±0,00 pada jarak 45cm. Hasil uji beda menggunakan Mann Whitney test mendapat p-value 0,0015, >0,9999, dan 0,018. Perbaikan dimensi alat dan pemilihan jenis sensor dapat dilakukan meningkatkan kemampuan prototipe serta pengujian alat menggunakan sumber radioaktif berenergi besar atau menggunakan pesawat sinar-X untuk melihat kemampuan alat menangkap energi terendah dan tertinggi.

Examinations at radiology installations are increasing every year which causes an increased risk of radiation hazards for officers working in the radiation field. Radiation dose monitoring has been carried out for each officer using an analog dosimeter, but the tool used can only be read once every 3 months and has a fading effect or loss of dose during use. The length of time it takes to read the dose on the analog dosimeter device causes officers not to receive the readings on time. This study aims to create a digital dosimeter capable of displaying real-time results and having good storage based on internet of things (IoT). The research was conducted using the Geiger Muller M4011 sensor, a high voltage circuit of 350-400 Volt DC, a signal reader circuit and an ESP32 microcontroller. Testing the capability of the device is carried out by giving gamma radiation to the prototype and comparing the results with the standard Fluke 481. Data analysis looks at the average of each test and its standard deviation. The statistical test used the Graphpad Prism 9 application to present descriptive statistics and the different test used the Mann Whitney test. The results of the Geiger Muller M4011 sensor assembly connected to a 400 Volt high voltage circuit and the NodeMCU ESP32 DevKit V1 microcontroller were successfully designed. The processed dose results are displayed on a 128×64 OLED display and the ThingSpeak application via a Wi-Fi network. The prototype captured radiation with a mean and standard deviation of 0.02±0.01, on the standard Fluke 481 0.01±0.002 at 15cm distance, 0.01±0.01 and 0.009±0.00 at 30cm distance and 0.008±0.009 and 0.009±0.00 at a distance of 45cm. The different test results using the Mann Whitney test got p-values of 0.0015, >0.9999, and 0.018. Improvements to the dimensions of the tool and the selection of the type of sensor can be carried out to increase the ability of the prototype as well as testing the device using high-energy radioactive sources or using an X-ray machine to see the ability of the device to capture the lowest and highest energy."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Yasin Yunus Bin Imam Cholil
"Iradiasi gamma digunakan untuk mempelajari aberasi kromosom, mutasi tanaman, pemandulan serangga, fitosanitari, pasteurisasi, sterilisasi, atau modifikasi material dimana dosis serap radiasi harus tepat. Dosimeter rutin digunakan untuk mengukur dosis serap radiasi sehari-hari, sehingga menjadi bagian dari jaminan kualitas dan kontrol proses iradiasi pada fasilitas iradiasi. Sementara itu terdapat dosimeter label yang hanya mampu membedakan produk telah diiradiasi atau belum, digunakan untuk pencegahan tercampurnya produk. Telah dilakukan pengembangan stiker dosimeter label berbahan polivinil klorida (polyvinylchloride/ PVC) dan metil kuning (methyl yellow/ MY) menjadi film dosimeter rutin. Film PVC-MY dibuat dengan metode solvent-casting sederhana dengan konsentrasi 0,3; 0,6; 0,9; dan 1,2 mM, kemudian diiradiasi 0; 2,5; 5; 7,5; 10; 15; 20; dan 25 kGy untuk mengetahui kemampuannya sebagai dosimeter. Perubahan warna film PVC-MY dari kuning ke merah setelah iradiasi digunakan sebagai respon dosis. Perubahan warna tersebut dapat diukur dengan metode spektroskopi absorban pada 417 nm yang semakin menurun, 522 dan 547 nm semakin naik, serta metode kolorimetri skala kekuningan yang semakin memudar seiring bertambahnya dosis iradiasi. Kenaikan konsentrasi MY pada film PVC-MY akan menaikkan sensitivitas dosimeter, dan kenaikan ketebalan film akan menaikkan nilai absorban sampai batas saturasi. Selama lima minggu pengamatan, dosimeter film PVC-MY yang disimpan di tempat gelap cukup stabil sebelum digunakan. Dosimeter film PVC-MY setelah teriradiasi harus segera diukur sebelum 3 jam pada suhu ruang atau sebelum 24 jam jika disimpan di tempat dingin (4 oC), karena respon dosis memudar. Film PVC-MY hasil pengembangan ini berpotensi untuk digunakan sebagai dosimeter rutin pada fasilitas iradiasi.

Gamma irradiation is used for chromosomal aberrations study, plant mutations, insect sterilization, phytosanitary, pasteurization, sterilization, or material modification where the radiation absorbed dose must be precise. Routine dosimeters are used to measure daily radiation absorbed doses, so they become part of quality assurance and control of the irradiation process at irradiation facilities. Meanwhile, the label dosimeters only differentiate products that have been irradiated or not yet, this dosimeter is used to prevent product mixing. Label dosimeter stickers made from polyvinyl chloride (PVC) and methyl yellow (MY) have been developed into routine dosimeter films. PVC-MY film was synthesized using a simple solvent-casting method with a concentration of 0.3; 0.6; 0.9; and 1.2 mM, and then irradiated at 0; 2.5; 5; 7.5; 10; 15; 20; and 25 kGy to determine its ability as a dosimeter. The color change of the PVC-MY film from yellow to red after irradiation was used as a dose response. This color change can be measured using the absorbance spectroscopy method at 417 nm which decreases, 522 and 547 nm which increases, and the colorimetry method with yellowish scale which fades as well as the irradiation dose increases. An increase in MY concentration in the PVC-MY film will increase the sensitivity of the dosimeter, and an increase in film thickness will increase the absorbance value to the saturation limit. In five weeks of evaluations, the PVC-MY film dosimeter stored in the dark was stable before use. PVC-MY film dosimeters after irradiation must be measured immediately before 3 hours at room temperature or 24 hours if stored in a cool place (4 oC) because dose response was fading. The PVC-MY film resulting from this development has the potential to be used as a routine dosimeter in irradiation facilities."
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarah Nurmila
"Pemanfaatan radiasi pengion pada sektor medis seperti diagnostik dan terapi meningkat setiap tahunnya. Penggunaan radiasi pengion perlu dikalibrasi menggunakan dosimeter supaya pemberian dosis yang diterima pasien sudah akurat untuk meminimalisir risiko di kemudian hari. Dosimeter termoluminesensi (TLD) merupakan salah satu dosimeter untuk pengukuran radiasi dengan hasil yang presisi karena dapat menghasilkan distribusi dosis yang homogen. Salah satu jenis TLD yang banyak digunakan yaitu kalsium sulfat (CaSO4) karena memiliki sensitivitas tinggi terhadap radiasi. Penambahan pendadah Mg pada TLD LiF:Mg,Ti dilaporkan dapat meningkatkan sensitivitas TLD. Penelitian ini bertujuan mengetahui konsentrasi pendadah Mg paling optimal untuk CaSO4. Sintesis TLD dilakukan dengan metode ko-presipitasi dari bahan CaCl2.H2O, (NH4)2SO4, dan MgCl2. Konsentrasi pendadah Mg divariasikan dalam jumlah 0,05; 0,1; dan 0,15 mol%. Hasil akhir sintesis berupa pellet yang telah dikompaksi. Analisis uji komposisi dan morfologi sampel dilakukan dengan metode XRF, XRD, dan SEM. Hasil XRF menunjukkan kadar komposisi Mg pada tiap konsentrasi sampel, hasil XRD menunjukkan struktur kristal berbentuk ortorombik, dan hasil SEM menunjukkan morfologi ukuran sampel mengecil karena pemberian pendadah Mg. Hasil uji respons terhadap sinar-X menunjukkan TLD CaSO4:Mg 0,1 mol% memiliki sensitivitas terbaik terhadap radiasi sinar-X berenergi 70 kVp sehingga TLD CaSO4:Mg dapat dipertimbangkan dalam aplikasi medis berenergi radiasi rendah.

The utilization of ionizing radiation in the medical sector for diagnostics and therapy increases yearly. The use of ionizing radiation needs to be calibrated using dosimeters to ensure accurate dosage administration to patients to minimizing long-term risks. Thermoluminescence dosimeters (TLD) are widely used for precise radiation measurement due to its ability to provide a uniform dose distribution. Calcium sulfate (CaSO4) is one of TLD that widely used due to its high sensitivity to radiation. Mg dopant addition to LiF:Mg,Ti TLD has been reported to enhance its sensitivity. This research aims to determine the most optimal concentration of Mg dopant for CaSO4. The TLD synthesis involved co-precipitation method using CaCl2.H2O, (NH4)2SO4, and MgCl2 with the concentration of Mg dopant is varied at 0.05, 0.1, and 0.15 mol%, resulting in compacted pellets. Sample composition and morphology analysis are performed by XRF, XRD, and SEM methods. XRF showed the Mg composition for each sample concentration, XRD showed an orthorhombic crystal structure, and SEM demonstrated that the sample size decreases due to the addition of Mg dopant. X-ray response results indicated that CaSO4:Mg 0.1 mol% TLD has the best sensitivity to 70 kVp X-ray radiation, making it suitable for low-energy radiation medical applications."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Kusumaningrum
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
S29181
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Herry Irawan
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2005
T39796
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Titik Kartika
"Suatu penelitian telah dilakukan untuk menemukan hubungan antara presentasi hamburan dengan variasi sudut hambur dalam ruang fluoroskopi dan bagaimana hal tersebut berpengaruh terhadap hamburan yang diterima oleh organ personil fluoroskopi. Penelitian dilakukan dengan mengukur dosis hambur menggunakan keping TLD (Thermoluminescent Dosimeter) LiF yang ditempelkan pada pusat phantom yang diletakkan di tengah meja pemeriksaan fluoroskopi. TLD juga ditempatkan pada 7 (tujuh) lokasi di depan meja dengan sudut yang berbeda dengan menggunakan tali yang terpasang 50 cm dari phantom. Pengukuran ini dibandingkan dengan pengukuran hamburan yang diterima oleh organ personil fluoroskopi dengan menempelkan TLD pada dahi, leher, dada, pinggang, dan kaki personil saat mereka melakukan tindakan fluoroskopi terhadap pasien.
Hasil menunjukkan bahwa jumlah hamburan tergantung pada sudut hambur dan presentasi dosis hambur ke arah atas lebih besar dari pada yang ke arah bawah. Hal ini memberikan informasi bagi personil fluoroskopi bahwa dalam prosedur fluoroskopi dengan tabung di atas, bagian atas tubuh personil akan lebih banyak menerima dosis hambur sehingga mereka harus peduli terhadap pemakaian perisai radiasi pada organ vital bagian atas seperti mata dan tiroid. Personil juga harus mempertimbangkan posisi mereka sehingga paparan organ personil fluoroskopi dapat dijaga pada tingkat yang diharapkan.

A Study was conducted to investigate the relation of percentages scatter with variation scatter angle in fluoroscopy room and how it affect to the scatter received by fluoroscopist's organ. The scatter dose was measured by using LiF TLD (Thermoluminescent Dosimeter) chips located on the center of a phantom, which was placed on the center of a fluoroscopy table. TLDs were also put on 7 (seven) different locations in front of the table with different angles by using strings at a distance of 50 cm from the phantom. This measurement have been compared with measurement of the scatter received by attaching TLD to fluoroscopist's forehead, neck, thorax, waist, and foot while operating fluoroscopy equipment on patients.
The results showed that the amount of scatter depend on the angle scatter, and the percentages of scatter dose in the backward direction are higher than percentages of scatter dose in the forward direction. The results give information to fluoroscopists that the upside of their body will receive more scatter dose, so they must care about using shielding on their vital organ like eyes and tyroid. Fluoroscopists also must consider their position so that the fluoroscopist's organ exposure can be maintained at an acceptable level.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
T29084
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>