Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 36 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Isna Aulia Fajarini
"Obesitas pada diabetisi penderita DM Tipe 2 berdampak pada peningkatan risiko terjadinya komplikasi berupa nefropati diabetis dan penyakit kardiovaskular. Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan obesitas pada diabetisi dewasa. Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional dengan melibatkan 133 responden yang merupakan perserta PROLANIS. Pengukuran asupan dilakukan menggunakan food recall 1x24 jam, kebiasaan makan menggunakan FFQ, dan aktivitas fisik menggunakan GPAQ.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 63,9 diabetisi mengalami obesitas IMT ge;25 kg/m2. Obesitas pada diabetisi berhubungan signifikan dengan tingkat pendidikan, pengetahuan terkait gizi, dan lama menderita DM tipe 2. Edukasi kepada diabetisi tekait diet bagi penderita DM tipe 2 penting untuk mengurangi obesitas pada diabetisi.

Obesity among adult with type 2 diabetes heightens the risk of other comorbid diseases such as diabetic nephropathy and cardiovascular disease. The aim of this study was to determine factors associated with obesity among adult with type 2 diabetes. This study used cross sectional design and data were collected from 133 member of PROLANIS. Food intake was assessed with 1x24 H food recall, food habit with FFQ, and physical activity with GPAQ.
The result showed 63,9 of adult with type 2 diabetes were obese BMI ge 25 kg m2. Obesity is significantly associated with level of education, nutrition knowledge, and duration of diabetes. Health education about diet for diabetic patient is important to decrease obesity among adult with type 2 diabetes.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S69033
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arinda Roosma
"Diabetes adalah penyakit kronis yang disebabkan karena kekurangan insulin akibat dari gangguan sekresi insulin. Diabetes banyak dialami oleh masyarakat khususnya pada masyarakat dengan pola hidup yang sudah berubah yaitu diabetes tipe 2. Sehingga kerasionalan resep untuk obat diabetes menjadi penting,. Metformin merupakan first line terapi untuk DM tipe 2, baik metformin generik maupun merek dagang. Analisa resep dilakukan dengan mengambil sampel resep yang mengandung metformin (baik generik dan merek yaitu glucophage XR). Lalu resep generik dan merek dibandingkan jumlah pengeluarannya dalam 1 bulan, setelah itu dilakukan analisis mengenai aspek administratif, aspek farmasetik dan aspek klinis serta dibandingkan dengan guideline terapi yang sudah ada. Hasilnya perbandingan pengeluaran metformin generik dan bermerek yaitu 27 : 1, dan dari resep yang dianalisis sudah sesuai dengan guideline terapi dan rasional.

Diabetes is a chronic disease caused by a lack of insulin as a result of impaired insulin secretion. Diabetes is experienced by many people, especially in people with a lifestyle that has changed, is called type 2 of diabetes. So that the rationality of prescribing diabetes drugs is important. Metformin is the first line therapy for DM type 2, both in generic or trademark metformin. Prescription analysis was carried out by taking prescription samples containing metformin (both generic and brand, that is glucophage XR). Then the generic and brand prescriptions were compared with the amount spent in 1 month, after that an analysis was carried out regarding administrative, pharmaceutical and clinical aspects and compared with the existing therapeutic guidelines. The result was a comparison of generic and branded metformin is 27:1, and the analyzed prescriptions is rational and already appropiate with guidelines therapeutic."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Simbolon, Youvita Indamaika
"Tingkat kepatuhan diet di Indonesia rata-rata masih rendah. Diet dalam menjaga makanan seringkali menjadi kendala karena masih tergoda dengan segala makanan yang dapat memperburuk kesehatan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan diet pada penderita diabetes melitus tipe 2. Penelitian ini menggunakan disain cross-sectional. Sampel yang diteliti adalah seluruh penderita diabetes melitus tipe 2 dengan rentang usia 25-65 tahun yang sedang rawat jalan, sampel diambil dengan metode non-random sampling dengan teknik purposive sampling sebanyak 130 orang. Pengumpulan data dilakukan melalui pengukuran antropometri, pengisian kuesioner, form food recall 1x24 jam dan semiquantitative food frequency questionnaire (SFFQ).
Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 13,8% responden yang patuh diet. Hasil uji chi-square menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara kepatuhan diet diabetes melitus tipe 2 dengan jenis kelamin (p=0,008) dan lama menderita (p=0,044). Hasil uji regresi logistik menunjukkan lama menderita merupakan faktor dominan yang berhubungan dengan kepatuhan diet diabetes melitus tipe 2. Penderita diabetes melitus diharapkan untuk memperhatikan pola makan yang dianjurkan dan melaksanakannya dengan baik, mampu secara aktif untuk meningkatkan pengetahuannya terkait penyakit diabetes melitus dan faktor-faktor terkait lainnya dan tetap mempertahankan pola makan yang sudah dijalankan bagi yang sudah lama menderita diabetes melitus tipe 2.

The level of dietary adherence in Indonesia is still low. Diet in maintaining food is often become an obstacles because the patient is still tempted by all food that can worsen their health. The purpose of this study is to determine the factors that associated with dietary adherence in type 2 diabetes mellitus patients. This study was using a cross-sectional design. The samples studied were all type 2 diabetes mellitus type 2 with the age range 25-65 years was outpatient, samples were taken with non-random sampling method with purposive sampling of 130 people. Data were collected through anthropometric measurements, filling-out questionnaires, 1x24 hour food recall and dan (semiquantitative food frequency questionnaire) SFFQ form.
The results showed 13.8% of respondents were diet-compliant. There were significant relationship between gender (p=0.008) and length of suffering (p=0.044) with between dietary adherence. The result of logistic regression test showed that the duration of suffering is the dominant factor associated with dietary adherence in type 2 diabetes mellitus patients. Type 2 diabetes mellitus patients were expected to pay attention to the diet recommended and carry it out well, to actively to improve the knowledge related to the disease diabetes mellitus and related to the other factors and still preserve diet that has been run for who has long been suffering from type 2 diabetes mellitus.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T52016
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elsye
"Perilaku kurang aktif pada pasien DM tipe 2 dapat meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular. Salah satu faktor yang menentukan perilaku aktif, yaitu persepsi latihan fisik. Penelitian kualitatif dengan wawancara mengenai persepsi latihan fisik dan perilaku latihan fisik dilakukan di Puskesmas Kecamatan Menteng pada pasien DM tipe 2 yang mengikuti senam. Terdapat 9 informan, sebagian besar usia produktif, perempuan, pendidikan rendah, ibu rumah tangga, riwayat menderita DM > 5 tahun, kadar HbA1 ≥ 6,5%, > 1 tahun bergabung dalam komunitas senam, 3 informan memiliki komplikasi. Sebagian besar informan merasakan sangat bermanfaat terhadap persepsi manfaat latihan fisik. Namun, ada beberapa informan merasakan latihan fisik kurang bermanfaat memperbaiki kolesterol, tidur kurang nyenyak, penurunan kekuatan otot dan penurunan kelenturan. Sebagian besar informan tidak merasakan persepsi hambatan latihan fisik. Sebagian besar informan berperilaku aktif. Frekuensi dan durasi latihan fisik sangat dipengaruhi persepsi manfaat dan hambatan latihan fisik. Strategi edukasi sangat diperlukan agar perilaku hidup aktif dapat dipertahankan untuk mengontrol kadar glukosa darah, mengendalikan komplikasi dan mencegah disabilitas. Sedentary behaviour in type 2 diabetes patients can increase the risk of cardiovascular disease. Exercise perception is a factor that determines regular exercise behaviour. Qualitative research with interview about exercise perception and exercise behaviour in type 2 diabetes patients participated in aerobic exercise at Puskesmas Kecamatan Menteng.

There were 9 informants, majority had productive age, female, low education, housewives, history of type 2 DM more than 5 years, HbA 1 c level ≥ 6.5%, more than 1 year joined the community. 3 informants had complications. Most of the informants felt very beneficial for the perception of exercise benefits. However, there were some informants who felt exercise less useful in improved cholesterol level, worst sleep, decreased muscle strength and decreased flexibility. Most of the informants did not feel exercise barriers and  performed aerobic exercise regularly. The frequency and duration of aerobic exercise were very influenced by exercise benefits and barriers perception. The education strategies were very needed to maintenance active lifestyle, blood glucose control, reduce complications and prevent disability."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Hasyim Wibisono
"Diabetes mellitus (DM) adalah kelainan metabolik yang ditandai dengan hiperglikemia yang diakibatkan dari kurangnya sekresi insulin, gangguan metabolisme insulin, atau keduanya. Tingginya prevalensi DM memerlukan perhatian khusus dari perawat, terutama pada aspek manajemen glukosa darah secara mandiri oleh klien. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode fenomenologi.
Hasil analisa data teridentifikasi lima tema, yaitu: perubahan yang terjadi setelah menderita DM, faktor penghambat kontrol glukosa darah, faktor pendorong kontrol glukosa darah, pelayanan keperawatan yang pernah diterima, dan bentuk dukungan yang diharapkan dari perawat. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi masukan dalam meningkatkan kualitas asuhan keperawatan dalam membantu klien memperbaiki gaya hidupnya.

Diabetes mellitus (DM) is a metabolic disorder characterised by hyperglycemia, as a result of insulin secretion deficit, altered insulin utilization, or both. The high prevalence of DM needs intense attention from nurses, especially on client's experience in self blood glucose management. This research employs qualitative methodology, with phenomenology approach.
The data analysis revealed five themes as follows: changes after being diagnosed DM, factors inhibiting glucose control, factors facilitating glucose control, received nursing care, and expectations towards nursing care. The results of this research are expected to contribute postively in improving nursing care quality, especially in modifying client?s lifestyle.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
T31564
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Kevin Wijaya
"Latar belakang: Diabetes mellitus tipe 2 (DMT2) merupakan suatu kelainan metabolik dengan keadaan hiperglikemia kronik yang disebabkan oleh defek pada kerja insulin dengan komplikasi multisistem. Salah satu organ yang sering mengalami keadaan resistensi insulin adalah organ otot skelet. Resistensi insulin akan menyebabkan gangguan ekspresi dan translokasi GLUT4 pada otot skelet sehingga berdampak pada gangguan proses ambilan dan penggunaan glukosa di jaringan, serta berkontribusi terhadap progresi penyakit DMT2. Metformin merupakan suatu obat lini pertama yang paling sering digunakan oleh pasien dengan DMT2, tetapi penggunaannya dapat menimbulkan beberapa efek samping yang kurang nyaman dan menurunkan tingkat kepatuhan berobat pasien. Alfa-mangostin (AMG), salah satu senyawa dalam perikarp buah manggis dipercaya memiliki efek antidiabetik sehingga dapat dipertimbangkan sebagai kandidat terapi dalam menghadapi keadaan resistensi insulin pada DMT2
Tujuan: Studi ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian AMG pada ekspresi protein transporter GLUT4 pada jaringan otot skelet tikus dengan DMT2.
Metode: Studi ini dilakukan pada tikus jantan dari galur Wistaryang dibagi menjadi enam kelompok, yaitu: kontrol, kontrol+AMG 200 mg/kgBB, DMT2, DMT2+metformin 200 mg/kgBB, DMT2+AMG 100 mg/kgBB, dan DMT2+AMG 200 mg/kgBB. Model DMT2 dibuat melalui induksi tikus dengan diet tinggi lemak-karbohidrat dan injeksistreptozotocin (STZ). Ekspresiprotein GLUT4 pada jaringan otot skelet masing-masing kelompok tikus diukur dengan ELISA kit Cusabio CSB-E13908rdan spektrofotometer.
Hasil: Studi ini menunjukkan adanya peningkatan ekspresi protein GLUT4 secara signifikan pada dua kelompok percobaan, yaitu: kelompok tikus DMT2+metformin 200 mg/kgBB (p=0,038) dan kelompok tikus DMT2+AMG 200 mg/kgBB (p=0,045) jika dibandingkan kelompok tikus DMT2.
Simpulan: AMG dapat meningkatkan ekspresi protein GLUT4 pada jaringan otot skelet tikus dengan DMT2. Dengan demikian, AMG memiliki potensi untuk dijadikan sebagai kandidat terapi dalam tata laksana penyakit DMT2 di masa depan. Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dan dapat diaplikasikan.

Background: Type 2 diabetes mellitus (T2DM) is a metabolic disorder characterized by chronic hyperglicemic condition caused by defect in insulin action which leads to multisystem damages. One of the organ that is frequently affected by insulin resistance is skeletal muscle. Insulin resistance impairs skeletal muscle's GLUT4 expression and translocation which results in the disturbance of glucose's reuptake and utilization and contributes to the progression of T2DM. Metformin is one of the first line drugs used in treating T2DM although the usage of metformin can cause many side effects that results in inconvenience and low compliance of the T2DM patients. Alpha-mangostin (AMG), a compound found in mangosteen`s pericarp, is believed in its antidiabetic effect. It is considered as therapeutic candidate in treating insulin resistance in T2DM.
Objectives: This study aims to evaluate the administration of AMG`s effect on GLUT4 transporter`s expression in T2DM-induced rat`s skeletal muscle tissue.
Methods: This study is done on the male Wistar rats divided into 6 groups, which were control group, control+AMG 200 mg/kg group, T2DM group, T2DM+metformin 200 mg/kg group, T2DM+AMG 100 mg/kg group, and T2DM+AMG 200 mg/kg group. T2DM were induced using the high fat/high glucose diet followed by streptozotocin injection. The expression of skeletal muscle`s GLUT4 is measured by ELISA kit Cusabio CSB-E13908r and spectrofotometer.
Results: This study demonstrated that AMG significantly increased the expression of GLUT4 transporterin 2 trial groups,T2DM+metformin 200 mg/kg body weight group (p=0,038) and T2DM+AMG 200 mg/kg body weight group(p=0,045) compared to the T2DM group.
Conclusion: AMG increased GLUT4 transporter`s expression in T2DM rat`s skeletal muscle. Therefore, AMG arises as the potential therapeutic candidate in treating T2DM. Future studies are essential to get better applicable results."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indang Trihandini
"Hubungan antara Merokok sebagai Faktor Risiko yang dapat Dimodifikasi dari berbagai Komplikasi Kronis pada Lansia dengan Diabetes Mellitus Tipe 2. Merokok dikenal sebagai variabel yang dapat diubah melalui aktifitas intervensi yang spesifik. Saat ini di Indonesia belum terdapat penelitian mengenai komplikasi kronis di antara para lansia penderita Diabetes Mellitus (DM) tipe 2. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari risiko dari aktifitas merokok terhadap komplikasi kronis di antara para lansia penderita DM tipe 2. Penelitian ini menggunakan Riset Kesehatan Dasar (Riskedas) 2007. Sebanyak 1.565 lansia (usia 60++ tahun) penderita DM tipe 2 dipilih secara acak. Sebanyak 70-80% dari para lansia tersebut memiliki komplikasi kronis, dan 32,11% sampel penelitian adalah perokok. Para lansia yang merokok lebih dari 24 batang per hari memiliki risiko 2,5 (95% CI, 1,54-3,97), sementara itu lansia yang merokok 1-12 batang per hari, dan yang merokok 13-24 batang per hari memiliki risiko masing-masing setinggi 1,3 dan 1,6 untuk terserang komplikasi kronis dibandingkan mereka tidak merokok, terkontrol secara usia, tingkat obesitas, dan aktifitas fisik. Persentase perokok di antara para lansia penderita DM tipe 2 cukup tinggi. Sebagian besar dari mereka memiliki tingkat pendidikan, tingkat status sosioekonomi, aktifitas fisik, serta tingkat konsumsi buah dan sayur yang rendah. Mereka pun kurang memiliki akses terhadap layanan kesehatan. Merokok meningkatkan risiko komplikasi kronis DM tipe 2.

Smoking is known as a variable that can be changed through a specific intervention activity. Recently in Indonesia, research related to chronic complication among elderly with type 2 Diabetes Mellitus (DM) was not available. This research has objective in exploring the risk of smoking towards chronic complication among elderly with type 2 DM. This research was using Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) in 2007. Riskesdas is a representative Indonesia Health Survey. 1,565 elderly (aged 60++ years) with type 2 DM have selected by random. 70-80% of the elderly have Chronic Complications and 32.11% of the sample is smokers. The elderly who smoke more than 24 cigarettes per day have risk 2.5 (95% CI, 1.54-3.97), smoker 1-12 cigarettes per day, and smoker 13-24 cigarettes per day have risk 1.3 and 1.6 respectively to get chronic complication compared with those who do not smoke, controlled by age, obesity, and physical activity. The proportion of smokers among elderly with type 2 DM is high, most of them are low education, low socioeconomic status, lack of access to the health services, low of physical activity, and low consume vegetables and fruit. Smoking increases the risk of chronic complication of type 2 DM."
Depok: Universitas Indonesia, 2015
J-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Indang Trihandini
"Smoking is known as a variable that can be changed through a specific intervention activity. Recently in Indonesia, research related to chronic complication among elderly with type 2 Diabetes Mellitus (DM) was not available. This research has objective in exploring the risk of smoking towards chronic complication among elderly with type 2 DM. This research was using Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) in 2007. Riskesdas is a representative Indonesia Health Survey. 1,565 elderly (aged 60++ years) with type 2 DM have selected by random. 70-80% of the elderly have Chronic Complications and 32.11% of the sample is smokers. The elderly who smoke more than 24 cigarettes per day have risk 2.5 (95% CI, 1.54-3.97), smoker 1-12 cigarettes per day, and smoker 13-24 cigarettes per day have risk 1.3 and 1.6 respectively to get chronic complication compared with those who do not smoke, controlled by age, obesity, and physical activity. The proportion of smokers among elderly with type 2 DM is high, most of them are low education, low socioeconomic status, lack of access to the health services, low of physical activity, and low consume vegetables and fruit. Smoking increases the risk of chronic complication of type 2 DM.

Hubungan antara Merokok sebagai Faktor Risiko yang dapat Dimodifikasi dari berbagai Komplikasi Kronis pada Lansia dengan Diabetes Mellitus Tipe 2. Merokok dikenal sebagai variabel yang dapat diubah melalui aktifitas intervensi yang spesifik. Saat ini di Indonesia belum terdapat penelitian mengenai komplikasi kronis di antara para lansia penderita Diabetes Mellitus (DM) tipe 2. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari risiko dari aktifitas merokok terhadap komplikasi kronis di antara para lansia penderita DM tipe 2. Penelitian ini menggunakan Riset Kesehatan Dasar (Riskedas) 2007. Sebanyak 1.565 lansia (usia 60++ tahun) penderita DM tipe 2 dipilih secara acak. Sebanyak 70-80% dari para lansia tersebut memiliki komplikasi kronis, dan 32,11% sampel penelitian adalah perokok. Para lansia yang merokok lebih dari 24 batang per hari memiliki risiko 2,5 (95% CI, 1,54-3,97), sementara itu lansia yang merokok 1-12 batang per hari, dan yang merokok 13-24 batang per hari memiliki risiko masing-masing setinggi 1,3 dan 1,6 untuk terserang komplikasi kronis dibandingkan mereka tidak merokok, terkontrol secara usia, tingkat obesitas, dan aktifitas fisik. Persentase perokok di antara para lansia penderita DM tipe 2 cukup tinggi. Sebagian besar dari mereka memiliki tingkat pendidikan, tingkat status sosioekonomi, aktifitas fisik, serta tingkat konsumsi buah dan sayur yang rendah. Mereka pun kurang memiliki akses terhadap layanan kesehatan. Merokok meningkatkan risiko komplikasi kronis DM tipe 2."
Depok: Universitas Indonesia, 2015
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Tommy Toar Huberto Purnomo
"Aktivitas fisik dapat mengurangi risiko terjadinya dan mortalitas akibat Diabetes Mellitus DM tipe 2. Namun, hasil yang didapatkan dari aktivitas fisik oleh pasien DM tipe 2 berbeda-beda. Selain aktivitas fisik terdapat juga beberapa faktor lain yang memiliki hubungan signifikan terhadap faktor prognostik pasien DM tipe 2. Penelitian ini dilakukan untuk mencari tahu hubungan antara aktivitas fisik dan faktor-faktor lain pada pasien DM tipe 2. Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional pada 57 subjek pasien di Rumah Sakit Husada Jakarta yang dianalisis menggunakan uji chi-square.
Hasil menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan secara statistik p > 0,05 antara aktivitas fisik terhadap faktor-faktor seperti jenis kelamin, usia, status gizi, asupan energi, asupan karbohidrat, asupan lemak, asupan protein dan pemberian tata laksana pada pasien DM tipe 2. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas fisik dapat dilakukan pada pasien DM tipe 2 tanpa harus memperhatikan faktor-faktor tersebut.

The effect of physical activity is known to be useful in Type 2 Diabetes Mellitus T2DM . However, the outcome of physical activity in T2DM patient is varied. Physical activity is not the only factor for the outcome for T2DM. This study objectives is to find the relation between those factors to physical activity in T2DM patient. A cross sectional study was designed in this study and 57 subject in Husada Hospital Jakarta is analyzed by using chi square analysis.
The result of this study shows that there are no significant relation p 0.05 between physical activity and related factors such as gender, age, nutritional status, energy intake, protein intake, carhbohydrate intake, fat intake and pharmacology therapy in T2DM patients. This result means that physical activity could be done in T2DM patients with or without the other related factors.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Indrawati L
"ABSTRACT
Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah komplikasi terbanyak dan penyebab kematian utama pada diabetes melitus tipe 2 (DMZ). Pada DM, kejadian kematian akibat PJK lebih besar 4-5 kali dibandingkan pada non-DM. PJK pada DM.2 dipengaruhi oleh berbagaifaktor risiko, diantaranya adalah komponen F ramingham Score. Penelitian ini bertujuan untuk menilai komponen F ramingham sebagai faktor risiko yang berpengaruh terhadap PJK pada DM.2. Penelitian ini berjenis analitik dengan desain penelitian cross sectional, dilakukan di RSUD Budhi Asih Jakarta. Total sampel adalah 1 3 2 pasien DM.2 selama lebih dari 10 tahun dengan teknikpengambilan sampel consecutive sampling. Dari 132 sampel yang diteliti, 105 orang (79,5 oo) berumur Z55 tahun, 85 orang (64,300) memiliki kolesterol total berisiko, 58 orang (43, 9°o) ber-HDL rendah, 96 orang( 72, 7 0 o) memiliki tekanan darah tinggi, 18 orang (13, 600) merokok, dan 72 orang (54,5 00) memiliki PJK. Uji bivariat menggunakan chi-square dengan a=0, 05 menunjukkan bahwafaktor yang memiliki pengaruh terhadap PJK pada DMZ adalah umur (p=0, 041), kolesterol total (p=0, 032), dan HDL (p=0,010). Adapun yang tidak berpengaruh adalah tekanan darah (p=0,301) dan perilaku merokok (p=0, 54 7). Uji multivariat menggunakan regresi logistik menunjukkan variabel yang paling berpengaruh adalah kolesterol total tinggi (p=0, 010, 0R=3,512). Kesimpulannya, faktor risiko yang berpengaruh terhadap PJK pada DM.2 adalah umun kolesterol total, dan HDL, sementara yang tidak berpengaruh adalah tekanan darah dan merokok.Adapun faktor yang paling berpengaruh adalah kolesterol total tinggi."
Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kementrian Pertahanan RI , 2017
355 JIPHAN 3:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>