Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 23 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Horkheimer, Max
Yogyakarta : IRCiSoD, 2002
193 HOR dt
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Wasito Poespoprodjo
Bandung: Remadja Karya, 1987
160 WAS l
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Lusiana Idawati
"ABSTRAK
Disertasi ini bertujuan untuk mempelajari kelindan antara kaidah proporsi matematis, seni, dan takhingga melalui telaah irisan kencana (golden section) dalam dialektika seni. Berawal dari argumentasi ontologis seni, ditemukan bahwa keindahan seni terletak pada ketepatan hubungan-hubungan proporsional antara gagasan dan bentuk. Melalui telaah dialektis irisan kencana dalam langgam-langgam seni pada estetika Hegel ? seni simbolik, seni klasik, dan seni romantik ? dibuktikan bahwa irisan kencana adalah wujud universal konkret hubungan-hubungan proporsional antara gagasan dan bentuk sebagai keseluruhan dan bagian. Perkembangan irisan kencana dalam dialektika seni merupakan wujud dialektika kesadaran dalam memahami takhingga dalam seni. Ketika kesadaran mampu mewujudkan kesatuan antara isi rohani seni dan rupa artistiknya dengan hubungan-hubungan proporsional layaknya, ketika itulah ananta ? sebagai takhingga sejati ? dalam seni terwujud.

ABSTRACT
This dissertation studies the connection among mathematical systems of proportion, art, and the infinite through the study of the golden section in the dialectics of art. Started with an ontological perspective of art, it is found that the beauty of art lies in the precision of the proportional relationships between its idea and form. Through the dialectical study of the golden section in Hegel?s types of art ? symbolic art, classical art, and romantic art ? it is proven that the golden section is a concret universal manifestation of the proportional relationships between idea and form as the whole and the part. The development of the golden section concept in the dialectics of art also reveals the dialectics of consciousness in its effort to grasp the infinite in art. When consciousness is finally able to manifest the unity of the idea and its artistic shape in its proper proportional relationships, the true infinite in art becomes concrete."
Depok: 2011
D1291
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Lukacs, Georg
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012
335.410 8 LUK ht
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Siahaan, Jannus T. H.
"Buku ini adalah salah satu bagian dari perjalanan intelektual penulis dikaitkan dengan berbagai dinamika sosial politik yang terjadi di Indonesia. Pengurutan topik dari Demokrasi, Nasionalisme dan Pancasila bukanlah manifestasi penguatan terhadap salah satu topik."
D.I.Yogyakarta: Madani Kreatif Publisher, 2024
321.8 SIA p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Redjeki Saptoro
"Masalah pokok yang diutarakan dalam skripsi ini adalah Filsafat Kebersamaan Gabriel Marcel (G.Marcel's Philosophy of Communion). Nenurut Marcel manusia itu berorientasi pada kebersamaan ontologis (ontological communion). Manusia akan merasa tidak lengkap atau utuh dan mengalami frustrasi bila disendirikan atau mengurung diri lepas dari keberbarengan dengan sesamanya. Ini adalah teristimewa nyata bagi manusia yang sadar diri, yang dalam dirinya terkandung tuntutan-tuntutan ontologis akan pemenuhan, akan transendensi, akan keutuhan bersama. Namun manusia itu juga bebas dan karenanya bisa saja me_milih menutup diri terhadap dorongan-dorongan dan harapan-harapan akan partisipasi intersubyektif dengan alam semesta, dengan sesamanya dan dengan Tuhan. Menurutnya berada itu berpartisipasi dalam keberadaan, atau Ada selalu berarti ada bersama (Ease est co-ease). Jadi pilihan yang dihadapi manusia adalah terpisah mengurung diri atau melibatkan diri, bercampur bersama dengan lainnya. Karena diri dan dengan siapa diri itu berpartisipasi tidak bisa dipisahkan, maka berarti manusia itu secara organik dengan alam dan begitu pula alam itu secara organik dengan manusia. Dengan perkataan lain partisipasi adalah dasar bagi pengalaman eksistensi manusia. Kebersamaan (communion) merupakan kenyataan yang dinamis, dimana person-person dalam seluruh kehidupan konkritnya saling memberikan, saling mengisi, saling ada di dalam yang lain, sehingga bersama mewujudkan realitas baru yang merupakan partisipasi dalam suatu kenyataan yang lebih tinggi; aku dan kau menjadi suatu kcsatuan baru yang tidak bisa terpisah menjadi dua bagian. Kebersamaan (communion) adalah kehadiran (presence) yang tercapai sepenuhnya. Hanya karena manusia tetap terbuka bagi yang lain dan secara aktif tetap hadir baginya, kebersamaan (communion) bisa menjadi kenyataan. Dalam hal kebersamaan (communion) Marcel menjelaskan, bahwa penghalang utama bagi terpenuhinya kebersamaan adalah kecenderungan untuk mengobyektivikasi, karena tindakan ini mengandung kekuatan yang memecah-mecah. Untuk mendalami ini diperlukan pengertian perbedaan antara problem dan misteri. Menurut Marcel problem itu dijumpai pada pertanyaan mengenai obyek yang eksterior bagiku dan tidak memperdulikan saya. Sedangkan misteri menyangkut perjumpaan dengan realitas yang mencakup subyek yang sedang mencari atau mempertanyakan. Kebersamaan bisa tercapai karena orang monghormati misteri. Filsafat Marcel adalah terbuka_ artinya seraya filsafatnya mengarah ke kematangan dalam komunitas lewat kebersamaan asli. Filsafatnya itu mengharap mendapat kesempurnaan lebih lanjut dari dialektika cinta kasih dari atas yang mengalir dari Yang Absolut ke dalam manusia dan lingkungan manusia. Sesuai dengan sifatnya yang religius ia selalu berhasrat menolong masyarakat dari atomisasi dan kolektivitas."
Depok: Universitas Indonesia, 1987
S16135
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
YU, Peter Kien-hong
"The ancient Chinese scholars are fond of applying the Yin and Yang diagram to correlate almost everything. This book continues that tradition and uses the model to study other non-?dialectical? theories and models. The major finding qua contribution in this publication is to point out that the four diagrams are equivalent to the BaGua or BaGuaTu (BG), a set of eight ancient China symbolic notations/gossip. Another finding is that dialectical/crab and frog motion remark is just the opposite of a non-dialectical/crab and frog motion (usually deductive, linear, or cause and effect) remark, or, at best, they must meet half-way.
The two major tasks of this book are to, first, apply the author's one-dot theory, which is shored up by the crab and frog motion model, to convert other theories and models as well as studies and, second, apply his theory and model to reinvent some well-known western-derived theories and models and studies, such as game theory. "
New York: Springer, 2012
e20400463
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
"Tan berpandangan bahwa kesulitan bangsa Indonesoa untuk menjadi sebuah negara yang besar adalah cara berpikir kebanyakan orang Indonesia yang dilandaskan pada logika mistika, yakni keyakinan bahwa dibalik dunia nyata ini masih ada dunia roh yang sangat mempengaruhi kehidupan manusia Indonesia Tan prihatin terhadap kondisi tersebut Karena itu,untuk membebaskan masyarakat Indonesia dari kungkungan logika mistika itu. Tan Malaka menyampaikangagasannya mengenai Madilog. Setelah 69 tahun merdeka, dalam masyarakat Indonesia saat ini masih dapat ditemukan peristiwa konkret yang menunjukkan gejala cara berpikir logika mistika. Kritik Tan Malaka pada zamannya masih relevan untuk dibaca lagi."
DRI 36:1 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Susinety Prakoso
"Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap fenomena kehadiran kelekatan anak pada tempat; mengungkap proses terbentuknya kehadiran kelekatan anak pada tempat; dan mengungkap kondisi spasial yang perlu dipenuhi agar keberlangsungan kelekatan anak pada tempat dapat berhasil. Meminjam dari pendekatan eksistensial fenomenologi, penelitian ini memandang tempat dalam place attachment sebagai konsep non-material both/and atau here/now: suatu konsep yang memahami anak dan tempat sebagai keutuhan pengalaman kehadiran manusia di dunia. Melalui grounded theory, penelitian ini menemukan bahwa fenomena hadirnya kelekatan anak pada ruang kota tertentu yang diamati merupakan fenomena non-material, hasil dari gagasan both/and atau here/now, yang dinyatakan sebagai place habit. Place habit merupakan tindakan menempati suatu ruang kota yang mendukung, hasil dialektika body habit dan pengalaman emosional. Place habit, dibentuk melalui proses internal yang terjadi di dalam body habit, yang melingkupi: pergerakan habitual anak, proses berdiam dan perjumpaan dengan ruang kota yang mendukung (supportive lived-existential space) pada ruang dan waktu tertentu, serta memicu pengalaman emosional pada anak yang dinamis. Place habit rapuh dan non-permanen. Place habit selalu bergerak, tergantung ruang dan waktu yang tidak fix. Keberlangsungan place habit tergantung pada agency, dukungan modal (ekonomi, budaya, sosial), body-habit, pengalaman emosional dan makna tempat. Sifat non-permanen place habit diindikasikan oleh empat sifat place habit, yaitu: secure, avoidant, diminished dan mobile. Keempat sifat place habit tersebut menunjukkan dinamisnya stabilitas keberlangsungan place habit.

This study attempts to understand the phenomenon of children?s place attachment, the nature of the process through which children?s place attachments are formed, and the conditions that must be fulfilled to make children?s place attachments successful. Influenced by existential-phenomenological theories, this study views a place as a metaphysical phenomenon, which facilitates the understanding of child and place as a totality phenomenon of a wholeness experience of people-in-world. Based on grounded theory, this study found that the phenomenon of children?s place attachment as place habit. Place habit is the result of both/and or here/now: the interplay of the child?s body habit-in-the-place and their emotional experiences of being-in-place. Place habit is formed by an internal process occurred in a child?s body habit. Body habit is formed through a child?s repetitive movement, rest in and encounter with a supportive lived-existential space in a particular time-space routine and triggered the dynamic emotional experiences in children. A place habit is fragile and impermanent. It was a supportive urban space that was always in movement, following where a ?child?s body habit? and ?emotional experiences? encountered as one. The stability of place habit are determined by agency, capitals (social, economic and cultural), ability to body-habit, children?s emotional experiences in their favourite places and place meanings. This study found that individual differences in children?s agency, housing characteristics and peer supports, contribute to four styles of place habit: secure, avoidant, diminished and mobile. The four styles of place habit indicate the dynamic of stability of place habit and the impermanent of place habit."
Depok: Universitas Indonesia, 2015
D2047
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Sudibyo
Jakarta: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia), 2022
004 AGU d
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>