Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 13 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Iman Santoso
"ABSTRAK
Kelapa termasuk produk perkebunan Indonesia yang cukup penting. Pada umumnya bagian kelapa yang dimanfaatkan hanyalah daging buahnya (endosperm), sedangkan bagian lainnya, termasuk air kelapa biasanya terbuang begitu saja.
Air kelapa telah terbukti mengandung unsur kimia yang penting bagi pertumbuhan mikroorganisme. Air kelapa dapat dimanfaatkan untuk produksi protein sel tunggal (PST), sari kelapa (nata de coco), atau asam cuka (vinegar).
Dalam penelitian ini dibandingkan produk asam cuka yang dihasilkan dari fermentasi air kelapa dengan menggunakan Acetobacter aceti dan A. rancens pada proses asetifikasi dan khamir Saccharomyces cerevisiae var. ellipsoideus pada proses alkoholisasi. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa asam cuka yang dihasilkan A. aceti (3,25 %) dan A. rancens (3,48 %) tidak berbeda nyata pada db = 0,05 dengan uji anava l faktor. Hasil uji pengaruh suhu serta uji cita rasa yang dilakukan oleh 2 orang membuktikan bahwa A. rancens lebih tahan suhu tinggi (40 C) serta mempunyai aroma dan rasa asam cuka yang relatif lebih baik dibandingkan asam cuka yang dihasilkan A. aceti. Uji sifat biokimia menyimpulkan bahwa A. aceti dan A. rancens memang berbeda dan harus dipisahkan.
Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan air kelapa untuk fermentsi asam cuka, sebaiknya menggunakan A. rancens sebagai inokulumnya."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1985
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andrian Luthfianto
"Limbah kulit nanas [Ananas comosus (L.) Merr.] yang melimpah umumnya masih jarang dimanfaatkan. Pada penelitian ini limbah kulit nanas tersebut dimanfaatkan sebagai substrat fermentasi cuka. Sebanyak 250 g kulit nanas diekstrak untuk membuat 1 liter substrat fermentasi, kemudian ditambahkan 12,5%, 15%, 17,5%, atau 20% sukrosa. Sebanyak 540 ml substrat diinokulasikan dengan 10% (v/v) starter, yang mengandung suspensi sel bakteri (5 X 10® sel/ml) dan khamir (4 x 10® sel/ml) pada perbandingan 1:1. Fermentasi berlangsung selama 2 bulan dan pada akhir fermentasi dilakukan pengukuran konsentrasi asam asetat yang dihitung sebagai total asam, pH, dan konsen trasi alkohol yang masih tersisa. Pengukuran titrasi dengan 0,1 N NaOH menunjukkan ratarata konsentrasi asam asetat tertinggi (1,388%) diperoleh dari penambahan 12,5% sukrosa dan terendah (0,283%) dari penambahan 20% sukrosa. Hasil Uji Dunn pada a = 0,25 membuktikan bahwa perbedaan rata-rata konsentrasi asam asetat yang nyata terjadi antara penambahan sukrosa 12,5% dengan 15%, 17,5%, dan 20%. Pengukuran pH asam cuka menunjukkan nilai 3,0—3,6 dengan konsentrasi alkohol yang tersisa antara 12,4--23,2%."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1995
S30981
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kendrick Kodir
"Latar Belakang: Pempek merupakan makanan khas kota Palembang yang biasanya dikonsumsi bersama dengan larutan cuka pempek. Larutan cuka pempek mengandung asam asetat, ion klor dan fluor yang dapat menyebabkan kekasaran permukaan pada bahan basis gigi tiruan.
Tujuan: Menganalisis pengaruh larutan cuka pempek terhadap kekasaran permukaan basis gigi tiruan resin akrilik heatcured, nilon termoplastik, dan cobalt-chromium alloy.
Metode: Spesimen plat resin akrilik heat-cured dan nilon termoplastik berukuran 15 x 10 x 1 mm sedangkan spesimen cobalt-chromium alloy berbentuk silinder dengan diameter 7,7 mm dan tinggi 17,5 mm. Masing-masing kelompok spesimen berjumlah 10 buah. Setiap spesimen direndam dalam larutan cuka pempek pada suhu 37oC selama 4 hari. Kekasaran permukaan diukur dengan menggunakan Profilometer sebelum dan sesudah dilakukan perendaman.
Hasil: Dari hasil uji statistik (p<0,05), menunjukkan bahwa terjadi perubahan kekasaran permukaan yang bermakna pada spesimen plat resin akrilik heat-cured, nilon termoplastik, dan cobalt-chromium alloy setelah perendaman dalam larutan cuka pempek selama 4 hari.
Kesimpulan: Larutan cuka pempek mempengaruhi kekasaran permukaan pada plat resin akrilik heat-cured, nilon termoplastik dan cobalt-chromium alloy setelah perendaman selama 4 hari. Perubahan kekasaran permukaan terbesar terjadi pada plat nilon termoplastik sedangkan perubahan kekasaran permukaan terkecil terjadi pada cobalt-chromium alloy.

Background: Fishcake is a typical food of Palembang city that is usually eaten with fishcake vinegar. Fishcake vinegar contains of acetic acid, chlorine and fluorine ion which cause surface roughness on the denture base material.
Objective: To analyze the effect of fishcake vinegar in surface roughness of heatcured acrylic resin, nylon thermoplastic, and cobalt-chromium alloy.
Method: Specimen plate of heat-cured acrylic resin and nylon thermoplastic was made in form of 15 x 10 x 1 mm, while the specimen cobalt-chromium alloy was used in cylinder form with a diameter of 7.7 mm and a height of 17.5 mm. Each group of specimens consist of 10 pieces. Each specimen was immersed in fishcake vinegar at 37°C for 4 days. Surface roughness was measured using a profilometer before and after immersion.
Result: Statistical analysis (p<0,05) showed that there is a significant change in surface roughness of heat-cured acrylic resin, nylon thermoplastic, and cobalt-chromium alloy after immersion in fishcake vinegar for 4 days.
Conclusions: Fishcake vinegar affects the surface roughness of heat-cured acrylic resin, nylon thermoplastic and cobalt-chromium alloy after immersion for 4 days. The highest surface roughness changes occured in thermoplastic nylon while the lowest surface roughness changes occured in cobalt-chromium alloy.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Laila Fitria
"Kontaminan yang paling sering dijumpai pada makanan adalah bakteri. Bakteri dapat berasal dari berbagai sumber di lingkungan, termasuk dari tinja manusia dan hewan yang tertular ke dalam makanan karena perilaku penjamah makanan, pencucian peralatan yang tidak bersih, dan penggunaan air pencuci yang berulang kali. Salah satu tempat pengolahan makanan yang mendapat perhatian adalah Kantin FKM UI, karena hasil penelitian menunjukkan bahwa air bilasan dan piring makan yang tersedia di kantin tersebut telah terkontaminasi bakteri Coliform dan Faecal Coliform. Oleh karena itu dilakukan penelitian yang bertujuan untuk menurunkan jumlah bakteri kontaminan pada air bilasan dan piring makan dari kantin tersebut dengan cara penambahan asam cuka dengan volume tertentu ke dalam air bilasan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan asam cuka sebanyak 9 ml pada 2 liter air bilasan hingga mencapai pH 4 berhasil menurunkan jumlah bakteri selain E. coli pada air bilasan dan pada piring makan. Sedangkan penurunan jumlah bakteri E. coli baru tampak setelah penambahan asam cuka sebanyak 90 ml pada 2 liter air bilasan hingga mencapai pH 3. Namun hal tersebut dianggap bias, karena keterbatasan teknik pemeriksaan bakteri dengan Total Plate Count yang sangat mengandalkan kemampuan penaamatan visual.
Oleh karena itu, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengamati efek penambahan asam cuka dalam air bilasan terhadap penurunan E. coli dengan menggunakan metode pemeriksaan laboratorium yang lebih khusus (menggunakan media selektif untuk pertumbuhan E. coli)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Hana Tania Rahmaputri
"Latar Belakang: E. faecalis dan C. albicans adalah mikroorganisme di saluran akar yang mampu bertahan hidup meski sudah dilakukan perawatan saluran akar. Penggunaan larutan irigasi sintetik saat perawatan saluran akar efektif dalam mengeliminasi mikroorganisme di saluran akar namun terbukti toksik terdapat sel punca mesenkim di periapikal. Cuka apel mengandung zat aktif seperti asam organik, flavonoid, fenol, tanin yang bersifat antimikroba dan menghambat pertumbuhan mikroba, namun terbukti tidak toksik bagi sel punca. Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan efek antimikroba larutan cuka apel berbagai konsentrasi terhadap biofilm E. faecalis dan C. albicans. Metode: Dilakukan paparan larutan cuka apel 0,63%, 1,25%, dan 2,5%, serta kontrol positif NaOCl 2,5% dan kontrol negatif pada biofilm E. faecalis dan C. albicans. Kemudian dilakukan evaluasi efek antimikroba dengan uji hitung koloni dan nilai viabilitas dengan metode MTT Assay. Hasil: Terdapat perbedaan bermakna jumlah koloni dan nilai viabilitas biofilm E. faecalis (p<0,05) dan biofilm C. albicans (p<0,05) antara seluruh konsentrasi larutan cuka apel, kontrol positif, dan kontrol negatif, dengan efek antimikroba larutan cuka apel tertinggi pada konsentrasi 2,5% dan terendah pada konsentrasi 0,63%. Kesimpulan: Larutan cuka apel 2,5% memiliki kemampuan antimikroba dengan nilai viabilitas dan jumlah koloni hampir sebanding dengan kontrol positif NaOCl 2,5%, sehingga larutan cuka apel dapat dipertimbangkan untuk dijadikan alternatif larutan irigasi saluran akar.

Background: E. faecalis and C. albicans are microorganisms in root canals that are able to survive even after root canal treatment. The use of synthetic irrigation solutions during root canal treatment is effective in eliminating microorganisms in the root canal but has been shown to be toxic to periapical mesenchymal stem cells. Apple vinegar contains active substances such as organic acids, flavonoids, phenols, tannins which are antimicrobial and inhibit microbial growth, but have been proven not to be toxic to stem cells. The aim of this study was to compare the antimicrobial effects of apple vinegar solutions of various concentrations on E. faecalis and C. albicans biofilms. Method: Exposure to 0.63%, 1.25% and 2.5% apple vinegar solutions, as well as 2.5% NaOCl positive control and negative control on E. faecalis and C. albicans biofilms were carried out. Then the antimicrobial effect was evaluated using the colony count test and viability value using the MTT Assay method. Result: There were significant differences in the number of colonies and viability values of E. faecalis biofilm (p<0.05) and C. albicans biofilm (p<0.05) between all concentrations of apple vinegar solution, positive control and negative control, with the antimicrobial effect of the apple vinegar solution were highest at a concentration of 2.5% and lowest at a concentration of 0.63%. Conclusion: The 2.5% apple vinegar solution has antimicrobial ability with viability values and colony numbers almost comparable to the 2.5% NaOCl as positive control, so 2,5% apple vinegar solution can be considered as an alternative root canal irrigation solution."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Polu Syaherias
"Terjadi perbedaan yang cukup signifikan antara jumlah impor dan ekspor untuk komoditas apel di Indonesia. Jumlah impor buah apel jauh lebih besar dibanding dengan jumlah ekspor apel lokal. Hal ini mengakibatkan berlebihnya panen apel lokal di Indonesia, sehingga salah satu alternatif cara untuk mereduksi kelebihan apel lokal adalah dengan mengolah apel lokal yang berlebih tersebut menjadi cuka apel. Cuka apel bersifat anti septik yang mampu membunuh bakteri-bakteri dalam saluran pencernaan, memperbaiki metabolisme tubuh, memperlancar aliran darah untuk mengatasi toxemia alias keracunan dalam peredaran darah dan mencegah obesitas.
Proses pengolahan cuka apel menggunakan Apel Anna, dengan proses fermentasi dua tahap; yaitu fermentasi glukosa dalam apel menjadi alkohol dengan bantuan Saccharomyces cerevisiae. dan kemudian alkohol difermentasi menjadi asam asetat dengan bantuan bakteri Acetobacter aceti. Metode yang digunakan pada fermentasi ini adalah kombinasi fermentasi aerob dan anaerob.
Pada penelitian ini dilakukan penambahan Saccharomyces cerevisiae dengan variasi 5 dan 7,5 gram. Variasi juga dilakukan pada penambahan gula dengan kadar 0%, 10%, dan 15%. Analisis kadar alkohol, kadar asam asetat, dan pH dilakukan 2 kali setiap seminggu selama 3 minggu masa inkubasi fermentasi aerob. Penentuan kadar alkohol dengan menggunakan Gas Chromatography, kadar asam asetat dengan titrasi asam-basa, dan penentuan pH dilakukan dengan pH meter.
Hasil yang diharapkan pada penelitian ini adalah perancangan produk cuka apel, penambahan ragi Saccharomyces cerevisiae dan penambahan gula yang tepat untuk mencapai kondisi optimal dan menentukan kadar alkohol, kadar asam asetat, dan pH dari produk cuka apel sebagai parameter optimasi proses fermentasi.

There is quite significance between total export and import for Apple comodity in Indonesia. Total import of Apple is greater than total export. This fenomena could make the excess of local apple in Indonesia. In order to avoid that fenomena, an alternative way is manufacturing the excess of local apple to become apple vinegar. Apple vinegar is an antiseptic that can eliminate bacterias in our body, it could also avoid obesitas.
Manufacturing prosess of apple vinegar from anna apple using two stage of fermentation; glucose fermentation to become alcohol assist by Saccharomyces cerevisia, and then the alcohol is fermentated assist by Acetobacter acetii bacteri. Methode that is used on this fermentation are combination of aerob and anaerob fermentation.
In this research, saccharomyces cerevisiae is added with variation 5 and 7,5 gr. Variation is also used with sugar added 0%, 10%, and 15%. Two times a week alcohol, acetat acid, and pH is analysid. Alcohol content is measured by using Gas Chromatography, acetat acid is measured by acid-base titration, and pH is measured by pH meter.
Result that is expected in this research is chemical product design of apple vinegar, amount of Saccharomyces cerevisiae and sugar that could make the fermentation prosess going optimal.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S52225
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Laurentius Johan Ardian
"Belum banyak bukti ilmiah yang mendukung efektivitas cuka apel. Namun, penggunaannya sebagai agen penurun berat badan telah semakin meluas. Bahkan, di berbagai iklan penjualan produk, suplemen makanan ditampilkan seolah-olah memiliki manfaat seperti obat. Untuk itu, peneliti mengadakan penelitian eksperimental dan hipotesis yang akan diuji adalah efektivitas cuka apel tak sebaik yang dimiliki obat standar dalam menurunkan berat badan tikus strain Sprague Dawley. Tikus Sprague Dawley dengan berat 190- 250 gram digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini. Ada 24 ekor tikus yang terbagi ke dalam 3 kelompok, yaitu kelompok kontrol (sebagai kontrol negatif), kelompok mazindol (sebagai kontrol positif), dan kelompok cuka apel. Ketiganya mendapat jenis makanan dan minuman yang sama. Berat badan dan tingkah laku tikus diamati selama dua minggu. Data berat badan sebelum dan sesudah terapi diambil dan dianalisis menggunakan uji hipotesis One Way Anova. Peneliti mendapati tidak adanya penurunan berat badan pada ketiga kelompok perlakuan. Akan tetapi, berat badan tikus terus mengalami peningkatan dari hari ke hari. Data peningkatan berat badan tersebut menunjukkan adanya perbedaan bermakna secara statistik antara kelompok kontrol dan kelompok cuka apel (p = 0,012). Sementara itu, tidak adanya perbedaan bermakna terlihat baik antara kelompok kontrol dan mazindol maupun kelompok mazindol dan cuka apel.

There is not much scientific evidence supporting the effectiveness of apple cider vinegar. However, its use as a weight loss agent has been increasingly widespread. In fact, in various advertising sales of products, food supplements appear as if it has benefits such as drugs. For that reason, researchers conducted experimental research and hypotheses to be tested is not as good as the effectiveness of apple cider that has a standard drug in losing weight strain of Sprague Dawley rats. Sprague Dawley rats weighing 190-250 grams are used as samples in this study. There were 24 rats divided into 3 groups, namely the control group (as a negative control), mazindol group (as positive control), and apple vinegar. All of those got kind of the same foods and beverages. Weight and attitude of rats were observed for two weeks. Weight data before and after therapy was taken and analyzed using One Way Anova test hypotheses. Researchers found no change in body weight in all three treatment groups. However, the weight of rats continued to increase from day to day. Weight gain data showed a statistically significant difference between control group and apple cider vinegar group (p = 0.012). Meanwhile, there is no significant differences either between control group and mazindol group or between mazindol group and apple cider vinegar group.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Liesta Dewi Gustiany
"Cuka apel telah lama digunakan untuk menekan nafsu makan dengan tujuan untuk menurunkan berat badan. Namun, belum banyak bukti penelitian ilmiah yang membuktikan pengaruh penekanan nafsu makan tersebut. Dengan demikian peneliti melakukan sebuah studi eksperimental dengan hipotesis yang akan diuji adalah efektivitas cuka apel dalam menurunkan nafsu makan tikus tidak sebaik yang dimiliki mazindol. Jenis tikus yang digunakan sebagai sampel penelitian adalah tikus Sprague Dawley dengan berat 190- 250 gram. Sampel berjumlah 24 ekor dan dibagi dalam 3 kelompok, yaitu kelompok kontrol (sebagai kontrol negatif), kelompok mazindol (sebagai kontrol positif), dan kelompok cuka apel.
Semua sampel mendapat perlakuan yang sama. Nafsu makan, yang ditunjukkan oleh berat sisa makanan yang diamati selama 2 minggu. Data berat sisa makanan dianalisis menggunakan uji hipotesis One Way Anova dan uji Post Hoc. Peneliti mendapati ada perbedaan bermakna secara statistik berat sisa makanan antara kelompok kontrol dan kelompok cuka apel (p = 0,000) dengan uji One Way Anova dan (p = 0,000) dengan uji Post Hoc. Sementara itu, tidak adanya perbedaan bermakna terlihat pada kelompok kontrol dan mazindol (p = 0,623) dengan uji Post Hoc. Dengan demikian disimpulkan efektivitas cuka apel dalam menurunkan nafsu makan lebih baik daripada mazindol.

Apple cider vinegar has beend used for ages in suppressing appetite in order to lose weight. Meanwhile, there are only few valid studies regarding this matter. Thereby, researcher conducted an experimental study and define the effectiveness of apple cider vinegar is not as good as mazindol for suppressing appetite as the hypothesis. Researcher used Sprague Dawley strain rats which weight are 190-250 grams as research sample. Twenty four rats devided into 3 groups, that is control group (as negative control), mazindol group (as positive control), and apple cider vinegar group.
All samples given same treatment. Appetite assessed by the weight of leftovers which has been monitored for 2 weeks. The data of leftovers analyzed by One Way Anova and Post Hoc hyphoteses tests. Researcher found that there is significance difference of leftovers between control and apple cider vinegar group (p = 0,000) using One Way Anova test and (p = 0,000) using Post Hoc test. Meanwhile there is no significance difference between control and mazindol group (p = 0,623) using Post Hoc hypothesis test. In conclusion, the effectiveness of apple cider vinegar in suppressing appetite is better than mazindol.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Eko Jatmiko
"Sayuran kemangi yang sering dikonsumsi secara mentah misalnya sebagai lalapan, dapat menjadi media transmisi infeksi parasit usus yaitu Soil Transmitted Helminths (STH) dan kista protozoa. Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan metode potong lintang, menggunakan 40 sampel sayuran kemangi yang dibeli secara acak dari pasar tradisional dan swalayan di Jakarta. Dua puluh sampel dari pasar tradisional dan 20 sampel dari pasar swalayan kemudian direndam selama 24 jam dalam larutan garam cuka dan air sebagai kontrol. Perendaman ini dilakukan untuk memperoleh jumlah kontaminasi parasit usus.
Data berupa jumlah telur STH atau kista protozoa kemudian diproses dengan SPSS versi 20 dan dianalisis dengan uji t tidak berpasangan atau uji Mann Whitney. Hasil penelitian menunjukan 14 sampel terkontaminasi STH, 7 sampel dari pasar tradisional dan 7 sampel dari pasar swalayan, dan seluruh sampel (100%) terkontaminasi kista protozoa. Jumlah parasit usus yang ditemukan sebesar 1780 pada pasar tradisional dan 1550 pada pasar pasar swalayan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna (p > 0,05) antarajumlah kontaminasi parasit usus yang ditemukan pada pasar tradisional dan swalayan Jakarta, dan diperoleh perbedaan bermakna (p<0,05) antara jumlah parasit usus yang ditemukan pada media perendaman larutan garam cuka dan air. Jenis pasar tidak mempengaruhi kontaminasi parasit usus pada sayuran kemangi dan penggunaan larutan garam cuka sebagai media perendaman berpengaruh terhadap jumlah parasit usus yang ditemukan.

Basil is often consumed uncooked, instance as lalapan, but it can be a medium of transmission of the intestinal parasites infection, Soil Transmitted Helminthes (STH) and protozoan cysts. This research used an observational analytic crosssectional method, which used 40 samples of basil purchased randomly from the traditional and selfservice markets in Jakarta. Twenty samples from traditional markets and 20 samples from selservice markets were soaked in acetous salt solution and water as a control study to obtain the number of STH eggs or protozoan cysts.
Data were processed by SPSS 20 version then analyzed by t test or Mann Whitney. Result of research showed 14 samples were contaminated by STH, 7 from traditional markets and 7 from selfservice markets, and all samples (100%) were contaminated by protozoan cysts. The number of parasites is 1780 from traditional markets and 1550 from selfservice markets.
Results of this research showed, there was no significant difference (p>0.05) between the prevalence of intestinal parasites in traditional and selfservice markets in Jakarta, and there was significant difference (p<0.05) between the prevalence of intestinal parasites by sedimentation method in acetous salt solution and water. Type of market does not affect the prevalence of intestinal parasites in basil, and acetous salt solution as soaking media in sedimentation method, affects the prevalence of parasites.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Muhammad Karim
"Cuka apel merupakan salah satu suplemen makanan yang diklaim dapat digunakan untuk menurunkan berat badan oleh masyarakat Indonesia. Namun, jumlah bukti ilmiah yang mendukung pendapat tersebut masih sedikit. Oleh karena itu, peneliti mengadakan sebuah penelitian dengan metode eksperimental dan berhipotesis bahwa cuka apel dapat menurunkan berat badan tikus strain Sprague Dawley. Dalam penelitian ini digunakan 24 ekor Sprague Dawley dengan berat 190-250 gram sebagai hewan coba. Tikus-tikus ini dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu kelompok kontrol (sebagai kontrol negatif), kelompok dietilpropion (sebagai kontrol positif), dan kelompok cuka apel. Ketiga kelompok perlakuan diberi makanan dan minuman dengan jumlah dan jenis yang sama. Selama dua minggu penelitian, dari hari ke hari berat badan dan tingkah laku tikus diamati. Data berat badan sebelum dan sesudah terapi dianalisis secara statistik. Pada akhir penelitian, peneliti tidak menemukan adanya penurunan berat badan pada ketiga kelompok perlakuan, akan tetapi efek sebaliknya terjadi peningkatan berat badan tikus. Hasil analisis statistik menunjukkan adanya perbedaan bermakna antara kelompok kontrol dan kelompok cuka apel (p = 0.012 ). Namun, antara kelompok dietilpropion dan cuka apel tidak ditemukan perbedaan yang bermakna. Hal ini juga ditemukan antara kelompok dietilpropion dan cuka apel.

Apple cider vinegar is one of food supplements that commonly used to reduce body-weight by Indonesian citizens. But, there is only few scientific proof that supports this opinion. Therefore, researcher held an experimental study and hipotized that apple cider vinegar could reduce the body weight of Sprague Dawley rats. In this study, 24 rats with body weight 190-250 gram are used as experimental animal. These mice were divided into 3 groups, control group (as negative control), diethylpropion group (as positive control group), and apple cider vinegar group. These 3 groups were given the same amount and type of food and drink. For 2 weeks, the body weight and the attitude of mice were observed day by day. The data of mice?s body weight before-and-after treatment were analyzed statistically using SPSS program. In the end of the study, researcher didn?t find any body-weight loss on the 3 groups, but the result of statistical analytic showed that there was significant difference between control group and apple cider vinegar group (p = 0.012). In the other hand, no significant difference found between diethylpropion group and apple cider vinegar group, as well as between dietyhlpropion group and apple cider vinegar group."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>