Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 64 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Farida
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
S32652
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Niosom adalah sistem pembawa obat vesikular yang terbentuk secara spontan dari surfaktan non-ionik sintetik. Sistem ini telah diteliti untuk menjerap berbagai tipe obat, hidrofilik, hidrofobik, maupun ampifilik. Dalam penelitian ini penulis menggunakan kolesterol, span 60, dan disetil fosfat (DCP) dengan perbandingan molar 47,5 : 47,5 : 5 untuk membentuk vesikel, maltodekstrin dari pati singkong (Manihot utilissima) yang digunakan sebagai carrier, dan ketoprofen sebagai obat model lipofilik. Maltodekstrin digunakan untuk mengganti sorbitol yang lebih umum digunakan sebagai carrier dalam formulasi konvensional. Dalam penelitian ini diteliti pengaruh nilai DE maltodekstrin terhadap laju disolusi obat lipofilik dari sediaan niosom, nilai DE yang digunakan adalah DE 1 – 5 dan DE 10 – 15. Hasil penelitian menunjukan walaupun laju disolusi ketoprofen dalam formula niosom maltodekstrin DE 10 – 15 lebih besar daripada sediaan niosom dari maltodekstrin DE 1 – 5, perbedaan diantara keduanya tidak signifikan, hal ini karena maltodekstrin dalam formulasi tidak mengalami kontak langsung dengan obat model. Obat lipofilik dalam sediaan niosom terjerap diantara lapisan lipid bilayer."
Universitas Indonesia, 2006
S32518
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Nur Masitoh
"Pada penelitian mi, diamati pengaruh penambahan beberapa pengisi dan lubrikan terhadap profil disolusi kapsul Kioramfenikol. Pengisi yang dipakai adalah
Laktosa, Amilum, Avicel dan Prymojel. Lubrikannya adalah Asam Stearat dan Magnesium Stearat. Metode
disolusi yang digunakan adalah metode basket, dengan putaran 100 rpm, suhu37 0 C, media disolusiHC1 0,1 N dan volume media 900 ml.
Penambahn pengisi Laktosa pada kosentrasi yang diamati akan meningkatkan laju disolusi. Keadaan sebaliknya terjadi pada pengisi Amilum. Pengisi Avicel dan
Prymojel R pada konsentrasi. yang diamati akan meningkatkan laju disolusi. Karena mempunyai sifat sebagai desintegran dan pe nsuspensi.kesu]itan penetrasi
media icedalam sediaan dapat diatasi oleh kedua sifat pengisi tersebut.
Penggunaan, lubrikan Magnesium Stearat tanpa pengisi, pada konsentrasi yang diamati akan menururikan laju d1soluj. Karena sediaan membentuk gumpalan.
Sehingga sebagi.n zat aktif terperangkap dalam gumpalan dan tidak terdisolu g j. Hal tersebut tidakterjadj pada
penggunaan asam stearat."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1992
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Isna Inawati Asih
"ABSTRAK
Gliklazid (GL) merupakan obat hipoglikemia oral golongan sulfonilurea generasi kedua yang digunakan untuk perawatan diabetes mellitus tidak tergantung insulin. Permasalahan utama dalam formulasi gliklazid adalah sifat kelarutannya yang sangat rendah dalam air sehingga membatasi absorpsinya. Penelitian ini dimaksudkan untuk meningkatkan laju disolusi gliklazid dengan membentuk kompleks inklusi dengan beta siklodekstrin. Pembuatan kompleks inklusi dilakukan dengan metode kneading dan spray drying. FTIR, XRD, dan DSC digunakan untuk mengkarakterisasi kompleks inklusi gliklazid-beta siklodekstrin. Laju disolusi gliklazid dan kompleks inklusi diuji dalam medium HCl dan dapar fosfat. Hasil analisis kompleks dengan FTIR, XRD, dan DSC menunjukkan terjadinya penurunan derajat kristalinitas dan terbentuknya kompleks inklusi. Pembentukan kompleks inklusi metode kneading dapat meningkatkan laju disolusi dari serbuk sebesar 7,5 kali dan dari tablet sebesar 4,3 kali.

ABSTRACT
Gliclazide (GL) is a second-generation sulphonylurea of hypoglicemia drug which is used for nor insulin independent diabetes mellitus treatment. Primary problem in gliclazide formulation is its low solubility in water that limits its absorption. This study is intended to enhance the dissolution rate of gliclazide by forming inclusion complexes with beta cyclodextrin. Inclusion complexes were made by kneading and spray drying method. FTIR, XRD, and DSC were used to characterize inclusion complexes of gliclazide-beta cyclodextrin. Dissolution rate of gliclazide and inclusion complexes were examined in HCl and buffer phosphate pH 6,8. Analysis result of complexes with FTIR, XRD, and DSC showed reduction degree of cristallinity and formation of inclusion complexes. Formation of inclusion complexes kneading method could increase dissolution rate from powder's form about 7,5 times and from tablet dosage form about 4,3 times. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S358
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Arafah
"ABSTRAK
Ketoprofen merupakan obat yang termasuk ke dalam Biopharmaceutical
Classification System kelas dua dengan kelarutan yang rendah dan permeabilitas
yang tinggi, sehingga disolusi menjadi lambat yang akan mempengaruhi absorpsi
obat. Penelitian ini dimaksudkan untuk meningkatkan laju disolusi ketoprofen dengan
formulasi tablet melalui pembentukan dispersi padat menggunakan polivinil pirolidon
(PVP) dan Polietilenglikol (PEG).
Dispersi padat dibuat dengan perbandingan 1:1. Peningkatan laju disolusi pada
masing-masing hasil dispersi padat ketoprofen- PVP 1:1 sebesar 1,287 kali,
ketoprofen-PEG 1:1 sebesar 1,089 kali dari ketoprofen standar. Formulasi tablet
dengan dispersi padat dapat meningkatkan laju disolusi sebesar 1,478 kali pada
ketoprofen-PVP dan 1,551 kali pada ketoprofen-PEG.

ABSTRACT
Ketoprofen is a drug classified into Biopharmaceutical Classification System class
two with low solubility and high permeability. For such reason dissolution become
lower which affected drugs absorbtion. This research aims to increase dissolution rate
of ketoprofen through solid dispertion using polivinil pirolidon (PVP) and
Polietilenglikol (PEG), formulation solid dispertion applied tablet production
subsequently.
Solid dispertion was made with (1:1) comparison. Dissolution rate enchanchment
each solid dispertion ketoprofen-PVP result (1:1) increase 1,287 times, and
ketoprofen-PEG result (1:1) increase 1,089 times from standart ketoprofen. Tablet
formulation with solid dispertion can increase dissolution rate 1,487 times in
ketoprofen-PVP and 1,551 times in ketoprofen-PEG."
2016
S65105
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asher Reyhan
"ABSTRACT
Seiring dengan tingginya produksi nanas di indonesia, jumlah limbah nanas yang dihasilkan juga semakin tinggi, salah satunya adalah bonggol nanas dengan enzim proteolitik yang disebut `bromelain` dalam jumlah besar. Bromelain memiliki banyak manfaat, terutama karena kemanjurannya dalam berbagai pengobatan penyakit, seperti agregasi trombosit, peradangan yang terkait dengan infeksi, sinusitis, osteoarthritis dan kanker. Namun, untuk penggunaan oral, bromelain dapat terdegradasi oleh adanya protease dan kondisi pH asam di lambung, sehingga bromelain akan kehilangan aktivitasnya (terdenaturasi). Dalam penelitian ini, bromelain yang diisolasi dan dimurnikan dari bonggol nanas kemudian disalut dalam mikrokapsul alginat-kitosan sebagai media distribusi obat sehingga bromelain dapat mencapai usus tanpa terdenaturasi di lambung. Pemurnian menggunakan 20%-50% amonium sulfat menghasilkan bromelain dengan aktivitas spesifik 5,44 U/mg dan kemurnian 2,80 kali dibandingkan dengan enzim kasar. Enzim yang dimurnikan kemudian didialisis dan menghasilkan 8,27 U/ mg dengan tingkat kemurnian 4,30 kali. Uji disolusi bromelain yang disalut dalam mikrokapsul alginat menghasilkan efisiensi 76,99% yang dilarutkan pada pH 1,2 sebanyak 13,53% dan pada pH 7,4 sebesar 80,09%, sedangkan pada mikrokapsul alginat yang dilapisi kitosan, efisiensi diperoleh sebesar 86,40% dengan hasil disolusi pada pH 1,2 dan 7,4 masing-masing adalah 8,59% dan 77,35%.

ABSTRACT
Along with the large number of pineapple products in indonesia, the amount of pineapple waste produced is also high, one of which is pineapple cores with large amount of proteolytic enzyme called `bromelain`. Bromelain has many benefits, particularly because of its efficacy in various treatments of diseases, such as platelet agregation, inflammation associated with infections, sinusitis, osteoarthritis and cancer. However, for oral use, bromelain may be degraded by the presence of proteases and the condition of acidic pH in the stomach, so that bromelain will lose its activity. In this study, the isolated and purified bromelain from pineapple cores was subsequently encapsulated in alginate-chitosan microcapsules as drug delivery medium so that bromelain could reach the intestine without degradation in the stomach. The purification using 20%-50% ammonium sulfate obtained bromelain with specific activity of 5.44 U/mg and purity of 2.80 times. The purified enzyme was subsequently  dialyzed and yielded of 8.27 U/mg with the purity level of 4.30 times. The dissolution test of bromelain encapsulated in alginate microcapsules resulted in efficiency of 76.99% which  dissoluted at pH 1.2 as much as 13.53% and at pH 7.4 of 80.09%, while in chitosan-coated alginate microcapsules, efficiency was obtained for 86.40% with dissolution result at pH 1.2 and 7.4 were 8.59% and 77.35% respectively."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Glibenklamid merupakan obat diabetes mellitus tipe 2 golongan sulfonilurea yang praktis tidak larut dalam air. Obat-obat yang mempunyai kelarutan kecil dalam air seringkali menunjukan ketersediaan hayati yang rendah dan kecepatan disolusi merupakan tahap penentu pada absorpsi obat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan profil disolusi lima merek dagang tablet glibenklamid 5 mg yang diproduksi oleh PMA dan PMDN dengan menggunakan parameter faktor perbedaan (f1) dan faktor persamaan (f2). Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah glibenklamid yang terdisolusi setelah 2 jam dari tablet A 85,68%, tablet B 28,7%, tablet C 160,85%, tablet D 92,37% dan tablet pembanding 116,93%. Hasil perhitungan nilai f1 dan f2 menunjukkan bahwa profil disolusi tablet A, B, C, D berbeda dengan profil disolusi tablet pembanding, sedangkan profil disolusi tablet A kemiripan dengan profil disolusi tablet D."
Universitas Indonesia, 2006
S32389
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yetti Farichati
"Masaiah disolusi. zat. aktif obat dalam sediaan: padat
oral banyak mendapat perhatian mengingat bahwa laju disolusi
obat memegang peranan yang penting daiwa merainaikan
" bi6avajlabjljtas dan bioekivalensi " obat secara in vitro.
Banyak metoda yang telah dilakukan dalam usaha menin
katkan laju disolusi dan obat, khususnya yang mernpunyai k
larutan yang rendah dalam air atau cairan lambung...
Dari sekian banyak metoda-metoda, kami memilih untuk me
mat pengaruh polisorbat. 80, dioktil sodium sulfo suksinat
dan glismn terhadap laju disolusi piroksikam dan kioramfe -
nikol..
Metoda yang kami lakukan dalam penelitian mi adaiah
metoda kristalisasi, metodapenambahan langsung dan metoda
granulasi basah. Adapun uji laju disolusi dilakukan dengan
metoda It basket ' pada kecepatan rotasi 100 rpm, sebagai m
dia disolusi digunakan HC1 0,1 N, pada temperatur 37°C
0,5°C. Sampel diambil pada menit ke 5, 10 1, 15, 20 9, 25, 30,
£4.5 dan 60 setelah percobaari dimulaTL. Jumlah obat yang me -
larut dalam media disolusi ditentukan dengan spektrofoto
meter u.v. pada panjang gelombang maksimumnya, dimana untuk
piroksikam pada A 334 nm, dan kloramfenikol pada A 278
mm diban.dingkan terhadap larutan standar pembanding.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh adanya..
polisorbat 80 pada piroksikam balk dengan metoda kristalisasi
dengan kadar 2,5 % atau metoda granulasi basah dan
pencampuran langsung dengan kadar 2,0 % meningkatkan laju
disolusinya, demikian pula metoda granulasi basah .glisin
kadar 2,,0 %.
Metoda kristalisasi kioramfenikol dalam larutan polisorbat
80 2 9 5 % maupun polisorbat 80, diokthl sodium sulfo suksi-
'nat dan glisin dengan kadar 17,5 % baik dengan metoda pencampuran
langsung maupun metoda granulasi basah tidak meningkatkan
laju disolusi kioramfenikol.

The problems in drug dissolution of solid, oral dosage
forms draw a. lot.. att.jxtion. because drug dissolution rate
plays important role in.predicting H bioavailabilty and
bioequivalent it of drug in vitro.
Many methods have been done to increase the drug
dissolution rate, especially for those which have slight
solubility in water or gastric liquid Amoung those me
thods, we chose to observe the effect of the addition of
polysorbate 80, dioctyl sodium sulfo succinate and glycine
in the increating the dissolution rate of piroxicam and
chioramphenicol.
The methods carried out in the experiment were crystallization
method, direct mixing method and wet granula -
tion method. Observation of the dissolution rate were done
using the U basket's method 11 on the rotation rate of 100
rpm, withHC1 0,1 N as medium at temperature of 370 LOV5°C
The sample were taken. on 5 th , 10tb , 15th , 20tb
1
25th
30th , kSth , and 60th minutes after the experiment had been
started The amount of drug that disolved in the dissolu -
tion medium were determined by using ultra violetspectrophotometer
at their maximum wave lenght, that is at 1 334
nm for piroxicam, and 278 nm for chioramphenicol by cog paring to the standard solution the original drug which
concentration had already been known.
The experiment showed that the addition of 2,5 %
solution of polysorbate 80 in the crystallization method
of piroxicam or 2,0 % concentration in wet granulation m
thod and direct mixing method could increase their dissolution
rate, and also the addition of glycine 2,0 % and
gave the same effect in wet granulation method.
While in chloram.phenicol the existence of surfactants
polysorbate 80 2,5 %, polysorbate 80, dioctyl sodium sulfa
succinate and glycine 17,5 % couldn't increase the disso -
lution rate in all three methods mentioned above
"
Depok: Universitas Indonesia, 1986
S31691
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rimania Dwi Haryani
"Beberapa jenis obat memiliki sifat sukar larut dalam air sehingga perlu ditingkatkan kelarutannya menggunakan sistem pembawa obat. Pada penelitian ini digunakan miselbiosurfaktan sebagai pembawa obat carvedilol, obat yang memiliki kelarutan 0.0044 mg/mL dalam air. Biosurfakan saponin didapatkan dari ekstrak daun mengkudu Morinda citrifolia L. yang mudah didapat di Indonesia. Saponin dalam fraksi air diidentifikasi dengan uji fitokimia dan dikarakterisasi dengan FTIR, spektrofotometer UV-Vis, dan mikroskop optik. Nilai CMC saponin didapatkan 500 ppm dalam air, 300 ppm dalam media pH 1.2, dan 600 ppm dalam media pH 7.4. Nilai solubilisasi carvedilol dalam misel dilakukan dengan spektrofotometer UV-Vis. Solubilisasi optimum didapatkan pada konsentrasi saponin 1000 ppm, konsentrasi carvedilol 300 ppm, dan waktu kontak 5 jam. Dalam media pH 7.4, carvedilol dapat terdisolusi lebih baik dibandingkan dalam media pH 1.2 dalam waktu 1 jam.

Some of medicines have the characteristic of insoluble in water so they require a drug carrier system to enhance its solubilization. This research uses a micelle drug carrier system to carry carvedilol, which is a drug with 0.0044 mg mL of water solubility. Bio surfactant saponin got from the extract of noni Morinda citrifolia L. leaves that easily get in Indonesia. The saponin is extracted from the water fraction that has been identified byfito chemical test and has been characterized using FTIR, spectrophotometer UV VIS, and through optical microscope. The CMC value is 500 ppm in water, 300 ppm in pH 1.2, and 600 ppm in pH 7.4. The measurement of micelles rsquo s optimum solubilization for carvedilol is measured by UV Vis spectrofotometry. Result shows that the maximum solubilization of carvedilol in the maximum saponin concentration of 1000 ppm is 300 ppm, and the time required of making contact is 5 hours. The disolution percentage of carvedilol better in pH 7.4 than in pH 1.2 within 1 hour.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S66830
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tasya Kamilia Zahrah
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menyalut bromelain dari bonggol nanas hasil pemurnian ke dalam mikrosfer kitosan terikat silang glutaraldehid agar masih memiliki aktivitas ketika mencapai usus. Enzim kasar dimurnikan pertama kali menggunakan metode presipitasi ammonium sulfat, diikuti dengan dialisis. Pemurnian enzim kasar dengan metode faksinasi ammonium sulfat dan proses dialisis dapat meningkatkan kemurnian enzim. Aktivitas tertinggi bromelain dari fraksinasi ammonium sulfat diperoleh sebesar 18,78 U/mg dengan tingkat kemurnian 9.45 kali lipat dibandingkan dengan enzim kasar. Sementara itu, fraksi bromelain dari dialisis memiliki aktivitas spesifik 294,44 U/mg dengan tingkat kemurnian 15,68 kali dibandingkat dengan ekstrak kasar. Bromelain murni dilapisi dengan kitosan termodifikasi menggunakan metode post loading, kemudian dievaluasi dalam cairan lambung pH 1,2 dan lingkungan usus pH 7,4 artifisial. Mikrosfer yang disintesis memiliki derajat ikat silang 94,53 dan rasio swelling 53,60 untuk penentuan sifat fisik. Enkapsulasi bromelain hasil pemurnian dengan metode post loading ke dalam mikrosfer terikat silang glutaraldehid 2.5 menghasilkan efisiensi sebesar 87,14 . Hasil uji disolusi menggunakan disolusi metode keranjang menunjukan tingkat pelepasan bromelain di lingkungan cairan lambung artifisial adalah 9,35 selama dua jam dan pada lingkungan usus artifisial adalah 79,92 selama delapan jam. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa mikrosfer kitosan cukup baik sebagai penyalut bromelain untuk sediaan lepas lambat.

ABSTRACT
The aim of this study is to coat bromelain from extract pineapple rsquo s core into chitosan microsphere crosslinked by glutaraldehyde to maintain its activity until it reaches the intestines. The crude enzyme was first purified by ammonium sulfate precipitation method, followed by the dialysis. Purification of crude enzymes by the ammonium sulfate fractionation method and the dialysis process can increase the purity of bromelain. The highest specific activity of bromelain from the ammonium sulfate fraction was obtained at 18.78 U mg with a purity level of 9.45 fold compared to the crude enzyme. Meanwhile, the bromelain fraction of the dialysis has a specific activity of 294.44 U mg with a purity level of 15.68 fold compared to crude extract. The purified bromelain was coated with modified chitosan using the post loading method, then evaluated in gastric fluid pH 1.2 and intestinal environment pH 7.4 artificialy. Synthesized microspheres has crosslinking degree of 94.53 and swelling ratio of 53.60 for determination of physical properties. Coating bromelain using the post loading method in a 2.50 glutaraldehyde crosslinked microsphere showed an efficiency of 87.14 . The dissolution test results using basket method of dissolution showed the release rate of bromelain in artificial gastric fluid is 9,35 for two hours and in artificial intestinal environment is 79,92 for eight hours. The results of this study indicate that chitosan coated microspheres are good enough as bromelain coatings for slow release matrices."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7   >>