Ditemukan 1 dokumen yang sesuai dengan query
Kezia Sola Gratia
"Penelitian ini mengeksplorasi bagaimana aktivis terkait pemerkosaan massal Mei 98 menciptakan ruang untuk bersuara di media digital. Penelitian ini berargumen bahwa media digital dapat menjadi sebuah heterotopia yang mengacu pada ruang lain yang sempurna dan teorganisir karena regular space atau ruang regular dianggap kacau dan tidak dikelola dengan baik. Dengan meminjam konsep suara atau voice, penelitian ini juga beragumen bahwa media digital yang berperan sebagai heterotopia dapat menyediakan ruang untuk bersuara (voice) baik sebagai proses maupun value bagi narasi pemerkosaan massal Mei ’98. Dengan menggunakan paradigma kritis dan metode analisis naratif, penelitian ini menyimpulkan bahwa para aktivis memanfaatkan media digital sebagai ruang perlawanan untuk menyuarakan narasi Pemerkosaan Massal Mei '98. Mereka menavigasi dan menciptakan ruang digital yang dapat diakses oleh masyarakat luas dengan tujuan membentuk ingatan kolektif terhadap peristiwa tersebut, yang mungkin akan disangkal di masa mendatang. Penelitian ini juga menemukan bahwa aktivis memilih ruang digital yang memberikan perlindungan mengingat adanya ketimpangan kuasa yang besar di dalam peristiwa pemerkosaan massal Mei ’98 yang dibungkam ini.
This study investigates how activists involved in the May 1998 mass rape created space to speak out on digital media. This study argues that digital media can be a heterotopia, which refers to another flawless and structured area, whereas ordinary space is regarded as chaotic and poorly managed. By using the concept of voice, this study argues that Digital Media, which functions as a heterotopia, can provide a space for voice, both as a process and as a value in the story of the May 1998 mass rape. Using a critical paradigm and a narrative analysis method, led this study to the conclusion that activists used digital media as a place of resistance to speak out the May '98 Mass Rape by navigating existing digital spaces and making them accessible to the larger community to create collective memories due to the possibility of this event to be denied for an unknown period. This study also discovered that activists picked digital places that provided assurance due to the presence of significant power imbalance in the silent narration of mass rape in Indonesia’s May 1998 riots."
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library