Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 68 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Silmy Kharima Putri
"

Kurkumin merupakan bahan alam yang berasal dari tanaman kunyit (Curcuma longa L). Kurkumin dapat dikembangkan sebagai obat baru karena memiliki aktivitas biologis yang beragam, seperti: antioksidan, antiinflamasi, antikanker, antidiabetes, dan mengobati penyakit kardiovaskuler. Kurkumin juga relatif aman dikonsumsi dalam jumlah besar, namun potensi terapeutiknya terbatas karena bioavalibiltasnya yang buruk. Faktor penyebabnya antara lain karena rendahnya kelarutan kurkumin dan stabilitasnya dalam cairan biologis tubuh. Salah satu cara untuk memperbaiki hal tesebut, dapat dilakukan dengan memodifikasi struktur kurkumin menjadi kurkumin pirazol dan dilanjutkan dengan penambahan basa Mannich. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh senyawa kurkumin pirazol tersubstitusi basa Mannich yang lain, yaitu Mannich dimetilamin. Sintesis dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama adalah sintesis kurkumin pirazol dengan metode pengadukan kurkumin dan hidrazin dalam pelarut asam asetat glasial pada suhu kamar selama 6 hari. Pada tahap pertama diperoleh kurkumin pirazol dengan nilai rendemen dari senyawa crude sebesar 85,56%. Tahap kedua adalah penambahan gugus basa Mannich menggunakan larutan formaldehida dan dimetilamin dalam pelarut etanol dengan metode refluks selama 6 jam. Nilai rendemen senyawa murni dari pada tahap kedua sebesar 25,56%. Senyawa tahap pertama dan kedua diuji kemurniannya dengan kromatografi lapis tipis dan jarak lebur. Karakterisasi senyawa dilakukan dengan menggunakan spektroskopi FT-IR menunjukkan bahwa sintesis senyawa baru 3,3-bis(dimetilaminometil) kurkumin pirazol telah berhasil.


Curcumin is a natural material from turmeric (Curcuma longa L). Curcumin can be developed as a new drug because it has a variety of biological activities, such as  antioxidants, anti-inflammatory, anticancer, antidiabetic, and treating cardiovascular disease. Curcumin is also relatively safe to be consumed in a considerable amount, but the therapeutic potential is limited because of its poor bioavailability. It is caused by the low solubility of curcumin and its stability in biological fluids of the body. One of the method to improve that, can be done by modifying the structure of curcumin into curcumin pyrazole and followed by adding a Mannich base. The aim of this research is to synthesize curcumin pyrazole substituted with another Mannich base, which is Mannich dimethylamine. The synthesis was done in two steps. The first step is the synthesis of curcumin pyrazole by stirring curcumin and hydrazine in acetic acid glaciale at room temperature for 6 days. In the first step, the pyrazole curcumin was obtained with a crude yield value of 85.56%. While the second step is the addition of the Mannich base group by refluxing formaldehyde solution and dimethylamine in ethanol for 6 hours. The yield value of pure final products of this steps is 25.56%. Product compound from the first and second steps was tested for purity by thin layer chromatography and melting point. The characterization of new compounds was done using infrared spectroscopy showed that synthesis of 3,3-bis(dimethylaminomethyl) curcumin pyrazole as a new compound has succeeded.

"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Antonius Julio Falian
"[ABSTRAK
Malaria merupakan salah satu penyakit yang sering terjadi di negara tropis dan
subtropis. Penyakit malaria banyak terjadi di sebagian besar wilayah Indonesia,
seperti Irian Jaya, Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT).
Berdasarkan data terakhir WHO pada tahun 2013, tercatat sebanyak 198 juta
kasus malaria di seluruh dunia, dengan jumlah kematian sebanyak 584.000 jiwa.
Pengobatan yang pernah ada untuk jenis malaria Plasmodium falciparum adalah
klorokuin, sulfadoksin – pirimetamin, kinin, meflokuin dan artemisinin. Akan
tetapi, meningkatnya resistensi parasit pada obat antimalaria, melemahkan upaya
pengendalian malaria. Penambatan molekuler sebagai salah satu metode
pendekatan in silico telah digunakan pada pencarian senyawa berkhasiat untuk
menangani malaria. Dalam satu dekade terakhir, diketahui bahwa senyawa
turunan kurkumin memiliki efek sinergis dengan artemisinin terhadap
Plasmodium berghei secara in vivo. Pada penelitian ini, dilakukan penambatan
molekuler senyawa turunan kurkumin baru terhadap enzim target antimalaria.
Penambatan dilakukan menggunakan piranti lunak AutoDock. Berdasarkan hasil
penambatan, didapatkan senyawa terbaik yang berpotensi sebagai obat antimalaria
baru, yang dapat menyerang di sisi aktif tertentu dari Plasmodium falciparum,
yaitu : 1,4-dihidrodiazepin-6-morfolinometil kurkumin pada enzim PfDHFR dan
Pirimidin-2-on-5-morfolinometil kurkumin pada enzim PfDHODH.

ABSTRACT
Malaria is a disease that often occurs in tropical and subtropical countries.
Prevalent of malaria in most parts of Indonesia, such as Irian Jaya, West Nusa
Tenggara (NTB) and East Nusa Tenggara (NTT). Based on the WHO's last data in
2013, there were 198 million cases of malaria worldwide, with the number of
deaths by 584,000 inhabitants. Treatment for this type of Plasmodium falciparum
malaria is chloroquine, sulfadoxine - pyrimethamine, quinine, mefloquine and
artemisinin. However, increasing parasite resistance to the antimalarial drug,
making malaria control efforts become effortless. Molecular docking as one
method in silico approaches have been used in the search for efficacious
compounds addressing malaria. In the last decade, it is known that the compound
curcumin analogues have synergistic effect with artemisinin against Plasmodium
berghei in vivo. In this study, we employed docking of new molecular compounds
curcumin derivates as antimalarial target enzymes. Molecular docking is
performed using Autodock. Based on the docking result, best compound is
obtained as a potential new antimalarial drug, which can be attacked in certain
active side of Plasmodium falciparum, which is 1,4-dihydrodiazepin-6-
morpholinomethyl curcumin on PfDHFR enzyme dan Pyrimidin-2-one-5-
morpholinomethyl curcumin on PfDHODH enzyme., Malaria is a disease that often occurs in tropical and subtropical countries.
Prevalent of malaria in most parts of Indonesia, such as Irian Jaya, West Nusa
Tenggara (NTB) and East Nusa Tenggara (NTT). Based on the WHO's last data in
2013, there were 198 million cases of malaria worldwide, with the number of
deaths by 584,000 inhabitants. Treatment for this type of Plasmodium falciparum
malaria is chloroquine, sulfadoxine - pyrimethamine, quinine, mefloquine and
artemisinin. However, increasing parasite resistance to the antimalarial drug,
making malaria control efforts become effortless. Molecular docking as one
method in silico approaches have been used in the search for efficacious
compounds addressing malaria. In the last decade, it is known that the compound
curcumin analogues have synergistic effect with artemisinin against Plasmodium
berghei in vivo. In this study, we employed docking of new molecular compounds
curcumin derivates as antimalarial target enzymes. Molecular docking is
performed using Autodock. Based on the docking result, best compound is
obtained as a potential new antimalarial drug, which can be attacked in certain
active side of Plasmodium falciparum, which is 1,4-dihydrodiazepin-6-
morpholinomethyl curcumin on PfDHFR enzyme dan Pyrimidin-2-one-5-
morpholinomethyl curcumin on PfDHODH enzyme.]"
2015
S60580
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Nyoman Berlian Aryadevi Meylandari Putri
"Latar Belakang: Selama beberapa dekade, cisplatin menjadi kemoterapi paling aktif yang tersedia untuk kanker ovarium. Terlepas dari keunggulan hasilnya, cisplatin juga memiliki beberapa efek samping, salah satunya adalah hepatotoksisitas. Dalam perkembangan kedokteran, curcumin ditemukan memiliki efek hepatoprotektif dalam beberapa penelitian, tetapi ternyata memiliki bioavailabilitas yang rendah. Dengan demikian, nanocurcumin dibuat dan ditemukan untuk meningkatkan bioavailabilitasnya. Meskipun demikian, efek curcumin dan nanocurcumin dalam hepatotoksisitas yang disebabkan oleh terapi cisplatin pada kanker ovarium belum diamati. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kedua obat tersebut terhadap hepatotoksisitas yang diinduksi oleh cisplatin. Metode: Percobaan in vivo dilakukan pada tikus Wistar betina, dengan berat 150-200 gram, yang diinduksi oleh DMBA untuk mencapai model kanker ovarium. Kemudian, terapi cisplatin (4mg / kgBB / minggu) diberikan secara intraperitoneal pada tikus. Kemudian beberapa tikus juga diberi terapi kombinasi dengan curcumin (100 mg / kgBB / hari) dan nanocurcumin (100 mg / kgBB / hari). Tikus-tikus ini dibagi menjadi beberapa kelompok: tikus sehat, tidak ada pengobatan, terapi cisplatin, terapi cisplatin + curcumin, dan terapi cisplatin + nanocurcumin. Setelah sebulan, sampel darah diambil dan disentrifugasi untuk mendapatkan plasma. Tingkat AST, ALT, dan ALP diukur menggunakan spektrofotometer untuk menggambarkan fungsi hati. Hasilnya dianalisis menggunakan one-way ANOVA untuk ALT dan ALP dan Kruskall-Wallis untuk AST, menggunakan perangkat lunak SPSS24. Hasil: Tidak ada perbedaan statistik yang signifikan antara kelompok dalam AST plasma (p = 0,125), AlT (p = 0,154), dan ALP (p = 0,072). Kesimpulan: Tidak ada perbedaan yang signifikan untuk kurkumin dan nanokurkumin dalam mengurangi efek hepatotoksisitas cisplatin

Introduction: For decades, cisplatin has remained the most active chemotherapy available for ovarian cancer. Despite the excellence of the outcome, cisplatin also has severe side effects, one of which is hepatotoxicity. In the development of medicine, curcumin was found to exert a hepatoprotective effect in several studies, but it was found to have low bioavailability. Thus, nanocurcumin was established and discovered to improve its bioavailability. Nonetheless, the effect of curcumin and nanocurcumin in hepatotoxicity caused by cisplatin therapy in ovarian cancer has not been observed. This study aims to examine the effect of both drugs on the cisplatin-induced hepatotoxicity. Method: An in vivo experiment was done on female Wistar rats, weighing from 150-200 grams, which was induced by DMBA to achieve ovarian cancer models. Then, cisplatin therapy (4mg/kgBW/week) was given intraperitoneally to the rats. Then some of the rats were also given combination therapy with curcumin (100 mg/kgBW/day) and nanocurcumin (100 mg/kgBW/day). They were divided into groups of: healthy rats, no treatment, cisplatin therapy, cisplatin+curcumin therapy, and cisplatin+nanocurcumin therapy. After a month, blood sample was taken and centrifuged to obtain plasma. The AST, ALT, and ALP level was measured using spectrophotometer to depict the liver function. The result was analysed using one-way ANOVA for ALT and ALP and Kruskall-Wallis for AST using SPSS24 software. Results: Theres no significant statistical difference between groups in plasma AST (p=0.125), AlT (p=0.154), and ALP (p=0.072). Conclusion: There was no significant differences for both curcumin and nanocurcumin in reducing hepatotoxic effect of cisplatin."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Riswijanto
"Kunyit merupakan salah satu tanaman rempah yang banyak terdapat di Indonesia. Kunyit dikenal karena memiliki banyak manfaat, diantaranya adalah sebagai zat warna, bumbu masak dan juga obat. Banyaknya senyawa antioksidan sintetis, telapi penggunaannya masih dibatasi karena beberapa antioksidan tersebut bersifat karsinogenik. Pada penelitian ini dilakukan isolasi kurkumin dari rimpang kunyit dengan menggunakan soxlet dan pelarut yang digunakan adalah etanol. Kemudian dilakukan hidrogenasi terhadap kurkumin tersebut {kurkumin merupakan salah satu komponen dalam kunyit yang memberikan wama kuning dan juga memiliki aktivitas antioksidan) untuk menghilangkan wama kuning pada kurkumin, dilakukan Hidrogenasi melalui 2 tahapan, yaitu : reduksi dengan NaBH< dan Oksidasi dengan reagen Cromat. Kurkumin dan kurkumin terhidrogenasi ini kemudian diuji aktivitas antioksidannya dengan menggunakan metode TLC-Fluoresence. Hasil yang didapatkan dari percobaan ini adalah kurkumin sebanyak 0,4810 gram (1,3%) dan hasil hidrogenasi sebanyak 0,1170 gram (31,45%). Dari uji aktivitas antioksidan diketahui bahwa kurkumin terhidrogenasi memiliki aktivitas antioksidan diantara kurkumin dan tokoferol. Dengan waktu induksi kurkumin, kurkumin terhidrogenasi, dan tokoferol secara berurutan adalah sebagai berikut: 105,120,dan> 120 menit."
2005
SAIN-9-3-2004-25
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Edi Priyo Yunianto
"Curcumin, suatu polifenol yang berasal dari rhizoma kunyit yang digunakan sebagai obat herbal dan bumbu masak, memiliki banyak efek farmakologis yang menguntungkan, diantaranya sebagai antioksidan, antiinflamasi, antikarsinogenik dan hepatoprotektif. Selain itu juga merupakan suatu antiradikal bebas yang poten dan memiliki aktivitas menghambat peroksidasi lipid. Meskipun memiliki efek farmakologi yang menguntungkan, curcumin memiliki bioavailabilitas yang buruk apabila diberikan per oral, sehingga penggunaannya terbatas. Disamping itu, curcumin mengalami transformasi selama absorpsi melalui usus. Dalam penelitian ini, formulasi liposom curcumin dikembangkan untuk mengatasi keterbatasan absorpsi dan untuk melindungi curcumin dari biotransformasi. Liposom dibuat dengan metode hidrasi lapis tipis, dimana setiap formula memiliki komposisi soluthin MD:kolesterol:curcumin yang berbeda (700:30:10 dan 525:30:10). Liposom diperiksa bentuk vesikel, distribusi ukuran partikel dan penjerapan obat dalam liposom. Hasil menunjukkan bahwa curcumin dari liposom formula I terinkorporasi dalam fase lipid dan memiliki penjerapan 84,55%."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2007
S32580
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurjanah
"Kurkumin merupakan senyawa diarilheptanoid, dapat diisolasi dari rimpang kunyit, senyawa ini bertanggung jawab atas warna kuning yang ditimbulkan oleh kunyit. Selain itu, kurkumin memiliki bioaktivitas sebagai antimikroba, antiinflamasi, antikanker, antidiabetes, dan antioksidan. Modifikasi struktur kurkumin banyak dikembangkan karena beberapa penelitian menunjukkan adanya peningkatan bioaktivitas senyawa hasil modifikasi. Pada penelitian ini, dilakukan sintesis modifikasi kurkumin-sulfanilamida dan dikarakterisasi untuk diuji aktivitas antibakterinya terhadap bakteri E. coli, S.aureus dan B. subtilis. Penelitian ini dimulai dengan mengekstraksi kurkuminoid dari rimpang kunyit, diikuti isolasi kurkumin menggunakan metode kromatografi kolom, dengan eluen DCM:MeOH (97:3)v/v, hasilnya dikonfirmasi melalui KLT dengan eluen yang sama, selanjutnya dikarakterisasi menggunakan spektrofotometer UV-Vis dan FTIR. Setelah itu, dilakukan sintesis derivat kurkumin-isoksazol dengan menambahkan hidroksilamin hidroklorida pada kurkumin yang telah larut dalam piridin. Optimasi suhu dan waktu yang di dapat dari sintesis ini adalah pada 70oC selama 8 jam, dengan persen hasil 78,80%. Sulfanilamida ditambahkan pada isoksazol untuk memodifikasi gugus OH fenol dari struktur kurkumin dengan penambahan asam asetat glasial, campuran ditriturasi menggunakan etanol, kemudian direfluks selama 20 menit, persen hasil senyawa kurkumin-sulfanilamida yang diperoleh sebesar 64,87%. Senyawa kurkumin-sulfanilamida menunjukkan aktivitas yang lebih baik terhadap bakteri gram negatif dibandingkan gram positif, dengan diameter zona hambat 11 mm.

Curcumin is a diarylheptanoid compound which is isolated primary from tumeric, is responsible for the yellow color caused by tumeric. In addition, curcumin exhibits a variety of biological activities such as antimicrobial, anti-inflammatory, anticancer, antidiabetic, and antioxidants. Structure modifications of curcumin have been developed because several studies have shown an increase in bioactivity. In this study, a sulfanilamide-contained curcumin compound was synthesized and characterized to investigate its antibacterial activity against E. coli,  S. aureus and B. subtilis. This research was started by extracting curcuminoids from tumeric followed by isolation curcumin using column chromatography with DCM:MeOH (97:3)v/v as eluent, the result was confirmed through TLC with the same eluent, and was characterized using UV-Vis spectrophotometry and FTIR. Afterwards, curcumin-isoxazole were synthesized by adding hydroxylamine hydrochloride into curcumin, which has dissolved in piridin. Optimization of temperature and time obtained from this synthesis was 70oC for 8 hours, resulted in 78,80% yield. Sulfanilamide was added to isoxazole to modify OH phenol of curcumin structure by adding glacial acetic acid, the mixture was triturated with ethanol and refluxed for 20 minutes, yield of this compound was 64,87%. Curcumin-sulfanilamide compound provide better activity against E. coli than S. Aureus and B. subtillis, with diameter of inhibition zone was 11 mm."
Depok: Universitas Indonesia, 2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
S. Susilowati
"Penyakit hati merupakan masalah kesehatan yang sulit diobati. Adanya masalah dalam pengobatan penyakit ini sebagian disebabkan karena tidak tersedianya obat yang terbukti herkhasiat. Kurkumin, senyawa aktif dalam ke keluarga tanaman curcuma telah diteliti dalam berbagai peyakit termasuk penyakit hati. Efek terapi kurkramin diduga berdasarkan efek antioksidatifnya. Dalam penelitian ini, kami menyelidiki efek kurkumin lerhadap swelling mitochondria yang diinduksi oleh tert-butilhidroperoksida (t-BuOOH) Mitokondria hali diisolasi secara homogen dari tikus Sprague-Dawley (relative specific activity suksinat dehidrogenase adalah 35.73 ±2.78). Pemberian 90 }M t-BuOOH menyebabkan swelling 2 fase yang khas pada mitokondria. Pola swelling dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti komposisi bufer, kadar t-BuOOH, jumlah bufer isolasi dan protein mitokondria serta temperatur inkubasi. Swelling dapat dihambat sebesar 85 ±3% oleh kurkumin 2.50 jjM. Pada kadar rendah (1.25 //MJ dan tinggi (5.00 fiM), efek proteksi kurkumin terhadap swelling berkurang (bertitrut-turut 41 ±3% and 77+6%). Swelling dapat terjadi akibat terbukanya mitochondrial transition pore dan dapat mempakan petunjuk awal dan proses kematian sel. Efek inhibisi kurkumin terhadap swelling mitokondria yang diindukxi oleh t-BuOOH diduga disebabkan karena efek antioksidannya. (MedJ Indones 2006; 15:131-6)

Liver diseases have been a medical problem which is difficult to manage. Some of the problems in the treatment of these diseases lie in the lack of reliable drug available. Curcumin, an active ingredient of the rhizomes of plant Curcuma has been investigated in the treatment of various disorders incuding liver diseases. The therapeutic effects of curcumin on liver diseases have been thought to be associated to its antioxidative properties. In the present study, we investigated the effects of curcumin on mitochondrial swelling in vitro induced by tert-butylhydroperoxide (t-BuOOH). Liver mitochondria were homogeneously isolated from Sprague-Dawley rats (the relative specific activity of succinate dehydrogenase was 35.73 ±2.78). Addition of 90 fj.M oft-BuOOHcauseda typical 2-phase swelling of the mitochondria. The pattern of swelling was influenced by various factors such as buffer composition, concentrations of t-BuOOH, amount of isolation buffer and mitochondrial proteins and incubation temperature.The swelling could be reduced by as much as 85 ±3% by 2.50 uM of curcumin. At lower (1.25 ^M) or higher (5.00 fjM) concentrations, the protection against swelling by curcumin were less effective (respectively were 41 ±3% and 77 ±6%). Swelling might occur due to the opening of mitochondrial transition pore and could be an initial indication in the cascade process leading to cell death. The inhibition of t-BuOOH-induced mitochondrial swelling by curcumin might be because of the antioxidant effects of the compound. (Med JIndones 2006; 15:131-6)."
[place of publication not identified]: Medical Journal of Indonesia, 2006
MJIN-15-3-JulySept2006-131
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Lailatus Sa`adah
"Boraks dan asam borat termasuk bahan tambahan makanan yang dilarang karena dapat membahayakan kesehatan manusia. Namun ternyata masih sering disalahgunakan oleh produsen makanan untuk mengenyalkan, memadatkan dan mengawetkan makanan, misalnya pada mie. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui adanya boraks dan asam borat pada beberapa jenis mie yang dijual di Pasar Depok. Dalam hal ini digunakan kertas kurkumin dan larutan kurkumin untuk mendeteksi boraks dan asam borat secara kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kertas kurkumin 0,150 % b/v dapat digunakan untuk mendeteksi boraks dan asam borat. Diamati pula adanya korelasi antara intensitas warna kertas kurkumin dengan kadar boraks dan asam borat yang terdapat dalam sampel mie. Batas minimum boraks dan asam borat yang dapat dideteksi secara visual adalah 20,0 μg/ml, sedangkan bila digunakan larutan kurkumin 0,150 % masih dapat terdeteksi hingga 5,0 μg/ml. Dari tiga belas sampel yang diidentifikasi, ditemukan tiga sampel mie basah mengandung boraks dan asam borat dengan perkiraan kadar di atas 3000,0 μg/20 g sampel. Sedangkan pada mie kering, bihun, soun dan kwethiaw yang diidentifikasi tidak ditemukan boraks dan asam borat.
Borax and boric acid are the chemical substance which is banded because its possibility to harm human health. However, nowadays this compound is still misused by food producer for springy, stuff, and as the food preservative, for example at noodles. Therefore, require to be done a research to know borax and boric acid existence at some noodles which is sold in Depok market. In this case, used curcumin paper and curcumin solution to detect borax and boric acid as a qualitative method.
Result of research indicate that curcumin paper 0,150 % b/v applicable to detect borax and boric acid. Also perceived correlation between colour intensity of curcumin paper with borax and boric acid rate in noodles sample. The minimum borax and boric acid could be detected visually is 20,0 μg/ml, while if used curcumin solution 0,150 %, it can be detected till 5,0 μg/ml. From thirteen sample identified, found three wet noodles sample contain borax and boric acid with rate estimate above 3000,0 μg/20 g sample. While at dry noodles, bihun, soun and kwethiaw which identified, is not found borax and boric acid.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2006
S32829
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yum Eryanti
"ABSTRACT
Three types of cyclopentanone derivatives have been synthesized from aromatic aldehyde and ketone derivatives under
a base condition through aldol condensation. These cyclopentanone products were 2,5-dibenzylidene-cyclopentanone (a), 2,5-bis-(4-hydroxy-benzylidene)-cyclopentanone (b),
and 2,5-bis-(4-hydroxy-benzylidene)-cyclopentanone (c)
which has a yield of 63-99%. The chemical structure of these compounds were determined using UV, IR and NMR
spectroscopy. In order to clarify the role of hydroxyl and amine moieties, toxic, antioxidant and anti-inflammatory
activities were carried out. The toxic test indicated that the
compounds showed strong toxicity. In addition, the presence
of hydroxyl and amine groups on both rings of curcumin in
creased the antioxidant and anti-inflammatory activities."
[Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat UI;Universitas Riau. Departemen Kimia;Universitas Riau. Departemen Kimia, Universitas Riau. Departemen Kimia], 2011
J-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7   >>