Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 17 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hakam Muzakki
"All metals have unique advantages and disadvantages in terms of their mechanical properties. Advantages such as flexibility are needed for construction and for the manufacture of sophisticated products. Some industries have improved the mechanical properties of metals by welding dissimilar ones together, such as aluminum alloy (AA) to stainless steel (SS) to reduce vehicle weights in order to improve fuel consumption. However, little research has been conducted on using micro resistance spot welding (mRSW) to join SS and Al by inserting a zinc (Zn) sheet between them as an interlayer. In this study, the mechanical properties of the weldment are tested using a shear test and Vickers micro hardness test. The results are compared using welding times of 6, 8 and 10 cycle times (CTs) and welding currents of 5 and 8 kA during the mRSW process. It is found that the SS, Zn and AA sheets could be joined with mRSW using an 8 kAA welding current and a 6 CT welding time. The micro hardness in the AA-Zn dissimilar joint increased relative to SS-Zn. Using a Zn sheet also improved displacement in the tensile shear test; however, it also increased the hardness of the diffusion zone."
Depok: Faculty of Engineering, Universitas Indonesia, 2018
UI-IJTECH 9:4 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Suhandi
"ABSTRAK
Baja :ahan kéffdf austenilik adalah material reknik yang banya/c digunakan dalam aplikasi modern dimana dibuluhkan sU`ar mekanis dan ketahanan Icorosi yang bailc Secara klzusus, baja fahan karat austenirik AISI 304 dan AISI 316 bargyak dig-unakan dalam sisrem penu/car panas (heal exchanged pada indusrri perminyalcan dan petrokimia yang dalam pengoperasiannya mengalami siklus pemanasan dan pendinginan yang konrinu. Pada bagian-bagian lerrenru duri .vixlem penukar panas sering dilakukan penyambungan antara kedua jenis baja rahan kara! rersebul dengan merode pengelasan. Sedangkan untuk aplikasi yang melibalkan prosex pengelasan dperlukan kualiras .sambungan yang baik_ yang memenuhi persyararan Ieknis Ierlcnlu, bail: dari segi kekuatan mekanis maupun lcerahanan korosinya. Prosedur serla kondisi pengelasan yang lcpa! sangal menenrukan kuaiitax Izasil Iusan, mulai dari .fcomposisi kimia Iogam induk_ pemifihan logam pengisi, kcccpulan penge/asan. hingga pemilihan /sua! arus pengefasan yang berkailan era! dungan jumlah nlusukan panux (hear fnpuU yang akan dihasifkan.
Pada penelftian ini dilakukan fH(£l()dC pc'ngr:la.vun GI/21W (Gas Tungsten Arc Welding) dengan menggurzakan begin :alum kara: AISI 3()-I dan .-1!.?§I 3/6 .vebagai Iogam indufc dan E 3 08 sebagai logam pengisf. Adapun gan: pelindmzg _vang diguna/ran adala/1 gas argon. Arus yang digunakan aclala/z arux berpnlurfrax lurns D( 'SP dcngan bexur arus 125 A dengan variabe! kecepalan pengc/axan I _ 3, 5 mm del.
Dari hasif /Jenelilian diperole/1 ba/:wa clcpaxil lux mcmiliki _/'Ulilftl/I FN f/~`¢:rrfrc Number) scbexar 2-3 dan raxia (frm, Ni", .vehexar L32 deugan nmdc perm?>r:kuun yang Ierjadi adalalz lipe AI-` (Amrerziric I-brrirq; _vang mcrniliki kunmrzgkmrm bu.\'ar fLfi'f]¢!¢fH[l?(l relak dan korosi pada daerah llaxil lasan. Herdaxarkan /ruxi! unalixu .vlruklur mikrn menunjukkan ada/:ya perbedaan Icandungan dan /Jemuk dar: dufra _/ara pada (.f(f[7ll.\'fI /as. Diclapaljuga Izuhungan dengan semakin besar maxukan panux _vang dipero/ul: dari kecepalan paling rendu/1 (I mm del), maka .vemakin harlvak dan kamr de!ru_/éru _rang dihasifkan. Hash' analisa dixrrihuxi ke/:craxan n|c'nmy`ukkau hagran deposit lux _vang paling ringgi, selelah [tu bagian HAZ kemudian baru base metal. Dapar (fi.\`f!1|[7Il/IKUII bahwa nilai lcekerasan xanga( dipengaruhi uleh ukuran bu!ir_ _fwea _vang terhemuk, kcberadaan kandungan fasa karbfda dan maxukan prmas yang diberikan.

"
2000
S41588
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fauzi Bahanan
"ABSTRAK
Pengelasan resisitansi titik dengan dua material berbeda telah banyak digunakan
pada struktur kendaraan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sifat mekanik
dari pengelasan dua material yang berbeda. Pada penelitian ini pengelasan
dilakukan antara baja karbon rendah SPCC dan aluminium paduan A5052 dengan
pengelasan resistansi titik dengan dua tipe penyambungan. Tipe pertama
menyambungkan dua tumpukan (SPCC/A5052) dan tipe kedua menyambungkan
tiga tumpukan (SPCC/A5052/SPCC). Pembahasan utama dalam penelitian ini
adalah menganalisa pengaruh arus pengelasan terhadap sifat mekanik sambungan
dari kedua tipe penyambungan tersebut. Parameter pengelasan yang digunakan
adalah waktu pengelasan 1 detik, tekanan elektroda 150 kgf, dan variasi arus 6kA,
8kA, 10kA, dan 12 kA. Karakterisasi yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi
pengujian tarik-geser, pengujian kekerasan mikrovickers, dan pengukuran lebar
manik las yang terbentuk. Berdasarkan penelitian ini didapatkan hasil bahwa pada
pengelasan dua tumpukan kekuatan tarik-geser tertinggi pada arus 6kA dan pada
pengelasan tiga lembaran kekuatan tarik-geser meningkat seiring peningkatan arus
pengelasan. Nilai kekerasan vickers tertinggi pada daerah lasan mencapai 249,2
HV. Nilai kekerasan meningkat dengan meningkatnya arus pengelasan di kedua
tipe sambungan.

ABSTRACT
Resistance spot welding with dissimilar workpiece have been widely used in the
structure of the vehicle. This study aims to determine the mechanical properties of
this joint. In this research, low carbon steel SPCC and aluminium alloy A5052 has
been welded using resistance spot welding with two kind of joint type. The first
type is joined two stack sheets (SPCC/A5052) and the second type is joined three
stack sheets (SPCC/A5052/SPCC). The main discussion in this research is to
analyse the influences of welding current to the mechanical properties of the both
of joint types. Welding parameters used are 1 second welding time, 150 kgf
electrode pressure, and current variations are 6kA, 8kA, 10kA, and 12kA. The
characterizations including tensile-shear testing, mikrovickers hardness testing,
and measurement of nugget width. It is found that the highest tensile-shear
strength of two stack sheets is on the welding current 6 kA and the tensile-shear
strength of three stack sheets increases with increasing welding current. The
highest vickers hardness value in the weld area reached 249,2 HV. Hardness
values increased with increasing welding current in both of joint types.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43848
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Togatorop, Juan Rhema Christopher
"Kemajuan teknologi mendorong berbagai industri untuk menggunakan sambungan material baja tahan karat asutenitik AISI 316L dan baja karbon feritik ASTM A36, yang dapat mengoptimalkan kinerja dan mengurangi biaya produksi. Namun, perbedaan material pada dissimilar welding ini pastinya akan memiliki kecenderungan terjadinya korosi galvanik berkaitan dengan potensial elektrokimia dan komposisi kimia yang berbeda. Salah satu metode penyambungan yang umum digunakan adalah pengelasan TIG yang memakai filler metal untuk menyambungkan kedua material. Pada penelitian ini menggunakan tiga jenis logam pengisi yang berbeda, yaitu ER308LSi, ER309L, dan ER316L. Variasi logam pengisi yang digunakan untuk penyambungan kedua material tersebut telah diteliti dan ditelaah hubungannya terhadap perilaku korosi. Untuk mendukung analisis dan pembahasan penelitian, dilakukan pengujian komposisi kimia, pengamatan mikrostruktur, dan pengujian Linear Polarization Resistance (LPR). Hasil penelitian menunjukkan bahwa logam pengisi ER309L memberikan kinerja korosi yang paling optimal dibandingkan dengan ER308LSi dan ER316L. Analisis hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa komposisi kimia, terutama unsur Cr dan Mo, serta fasa mikrostruktur yang terbentuk pada logam pengelasan berperan penting dalam menentukan perilaku korosi, khususnya pada hasil daerah pengelasan.

Technological advancements are driving various industries to use the joint materials of austenitic stainless steel AISI 316L and ferritic carbon steel ASTM A36 to optimize performance and reduce production costs. However, the material differences in dissimilar welding tend to induce galvanic corrosion due to differing electrochemical potentials and chemical compositions. One commonly used joining method is TIG welding, which employs filler metal to connect the two materials. This study utilized three different filler metals, ER308LSi, ER309L, and ER316L, to examine their effects on corrosion behaviour in the welded joint. Chemical composition testing, microstructure observation, and Linear Polarization Resistance (LPR) testing were conducted to support the analysis and discussion. The results indicated that the ER309L filler metal provided the most optimal corrosion performance compared to ER308LSi and ER316L. The study revealed that chemical composition, particularly the elements Cr and Mo, as well as the microstructural phases formed in the weld metal, play a crucial role in determining corrosion behaviour, especially in the weld area."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Choirun Cahyoabdi
"Torch brazing adalah salah satu metode brazing berdasarkan sumber panas. Metode ini dalam proses penyambungan logam tergolong liquid-solid state thermochemical dan pada umumnya digunakan dalam penyambungan pipa. Proses brazing ini memanaskan logam pengisi hingga mencapai titik leleh tanpa melampaui titik leleh logam dasar yang akan disambung. Logam pengisi akan memberikan sambungan yang kuat pada logam dasar setelah mengalami pendinginan. Pemberian tekanan dan panjang lap joint pada proses brazing akan berpengaruh pada kualitas sambungan.
Pada penelitian ini akan diketahui pengaruh tekanan dan panjang lap joint terhadap kekuatan sambungan pipa baja rendah karbon bundy dan tembaga C1100T. Konfigurasi yang paling optimal pada panjang lap joint akan diketahui dari hasil beban tarik. Beban tarik dan jarak antar sambungan adalah faktor yang mempengaruhi kekuatan dari sambungan brazing. Hasil penelitian menunjukkan tekanan memiliki pengaruh lebih besar daripada panjaang lap joint terhadap logam tak sejenis menggunakan torch brazing.

Torch brazing is one method of brazing based on the heat source. This method as the process of joining metals in classified as liquid-solid state thermochemical and generally used in the joining pipe. This process heats the brazing filler metal until it reaches the melting point without exceeding the melting point of the base metals to be joined. The filler metal will give strong joining to the base metal after cooling. Giving pressure and length of lap joint in the brazing process will affect the quality of the joining.
This research will investigate the effect of pressure and length of lap joint to joint strength of low carbon steel bundy tube and C1100T copper. The most optimal configuration between length of lap joint will be known from the result of shear load, which are the factors that affect joint strength of brazing. The result shows that the pressure have effect bigger than length of lap joint for dissimilar metal using torch brazing.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S59436
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pasaribu, Robert Parulian Hasudungan
"ABSTRAK
Tesis ini membahas perilaku korosi dari pengelasan dissimilar antara baja karbon ASTM A36 dan baja tahan karat SS316L dengan kawat las E309L menggunakan prosedur pengelasan SMAW dan GTAW untuk dibagian root. Plat baja tahan karat dan baja karbon dengan ketebalan 10 mm dan 15 mm dilas, dipotong, diberi perlakuan panas tempering, dilakukan pengamatan mikrostruktur dan kemudian diuji secara elektrokimia. Pengujian secara elektrokimia meliputi uji electro impedance spectra (EIS), Potentiodynamic Polarization, Cyclic Voltametry. Oleh karena inti las baja tahan karat biasanya lemah terhadap korosi terlokalisasi, maka uji celup korosi sumuran ASTM G48 metode A dilakukan demi pengujian menyeluruh perilaku korosi pada pengelasan dissimilar ini. Hasilnya menunjukkan bahwa proses tempering akan meningkatkan ketahanan korosi pengelasan dissimilar. Pengelasan dissimilar tebal plat 15 mm menunjukkan ketahanan korosi yang lebih lemah dibandingkan plat 10 mm, dimana setelah diamati jumlah weld pass yang lebih banyak pada plat 15 mm mempengaruhi struktur mikro dan ketahanan korosi dari pengelasan dissimilar.

ABSTRACT
The focus of this study was addressed to observe corrosion behavior at dissimilar metal welding between carbon steel ASTM A36 and stainless steel 316L with E309L as weld consumables using SMAW and GTAW procedure at root weld. Stainless steel and carbon steel plate of 10 mm and 15 mm thickness were welded, cut, heat treated (tempered), observed for microstructure and then tested electrochemically. Electrochemical testing included electro impedance spectra (EIS), Potentiodynamic Polarization, Cyclic Voltametry. The core welding of stainless steels are known vulnerable to localized corrosion, hence the pitting corrosion immersion test ASTM G48 method was done for a thorough observation of welding dissimilar corrosion behavior. The results showed that the tempering process improved corrosion resistance of dissimilar weld. It was observed that dissimilar welding of 15 mm thickness was more susceptible than plate 10 mm. It is related to the number of weld passes which affect the microstructure and corrosion resistance of the weld dissimilar.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
T45291
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hakam Muzakki
"Proses penyambungan logam dengan proses pengelasan merupakan proses penyambungan permanen yang masih sangat diperlukan dan terus dikembangkan pada proses manufaktur. Dengan memanfaatkan kelebihan sifat mekanik yang dimiliki masing-masing logam menjadikan latar belakang pengembangan pengelasan logam berbeda tipe dan jenis dissimilar welding , Resistance spot welding RSW salah satu teknologi pengelasan yang bisa dipakai untuk mengelas logam berbeda. Konsep efesiensi energi menjadi salah satu faktor yang dipertimbangkan dalam membuat konstruksi dengan konsep dimensi besar, mempunyai kekuatan yang dibutuhkan akan tetapi lebih ringan. Dengan demikian diperlukan pengembangan konstruksi ringan, konstruksi ringan sarang lebah honeycomb dari logam yang tipis dibuat dengan teknologi mikro RSW. Plat alumunium tebal 0,4 mm dapat disambung dengan sempurna menggunakan proses mikro RSW, parameter pengelasan yang paling optimal yaitu arus pengelasaan diatas 5 kV, waktu pengelasan 6 CT keatas, dan gaya elektrode lebih dari 343 N. Mikro RSW mampu menyambung plat baja tahan karat SS 301 ketebalan 0,2 mm dengan plat aluminium AA 1100 tebal 0,4 mm, akan tetapi sifat lebih rapuh. Mikro RSW mampu menyambung plat baja 0,2 mm, plat baja lapis seng 0,2 mm, dan plat alumunium 0,4 mm. Mikro RSW bisa dipergunakan untuk membuat konstruksi ringan dari plat-plat tipis, baja tebal 0,2 mm, baja lapis seng tebal 0,2 mm, dan aluminium tebal 0,4 mm. Konstruksi ini mampu menahan beban uji tarik lebih dari 5.000 N tanpa merusak sambungan lasan, konstruksi juga mampu menahan beban tekan mendekati 10.000 N, dengan 7 sambungan lasan robek, 9 sambungan retak.

Metal joining process with welding technology is a permanent join which is still needed and is still developed in manufacturing industries. Advantage of mechanical properties from each metal can be joined together to get a great joint. RSW is one of some weld technologies used to weld dissimilar metals. An efficiency energy concept in a product design is a design concept to get a lightening product so a lightweight construction one of solution to reduce energy consume. A honeycomb construction in this study is a lightweight construction developed form stainless steel 0.2 mm of thin, galvanized zinc 0.2 mm, and aluminum 0.4 mm. Welding parameter optimized with welding current more than 5 kV, welding time more than 6 CT, and electrode force more than 343 N. Micro RSW could join SS 301 thin 0.2 mm with AA 1100 0.4 mm, however brittle weld nugget. Micro RSW can be used to join aluminum, zinc galvanized steel, and stainless steel in a honeycomb construction. Honeycomb has mechanical performance when withstand tensile load more than 5.000 N, weld nugget in the honeycomb was not failure moreover based metal or AA 1100 was tear. Honeycomb was joined by Micro RSW could hold compression load more 10.000 N, 7 tear and 9 crack of weld nugget."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
D2459
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ibrahim Reza Shahab
"Friction Stir Welding (FSW) merupakan proses pengelasan yang memanfaatkan alat bundar perkakas (tool) yang berputar diatas dua plat material yang akan disambung dengan memanfaatkan gesekan dari tool. Proses pengelasan ini memang metode pengelasan baru dan belum banyak diaplikasikan di Indonesia. FSW sendiri memang terutama digunakan untuk Aluminium. Pada penelitian ini material yang digunakan adalah Aluminium Paduan AA1100 dan AA4015-H14. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh kecepatan putar tool terhadap sifat mekanis dan struktur mikro hasil pengelasan FSW. Dua plat material benda kerja digabungkan dengan rapat, lalu dilakukan variasi kecepatan putar tool sebesar 1250, 1560 dan 1780 rpm menggunakan pin taper cylindrical dengan kecepatan feedrate 20 mm/menit. Pengujian untuk mengetahui sifat mekanis dari hasil sampel lasan dilakukan dengan uji tarik serta uji kekerasan microvickers dan pengamatan struktur mikro dilakukan dengan menggunakan mikroskop optik dan SEM/EDS. Pada kecepatan putar tool 1250 RPM diperoleh kekuatan tarik 51 MPa dan 30 HVN pada daerah weld nugget. Nilai tersebut merupakan nilai terbesar dibandingkan dengan dua variabel lainnya pada kecepatan putar 1560 dan 1780 rpm. Hal ini menandakan bahwa sifat mekanis dari sampel dengan kecepatan putar tool 1250 rpm memiliki nilai mekanis yang paling tinggi. Sedangkan pada pengamatan struktur mikro terlihat bahwa semakin tinggi kecepatan putaran tool, maka masukan panas semakin besar sehingga area TMAZ dan HAZ yang dihasilkan juga akan semakin besar.

Friction Stir Welding (FSW) is a welding process that uses a round tool that rotates over two plates of material to be joined by the tool's friction. This welding process is a new welding method and has not been widely applied in Indonesia. FSW itself is mainly used for aluminum. In this study, the materials used were AA1100 and AA4015-H14. This study aimed to determine the effect of rotational tool speed on the welding results' mechanical properties and microstructure. Two plates of the workpiece material are tightly combined, then the tool rotating speed is varied by 1250, 1560, and 1780 rpm using a cylindrical taper pin with a feed rate speed of 20 mm/minute. Tensile tests, micro Vickers hardness tests, and microstructure observations using optical microscopy and SEM/EDS to determine the weld samples' mechanical properties were conducted. At the rotational speed of the tool 1250 RPM, the tensile strength of 51 MPa and 30 HVN was obtained for the weld nugget area's hard strength value. This value is the largest compared to the other two variables at rotating speeds of 1560 and 1780 rpm. The results indicate that the sample's mechanical properties with a rotating tool speed of 1250 rpm have the highest mechanical value. Meanwhile, the microstructure observation shows that the higher the tool's rotation speed, the greater the heat input so that the resulting TMAZ and HAZ areas will also be bigger."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"This book offers a systematic overview of polymer joining and highlights the experimental and numerical work currently being pursued to devise possible strategies to overcome the technical issues. It also covers the fundamentals of polymers, the corresponding joining processes and related technologies. A chapter on the extrapolation of finite element analysis (FEA) for forecasting the deformation and temperature distribution during polymer joining is also included. Given its breadth of coverage, the book will be of great interest to researchers, engineers and practitioners whose work involves polymers."
Singapore: Springer Nature, 2019
e20507578
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Arya Pradipta Wijayamurti
"Dissimilar metal adalah gabungan dari dua jenis logam berbeda yang dapat diperoleh dengan menggunakan proses pengelasan. Pada penelitian ini, pengelasan dilakukan dengan metode GTAW. Dalam proses pengelasan, panas yang diberikan pada logam menyebabkan distribusi suhu yang tidak seragam yang nantinya akan menyebabkan terjadinya tegangan sisa dan distorsi. Distribusi tegangan sisa hasil pengelasan dari SUS304 dan baja karbon SS400 mengalami perbedaan yang signifikan karena adanya perbedaan koefisien ekspansi termal dan konduktifitas termal antara kedua logam induk. Ada tiga buah pelat dengan ketebalan berbeda yang digunakan, yaitu 8 mm, 10 mm, dan 12 mm. Besarnya nilai tegangan sisa diukur menggunakan instrument difraksi neutron, dan besarnya nilai distorsi angular diukur menggunakan dial gauge. Dari hasil penelitian, didapatkan nilai distorsi angular sebesar 1,07o untuk pelat 8 mm, 2,14o untuk pelat 10 mm, dan 3,21o untuk pelat 12 mm. Nilai tegangan sisa untuk pelat 12 mm yaitu -15,650 MPa pada arah transversal, -2,716 MPa pada arah normal, dan -16,462 MPa pada arah axial, dan besar tegangan sisa untuk pelat 10 mm, dan 8 mm berturut - turut sebagai berikut, -46,146 MPa dan -63,658 MPa untuk arah transversal, -94,302 MPa dan -99,718 MPa untuk arah normal, dan -28,162 MPa dan -99,118 MPa untuk arah axial.

Dissimilar metal is a combination of two different types of metals that can be obtained by using welding process. This research uses Gas Tungsten Arc Welding method. Heat input in the process of welding on the metal causes non-uniform temperature distribution that would lead to the occurrence of residual stress and distortion. Distribution of welding residual stress of SUS304 and SS400 carbon steel having a significant difference due to different coefficients of thermal expansion and thermal conductivity between the base metal. There are three plates with different thicknesses are used, namely 8 mm, 10 mm and 12 mm. From the results of the research, obtained the value of the angular distortion of 1.07° to plate 8 mm, 2.14° for plate 10 mm, and 3.21° for 12 mm plate. Residual stress values for plates of 12 mm is -15.650 Mpa in the transverse direction, -2.716Mpa in the normal direction, and -16.462 Mpa in the axial direction, and the value of residual stress for 10 mm, and 8 mm plates respectively as follows, -46.146 Mpa and -63.658 Mpa for the transverse direction, and -94.302 Mpa and -99.718 Mpa for the normal direction, and -28.162 MPa and -99.118Mpa for the axial direction."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S1751
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>