Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
I Ketut Sawitra Mustika
"Artikel ini bertujuan untuk menyajikan pembacaan yang berbeda dari interpretasi mainstream yang menyudutkan Schopenhauer: interpretasi yang konsisten. Penelitian ini menggunakan metode pemerolehan pengetahuan melalui pengenalan dan deskripsi. Teori Schopenhauer dianggap tidak konsisten karena menyimpulkan kehendak sebagai thing-in-itself. Kehendak yang diperoleh melalui pengamatan langsung terhadap tubuh merupakan representasi yang masih terselubung forma waktu, sedangkan thing-in-itself sama sekali berbeda dengan representasi yang berada di luar jangkauan ruang, waktu, dan kausalitas (prinsip alasan mencukupi). Oleh karena itu, menyimpulkan kehendak sebagai thing-in-itself inkonsisten. Tetapi interpretasi ini salah karena Schopenhauer tidak pernah mengklaim bahwa pengamatan langsung terhadap tubuh akan menghasilkan pengetahuan tentang thing-in-itself. Sejak awal, dia menyadari bahwa pengetahuan langsung terhadap thing-in-itself mustahil, karena pengetahuan, terlepas dari bentuknya, selalu merupakan pengetahuan tentang tampakan. Dia tahu kehendak sama sekali tidak memenuhi syarat sebagai thing-in-itself. Fungsi sebenarnya dari kehendak dalam metafisika Schopenhauer adalah nama dan konsep yang digunakan untuk memikirkan thing-in-itself secara objektif. Tafsir ini membuat metafisika Schopenhauer konsisten.

This article aims to present a different reading from the mainstream interpretation that corners Schopenhauer: a consistent interpretation. This research uses the method of acquiring knowledge by acquaintance and description. Schopenhauer’s theory is considered inconsistent because it concludes will as a thing-in-itself. The will, which is obtained through direct observation of the body, is a representation that is still shrouded in the veil of the time form, while thing-in-itself is completely different from representation, which is beyond the reach of space, time, and causality (principle of sufficient reason). Concluding will as a thing-in-itself is therefore inconsistent. But this interpretation is wrong because Schopenhauer never claimed that direct observation of the body would yield knowledge of the thing-in-itself. From the very beginning, he realized that direct knowledge of things-in-itself was impossible, because the knowledge, regardless of its form, was always knowledge of appearances. He knows will do not at all qualify as a thing-in-itself. The true function of the will in Schopenhauer's metaphysics is the name and concept by which one can think about things-in-itself objectively. This interpretation makes Schopenhauer's metaphysics consistent."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Renold Darmasyah
"Abstrak.Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Proforma Saham Syariah Antara Yang Konsisten dan Yang Tidak Konsisten Dalam Jakarta Islamic Index-Jil. Penelitian diawali dengan upaya mengetahui saham apa saja yang konsisten dan yang tidak konsisten yang berada pada Jakarta Islamic Index selama periode tahun 2002-2004. Kemudian saham-saham tersebut akan diukur sehingga dapat dibandingkan kinerja portofolio saham syariah yang konsisten dan yang tidak selama tahun 2002-2004.
Variabel-variabef yang coba dilakukan perhitungan diantaranya ada]ah return, variance, covariance, correlation dan Beta saham baik secara individu maupun dalam bentuk portofolio.
Hasil dari penelitian didapatkan bahwa terdapat 13 saham yang konsisten berada pada Jakarta Islamic Index selama periode tahun 2002-2004. Sedangkan sisanya dari 30 saham III tersebut merupakan saham-saham yang senantiasa berubah dari setiap periodenya.
Secara keseluruhan return dari portofolio saham konsisten lebih baik daripada saham tidak konsisten dalam Jakarta Islamic Index. Sedangkan kondisi Beta portofolio saham semester 4 tidak sama dengan kondisi Beta portofolio saham semester 1, semester 2 dan semester 3 yaitu kondisi saham yang konsisten memiliki Beta yang lebih kecil. Hasil penelitian ini secara keseluruhan setelah diukur dengan Sharpe Index, Traynor Index dan Alpha Jensen Index didapatkan kinerja saham syariah yang konsisten masih lebih baik dibandingkan dengan kinerja saham syariah yang tidak konsisten.

The aim of this research is to analysis the consistent and inconsistent sharia Asset in Jakarta Islamic Index by using Proforma Analysis. Research was started by classifying the consistent and inconsistent sharia Asset listed on Jakarta Islamic Index between the period of 2002-2004. Then, those Assets were measured so that the portfolio performance of the consistent and inconsistent sharia Asset can be compared.
The kind of variables which can be measured are : return; variance, covariance; correlation; and Beta; individually, or as portfolio.
As results, there are thirteen (13) consistent Assets in Jakarta Islamic Index at that period of time (year of 2002-2004). While the rest of the thirty (30) other Assets are often changing in every period.
The whole condition of consistent Assets' portfolio compared with those inconsistent ones in Jakarta Islamic Index are better. Meanwhile the Beta of Assets' portfolio on the fourth semester is different with the first, second, and third semester, where consistent Assets have smaller Beta. The result of this research is, as a whole, after measurement with The Sharpe Index, Treynor Index and Alpha Jensen Index can be explained the performance of consistent Assets portfolio compared with those inconsistent ones in Jakarta Islamic Index is better.
"
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2005
T20277
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arief Rofiadi
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk membentuk portofolio optimal atas saham syariah yang konsisten pada Jakarta Islamic Index (JII) periode 2003 s.d. 2006. Berdasarkan latar belakang bahwa saham-saham yang masuk dalam JII selalu berubah setiap 6 bulan, kita akan memperoleh dua kelompok data saham yaitu yang konsisten dan tidak konsisten. Suatu saham dikatakan konsisten apabila namanya selalu masuk dalam JII selama periode penelitian. Pilihan terhadap saham JII yang konsisten didasari pertimbangan: (1) Bila berpedoman pada aturan main yang dibuat untuk saham JII, maka saham konsisten kecenderungannya lebih baik daripada saham yang tidak konsisten (2) Perlunya mengukur kinerja saham-saham syariah yang saat ini ada di JII.
Penelitian diawali dengan upaya mengetahui saham apa yang konsisten dalam JII selama periode 2003-2006 yang menghasilkan 9 saham yang konsisten. Variabel¬variabel yang dilakukan perhitungan meliputi return, varians, kovarians korelasi, dan beta saham, baik secara individual maupun dalam bentuk portofolio. Dengan menggunakan model yang dikembangkan oleh Markowitz untuk menyelesaikan persamaan minimalisasi dari fungsi objektif yang merefleksikan risiko serta kendala-kendala yang bersesuaian, maka diperoleh alternatif alokasi saham yang dapat menghasilkan imbal hasil yang optimal.
"
2007
T 20676
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fani Anisa Ayu Desiana
"Permasalahan yang muncul dalam mengkaraterisasi reservoar karbonat adalah heterogenitas dari sifat fisis porositas batuan. Karakterisasi batuan menjadi sulit karena estimasi kecepatan gelombang shear (Vs) yang digunakan cenderung kepada tipe pori dominan. Ada tiga jenis tipe pori utama di dalam geofisika yaitu interparticle (reference pores), stiff pores, dan cracks. Semua jenis tipe pori tersebut secara umum dapat ditemukan pada reservoar karbonat dengan demikian sehingga reservoar karbonat menjadi kompleks. Di tugas akhir ini, kami melakukan penelitian terhadap tipe pori yang ada pada reservoir karbonat di Jawa Timur, dengan menggunakan template rock physics menggunakan metode Self-Consistent untuk menganalisis pengaruh tipe pori pada sifat elastisitas batuan. Berdasarkan hal ini, jumlah volume fraction dari tipe pori yang beragam dapat diestimasi menggunakan data log porositas - bulk dan kecepatan gelombang pressure dari data sumur. Data - data tersebut dapat akan digunakan sebagai input untuk melakukan inversi tipe pori. Hasil dari inversi tipe pori dapat digunakan untuk mengidentifikasi tipe pori dan persentase pada masing - masing titik pengamatan dari zona target dalam bentuk log tipe pori. Variasi nilai persentase dan jenis tipe pori ditampillkan di data hasil. Data hasil ini membuktikan bahwa adanya kompleksitas tipe pori reservoar karbonat di Jawa Timur. Kompleksitas tipe pori dapat digunakan untuk membuat prediksi kecepatan gelombang shear (Vs.

The problem that occurs in characterizing carbonate reservoir is the heterogeneity from physical properties of rocks porosity. Rocks characterization becomes difficult because the estimation of shear wave which has been used tend to dominant pore types. There are three types of main pores in geophysics which are interparticle (reference pores), stiff pores, and microcracks. All that pore types generally can be found in reservoir carbonate thus caused the reservoir becomes complicated. In this thesis, we do the research on the type of existing pores in East Java carbonat reservoir using rock physics template with Self-Consistent Methode to be able to analyze influence of the type of pores on the elastic properties rocks. Based on this, the number of the volume fraction of the various pore types can be estimated using log data of bulk porosity and P - wave velocity from well data. Those data will be used as input to perform pore - type inversion. The result of pore types inversion that has been carried out to identify types of pores and percentage at each point of observation of the target zone in form of a pore types log. Variations in the value of percentage and kind of pore types are shown in the result data. This data is proving that the type of pore heterogenity in East Java carbonat reservoir from sample to sample. Pore types log data can be used to predict shear wave velocity"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S64637
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asrika Mayang Puti
"Pada umumnya, seseorang akan selalu berbicara menggunakan gaya bahasa yang sesuai dengan konteks pembicaraan tersebut. Namun demikian, dalam film berjudul Enchanted, kesesuaian antara gaya bahasa yang digunakan oleh tokoh utama, Giselle dengan situasi pembicaraannya dengan tokoh-tokoh lainnya tidak terjadi secara konsisten.
Skripsi ini menganalisis gaya bahasa yang digunakan tokoh Giselle berdasarkan teori basic sentence pattern dan interpretasi latar belakang penggunaan gaya bahasa tersebut berdasarkan teori language and sex.
Seluruh pembicaraan tokoh Giselle dengan tokoh-tokoh dalam film Enchanted hampir selalu menggunakan gaya bahasa formal meskipun situasi pembicaraannya formal atau pun tidak formal. Hal tersebut menunjukkan bahwa selain tokoh Giselle menyesuaikan gaya bahasa dengan situasi pembicaraannya, kenyataan bahwa ia adalah seorang perempuan lebih mendominasi gaya bahasa yang digunakannya pada setiap pembicaraannya dengan tokoh-tokoh dalam film tersebut.

Commonly, people use a speech style in consistence with the speech context. However, in a movie titled Enchanted, the main character, Giselle, does not use a speech style which is consistent with the speech context in almost every scene the character talks to other characters.
This paper analyzes the speech style of the character Giselle based on basic sentence pattern theory and describes the reason of the particular speech style based on the theory of language and sex.
Almost all of Giselle?s dialogues of the movie are in the formal style although the context of the dialogue is either formal or informal. This shows despite fitting her speech style with the context of the speech, Giselle?s preference of using formal speech is based on her status as a woman in every dialogue she has with other characters."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S13992
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Erika Wati Murliani
"Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS) telah menjadi masalah kesehatan internasional karena telah terjadi peningkatan jumlah pasien di beberapa negara di dunia. Kawasan Asia Selatan dan Asia Tenggara, merupakan kawasan dengan jumlah kasus HIV/AIDS tertinggi kedua yaitu sebanyak 7,8 juta atau 5,2-12 juta. Prevalensi HIV pada kelompok waria di Indonesia tahun 2003 sebesar 22% lebih tinggi dibandingkan dengan negara Bangkok (16,8%) dan Kamboja (9,8%). Sekitar 59,3% waria tidak menggunakan kondom saat melakukan seks anal lebih tinggi dibandingkan pada gay (53,1%). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan konsistensi penggunaan kondom dengan HIV(+) pada waria. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Responden berasal dari Jakarta, Bandung, Semarang, Malang dan Surabaya pada tahun 2011, dengan metode pengambilan sampel Two-stage Proportionate Probability Sampling. Dari 1089 sampel yang ada, sampel yang eligible dan masuk dalam analisis sebanyak 1070 sampel. Prevalensi kasus HIV(+) pada waria sebesar 21,9%, dengan analisis bivariat yang menunjukkan hasil yang bermakna secara statistik adalah konsistensi penggunaan kondom, umur, pendidikan, lama melakukan seks komersil, jumlah pelanggan seks anal, negosiasi kondom, kontak dengan petugas, dan kunjungan klinik IMS. Setelah dilakukan uji stratifikasi, didapatkan ada interaksi variabel pendidikan dan konsistensi penggunaan kondom terhadap hubungan konsistensi penggunaan kondom dengan HIV(+). Analisis multivariat yang digunakan adalah regresi logistik. Hasil akhir hubungan konsistensi penggunaan kondom dengan HIV(+) yang didapatkan setelah mengontrol pengetahuan komprehensif HIV/AIDS, negosiasi kondom, jumlah pelanggan seks anal, kunjungan klinik IMS, pendidikan, lama melakukan seks komersil, dan interaksi konsistensi penggunaan kondom dan pendidikan dengan OR sebesar 0,037 (95% CI: 0,004-0,349). Terdapat hubungan risiko yang tidak logis dalam penelitian ini, menyebabkan hasil penelitian ini tidak dapat digeneralisasikan untuk 5 kota besar di Indonesia. Pada waria yang tidak konsisten dalam menggunakan kondom baik yang berpendidikan rendah maupun tinggi, perlu dilakukan upaya peningkatan kegiatan komunikasi, informasi, dan edukasi. Monitoring dan evaluasi juga sangat diperlukan untuk memantau prevalensi HIV(+) pada waria dan mengumpulkan data/ informasi yang berhubungan dengan meningkatnya kasus HIV(+) pada beberapa propinsi dengan jumlah waria terbanyak berdasarkan estimasi populasi rawan tertular HIV di Indonesia.

Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS) has been a health international problem due to the increasing of patient in several countries in the world. South and South-East Asia is the second region of the biggest number of HIV/AIDS, that is around 7,8 million or 5,2-12 million. The prevalence of HIV among transgender in Indonesia in 2003 is 22% higher than Bangkok (16,8%) and Cambodia (9,8%). Around of 59,3% transgender were not using condom during anal intercourse which was higher than among men who have sex with men (53,1%). The aim of this study is to estimate the correlation of consistent condom use and HIV (+) among transgender. The study design is cross-sectional. The respondents were taken from Jakarta, Bandung, Semarang, Malang and Surabaya in 2011, by Two-stage Proportionate Probability Sampling method. Total of available sample were 1089 sample, but only 1070 sample were eligible and continued to analysis. The prevalence of HIV(+) among transgender is 21,9%. The result of bivariat analysis showed that several covariat variables had a statistically significant: consistent of condom use, age, education, time of commersial sex practice, anal-sex partner number, condom negotiation, contact with health worker, and visit to sexually transmitted infection (STI)`s clinic. There is an interaction variable of education and consistent condom use to the correlation of consistent condom use and HIV (+). Logistic regression was used for multivatiate analysis. The end of the result in this study is odds ratio (OR) of the correlation of consistent condom use and HIV (+) after controlling some confounders: a HIV/AIDS comprehensive knowledge, condom negotiation, anal-sex partner number, visit to STI`s clinic, education, time of commersial sex practice, and interaction of education and consistent condom use, is 0,037 (95% CI: 0,004-0,349). There are unlogically risk correlation in this study, which can cause the end of this result could not be generalized for the transgender`s population in 5 bis cities in Indonesia. An unconsistent condom use among high and low education among transgender, should be intervented by strenghtening of communication, information, and education programme. Monitoring and evaluation is more important to be implemented for monitoring the number of prevalence of HIV(+) among transgender and compiling data/informations of the correlation increased number of HIV(+) in several provinces which have a biggest number of transgender based on the estimation of population at risk of infected HIV in Indonesia."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T36865
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Clymton, Samson
"Fotoproduksi kaon dengan resonans nukleon spin 5/2 memiliki kendala pada kekonsistenan interaksinya. Beberapa studi menyebutkan bahwa model dengan interaksi yang konsisten lebih cocok dengan data eksperimen. Dalam penelitian ini dibangun sebuah model dengan interaksi yang konsisten (model 2) dan model lama (model 1). Perhitungan amplitudo hamburan dilakukan secara analitik serta semua observabel secara numerik. Parameter yang tidak diketahui dari amplitudo hamburan didapat melalui fitting pada 7400 titik data eksperimen. Hal ini dilakukan dengan meminimalisasi nilai χ2/N . Ditemukan bahwa model 2 lebih cocok dengan data eksperimen dari model 1. Perbandingan dengan data eksperimen yang menunjukkan efek dari model 2 tersebut juga ditampilkan.

Kaon photoproduction with spin 5/2 nucleon resonances is plagued with the interaction consistency. A number of studies predicted that a model with a consistent interaction leads to a better agreement with data. In this study a model with consistent interaction (model 2) and an old model (model 1) are compared to experimental data. The unknown parameters in scattering amplitude are extracted from fitting to 7400 experimental data point. This is performed by minimizing χ2/N value. It is found that model 2 is more suitable for explaining experimental data than model 1. Some plot showing these effects are also displayed.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
S59542
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library