Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anjar Prianto
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S31639
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ratu Putri Khairina
"ABSTRAK
Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui aktivitas antifeedant pada ekstrak kasar Synapta maculata telah dilakukan pada tanggal 4 sampai 10 Mei 2018 di perairan Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Sampel Synapta maculata diekstrak dengan menggunakan pelarut metanol dan menghasilkan presentase ekstrak kasar sebesar 3,41 serta konsentrasi fisiologis sebesar 32,37 mg/mL. Uji antifeedant dilakukan dengan menggunakan pakan yang mengandung ekstrak kasar Synapta maculata sebagai pakan perlakuan, pakan yang hanya mengandung pelet komersil sebagai pakan kontrol positif, serta pakan yang tidak mengandung keduanya sebagai pakan kontrol negatif jeli , dalam bentuk kubus berukuran 1cm3 yang dikaitkan pada tali pancing. Pakan tersebut kemudian diujikan pada ikan yang berada di terumbu karang pada kedalaman 3--5 meter dan dihitung jumlah pakan yang dimakan dan tidak dimakan. Hasil uji statistik Chi-kuadrat pada taraf signifikasi ? ? 0,01 menunjukkan bahwa terdapat pengaruh pemberian pakan perlakuan terhadap ketidaksukaan ikan karang. Hasil tersebut membuktikan bahwa ekstrak kasar Synapta maculata positif memiliki aktivitas antifeedant terhadap ikan karang di perairan Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta.

ABSTRACT
To investigate the antifeedant activity of crude extract of Synapta maculata againts reef fishes, a field experiment was conducted on May 4th to 10th 2018 at Pramuka Island, Seribu Islands, DKI Jakarta. Synapta maculata samples were extracted using methanol solvent and resulted in a crude extract percentage of 3,41 and a physiological concentration of 32,37mg mL. The antifeedant assay was conducted by using artificial food that contain the crude extract of Synapta maculata as a treatment food, contain only commercial pellets as a positive control food, and did not contain both as a negative control food jelly , in the form of a 1 cm3 cube attached to the fishing lines. The foods were subjected to coral reefs fishes at depth of 3 5m and the amount of food eaten and not eaten by reef fishes was recorded. Chi square analysis at the significance level 0,01 revealed that there is a treatment effect on the feeding preferences of reef fishes. This means that the crude extract of Synapta maculata has an antifeedant activity againts reef fishes at Pramuka Island, Seribu Islands, DKI Jakarta."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anissa Yulia Putri
"Synaptula reticulata merupakan timun laut dengan dinding tubuh tipis, berwarna terang, dan pergerakan yang lambat sehingga menggunakan senyawa metabolit sekunder sebagai pertahanan kimiawi terhadap predator. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat aktivitas antifeedant dan tingkat toksisitas apakah sebagai weapon atau unpalatable agent. Synaptula reticulata sebanyak 330 individu diambil dari perairan Pulau Air dan diekstraksi menggunakan metanol. Ekstrak kasar yang dihasilkan memiliki persentase rendemen dan konsentrasi fisiologis berturut-turut sebesar 2,54% dan 19,1550 mg/mL. Pengujian ekstrak dilakukan dengan uji antifeedant, ikhtiotoksisitas, dan Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) di laboratorium. Uji antifeedant dan ikhtiotoksisitas dilakukan menggunakan ikan Gymnocorymbus ternetzi. Pengujian antifeedant dilakukan dengan memberikan pelet kontrol dan pelet uji yang mengandung ekstrak kasar Synaptula reticulata dengan konsentrasi ekstrak masing-masing 0,25 mL; 0,5 mL; 0,75 mL; dan 1 mL dalam volume total 1 mL. Ekstrak tersebut memiliki aktivitas antifeedant dengan nilai ED50 sebesar 0,780 mL yang dikategorikan sebagai weakly unpalatable. Pengujian ikhtiotoksisitas dilakukan menggunakan 4 ekor ikan uji dan 1 ekor ikan kontrol dengan penambahan 0,5 mL ekstrak setiap 30 menit dalam rentang waktu 2 jam. Nilai Weighted Mean (WM) yang dihasilkan pada ekstrak sebesar 3,18 dan dikategorikan toksisitas tinggi. Berdasarkan hasil pengamatan, klasifikasi mode antipredator dari ekstrak kasar Synaptula reticulata diklasifikasikan ke dalam kelas I, yaitu toksisitas tinggi dan weakly unpalatable. Brine Shrimp Lethality Test(BSLT) dilakukan menggunakan larva udang Artemia salina dengan konsentrasi ekstrak masing-masing, sebesar 100 ppm; 250 ppm; 500 ppm; 750 ppm; dan 1000 ppm sebagai uji pendahuluan. Hasil BSLT memiliki nilai LC50 sebesar 239,954 µg/mL dan dikategorikan toksisitas sedang.

Synaptula reticulata is a sea cucumber with a thin body wall, light color, and slow movement that uses secondary metabolite compounds as a chemical defense against predators. This study aims to determine the level of antifeedant activity and toxicity, whether as a weapon or an unpalatable agent. Synaptula reticulata, as many as 330 individuals were taken from the waters of Air Island and extracted using methanol. The crude extract produced has a percentage yield and physiological concentration of 2.54% and 19.1550 mg/mL, respectively. The extract was tested with antifeedant, ichthyotoxicity, and Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) in the laboratory. The antifeedant and ichthyotoxicity tests were conducted using Gymnocorymbus ternetzi fish. The antifeedant test was conducted by giving control pellets and test pellets containing Synaptula reticulata crude extract with extract concentrations of 0.25 mL; 0.5 mL; 0.75 mL; and 1 mL in a total volume of 1 mL, respectively. The extract has antifeedant activity with an ED50 value of 0.780 mL, categorized as weakly unpalatable. The ichthyotoxicity test was conducted using 4 test fish and one control fish by adding 0.5 mL of extract every 30 minutes for 2 hours. The Weighted Mean (WM) value produced in the extract was 3.18, categorized as high toxicity. Based on the observation, the antipredator mode classification of the crude extract of Synaptula reticulata is classified into class I, which is high toxicity and weakly unpalatable. Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) was conducted using Artemia salina shrimp larvae with respective extract concentrations of 100 ppm; 250 ppm; 500 ppm; 750 ppm; and 1000 ppm as a preliminary test. BSLT results have an LC50 value of 239.954 µg/mL and are categorized as moderate toxicity."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Ayuni Rachmasari
"Synapta maculata merupakan timun laut yang memiliki rongga tubuh berisi cairan; dinding tubuh lunak dan tipis; serta pergerakan yang lambat. Zona intertidal yang menjadi habitat Synapta maculata juga dihuni oleh beranekaragam biota laut sehingga meningkatkan terjadinya predasi antarorganisme. Pertahanan fisik yang minim dan terjadinya peningkatan predasi di habitat alaminya menyebabkan timun laut (Holothuroidea) memiliki pertahanan kimiawi sebagai antipredator dengan memproduksi senyawa triterpen glikosida (saponin). Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisa aktivitas antifeedant dan toksisitas ekstrak kasar Synapta maculata terhadap ikan Gymnocorymbus ternetzi dan larva Artemia salina, serta mengkategorikan mode pertahanan kimiawi Synapta maculata. Sampel Synapta maculata yang digunakan pada penelitian ini dikoleksi dari perairan Pulau Kotok Besar yang ditemukan di antara gundukan pasir dan lamun sebanyak 3 individu. Ekstraksi 3 individu Synapta maculata menggunakan metode maserasi dengan metanol menghasilkan 3,6414 g ekstrak kasar; persentase rendemen serta konsentrasi fisiologis berturut-turut sebesar 2,0866% dan 26,01 mg/mL. Ekstrak tersebut pada uji antifeedant memiliki nilai ED50 sebesar 0,632 mL dan dikategorikan sebagai weakly unpalatable. Nilai Weighted Mean (WM) ekstrak pada uji ikhtiotoksisitas diperoleh sebesar 2 dan dikategorikan sebagai toksisitas rendah. Oleh karena itu, mode antipredator pertahanan kimiawi Synapta maculata diklasifikasikan ke dalam kelas Weak Response (WR). Nilai LC50 hasil dari BSLT didapatkan sebesar 197,844 ppm dan dikategorikan sebagai medium toxicity.

Synapta maculata is a sea cucumber that has a fluid-filled body cavity; soft and thin body wall; and slow movement. The intertidal zone that is the habitat of Synapta maculata is also inhabited by a variety of marine biota, thus increasing predation between organisms. Minimal physical defense and increased predation in its natural habitat cause sea cucumber (Holothuroidea) to have a chemical defense as an antipredator by producing triterpene glycoside compounds (saponins). The aim of this study was to analyze the antifeedant activity and toxicity of Synapta maculata crude extract against Gymnocorymbus ternetzi fish and Artemia salina larvae, and categorize the chemical defense mode of Synapta maculata. Synapta maculata samples used in this study were collected from the waters of Kotok Besar Island found between sandbars and seagrass as many as 3 individuals. Extraction of 3 individuals of Synapta maculata using maceration method with methanol produced 3.6414 g of crude extract; percentage yield and physiological concentration of 2.0866% and 26.01 mg/mL, respectively. The extract in the antifeedant test has an ED50 value of 0.632 mL and is categorized as weakly unpalatable. The Weighted Mean (WM) value of the extract in the ichtiotoxicity test was obtained as 2 and categorized as low toxicity. Therefore, the antipredator mode of chemical defense of Synapta maculata is classified into the Weak Response (WR) class. The LC50 value obtained from BSLT was 197.844 ppm and categorized as medium toxicity."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Januar Hakam
"Penelitian tentang potensi aktivitas antikanker ekstrak kasar Holothuria atra di Indonesia belum pernah dilakukan. Oleh karena itu, telah dilakukan penelitian untuk menguji potensi antikanker ekstrak kasar H. atra menggunakan uji mikronukleus dari sumsum tulang Mus musculus jantan galur DDY yang sebelumnya telah diinduksi 0,66 mg/kg bb kolkisin secara intraperitoneal. Hasil pengujian aktivitas antikanker secara in vivo menunjukkan bahwa pemberian ekstrak kasar H. atra dengan dosis 0,33; 0,66; 0,99; dan 1,32 g/kg bb selama 7 hari secara oral mampu menurunkan frekuensi sel eritrosit polikromatik (PCE) bermikronukleus secara nyata (p < 0,05) yang diamati melalui preparat apusan sumsum tulang paha mencit. Dosis 0,33; 0,66; 0,99; dan 1,32 g/kg bb secara berurutan mampu menurunkan frekuensi sel PCE bermikronukleus sebanyak 51,24%; 59,70%; 63,68%; dan 68,66%. Namun, dosis ekstrak kasar H. arta yang optimum belum ditemukan. Berdasarkan hasil pengujian tersebut diperoleh kesimpulan bahwa ekstrak kasar H. atra mempunyai potensi aktivitas antikanker.

Research on potential anticancer activity of Holothuria atra crude extracts in Indonesia has never been done. Therefore, we conducted a study to test the anticancer potential of H. atra crude extract using the micronucleus test of male Mus musculus strain DDY bone marrow who had previously been induced by 0.66 mg/kg bw colchicines intraperitoneally. Our data showed that treatment of H. atra crude extract at dose 0,33; 0,66; 0,99, and 1,32 g/kg bw for 7 days orally can reduce the frequency of micronucleus in polychromatic erythrocytes cells (PCE) from bone marrow smears. Dose of 0,33; 0,66; 0,99, and 1,32 g/kg bw in sequence can reduce the frequency of micronucleus in PCE as much as 51,24%; 59,70%; 63,68%; dan 68,66%. However, the optimum doses of H. atra crude extract has not been found. Based on these results we conclude that H. atra crude extract has potential anticancer activity."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S1341
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Vita Damayanti
"Actinomycetes BCy berhasil diisolasi dari lamun Cymodocea rotundata, Pantai Prapat Agung Bali Barat, Indonesia. Identifikasi dengan 16S rRNA menunjukkan isolat termasuk marga Streptomyces. Penelitian bertujuan untuk mengkaji potensi aktivitas antimikroba Streptomyces sp. BCy yang ditumbuhkan pada medium Bushnell-Haas BH dengan penambahan glukosa 0,1 dan yeast extract 0,05 . Isolat diinokulasikan ke dalam 400 mL medium BH Broth lalu diinkubasi pada suhu 30oC selama 1 dan 2 minggu secara statis. Percobaan dilakukan sebanyak dua batch. Medium difiltrasi dan biomassa diukur.
Filtrat diekstraksi dengan etil asetat 1:1, v/v lalu ekstrak kasar ditimbang. Ekstrak disuspensikan dengan DMSO dan akuades 1:6, v/v untuk uji antimikroba dengan metode Kirby Bauer pada konsentrasi 5 dan 15 mg/mL. Mikroba uji yang digunakan adalah Escherichia coli NBRC 3301, Staphylococcus aureus NBRC 100910, dan Candida albicans UICC Y-29. Biomassa kering meningkat dari minggu kesatu 469,9 mg ke minggu kedua 667,2 mg . Namun, berat ekstrak kasar menurun dari minggu kesatu 24,7 mg ke minggu kedua 17,05 mg . Aktivitas antimikroba dari ekstrak kasar hanya mampu menghambat Staphylococcus aureus NBRC 100910 serta ukuran zona bening meningkat pada konsentrasi 15 mg/mL.

Actinomycetes BCy has been isolated from seagrass Cymodocea rotundata, Prapat Agung Coastal Bali Barat, Indonesia. Identification by 16S rRNA showed that isolate belongs to genus Streptomyces. The objective of this study is to analyze antimicrobial potential of Streptomyces sp. BCy which was grown in Bushnell Haas BH medium added with 0.1 glucose and 0.05 yeast extract. The isolate was inoculated into 400 mL BH Broth then incubated at 30oC for 1 and 2 weeks using static fermentation. The experiment was carried out in two batches. Medium was filtered and dry weight of biomass was measured.
Filtrate was extracted using ethyl acetate 1 1, v v and also measured for dry weight. The dried crude extract was resuspended in DMSO and aquades 1 6, v v and used for antimicrobial testing using Kirby Bauer method in 5 and 15 mg mL. The target microbes are Escherichia coli NBRC 3301, Staphylococcus aureus NBRC 100910, and Candida albicans UICC Y 29. Biomass increased from first 469.9 mg to second week 667.2 mg. However, crude extract decreased from first 24.7 mg to second week 17.05 mg. The antimicrobial activity of crude extract was able to inhibit Staphylococcus aureus NBRC 100910 and also had larger clear zone in 15 mg mL.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S69254
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Athiyya Nasywa
"Penelitian eksperimental yang bertujuan untuk menguji aktivitas antifeedant dan mengamati respons ikan karang pada uji antifeedant ekstrak kasar spons Axinyssa sp. telah dilakukan pada tanggal 3--11 Mei 2017 di perairan Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Sampel spons Axinyssa sp. diekstrak dengan menggunakan metanol, kemudian dicampurkan dengan jeli dan pelet komersil pada konsentrasi yang sama dengan konsentrasi alaminya yaitu 29 mg/mL. Uji antifeedant dilakukan terhadap pelet pakan kontrol dan perlakuan di rataan terumbu karang di dekat Dermaga Pulau Pramuka pada kedalaman 3--4 m.
Hasil analisis data menggunakan uji statistik chi-square pada taraf signifikansi 0,01 menunjukkan bahwa ekstrak kasar spons Axinyssa sp. memiliki aktivitas antifeedant dan menunjukkan respons yang spesifik pada ikan-ikan karang meliputi respons ikan karang yang mengalami kontak dengan pelet pakan perlakuan, dan respons ikan karang yang tidak mengalami kontak dengan pelet pakan perlakuan.

An experimental study aimed at testing antifeedant activity and observing the response of reef fishes on antifeedant assay of crude extract from Axinyssa sp. sponge was conducted on May 3rd 11th 2017 in Pramuka Island Waters, Seribu Islands, DKI Jakarta. The Axinyssa sp. sponge sample was extracted by using methanol, then mixed with jelly and commercial pellets at the same concentration with its natural concentration of 29 mg mL. The antifeedant assay was performed on control feed pellets and treatments on the coral reef near the Pramuka Island Pier at a depth of 3 4 m.
The result of data analysis using chi square statistic test at significance level of 0,01 indicates that Axinyssa sp. sponge crude extract has antifeedant activity and shows specific responses to reef fishes including response of reef fishes contact with feed treatment pellets, and response of reef fishes that are not in contact with feed treatment pellets.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S69585
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library