Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 34 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Qodri Febrilian Erahman
"Pesatnya perkembangan kendaraan bermotor di Indonesia saat ini memicu peningkatan terhadap permintaan bahan bakar minyak khususnya bahan bakar bensin, namun keadaan yang terjadi saat ini tidak didukung dengan ketersediaan cadangan sumber minyak fosil yang cukup untuk memenuhi kebutuhan. Kondisi ini memicu para peneliti untuk mencari sumber energi alternatif baru pengganti bahan bakar fosil dengan bahan bakar yang berasal dari minyak nabati yang dapat diperbaharui. Salah satu minyak nabati yang potensial untuk dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif di Indonesia adalah minyak kelapa sawit. Penelitian sebelumnya telah membuktikan, bahwa minyak sawit dapat digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan bahan bakar setaraf gasoline melalui reaksi perengkahan. Bahan bakar altematif tersebut disebut juga sebagai biogasoline. Telah dilaporkan pada penelitian sebelumnya bahwa biogasoline dapat disintesis melalui reaksi perengkahan katalitik fasa cair menggunakan katalis zeolit dan alumina, namun yield yang didapat selalu rendah dan tidak menunjukkan hasil yang signifikan dalam penurunan viskositas maupun densitas. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh masih bercampurnya produk yang terbentuk dan reaktan yang belum bereaksi. Oleh karena itu pada penelitian ini akan dilakukan reaksi perengkahan katalitik pada fasa gas menggunakan katalis alumina. Reaksi perengkahan dilakukan menggunakan reaktor unggun tetap. Umpan yang akan dilewatkan menuju katalis diubah terlebih dahulu menjadi fasa gas, sehingga diperlukan pemanasan awal mendekati titik didih minyak sawit. Suhu optimum untuk pemanasan awal minyak sawit adalah 270 °C, sedangkan temperatur reaksi perengkahan akan dilakukan pada suhu, dimana katalis alumina dapat aktif, yaitu: 300 s/d 350 T. Selain itu dilakukan pula variasi terhadap laju alir nitrogen pada rentang 25 s/d 100 mL/menit untuk mengetahui kondisi optimum yield fraksi gasoline yang diperoleh. Produk yang dihasilkan dianalisis dengan kromatografi gas (GC), FTIR dan kromatografi gas spektroskopi massa (GCMS). Hasil analisis menunjukkan bahwa kondisi operasi yang optimum untuk menghasikan produk cair dengan % fraksi gasoline tertinggi adalah pada suhu 320 °C dengan laju alir 50 mL/menit, dimana yield fraksi bensin yang didapatkan adalah 55 %, sedangkan produksi gas tertinggi dicapai pada suhu 340 °C dengan laju alir 50 mL/menit. Perubahan yang teramati dengan meningkatnya suhu reaksi adalah produk gas yang dihasilkan semakin tinggi, sedangkan kenaikan laju alir akan menurunkan produksi gas. Gas hasil produk perengkahan terdini atas berbagai macam kandungan diantaranya, yaitu : gas CO, CO2, Cl-I4, C2H4 dan C21-16. Densitas dan viskositas cenderung meningkat dengan adanya kenaikan suhu reaksi. Densitas dan viskositas terendah dicapai pada suhu reaksi 310 °C, yaitu berturut-turut 0,0119 P dan 0,789 gr/mL, sedangkan bilangan oktan tertinggi diperoleh pada suhu reaksi 300 °C, yaitu 106. Hasil analisis FTIR menunjukkan, bahwa terjadi pengurangan ikatan CH2, CH3 dan R-CH3 dengan meningkatnya suhu reaksi. Analisis GCMS menunjukkan kandungan yang cukup tinggi pada senyawa alkana dan alkena dengan persentase berturut-turut adalah 55% dan 37%, sisanya merupakan golongan siklik dan aromatis. Hasil analisis GCMS juga menunjukkan, bahwa kandungan senyawa hidrokarbon tertinggi adalah hidrokarbon C11. Pada penelitian ini dilakukan pula studi kinetika reaksi perengkahan dengan parameter kinetika konstanta laju reaksi dan orde reaksi berada pada rentang berturut-turut, yaitu : 57-62 hr-1 dan 1,553-1,599."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
T24701
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Irfan Setio Leksono
"Indonesia merupakan salah satu negara eksportir Crude Palm Oil (CPO) di dunia dan dalam beberapa tahun terakhir volume ekspor CPO Indonesia mengalami peningkatan. Dengan dikeluarkannya kebijakan pemerintah Indonesia nomor 80 tahun 2018 yang mewajibkan penggunaan angkutan laut nasional untuk kegiatan ekspor CPO membantu meningkatkan produktifitas industri pelayaran nasional melalui pengadaan armada kapal dan juga akan mengubah model bisnis yang tadinya menggunakan incoterm Free On Board (FOB) menjadi Cost, Insurance and Freight (CIF), dimana model bisnis CIF akan lebih menguntungkan pihak Indonesia sebagai pihak eksportir. Untuk mendukung kebijakan tersebut dibutuhkan armada kapal yang memadai. Penelitian ini memiliki tujuan mengetahui kebutuhan perencanaan armada kapal untuk memenuhi kebutuhan ekspor CPO Indonesia rute Dumai-Kandla  dalam hal jumlah kapal, kapasitas kapal dan kecepatan kapal. Dengan menggunakan metode optimasi linear programming dimana meminimalkan total biaya operasional dan perhitungan menggunakan persamaan yang ada sehingga didapatkan nilai yang optimal. Hasil pada penelitian ini didapatkan rencana armada kapal yang dibutuhkan yaitu jumlah kapal baru sebanyak 16 sampai 25 kapal pada tahun 2019 sampai 2033 dengan kapasitas 10000 DWT dan kecepatan 15,5 knot. Apabila menyewa kapal dibutuhkan, maka dibutuhkan dalam jumlah 8 sampai 13 kapal pada tahun 2019 sampai 2033 dengan kapasitas 20000 DWT dan kecepatan 13.8 knot. Dilanjutkan dengan initial design dimana berfungsi sebagai acuan estimasi biaya apabila ingin melakukan pengadaan kapal baru.

Indonesia is one of the worlds major exporters of Crude Palm Oil (CPO) and in recent years the volume of Indonesias CPO exports has increased. With the issuance of Indonesian government policy number 80 of 2018 which requires the use of national sea transportation for CPO export activities helps increase the productivity of the national shipping industry through the procurement of a fleet of ships and will also change the business model that used the Free On Board (FOB) to Cost, Insurance and Freight (CIF), where the CIF business model will be more profitable for Indonesia as an exporter. To support this policy an adequate fleet of ships is needed. This study aims to determine the needs of the fleet planning to meet the needs of Indonesias CPO export Dumai - Kandla route in terms of number of ships, ship capacity and speed of the ship. By using linear programming optimization method which minimizes total operational costs and calculations using existing equations so that the optimal value is obtained. The results of this study found that the fleet plan required is the number of new ships of 16 to 25 ships in 2019 to 2033 with a capacity of 10000 DWT and a speed of 15.5 knots. If renting a vessel is needed, namely the number of vessels of 8 to 13 ships in 2019 to 2033 with a capacity of 20000 DWT and a speed of 13.8 knots. Followed by the initial design which serves as a reference for estimating costs if you want to procure new ships."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rizza Gani
"Dalam perdagangan internasional, produk minyak nabati merupakan salah satu produk pertanian yang paling banyak diperdagangkan (termasuk biji-bijian dan daging), perdagangan minyak nabati menjadi sangat penting bagi banyak negara, dengan tujuan untuk konsumsi maupun produksi (Krugman, 2009). Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) memperkirakan permintaan impor minyak nabati seperti minyak sawit dunia akan mencapai 50,6 juta ton pada tahun 2022. Angka tersebut meningkat sebesar 6,3% dibandingkan periode tahun 2021. Berdasarkan hal tersebut, sejak tahun 2008 pemerintah mengeluarkan kebijakan pengenaan pajak atas minyak kelapa sawit dan turunannya dengan tujuan untuk menjamin ketersediaan dalam negeri dan untuk mendorong pertumbuhan industri nasional. Penelitian ini bertujuan untuk menganalis pengaruh kebijakan pajak ekspor terhadap kinerja ekspor minyak kelapa sawit dan turunannya. Kami menggunakan data panel ekspor produk minyak kelapa sawit dan turunannya ke 10 negara tujuan utama ekspor selama periode 2008 – 2021 dengan metode estimasi Poisson Pseudo Maximum Likehood (PPML). Hasil Estimasi menunjukkan penerapan kebijakan pajak ekspor menimbulkan efek efek negatif terhadap kinerja ekspor minyak kelapa sawit dan turunannya.

In international trade, oilseed products are one of the most highly traded agricultural products (others include grains and meat), making this trade one of crucial importance for many countries, either through production or utilization (Krugman,2009). The United States Department of Agriculture (USDA) estimates that the world's import demand for vegetable oils such as palm oil will reach 50.6 million tons in 2022. This figure increased by 6.3% compared to the 2021 period. Based on that, since 2008 the government has issued a policy of imposing taxes on palm oil and its derivatives with the aim of ensuring domestic availability and to encourage the growth of the national industry. This study examines the impact of the imposition of export tax policies on the export performance of palm oil and its derivatives. We use panel data on exports of palm oil products and their derivatives to 10 main export destination countries during 2008 – 2021 period using Poisson Pseudo Maximum Likelihood (PPML) estimation method. The estimation results show that the export tax has a significant negative effect on the export volume of palm oil and its derivatives."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Yaser M.
"Indonesia merupakan salah satu negara eksportir Crude Palm Oil (CPO) di dunia dan dalam beberapa tahun terakhir volume ekspor CPO Indonesia mengalami peningkatan. Dengan dikeluarkannya kebijakan pemerintah Indonesia nomor 80 tahun 2018 yang mewajibkan penggunaan angkutan laut nasional untuk kegiatan ekspor CPO membantu meningkatkan produktifitas industri pelayaran nasional melalui pengadaan armada kapal dan juga akan mengubah model bisnis yang tadinya menggunakan incoterm Free On Board (FOB) menjadi Cost, Insurance and Freight (CIF), dimana model bisnis CIF akan lebih menguntungkan pihak Indonesia sebagai pihak eksportir. Untuk mendukung kebijakan tersebut dibutuhkan armada kapal yang memadai. Penelitian ini memiliki tujuan mengetahui kebutuhan perencanaan armada kapal untuk memenuhi kebutuhan ekspor CPO Indonesia rute Dumai-Rotterdam dalam hal jumlah kapal, kapasitas kapal dan kecepatan kapal. Dengan menggunakan metode optimasi linear programming dimana meminimalkan total biaya operasional dan perhitungan menggunakan persamaan yang ada sehingga didapatkan nilai yang optimal. Hasil pada penelitian ini didapatkan rencana armada kapal yang dibutuhkan yaitu jumlah kapal baru sebanyak 4 sampai 6 kapal pada tahun 2019 sampai 2033 dengan kapasitas 20000 DWT dan kecepatan 14,9 knot. Apabila menyewa kapal dibutuhkan yaitu jumlah kapal baru sebanyak 4 sampai 6 kapal pada tahun 2019 sampai 2033 dengan kapasitas 20000 DWT dan kecepatan 11.9 knot. Dilanjutkan dengan initial design dimana berfungsi sebagai acuan estimasi biaya apabila ingin melakukan pengadaan kapal baru.

Indonesia is one of the world's major exporters of Crude Palm Oil (CPO) and in recent years the volume of Indonesia's CPO exports has increased. With the issuance of Indonesian government policy number 80 of 2018 which requires the use of national sea transportation for CPO export activities helps increase the productivity of the national shipping industry through the procurement of a fleet of ships and will also change the business model that used the Free On Board (FOB) to Cost, Insurance and Freight (CIF), where the CIF business model will be more profitable for Indonesia as an exporter. To support this policy an adequate fleet of ships is needed. This study aims to determine the needs of the fleet planning to meet the needs of Indonesia's CPO export Dumai-Rotterdam route in terms of number of ships, ship capacity and speed of the ship. By using linear programming optimization method which minimizes total operational costs and calculations using existing equations so that the optimal value is obtained. The results of this study found that the fleet plan required is the number of new ships of 4 to 6 ships in 2019 to 2033 with a capacity of 20000 DWT and a speed of 14.9 knots. If renting a vessel is needed, namely the number of new vessels of 4 to 6 ships in 2019 to 2033 with a capacity of 20000 DWT and a speed of 11.9 knots. Followed by the initial design which serves as a reference for estimating costs if you want to procure new ships.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Destohalgia Amaanullah
"Analisis harga Crude Palm Oil (CPO) merupakan langkah krusial dalam perencanaan strategis industri minyak kelapa sawit untuk mengantisipasi fluktuasi harga. Metode analisis harga awalnya berbasis statistik, namun seiring perkembangan teknologi dan kompleksitas data, metode machine learning mulai diterapkan untuk hasil lebih akurat. Harga CPO dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti curah hujan dan nilai tukar mata uang, yang membuat prediksi harga menjadi tantangan tersendiri. Penelitian ini menganalisis harga CPO menggunakan metode deret waktu, Autoregressive Integrated Moving Average with Exogenous Variables (SARIMAX), dan metode Machine Learning, Random Forest. Data yang digunakan meliputi harga CPO, nilai tukar rupiah terhadap dollar, dan inflasi di Indonesia dari Januari 2010 hingga Januari 2024. Evaluasi performa model menggunakan Mean Absolute Percentage Error (MAPE) menunjukkan bahwa Random Forest memiliki performa lebih baik dengan nilai MAPE 18,92%, dibandingkan SARIMAX dengan nilai MAPE 19,07%. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu pelaku industri CPO dalam pengambilan keputusan strategis dan perencanaan bisnis yang lebih baik.

Crude Palm Oil (CPO) price analysis is a crucial step in the strategic planning of the palm oil industry to anticipate price fluctuations. Price analysis methods were originally based on statistics, but with the development of technology and data complexity, machine learning methods began to be applied for more accurate results. CPO prices are affected by external factors such as rainfall and currency exchange rates, which makes price prediction a challenge. This research analyzes CPO prices using the time series method, Autoregressive Integrated Moving Average with Exogenous Variables (SARIMAX), and the machine learning method, Random Forest. The data used includes CPO prices, rupiah exchange rate against the dollar, and inflation in Indonesia from January 2010 to January 2024. Evaluation of model performance using Mean Absolute Percentage Error (MAPE) shows that Random Forest has better performance with a MAPE value of 18.92%, compared to SARIMAX with a MAPE value of 19.07%. The results of this study are expected to help CPO industry players in making strategic decisions and better business planning."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Christianus Frans Barry
"ABSTRAK
Industri produk kelapa sawit merupakan salah satu subsector perkebunan yang
memiliki peranan strategis di Indonesia. Khusus untuk perkebunan kelapa sawit
saat ini Indonesia merupakan Negara penghasil Crude Palm Oil (CPO) terbesar di
dunia. Posisi strategis ini terus meningkat seiring masih besarnya potensi
pengembangan perkebunan dan industry kelapa sawit di masa mendatang. Oleh
karena itu, perusahaan-perusahaan penghasil produk kelapa sawit terus berupaya
meningkatkan kinerja perseroan agar tetap dapat bertahan dan memberikan
konstribusi positif bagi pengembangan perkebunan dan industry kelapa sawit di
Indonesia. Di saat yang sama diperlukan analisis atas kinerja perusahaan untuk
mengetahui kondisi perusahaan yang seutuhnya sebagai bahan evaluasi para
pemangku kepentingan, terutama para pemegang saham dan investor. Tesis ini
mencoba melihat kinerja perusahaan penghasil produk kelapa sawit dalam
menciptakan nilai tambah ekonomis bagi para investor dengan menggunakan
metode Economic Value Added (EVA) selama periode 2007-2011. Hasil
perhitungan menunjukkan bahwa beberapa perusahaan telah secara konsisten
berhasil menciptakan nilai tambah ekonomis bagi para pemegang saham,
sedangkan beberapa perusahaan lain mencatatkan nilai EVA yang fluktuatif dari
tahun ke tahun selama periode tersebut.

Abstract
Palm products industry is one of the plantation sub-sector that has a strategic role
in Indonesia. Especially for palm oil plantations, now Indonesia is the biggest
Crude Palm Oil (CPO) producer in the world. This strategic position expanding as
the magnitude of oil palm plantations potential and industrial development in the
future. Henceforth, companies who produce palm oil products continue to
improve their performance in order to be able to survive and contribute positively
for the development of plantations and oil palm industry in Indonesia. Meantime,
it is a necessity for doing performance analysis to determine the real condition of
those companies as evaluation analysis for the stakeholders, particularly
shareholders and investors. This thesis is concerning on the performance analysis
of palm oil products based companies in creating economic value for the investors
using the Economic Value Added (EVA) Methodology during 2007-2011. The
result shows that some companies have consistently succeeded in creating
economic value for their shareholders, while some other companies recorded
fluctuative EVA during the period
"
2012
T32204
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Laras Thyrza Amandari
"

Ancaman proteksionisme hijau di Uni Eropa tertera dalam Renewable Energy Directive 2018/2001 (RED II). Tesis ini mengkaji (i) hukum WTO tentang diskriminasi dan perlindungan lingkungan beserta pula (ii) alasan untuk Indonesia untuk mengajukan klaim bahwa RED II diskriminatif. Melalui penelitian hukum normatif yuridis dan pendekatan kualitatif, dapat disimpulkan bahwa pertama, hukum WTO terdiri dari beberapa artikel dalam Perjanjian Teknis Hambatan Perdagangan (TBT) dan Perjanjian Umum tentang Perdagangan dan Tarif (GATT), yang tertera dalam Pasal 2.1, 2.2, dan 5.1 Perjanjian TBT serta Pasal III: 4, XX (b), dan XX (g) dari GATT bersama dengan yurisprudensi yang relevan dari putusan WTO. Kedua, RED II bersifat diskriminatif karena konsep perubahan penggunaan lahan tidak langsung (ILUC), yang menargetkan pengurangan minyak sawit mentah (CPO) menjadi 0% pada tahun 2030, sedangkan produk domestik sejenisnya, yaitu minyak lobak, minyak kedelai, dan minyak biji bunga matahari tidak mendapatkan perlakuan yang sama. Sarannya adalah untuk menerapkan pasal-pasal yang telah diuraikan serta yurisprudensi yang relevan dalam hal Indonesia memutuskan untuk melanjutkan mekanisme penyelesaian sengketa di WTO. Selanjutnya, disarankan bahwa klaim Indonesia didukung oleh data ilmiah dan teknis untuk mendukung klaim hukum.


The threat of green protectionism in the European Union is prevalent within the enactment of Renewable Energy Directive 2018/2001 (RED II). This thesis examines (i) the WTO law on discrimination and environmental protection as well as (ii) the grounds for Indonesia to claim that RED II is discriminative. Through conducting a juridical normative legal research whilst applying a qualitative approach, it can be concluded that firstly, the WTO law comprised of several articles in the Technical Barriers to Trade (TBT) Agreement and General Agreement on Trade and Tariff (GATT), which includes but not limited to Article 2.1, 2.2, and 5.1 TBT Agreement as well as Article III:4, XX (b), and XX (g) of GATT alongside with the relevant jurisprudence of WTO case laws. Secondly, RED II is discriminatory due to the concept of indirect land use change (ILUC), which targets the reduction of crude palm oil (CPO) to 0% in the year 2030, whereas like products, namely rapeseed oil, soybean oil, and sunflower seed oil, are exempted from such reduction. The suggestion would be to apply the aforementioned Articles, as well as the relevant jurisprudence, in the event that Indonesia decides to continue the dispute settlement mechanism within the WTO. Next, it is suggested that the claims are supported by further research on scientific and technical data in addition to the legal claims.

"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sapto Nugroho
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh penerapan pajak ekspor atas produk minyak sawit kasar (crude palm oil/CPO) apakah berdampak terhadap produksi CPO, kuantitas ekspor CPO, serta harga ekspor CPO di Indonesia. Kami menggunakan data time series bulanan selama 13 tahun (156 bulan). Hasil estimasi menunjukkan bahwa penerapan pajak ekspor walaupun berdampak positif terhadap produksi namun tidak signifikan. Pengaruh pajak ekspor terhadap volume ekspor juga tidak signifikan meskipun arahnya sudah sesuai teori yaitu mengurangi volume ekspor. Pajak ekspor signifikan berpengaruh positif terhadap harga ekspor CPO dari Indonesia.

This study aims to analyze the effect of the application of export taxes on crude palm oil (CPO) product which have an impact on CPO production, CPO exort quality, and CPO export price in Indonesia. We use monthly time series data for 13 year (156 month). The estimation results show that the application of export tax although positive for production but not significant. The effect of export tax on export volume is also insignificant even though the direction is in line with the theory of reducing export volume. The export tax has a significant positive effect on the price of CPO export from Indonesia."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farhan Syahputra Derajat
"Indonesia merupakan negara yang memiliki komoditas Crude Palm Oil (CPO) terbesar di dunia dan merupakan penyumbang terbesar dalam kegiatan ekspor CPO dunia. Ekspor CPO Indonesia diantaranya mencakup yaitu benua Afrika, Australia, Amerika, dan Eropa dengan pangsa utama di benua Asia. Namun ketersedian kapal chemical tanker berbendera Indonesia yang tepat untuk mengangkut CPO hanya tersedia 22 unit atau 4% dari total kapal tanker yang dimiliki oleh perusahaan pelayaran nasional, maka dari itu baik untuk pengangkutan maupun pengiriman CPO dilakukan oleh masing-masing importir dengan menggunakan kapal yang dikelola dan dikuasai oleh perusahaan pelayaran asing. Dengan adanya Regulasi Menteri Perdagangan Nomor 80 Tahun 2018, maka perusahaan pelayaran nasional harus dapat memenuhi akan kebutuhan kapal ekspor CPO Indonesia, dimana akan mengubah model bisnis yang tadinya menggunakan incoterm Free On Board (FOB) menjadi Cost, Insurance and Freight (CIF), dimana model bisnis CIF akan lebih menguntungkan pihak Indonesia sebagai pihak eksportir. Untuk memenuhi kebijakan tersebut, maka penlitian ini memiliki tujuan untuk menghasilkan perencanaan armada dalam hal memenuhi kebutuhan ekspor CPO Indonesia pada beberapa rute utama baik dalam hal spesifikasi( kapasitas dan kecepatan) dan jumlah armada kapal yang optimal dan effisien. Dengan menggunakan metode optimasi program linier, maka didapatkan hasil unit shipping cost perhitungan menggunakan persamaan yang ada sehingga didapatkan nilai yang optimal. Dengan menggunakan metode optimasi linear programming, maka dengan persamaan yang ada akan meminimalkan total unit shipping cost dan didapatkan perencanaan armada ekpor CPO Indonesia dengan nilai yang optimal.

Indonesia is a country that has the largest Crude Palm Oil (CPO) commodity in the world and the largest contributor the world CPO export activities. Indonesia's CPO exports include the continents of Africa, Australia, America, and Europe with the main share in the Asian continent. The availability of appropriate Indonesian-flagged chemical tankers to transport CPO is only available 22 units or 4% of the total tankers owned by national shipping companies, therefore the transportation and delivery of CPO are carried out by using ships that are managed and controlled by foreign shipping companies.With the issuance of Indonesian government policy number 80 of 2018, national shipping companies must be able to serve the needs of Indonesian CPO export vessels, which will change the business model that previously used the incoterm Free On Board (FOB) to Cost, Insurance and Freight (CIF), where CIF's business model will be beneficial for Indonesia as an exporter. To comply this policy, this research aims to produce fleet planning to meet Indonesia's CPO export needs on several main routes in terms of optimal specifications (capacity and speed) and number of fleets. By using the linear program optimization method, the results of unit shipping cost calculations using the existing equations are obtained so that the optimal value is obtained. By using the linear programming optimization method, the existing equation will minimize the total unit shipping cost and obtain an optimal value for Indonesian CPO export fleet planning."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Roni Dwi Susanto
"Semakin pentingnya kedudukan kelapa sawit sebagai bahan baku minyak goreng dan perolehan devisa telah menyebabkan pemerintah dihadapkan pada pilihan yang sulit antara kepentingan untuk menjaga stabilitas harga minyak goreng sebagai salah satu bahan kebutuhan pokok atau kepentingan untuk meningkatkan perolehan devisa, melalui ekspor crude palm oil (CPO).
Mengingat bahwa industri minyak goreng sawit Indonesia sampai saat ini masih belum berjalan dengan kapasitas penuh, bahkan menurut beberapa survei hanya berkisar 50-60 persen dari kapasitas terpasang, maka kebijakan yang dilakukan pemerintah adalah meningkatkan ketersediaan CPO sebagai bahan baku industri minyak goreng. Untuk itu pemerintah telah melakukan berbagai kebijakan, baik melalui penghapusan bea masuk maupun pengenaan pajak ekspor serta alokasi CPO kepada Badan Urusan Logistik (BULOG).
Dari gambaran intervensi pemerintah yang telah dilakukan selama ini terhadap minyak sawit Indonesia terlihat bahwa senantiasa terjadi benturan-benturan kepentingan dalam penerapan kebijakan. Dua dilema kebijakan yang dihadapi yaitu:
1. Pilihan antara pengembangan industri minyak goreng dalam negeri atau mengimpor minyak goreng dan mengekspor bahan mentah pembuatan minyak goreng (CPO) sebagai penghasil devisa;
2. Pilihan antara menggunakan instrumen minyak goreng impor atau pengaturan produksi minyak goreng dalam negeri untuk pengelolaan (stabilisasi) harga minyak goreng dalam negeri.Dilema ke dua ini langsung terkait dengan jaminan ketersediaan minyak goreng dalam negeri, dengan demikian harga minyak goreng tidak akan berfluktuasi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran terhadap kondisi penawaran dan permintaan minyak sawit Indonesia dan pengaruhnya terhadap industri minyak goreng serta gejolak harga minyak goreng di pasar domestik. Untuk itu dalam penelitian ini diidentifikasi faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap penawaran dan permintaan minyak sawit domestik dan pengaruhnya terhadap harga minyak goreng. Disamping itu penelitian ini juga berupaya mengkaji kebijakan-kebijakan yang telah dilakukan pemerintah yang pada dasarnya bertujuan untuk menjaga stabilitas harga minyak goreng. Analisis yang digunakan meliputi analisis deskriptif dan analisis kuantitatif dengan pendekatan ekonometrika.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa apabila terjadi kenaikan harga bahan baku industri minyak goreng (CPO) maka harga minyak gorengpun akan naik, atau dengan kata lain harga minyak goreng berbanding lurus dengan harga CPO domestik. Secara teoritis hal ini sangat wajar, karena dengan naiknya salah satu harga input produksi maka perusahaan yang rasional akan menaikkan harga outputnya agar tetap dapat mempertahankan keuntungannya. Ditunjukkan bahwa apabila harga CPO domestik naik sebesar Rp. 1000,00 per ton maka harga minyak goreng sawit akan naik sebesar Rp. 2000,15 per ton. Hasil ini nyata pada tingkat kepercayaan di atas 90%. Sedangkan perubahan harga CPO di pasar internasional juga berpengaruh positif terhadap perubahan harga minyak goreng. Berdasarkan hasil regresi ditunjukkan bahwa kenaikan harga CPO di pasar internasional sebesar US$ 1 per ton akan menaikkan harga minyak goreng sebesar Rp. 0.42 per ton, cateris paribus.
Harga minyak goreng berhubungan negatif dengan penawaran CPO domestik. Hasil pengujian menunjukkan bahwa apabila pasokan CPO di pasar domestik meningkat maka akan dapat menurunkan harga minyak goreng sawit. Apabila penawaran CPO di pasar domestik meningkat sebesar 1 ton maka harga minyak goreng akan dapat turun sebesar Rp. 0,11 per ton, cateris paribus. Apabila pasokan CPO berkurang, maka produksi minyak goreng berkurang yang pada gilirannya menyebabkan minyak goreng di pasaran menjadi berkurang sehingga memicu kenaikan harga minyak goreng.
Bagi produsen CPO rangsangan untuk mengekspor CPO lebih menarik dibandingkan dengan kewajiban mereka dalam memenuhi kebutuhan domestik. Walaupun telah ditetapkan pajak ekspor, selama kegiatan ekspor masih memberikan keuntungan yang lebih besar daripada menjual di dalam negeri maka produsen CPO akan berusaha untuk mengekspor. Sehingga sering ditemukan ekspor CPO secara illegal. Dengan demikian catatan jumlah ekspor resmi berbeda dengan kenyataan aktual CPO yang dilarikan ke luar negeri yang cenderung lebih besar dari catatan volume ekspor. Sehingga jumlah CPO yang dipasok di dalam negeri berkurang lebih besar dari jumlah CPO yang diekspor.
Semakin meningkatnya kebutuhan minyak goreng masyarakat, maka kebutuhan CPO sebagai bahan baku industri minyak goreng juga meningkat. Dari hasil pengujian ditunjukkan bahwa apabila terjadi kenaikan permintaan bahan baku CPO untuk industri minyak goreng maka akan diikuti dengan kenaikan jumlah penawaran CPO di pasar domestik, walaupun kenaikan penawaran CPO di pasar domestik tidak sebesar permintaan CPO. Apabila permintaan CPO untuk industri minyak goreng meningkat sebanyak 10 ribu ton maka penawaran CPO domestik juga akan meningkat tetapi hanya sebesar 2,1 ribu ton, cateris paribus. Oleh karena itu untuk menutupi kesenjangan lonjakan permintaan tersebut, pemerintah seringkali harus campur tangan guna menjamin ketersediaan pasokan CPO.
Salah satu upaya untuk meningkatkan produksi CPO adalah melalui pembukaan areal perkebunan kelapa sawit. Pengukuran terhadap pengaruh perubahan variabel luas areal perkebunan kelapa sawit terhadap penawaran CPO domestik menunjukkan bahwa apabila terjadi pertambahan areal perkebunan kelapa sawit seluas 1000 hektar maka akan terjadi kenaikan penawaran CPO di pasar domestik sebesar 2,13 ribu ton CPO, cateris paribus. Data Ditjen Perkebunan (1998) menunjukkan bahwa dari areal perkebunan kelapa sawit seluas 2,79 juta hektar-dihasilkan 5.64 juta ton CPO atau rata-rata satu hektar perkebunan kelapa sawit menghasilkan 2.02 ton CPO.
Untuk variabel kebijakan pemerintah tentang produksi dan tata niaga minyak sawit terlihat bahwa dengan dikeluarkannya kebijakan pemerintah sejak tahun 1979 telah berhasil meningkatkan penawaran minyak sawit domestik (berpengaruh positif). Akan tetapi pengaruhnya belum dapat memberikan dampak yang berarti dalam menjamin ketersedian pasokan CPO di pasar domestik, karena dengan adanya kebijakan tersebut penawaran CPO domestik hanya meningkat sebesar 199,84 ribu ton dalam kurun waktu 19 tahun.
Ketidakefektifan kebijakan pemerintah dalam menjamin ketersediaan CPO untuk keperluan industri minyak goreng dalam negeri menyebabkan harga minyak goreng senantiasa mengalami gejolak. Kebijakan pemerintah melalui instrumen alokasi CPO dalam negeri dan alokasi CPO untuk ekspor hanya bertahan dalam jangka pendek. Disamping itu kebijakan tersebut harus dibayar cukup mahal karena dalam jangka panjang menghambat promosi ekspor dan dalam jangka pendek menurunkan perolehan devisa negara melalui ekspor CPO.
Upaya stabilisasi harga minyak goreng melalui mekanisme alokasi dan penetapan harga bahan baku dinilai banyak kalangan tidak efektif. Dapat dikemukakan beberapa faktor sebagai penyebabnya, seperti:
a. Permintaan dunia terhadap minyak sawit (CPO) terus mengalami peningkatan dan harga di pasar internasional juga meningkat cukup pesat.
b. Secara operasional mekanisme alokasi CPO produksi PTP melalui KPB (Kantor Pemasaran Bersama) tidak lagi banyak pengaruhnya pada pemenuhan kebutuhan bahan baku industri minyak goreng.
c. CPO tidak hanya digunakan oleh industri minyak goreng. Penggunaan CPO untuk bahan baku industri lain (bukan industri minyak goreng) dalam negeri juga terus meningkat. Jenis industri tersebut antara lain adalah margarin, sabun dan oleokimia.
d. Mekanisme alokasi dan penetapan harga CPO yang disertai operasi pasar minyak goreng pada saat-saat tertentu (seperti menjelang tahun baru, bulan puasa dan lebaran) menyebabkan margin keuntungan produsen minyak goreng sangat tipis.
e. Harga CPO akan cenderung tetap tinggi karena permintaan domestiknya lebih besar daripada kapasitas produksi CPO.
Dari hasil perhitungan elastisitas harga CPO internasional terhadap penawaran CPO domestik menunjukkan bahwa setiap kenaikan harga CPO di pasar internasional sebesar 1% akan menurunkan penawaran CPO domestik sebesar 0,32%.
Harga CPO internasional berpengaruh negatif terhadap penawaran CPO domestik, ditunjukkan dengan nilai dugaan parameter sebesar -0.69, yang berarti apabila terjadi kenaikan harga CPO di pasar internasional sebesar 1 dollar US maka penawaran CPO domestik akan turun sebesar 0.69 ribu ton.
Dari hasil pendugaan dapat dinyatakan bahwa permintaan CPO domestik searah dengan jumlah produksi minyak sawit. Permintaan minyak sawit domestik sangat dipengaruhi oleh tingkat produksi minyak goreng sawit walaupun tidak dapat diabaikan permintaan CPO oleh industri margarin dan sabun yang konsumsinya meningkat di atas 15% dari tahun ke tahun.
Pertumbahan jumlah penduduk dan peningkatan pendapatan per kapita, berpengaruh positif terhadap permintaan minyak sawit domestik, hal ini ditunjukkan oleh koefisien yang bertanda positif sebesar 0.003 yang berarti setiap kenaikan penduduk 1.000 orang akan meningkatkan permintaan minyak sawit domestik sebesar 3 ton. Sedangkan hasil pendugaan parameter untuk pendapatan per kapita terhadap permintaan minyak sawit domestik sebesar 0,0006 menunjukkan bahwa apabila terjadi peningkatan pendapatan per kapita sebesar Rp. 1000 maka akan meningkatkan permintaan CPO domestik sebanyak 0,6 ton, dan sebaliknya.
Dalam jangka pendek, kebijakan yang berorientasi pada pengembangan industri minyak goreng dalam negeri jelas lebih buruk dalam hal perolehan devisa. Hal ini terjadi karena dalam jangka pendek, kebijakan ini bersifat sebagai subtitusi impor, sehingga akan menurunkan penerimaan ekspor. Disamping itu, kebijakan ini mungkin saja kurang efisien dalam jangka pendek karena teknologi dan manajemen industri pengelolaan pada umumnya belum dapat dikuasai dengan baik.
Namun demikian, faktor negatif kebijakan yang berorientasi pada pengembangan industri minyak goreng dalam negeri mestinya dapat diatasi dalam jangka panjang. Hal ini dapat dilakukan dengan mendorong industri minyak goreng untuk terus menerus meningkatkan efisiensinya. Dalam kaitan ini, strategi yang perlu ditempuh adalah pemberian insentif dan kemudahan (proefisiensi) dalam proses produksi, bukan proteksi. Salah satu bentuk kebijakan yang bersifat proefisiensi ialah penghapusan berbagai faktor yang menimbulkan biaya ekonomi tinggi seperti perizinan usaha dan biaya-biaya non-fungsional. Bila hal ini dapat dilakukan, maka, dalam jangka panjang industri minyak goreng dalam negeri akan berubah dari industri yang bersifat subtitusi impor menjadi industri yang bersifat promosi ekspor."
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
T7501
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>