Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 207 dokumen yang sesuai dengan query
cover
London: Routledge, 2016
381.456 4 FOO
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Adi Zakaria Afiff
"For years marketing concept as the basic philosophy in marketing has been widely accepted by many marketing and business practioners. However, in 2003, the well known marketing scholar Philip Kotler introduced a new philosophy of marketing in his famous marketing management textbook. This article then try to trace the history of the new philosophy and answer the qutestion of whether the new philosophy can replace the previous marketing concept. Relating the customer concept philosophy to the concept of relationship marketing in business to business market, service market and consumer market resulted in the conclusion that the customer concept can not fully replace marketing concept. Further, this article proposed the usage of consumer involvement toward products offered as a basis for distincting the basic philosophy of marketing management to be used."
2006
MUIN-XXXV-1-Jan2006-3
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Eddy, Edward D.
Durham: American Council on Education, 1958
377.2 EDD c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Lueptow, Richard M.
New Jersey : Prentice-Hall, 2001
604.2 LUE g
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Eduarny Tarmidji
"Wacana-wacana untuk mewujudkan negara Islam dan krisis kepemimpinan yang terjadi di Indonesia memotivasi penelitian ini. Walaupun pemikiran politik al-Farabi ini dikemukakannya lebih dari 10 abad yang lalu, namun tentu bukan tanpa implikasi atau relevansi apapun terhadap perpolitikan di Indonesia saat ini. Beberapa hal yang dapat ditarik dari penelitian terhadap konsep al-Farabi tentang Negara Utama ini adalah: Pertama, motivasi atau dorongan alamiah manusia untuk berkelompok dan saling bekerjasama dalam rangka memenuhi berbagai kebutuhan dan kesempurnaan hidupnya, Kedua, kondisi dan proses pembentukan negara oleh manusia atau warga yang mempunyai rasionalitas, kesadaran, dan kemauan bulat untuk membentuk negara, di mana masyarakat sempurna yang terkecil (kamilah sugru) merupakan kesatuan dari masyarakat yang paling ideal untuk dijadikan negara. Ketiga, pentingnya seorang pemimpin Negara Utama dianalogikan seperti jantungnya tubuh manusia, dan kualitasnya mensyaratkan seorang yang paling unggul dan sempurna di antara- warganya, yaitu kualitas seorang filsuf yang mempunyai pengetahuan yang luas dan memiliki keutamaankeutamaan. Keempat, negara dibedakan berdasarkan prinsip-prinsip (mahadi') dari para warga negaranya, yaitu prinsip yang benar (Negara Utama) dan prinsip yang salah (negara jahiliah, fasik dan lain-lain). Kelima, pemimpin membimbing warga negaranya untuk mencapai kebahagiaan (al-Sa'adah) sebagai tujuan negara. Dari motivasi manusia berkelompok, proses pembentukan negara sampai tujuan negara tersebut dianalisa dengan metode analistis, komparatif dan refleksif, serta dengan pendekatan "hermeneutikfenomenologi" Paul Ricoeur. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa pemikiran al-Farabi tentang Negara Utama merupakan hasil perpaduan antara filsafat dan agama, sesuai dengan keterpengaruhannya dari pemikiran-pemikiran politik Plato dan Aristoteles serta doktrin-doktrin agama Islam yang diyakininya. Dengan kata lain, al-Farabi dianggap dapat mengharmoniskan antara filsafat politik (Yunani kuno) dan agama Islam, di mana hidup manusia selalu berhubungan dengan penciptanya.
Konsep kepemimpinan al-Farabi dalam Negara Utama yang menjunjung tinggi kebajikan dan keutamaan (khususnya keteladanan), yang terangkum dalam kriteria seorang "filsuf yang berkarakter nabi" kiranya dapat dijadikan pertimbangan dan acuan dalam kepemimpinan di Indonesia, yang saat ini membutuhkan seorang pemimpin yang diharapkan dapat membawa Indonesia "keluar" dari berbagai masalah atau yang popular dengan istilah krisis multi-dimensi."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2004
T11618
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indri Apsari
"Beberapa tahun terakhir ini fenomena indigo di Indonesia mulai banyak diangkat oleh media masa dan mengundang berbagai pandangan positif maupun negatif. Anak indigo memiliki karakteristik kemampuan yang berbeda dengan anak seusianya, yaitu pengalaman ESP (Extra Sensory Perception), spiritualitas tinggi, dan rasional. Adanya kesadaran bahwa terdapat perbedaan karakteristik akan mempengaruhi konsep diri individu indigo.
Tujuan penelitian ini adalah memperoleh gambaran perkembangan konsep diri remaja akhir indigo dan faktorfaktor yang mempengaruhinya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan wawancara dan observasi pada remaja akhir indigo yang berusia 18-22 tahun.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa remaja indigo merasa berbeda dari teman sebayanya sejak kecil. Mereka merasa memiliki kelebihan dan cenderung merasa superior sehingga tidak suka diatur dan seringkali mendapatkan pandangan negatif dari lingkungan sosial. Adanya pandangan negatif ini menyebabkan mereka merasa ingin normal dan menolak kemampuan dirinya. Meskipun demikian, mereka tetap mendapatkan positive regard dari lingkungan sosial dan orangtua sehingga mereka dapat kembali menerima dirinya. Perkembangan konsep diri mereka dipengaruhi oleh orang tua, lingkungan sosial dan pengalaman memasuki lingkungan baru. Remaja indigo juga memandang indigo sebagai sebuah label dan merasa karakteristik indigo telah menjadi bagian dari diri mereka sejak kecil.

Nowadays the indigo phenomenon is getting popular in Indonesia's mass media and there are negative and positive opinions about this topic. The indigo children have different characteristics of ability among another children in their age, such as ESP (Extra Sensory Perception) experience, high spirituality, and rational. Awareness of this different characteristics will affect their self concept.
The purpose of this study is to get description of the development of self concept in late adolescents indigo and factors that affect it. Qualitative method is used by doing some interviews and observations on 18-22 years old late adolescents.
Result on this study describes that adolescents indigo feel different among another children in their age. They feel that they have higher ability and feeling of superiority that makes them disobey rules and get negative judgements from their social environment. This negative judgements make them want to become a normal person and deny their ability. However, they still get positive regard from their parents and social environment that make them finally accept themselves. The development of their self concept is affected by parents, social environment and experience in the new environment. Indigo adolescents see the term indigo as a label and they feel indigo characteristics already a part of themselves since their childhood."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2009
155.2 IND g
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Batini, Carlo
New York: Springer, 2006
005.74 BAT d
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Tivy, Joy
New York: Oliver and Boyd, 1981
574.522 TIV h
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Nuri Shabania
Jakarta: Pusat Pendidikan Sains, UIN Syarif Hidayatullah, 2015
Vol. 7
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>