Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 108 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Loveria Sekarrini
"ABSTRAK
Latar Belakang: Laporan SDKI 2012 menunjukkan bahwa angka kematian ibu di
Indonesia sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini meningkat secara
signifikan dibandingkan lima tahun lalu dari 228 di tahun 2007. Penurunan angka
kematian ibu (AKI) tidak lepas dari peran seorang bidan. Untuk mendapatkan kualitas
bidan yang baik diperlukan sebuah metode untuk mengevaluasi kemampuan bidan
dalam menolong persalinan. Metode evaluasi yang tepat memiliki peran yang besar
untuk mengetahui kualitas bidan di Indonesia. Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk membandingkan keandalan Metode Objective Struktured Clinical Examination
(OSCE) dengan metode konvensional tentang ujian praktek klinik asuhan persalinan
normal pada mahasiswa kebidanan. Metode: Metode yang diguanakan dalam penelitian
ini adalah desain kuasi eksperimen . Pelaksanaan metode konvensional dan OSCE
dilakukan pada 9 siswa terdaftar dalam ujian ini dengan 6 penguji untuk metode
konvensional dan 18 penguji untuk metode OSCE, dengan komposisi disetiap station
ujian berjumlah 3 orang penguji. Perspektif mahasiswa dan penguji, fisibilitas untuk
metode konvensional dan OSCE serta variasi antara pemeriksa di setiap stasion diakan
digali dalam penelitian ini. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa, metode OSCE
dinilai lebih reliable dibandingkan dengan metode konvensional. Hal ini sesuai dengan
hasil uji anova dengan nilai p > 0.05, yang artinya tidak ada perbedaan penilaian antar
penguji. Berdasarkan fisibilitas institusional, metode konvensional dinilai lebih fisible
untuk diimplementasikan di bandingkan dengan metode OSCE. Namun mahasiswa
berpendapat bahwa metode OSCE dinilai lebih objektif (100%), konsisten (100%)
tingkat pengajaran ditingkatkan (88,9%), transparansi hasil ujian (100%), meningkatkan
kemampuan pengambilan keputusan (88,8%), dibandingkan dengan metode
konvensional. Kesimpulan: Metode OSCE dapat digunakan sebagai metode yang tepat
dalam mengevaluasi persalinan keterampilan karena lebih reliable dibandingkan dengan
metode konvensional. OSCE dapat digunakan sebagai evaluasi karena metode ini
memiliki beberapa keunggulan seperti meningkatkan kemampuan klinis mahasiswa,
mempersiapkan kualitas dan kompetensi yang tinggi, meningkatkan kemampuan
pengambilan keputusan dan meningkatkan tingkat pengajaran yang lebih baik
dibandingkan dengan metode konvensional.

ABSTRACT
Background : The 2012 DHS survey report that Indonesia’s MMR is 359 deaths per
100.000 live birth. That number has significantly increased over the past five years from
228 in 2007. Midwives has significant roles to reduce MMR. To get a good quality of
midwives, its required some method to evaluate skilled birth attendants of midwives.
Using the right method of evaluation plays a considerable role in getting appropriate
result and making the right judgment. Aim : The aim of the study was to compare the
reliability of Objective Structural Clinical Examination (OSCE) method versus
conventional method for clinical midwife students examination about skill birth
attendance at midwifes student. Method : Quasi experimental design was adopted.
Implementation of conventional and OSCE method was carried out on 9 student enrolled
in this exam with 6 examiner for conventional method and 18 examiner for OSCE
method, with 3 examiner composition in every exam station. Student and Examiner
perspective, feasibility for conventional and OSCE method and variation between
examiner in every station were investigated. Result : The result show that, OSCE
method is more reliable than conventional method. This result related with the result of
ANOVA test with p value > 0.05, it means there is no differences between examiners.
Base on feasibility of institution, conventional method is more feasible to implement
than OSCE method. But student opinion said that OSCE measurement is more objective
(100%), consistent (100%) enhanced teaching level (88.9%), transparency of exam
result (100%), increasing decision making ability (88.8%), than the conventional
method. Conclusion : OSCE method can be used as appropriate method in evaluating
skill birth attendance because of more reliable than conventional method. OSCE can be
us as an evaluation because this method has some advantages such as improving student
clinical performance, preparing highly qualified and competence, increasing decision
making abilities and enhance teaching level more better than conventional method."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T41998
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elly Nurachmah
"Kenyamanan merupakan salah satu aspek penting dalam perawatan luka diabetes mellitus (DM). Penelitian ini bertujuan menganalisis ekspresi transforming growth factor beta 1 (TGF â1) dan kadar kortisol pada perawatan luka teknik modern dan konvensional pada luka DM dikaitkan dengan aspek kenyamanan. Penelitian menggunakan true experimental design dengan metode pengumpulan sampel secara stratified random sampling. Pengukuran ekspresi TGF â1 dan kadar kortisol dilakukan pada hari ke 0 (pretest) dan 4 (posttest). Sampel yang diambil berasal dari pasien luka kaki DM di Rumah Sakit Saiful Anwar Malang. Ekspresi TGF â1 diukur dengan metode imunohistokimia, sedangkan pengukuran kadar kortisol dilakukan dengan metode ELISA di laboratorium Fisiologi dan Histologi FK Universitas Brawijaya Malang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok modern terjadi peningkatan ekspresi TGF â1, sedangkan pada kelompok konvensional terjadi penurunan ekspresi TGF â1. Kadar kortisol pada kelompok modern menunjukkan penurunan lebih besar dibandingkan kelompok konvensional. Hasil uji t menunjukkan ada perbedaan yang signifikan antara perawatan luka teknik modern dan konvensional terhadap ekspresi TGF â1 dan kadar kortisol pada luka DM (p value < 0,05). Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan hubungan yang signifikan antara perubahan ekspresi TGF â 1 dengan perubahan kadar kortisol (p = 0,028). Dapat disimpulkan bahwa teknik perawatan luka secara modern mampu meningkatkan ekspresi TGF â1 dan menurunkan kadar kortisol dibandingkan teknik konvensional.

Comfort is one among several aspects that should be considered in the treatment of diabetic wounds. This study aimed to analyze the expression of TGF β1 and the level of cortisol in modern and conventional wound care techniques of diabetic wounds. TGF β1 expression and cortisol levels were measured on day 0 (pretest) and 4 (posttest). Samples were taken from patients with diabetic ulcer in the Saiful Anwar District Hospital at Malang. The expression of TGF β1 was measured by immunohistochemical methods in the Department of Physiology, Brawijaya University Faculty of Medicine. Cortisol level was measured with ELISA method. The results obtained from the modern group were increased TGF β1 expression and decreased cortisol level. The conventional group yielded decreased TGF β1 expression and decreased cortisol level. The cortisol level decrease was greater in the modern group. T test results showed no significant differences of modern wound care techniques and conventional on the expression of TGF β1 and cortisol levels in diabetic wounds (p value < 0,05). Pearson correlation test results showed a significant relationship between changes in cortisol levels with changes in expression of TGF β1 (p = 0,028). It can be concluded that the techniques of modern wound care is more able to increase the expression of TGF β1 and to decrease the cortisol levels compared with conventional techniques."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2011
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Singapore: World Scientific, 1985
621.042 ONE
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Shun‘ya Yoshim
"There has long been a conventional understanding that mass communication studies in Japan started with the introduction of theories of mass communication from the USA in the 1950s. However, as this paper demonstrates, a new academic paradigm, ‘newspaper studies’ (shinbungaku) had begun to take shape as early as the 1920s. At first the infant discipline occupied a very marginal position in mainstream academia, but as Japan prepared for war during the 1930s, giving information increasing strategic importance, these early media studies became associated with the state's mobilization for total war. This paper identifies three competing perspectives in pre‐war newspaper studies: an empiricist‐historical perspective, a constructionist perspective, and a Marxist perspective. It then demonstrates how the second perspective transformed itself into a logic of propaganda, and joined hands with ultra‐nationalism. The paper concludes by arguing that the parameters of the discursive space concerning mass media in the 1920s and 1930s survived to the post‐war era."
Oxford: Institute of Social Science, University of Tokyo, 2002
SSJJ 5:2 (2002)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Evi Melina
"Semakin berharganya waktu bagi masyarakat modern yang mobilitasnya semakin meningkat, menyebabkan waktu tunggu menjadi pertimbangan penting sebelum seseorang memutuskan memilih rumah sakit yang akan dikunjungi. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan waktu tunggu pasien poliklinik rawat jalan di RSUD Pasar Rebo tahun 2011. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain potong lintang dengan sampel 199 pasien. Pasien yang terbanyak adalah pasien yang menunggu ≥ 60 menit (75,9 %). Faktor-faktor yang berhubungan dengan waktu tunggu adalah keterlambatan dokter (88,5 %), jenis pembayaran pelayanan terutama pada pasien askes (98,1 %), jenis poliklinik jantung (100 %), jumlah pasien ≥ 64 pasien sebesar (99 %), dan penyelenggaraan BRM (77,8%).

The increase of time value for the high mobility society has caused waiting time as an important factor and being considered by someone who will visit the hospital. The purpose of this study was to determine factors associated with patient waiting time at outpatient clinics in Pasar Rebo Hospital in 2011. It is quantitative study with a cross sectional design and 199 respondents. Most patients are waiting for ≥ 60 minutes (75,9%). Factors associated with waiting time in outpatient clinics are physician tardiness (88.5%), payment method especially on Askes? patients (98.1%), cardiology clinic (100%), quantity of patient ≥ 64 patients (99%), and the implementation of medical record (77,8%).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sefni Gusmira
"Proporsi penyakit hipertensi di Depok tahun 2002 adalah 57,4%. Puskesmas telah melakukan terapi terhadap penyakit
ini dengan memberikan antihipertensi. Selain obat yang biasa diberikan dokter (konvensional), ternyata banyak pasien
mengkonsumsi tanaman yang berkhasiat obat (obat bahan alam). Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efek
terapi antihipertensi kombinasi konvensional-bahan alam terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi di 5 Puskesmas
di Depok. Penelitian yang didesain kohort retrospektif ini menggunakan sampel pasien hipertensi yang datang ke
Puskesmas. Pasien yang bersedia ikut penelitian sebanyak 123 pasien, dan dikelompokkan dalam kelompok terapi
konvensional (74 orang) dan terapi kombinasi konvensional-bahan alam (49 orang). Sebagian besar pasien hipertensi
yang datang ke Puskesmas wilayah Depok adalah perempuan, usia 50-59 tahun, menikah, berasal dari suku Betawi,
berpendidikan rendah, tidak bekerja/ibu rumah tangga, berpenghasilan rendah dan menderita hipertensi tahap II.
Penurunan tekanan darah diastolik pada kelompok terapi kombinasi konvensional-bahan alam lebih baik dibandingan
kelompok terapi konvensional, sebaliknya penurunan tekanan darah sistolik lebih baik pada kelompok terapi
konvensional dibandingkan kelompok terapi kombinasi konvensional-bahan alam. Namun tidak ada perbedaan
bermakna antara keduanya (p>0,05). Kontinuitas penggunaan obat mempengaruhi tekanan darah sistolik (p<0,05).
Penelitian ini menunjukkan bahwa belum terlihat jelas pengaruh penggunaan obat bahan alam yang digunakan
bersamaan dengan obat konvensional dalam menurunkan tekanan darah.
Evaluation on Conventional Antihypertension Use and Natural-Conventional Combination on Patient with
Hypertension. The proportion of hypertensive disease in Depok city was 57.4% in 2002. Primary health centers had
given antihypertensive medication. In addition to the drugs commonly given by a doctor (conventional), many patients
took medicinal plants (natural medicine). This study aimed to evaluate the effects of combination therapy of
convensional-herbal on blood pressure in hypertensive patients in five primary health centers in Depok. This
retrospective cohort study used samples of hypertension patients who came to primary health centers. Patients who were
willing to join the study were 123 patients and grouped in to conventional therapy group (74 people) and combination
of conventional-herbal therapy group (49 people). The majority of hypertensive patients who came to the health centers
area of Depok were women, aged 50-59 years old, married, came from ethnic Betawi, less educated, unemployed/
housewives, low income and suffering from hypertension stage II. Combination therapy of convensional-herbal had
better effect on diastolic and convensional therapy had better effect on systolic. However, no significant difference
between them (p>0.05). The continuity of treatment affected systolic blood pressure (p<0.05). This study showed that
had not seen clearly influence of herbal that is used combination with conventional drugs in lowering blood pressure."
Universitas Indonesia, 2012
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Syahnaz Farhan Noviandini
"ABSTRAK
Rumah adalah salah satu kebutuhan primer manusia. Namun, sedikitnya pilihan rumah tinggal dengan harga yang terjangkau membuat tidak semua orang bisa merasakan berlindung di dalam rumahnya sendiri. Berbagai usaha sudah dilakukan oleh pemerintah untuk memberikan rumah yang terjangkau dan layak untuk semua warganya. Dari berbagai macam usaha tersebut, memodifikasi metode konstruksi rumah merupakan salah satu pilihannya. Metode-metode tersebut memiliki proses yang berbeda sehingga akan mempengaruhi hasil dan harga rumah. Metode konstruksi dengan teknologi beton pracetak merupakan salah satu metode yang dapat menghasilkan harga rumah yang lebih terjangkau karena efisiensi pengerjaannya. RISHA merupakan rancangan teknologi konstruksi bangunan rumah tinggal dengan komponen yang kompak dan berukuran modular serta menggunakan sistem bongkar pasang atau Knock Down. Sebuah rumah dapat dikatakan terjangkau apabila harga yang disajikan ditujukan kepada kelompok dengan pendapatan tertentu sehingga akan tercapai keterjangkauan bagi kelompok tersebut. Rumah dengan metode beton pracetak dari RISHA ini cenderung ditujukan bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Sistem RISHA ini melibatkan  beberapa komponen panel yang kemudian akan menjadi modul struktur yang dapat dibuat menjadi struktur yang lebih kompleks. Pencarian data untuk studi kasus RISHA dilakukan dengan wawancara kepada salah satu peneliti dari RISHA yang kemudian data yang didapatkan akan diolah dengan dibandingkan dengan metode konvensional. Perbandingan ditujukan untuk menemukan aspek-aspek yang membuat metode beton pracetak lebih terjangkau dibandingkan dengan metode konvensional. Berdasarkan hasil wawancara dan analisis dari data tersebut didapatkan bahwa metode beton pra cetak dapat menghasilkan struktur unit rumah tipe 36 yang lebih terjangkau daripada metode konvensional atau cast-in situ.

ABSTRACT
House is one of the primary needs of humans. However, the lack of choice of housing at an affordable price makes it impossible for everyone to take shelter in their own home. Various efforts have been made by the government to provide affordable and decent houses for all of its citizens. Of the various types of effortss, modifying the method of home construction is one of the choices. These methods have different processes that will affect the results and prices of the house. The construction method with precast concrete technology is one method that can produce a more affordable house price because of the efficiency of the process. RISHA is a design of residential building construction technology with compact and modular-sized components and uses a knock down system. A house can be deemed to be affordable if the price is aimed at a group with certain income so that the group can achieve affordability. This house with precast concrete method from RISHA tends to be aimed at low-income communities (MBR). This RISHA system involves several panel components which will then become structural modules that can be made into more complex structures. Data searching for the RISHA case study was obtained by interviewing one of the researchers from RISHA. The data that is obtained would be processed to be compared to conventional methods. Comparisons are aimed to find aspects that make the precast concrete method more affordable compared to conventional methods. Based on the results of interviews and analysis of these data, it was found that the pre-cast concrete method can produce a type 36 housing unit structure that is more affordable than conventional methods or cast-in situ."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Genta Rizkie La Musa
"Hadirnya Qanun Aceh No. 11 tahun 2018 tentang Lembaga Keuangan Syariah merupakan hak khusus bagi Aceh dan telah membawa angin segar bagi perkembangan industri perbankan syariah di Aceh. Sejumlah bank konvensional di Aceh diwajibkan beralih ke Bank Syariah. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaturan Perbankan Syariah menurut Qanun Aceh No.11 Tahun 2018 dan menganalisis perlindungan hukum bagi nasabah bank akibat gangguan sistem teknologi informasi bank dalam implementasi Qanun Aceh No.11 Tahun 2018. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian doktrinal yaitu didasarkan pada peraturan perundang-undangan dan juga dengan melakukan wawancara dengan narasumber dari perbankan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengaturan perbankan syariah menurut Qanun Aceh Nomor 11 Tahun 2018 tentang Lembaga Keuangan Syariah, secara tegas mewajibkan lembaga keuangan yang beroperasi di Aceh wajib menjalankan prinsip syariah. Perlindungan hukum yang diberikan kepada nasabah Bank Syariah masih lemah dalam artian masih ada beberapa kontroversi dari masyarakat terkait pelayanannya, misalnya sistemnya sering memiliki kesalahan yang menyulitkan/menghambat pelanggan untuk bertransaksi. Namun, bank syariah berdasarkan Qanun Aceh telah berupaya maksimal dalam memberikan perlindungan kepada nasabahnya baik dalam hal kepercayaan, pengelolaan dana, dan juga memberikan edukasi kepada para nasabahnya.

The presence of Aceh Qanun Number 11 of 2018 on Sharia Financial Institutions is a special right for Aceh and has brought fresh air to the development of the Islamic banking industry in Aceh. Several conventional banks in Aceh are required to switch to Islamic Banks. Therefore, the purpose of this study is to analyze the regulation of Islamic Banking according to Aceh Qanun No.11 of 2018 and analyze the legal protection for bank customers due to disruption of bank information technology systems in the implementation of Aceh Qanun No.11 of 2018. The research method used in this study uses doctrinal research methods, which are based on laws and regulations and by conducting interviews with sources from banks. The results of this study indicate that the regulation of Islamic banking according to Aceh Qanun Number 11 of 2018 concerning Sharia Financial Institutions, expressly requires financial institutions operating in Aceh to carry out sharia principles. The legal protection provided to Islamic Bank customers is still weak in the sense that there is still some controversy from the community regarding its services, for example, the system often has errors that make it difficult / hamper customers to transact. However, Islamic banks based on Qanun Aceh have made maximum efforts in providing protection to their customers both in terms of trust, fund management, and providing education to their customers."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Benito Budidharma S.
"Aluminium had been used as filter inside the X-ray tube, in order to refine low energy photon that will decrease the radiographic quality. The use of this additional aluminium filter is expected to increase the detail in the interdental area, the first area affected in periodontal disease. Periodontal disease is the second most prevalent disease in Indonesia after caries. According to preventive principles, early recognition in periodontal tissue changes is necessary. The lack of modern radiographic equipment in Indonesia has become the major problem of detecting early periodontal disease, especially in the rural area. Therefore, it is important to increase the quality of diagnostic information in conventional radiograph, to detect early changes of periodontal tissue. The aim of this research is to observe the increasing detail in interdental area using additional aluminium filter. This research is held in Department of Dental Radiology, University of Indonesia, within 4 months period, with interdental area between right mandibular first molar and second molar in the radiographic phantom as the subject. The methodology used in this research is laboratoric experimental. The t-test result between filtered radiograph group and non-filtered radiograph group is p = 0,000 (p < 0,025). Therefore it is concluded that the use of additional aluminium filter can increase object detail in the interdental area.

Aluminium telah digunakan sebagai filter di dalam tabung pesawat sinar-X. Filter ini berfungsi untuk menyaring sinar-X berenergi rendah, yang menyebabkan berkurangnya kualitas radiograf. Penggunaan filter aluminium sebagai filter tambahan diharapkan dapat memperjelas detil daerah interdental yang merupakan tempat awal penyakit periodontal. Penyakit periodontal sampai saat ini merupakan penyakit gigi dan mulut yang menduduki peringkat ke dua setelah karies. Sesuai prinsip preventif, maka diperlukan deteksi dini terhadap perubahan jaringan periodonsium. Keterbatasan tersedianya alat radiografi modern di Indonesia merupakan masalah dalam deteksi dini penyakit periodontal, terutama di luar kota besar. Untuk itu diperlukan peningkatan kualitas informasi diagnostik radiograf konvensional dalam mengevaluasi perubahan dini jaringan periodonsium. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan detil gambaran radiografik daerah interdental dengan menggunakan filter aluminium tambahan. Penelitian ini dilakukan di Klinik Radiologi Departemen Radiologi Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, selama 4 bulan, dengan subyek daerah interdental antara gigi molar satu rahang bawah kanan dan gigi molar dua rahang bawah kanan pada phantom radiografik. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorik. Berdasarkan uji statistik antara kelompok radiograf dengan menggunakan filter dan kelompok radiograf tanpa filter aluminium tambahan, dengan menggunakan uji t tidak berpasangan didapatkan nilai p = 0,000 (p < 0,025). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan filter aluminium tambahan dapat meningkatkan detil obyek daerah interdental."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2007
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Evan Setiawan
"Reducing radiographic contrast does not always mean reducing the radiographic quality. Early detection of changes in periodontal tissue, especially in the attachment area which consists of soft tissue, is difficult to reveal by conventional radiography since object with low density, tend to be radiolucent. On this purpose, the diagnostic information needed can be achieved by reducing the radiographic contrast. The use of alumunium filter and developing time can affect the radiographic contrast. The aim of this study is to get the best detail and contrast to reveal interdental object using alumunium filter and different developing time. 60 radiographs was taken from phantom. The first 30 are radiographs using alumunium filter and normal developing time. The other 30 processed by 45 second reduction of developing time. Digitizing radiographic method is used, resulted as radiometric data. Region examined is the interdental area between right mandibular first molar and second molar. The data then analyzed using the independent t-test. The result showed that p=0,014 (p<0,05), which means that there are significant defferences in radiographic contrast and detail. From this research can be concluded that by decreasing 45 seconds of the developing time, a better diagnostic information to detect early changes in the interdental area can be achieved, rather than only by using an added alumunium filter.

Penurunan kontras tidak berarti mengurangi mutu radiograf. Deteksi dini perubahan jaringan periodonsium di daerah perlekatan yang merupakan jaringan lunak, sulit diperoleh pada radiograf konvensional karena obyek dengan ketebalan/densitas yang kurang cenderung tidak terlihat. Informasi diagnostik yang dibutuhkan bisa didapat dengan cara menurunkan kekontrasan. Penggunaan bahan filter alumunium dan waktu developing dapat mempengaruhi kekontrasan radiograf. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh kontras dan detil yang terbaik pada obyek regio interdental, dengan penggunaan filter alumunium dan perbedaan waktu developing. Subyek penelitian adalah 60 buah radiograf. Tiga puluh menggunakan filter alumunium tambahan dengan waktu developing sesuai pabrik, dan tiga puluh radiograf diproses dengan waktu developing yang diturunkan selama 45 detik. Pemeriksaan kekontrasan dilakukan secara digitasi dengan bantuan komputer. Data yang diperoleh adalah data radiometrik dalam nilai gray scale yang diukur dari histogram dengan menggunakan software Adobe Photoshop CS. Regio yang diperiksa adalah daerah interdental antara gigi molar 1 bawah kanan dengan gigi molar 2 bawah kanan. Analisis dilakukan dengan uji t tidak berpasangan. Hasil penelitian menunjukan nilai p=0.014. Dengan nilai p < 0,05, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rerata derajat kekontrasan yang bermakna. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penurunan waktu developing selama 45 detik, akan didapatkan kontras dan detil obyek interdental yang lebih baik dibandingkan dengan hanya filter alumunium tambahan."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2007
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>