Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Arya Octavian
"Toleransi kerusakan yang unggul dibandingkan produk komersial lainnya menjadikan paduan aluminium 2091 banyak digunakan dalam industri dirgantara. Sifatnya yang ringan, low density, dan ketahanan korosi yang baik membuat paduan aluminium 2091 menjadi material kategori paduan aluminium-lithium yang dapat mengurangi berat total dengan baik. Berbagai macam perlakuan panas dikembangkan untuk mendapatkan variasi sifat yang akan digunakan dalam pengaplikasian tertentu. Faktor-faktor seperti konstituen pembentuk paduan, aging time, dan temperatur aging dapat memodifikasi struktur dan sifat elektrokimia paduan. Penelitian ini dilakukan guna mempelajari pengaruh aging time terhadap parameter struktural dan sifat korosi paduan aluminium 2091. Solution treatment pada temperatur 525°C selama 5 jam dan quenching pada media air dalam suhu kamar dilakukan sebelum dikenakan perlakuan aging time. Variasi aging time berlangsung selama 24 jam, 48 jam, dan 72 jam. Sifat korosi dipelajari dengan polarisasi potensiodinamik dalam larutan elektrolit bioethanol 98% variasi temperatur 5°C, 25°C, dan 43°C. X-ray diffraction dilakukan untuk mengamati fasa dan perubahan struktur paduan. Linear sweep voltammetry dan cyclic voltammetry dilaksanakan untuk menganalisis laju korosi dan reversibilitas reaksi. Sebagai hasilnya, perubahan parameter struktural dan laju korosi bergantung dengan perlakuan panas aging time karena pengaruh fasa intermetalik yang terbentuk. Meskipun begitu, laju korosi pada temperatur elektrolit yang rendah juga memiliki nilai yang lebih rendah. Laju korosi paling cepat ditemukan pada sampel 24 jam bernilai 5.453 × 10^-2 mmpy dalam bioethanol dengan temperatur 43°C. Data voltamogram menunjukkan reaksi bersifat tidak reversibel.

Excellent damage tolerance compared to commercial products makes aluminium 2091 alloy is widely used in the aerospace industry. Its light weighted, low density, and good corrosion resistance make aluminum 2091 an aluminum-lithium category material that can reduce total weight nicely. Various kind of heat treatments have developed to obtain properties modification that will be used in certain applications. Factors such as alloying elements, aging time, and aging temperature can affect structure and electrochemical properties of the alloy. This research was meant to study the effect of aging time on structural parameters and corrosion properties of aluminum alloy 2091. Solution treatment at 525°C for 5 hours and water-based rapid cooling at room temperature were carried out before aging treatments. Variation in aging time lasts for 24 hours, 48 hours, and 72 hours. Corrosion properties were studied by potentiodynamic polarization in bioethanol 98% electrolyte solutions with temperature variation of 5°C, 25°C, and 43°C. X-ray diffraction was done to observe the phase and change in the alloy structure. Linear sweep voltammetry and cyclic voltammetry were carried out to analyze corrosion rates and reaction reversibility. As a result, changes in structural parameters and corrosion rates very dependent on aging time due to the influence of the intermetallic phase. However, corrosion rates at low electrolyte temperatures also have lower values. The fastest corrosion rate was found in a 24 hours sample of aging, with a value of 5.453 × 10^-2 mmpy in bioethanol at 43°C. Voltamogram result data shows the reaction is not reversible."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Rosyidah
"Pengembangan sensor oksigen dan sensor BOD dilakukan dengan menggunakan sel elektrokimia. Pengukuran kadar oksigen berbasis sel elektrokimia memberikan hasil pengukuran yang cepat dan praktis namun memiliki kekurangan yaitu kestabilan respon menurun setelah beberapa kali pengukuran. Oleh karena itu, dilakukan pembuatan disposable sensor menggunakan plastik termodifikasi nanopartikel emas. Disposable sensor diharapkan menjamin akurasi pengukuran. Nanopartikel emas disintesis dengan menggunakan zat penstabil dodekanatiol dan zat pereduksi NaBH4. Karakterisasi dengan PSA menunjukkan ukuran nanopartikel Au yang dihasilkan mempunyai diameter 30,7 nm.
Preparasi plastik dilakukan menggunakan KOH 2,5 M kemudian plastik direndam dalam larutan nanopartikel Au-tiol selama 24 jam dan dikeringan. Karakterisasi permukaan plastik termodifikasi nanopartikel emas dilakukan dengan SEM-EDS. Deteksi nilai oksigen dilakukan dengan dengan teknik Multi Pulse Amperometry pada potensial -455mV. Nilai potensial tersebut didapat dari Cyclic Voltametry larutan oksigen dalam buffer fosfat pH 7 pada rentang -1000 mV sampai 1000 mV.
Hasil pengukuran amperometri menunjukkan penurunan arus reduksi seiring dengan meningkatnya kadar O2 dengan nilai regresi R2 = 0,950. Pengukuran amperometri untuk sensor BOD dilakukan dengan kehadiran mikroba bebas (free cell) Rhodotorula mucilaginosa UICC Y-181. Hasil pengukuran arus menunjukkan korelasi linier dengan peningkatan konsentrasi glukosa (R2= 0,921) yang mengindikasikan plastik termodifikasi nanopartikel emas dapat digunakan sebagai elektroda kerja pada sensor oksigen dan sensor BOD.

Development of oxygen sensor conducted using electrochemical cells. Measurement of oxygen levels based electrochemical cells provide rapid results and practical measurements. However it has lack on the response stability which decreased after several measurements. Therefore, disposable sensor is being made using plastic modified by gold nanoparticle. Disposable sensors will ensure the accuracy of measurement. Gold nanoparticles synthesized by using a dodecanethiol as stabilizing agent and NaBH4 as reducing agent. Characterization PSA indicates the size of Au nanoparticles with a diameter of 30.7 nm.
Preparation plastic conducted using KOH 2,5 M then soaked in a solution of Au-thiol nanoparticles for 24 hours and drying up. Characterization of plastic surface modified with SEM-EDS instrument. Detection of the oxygen conducted by Multi Pulse Amperometry on potential -455 mV. Potential value is obtained from Voltametry Cyclic of oxygen solution in phosphate buffer pH 7 in the range of-1000 mV to 1000 mV.
The measurement results showed that amperometric reduction current decreased with increasing levels of O2 which show regression value R2 = 0.950. Amperometry measurement conducted for BOD sensor in the presence of free cell Rhodotorula mucilaginosa UICC Y-181. The results of current measurements showed a linear correlation with increasing concentrations of glucose (R2 =0.921) that indicate plastic modified by gold nanoparticle can be used as a working electrode in the oxygen sensor and the BOD sensor.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S1313
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Proton Exchange Membran Microbial Fuel Cell (PEMMFC) adalah
seperangkat alat yang memanfaatkan jasa mikroba sebagai katalis dalam
mengoksidasi senyawa organik dan anorganik untuk menghasilkan arus
listrik. Mikroba dapat digunakan untuk memproduksi listrik karena dalam
metabolisme selnya melibatkan proses transfer elektron. Dengan adanya
mediator yang berperan melakukan penetrasi ke dalam membran plasma
mikroba, lalu mengambil elektron dari rantai transfer elektron mikroba
tersebut dan membawanya menuju ke permukaan elektroda maka akan
dihasilkan aliran listrik. Dalam proses metabolismenya Pseudomonas
aureginosa secara alami menghasilkan senyawa pyosianin yang dapat
berperan sebagai mediator transfer elektron bagi dirinya sendiri dan bakteri
lain (Escherecia coli) untuk memproduksi listrik dalam PEMMFC, sehingga
pada PEMMFC menggunakan kultur campuran Pseudomonas aureginosa
dan Escherecia coli tidak diperlukan lagi penambahan mediator dari luar
sistem.
Uji cyclic voltametry terhadap pyosianin hasil ekstraksi menunjukkan
potensial oksidasi -0,08 mV dan potensial reduksi pada -0.16 mV yang
menandakan pyosianin bersifat elektroaktif reversibel, sedangkan uji aktivitas
antimikroba terhadap pyosianin hasil ekstraksi dan pyosianin yang dihasilkan
di kompartemen anoda hanya sedikit sekali menghambat pertumbuhan E. coli. Produksi listrik rata-rata pada metode 1 menggunakan medium LB
sekitar 8,21 A ; 272,3 mV, sementara dengan metode 2 sekitar 4,53 A;
242,5 mV. Produksi listrik pada metode 1 menggunakan medium PB (untuk
P. aureginosa) dan LB (untuk E. coli) sekitar 9,83 A; 254,6 mV, sementara
dengan metode 2 sekitar 9,72 μA ; 236,6 mV. Penambahan substrat glukosa
pada saat terjadi penurunan arus dan voltase pada metode 2 menggunakan
medium PB (untuk P. aureginosa) dan LB (untuk E. coli), meningkatkan
produksi arus rata-rata dari 9,72 A menjadi 14,76 A dan voltase dari
236,6 mV menjadi 290,8 mV."
Universitas Indonesia, 2007
S30636
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library