Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 27 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Djaka Kusnandar
"ABSTRAK
Tindakan kedokteran adalah persetujuan yang diberikan oleh pasien atau keluarga
terdekat setelah mendapat penjelasan secara lengkap dan jelas mengenai tindakan
kedokteran yang akan dilakukan terhadap pasien. Skripsi ini membahas mengenai
kelengkapan dan keakuratan pengisian informed consent tindakan medis berisiko
pasien rawat inap RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung periode bulan Desember
2010. Desain yang digunakan dalam skripsi ini deskriftif dengan pendekatan
kuantitatif. Data yang diambil adalah semua formulir informed consent pada
rekam medis pasien rawat inap yang dilakukan tindakan medis berisiko sebanyak
357 berkas.Hasil penelitian menunjukan bahwa proporsi kelengkapan pengisian
informed consent masih belum 100%.
Atas hasil ini disarankan kepada manajemen rumah sakit untuk memberikan
pembekalan kepada para dokter yang akan melaksanakan program spesialis,
melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pengisian informed consent,
memberikan insentif and desinsentif kepada para dokter residen, dokter spesialis
dan UPF berkaitan dengan hasil evaluasi.

ABSTRACT
Medical procedure is consent given by the patient or next of kin after a full and
clear explanation of the medical procedure to be performed on patients. This paper
discusses about the completeness and accuracy of filling the inpatients risk
medical procedure informed consent at RSUP Dr. Hasan sadikin Bandung period
from December 2010. Design used in this thesis with a descriptive quantitative
aproach. The data retrieved are all informed consent forms in about 357 medical
records of patient who performed the medical procedure. As a result of reseach
shows that the proportion of completeness of informed consent is still not filling
to 100%. For this result suggested to the hospital management to provide a
debriefing to the doctor who will carry out a specialist program, monitoring and
evaluation of nformed consent filling, provide reward and punishment to the
residents, specialist and departemen related to the evaluation results."
2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Noorkasiani
"ABSTRAK
Dokumentasi keperawatan merupakan bukti pencatatan dan pelaporan yang dimiliki perawat dalam melakukan catatan keperawatan yang berguna untuk kepentingan klien, perawat dan tim kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan. Desain penelitian adalah survei analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel berjumlah 173 perawat dari 14 ruang rawat dan lembar observasi kelengkapan dokumentasi berjumlah 80 dokumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan dokumentasi keperawatan dalam kriteria baik sebesar 47,4% dan perawat yang melengkapi dokumentasi keperawatan sebesar 57,2%. Sedangkan faktor yang paling berkontribusi secara bermakna dengan kelengkapan dokumentasi keperawatan adalah Ruang Dinas (p= 0,002; α= 0,05) setelah dikontrol oleh umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan tipe kelas ruangan. Diharapkan bidang perawatan dapat melengkapi dokumentasi keperawatan dengan format yang sama, memberi kesempatan perawat untuk melanjutkan kuliah dan mengikuti pelatihan askep serta bertukar informasi atau gagasan antar ruang rawat.
ABSTRAK
Factors Related to the Documentation Completeness of Nursing. Nursing documentation is proof of recording and reporting is owned nurses in nursing notes were useful to the interests of clients, nurses and health team in providing health services. The study design was an analytical survey with cross sectional approach. Amount of 173 samples taken in a total nurse of 14 ward and 80 observation sheets about completeness of documentation in nursing process. The results showed that the implementation of nursing documentation in good criterion of 47,4% and nurses who complete the documentation of nursing at 57,2%. The factors most significantly associated with completeness of nursing documentation is the ward (p= 0,002; α= 0,05) after controlled by age, sex, educational level, and class room type. Advice can be given to the field of nursing in hospital to complete the documentation nursing with the same format, allowing nurses to pursue graduate studies and follow nursing process training and exchange information or ideas between the ward."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
610 JKI 18:1 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Vania Russendra Setiawan
"Saat ini rumah sakit dan tenaga kesehatan rawan akan tuntutan-tuntutan yaitu tuntutan mutu pelayanan, tuntutan hukum dari pasien dan banyak pesaing dalam bidang perumahsakitan. Atas dasar ilu perlu perbaikan mutu dan menjaga mum. Rekam medis yang tidak lengkap merupakan kendala daiam menghasilkan rekam medis yang bermutu, formulir relcam medis rawat inap merupakan salah satu sumber data untuk mendapatkan informasi asuhan medis.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentiiilcasikan kelengkapan rekam medis rawat inap Rumah Sakit Family Medical Center. Sehingga diharapkan kualitas rekam medis dapat ditingkatkan yang secara tidak langsung mereileksikan mutu pelayanan medis di rumah sakit bersangkutau. Penelitian dilalcukan dengan metode pendekatan lcuantitatifdan pendekatan kualitatif.
Hasil penelitian pada rekam medis rawat inap pada bulan Januari - Mare: tahun 2009 adalah dari 444 rekam medis pemeriksaan Esik (anamnesis) ketidaklcngkapannya sebesar 50%, pemyataaan pulang paksa yaitu 85%, selanjutnya fommlir Resume medis mempakan hal yang paling sering tidak 50 %_ Dari wawancam mendalam pada kelengkapan pengisian rekam medis memang masih ada kekurangan dalam pengisian rekam medis. Ditemukan juga beberapa faktor yang mempenganzhi kelengkapan rekam medis Rumah Sakit Family Medical Center.
Atas dasar temuan tersebut disarankan peningkatan kualitas sumber daya manusia dan pemberdayaan staff sub bagian rekam medis, peningkatan iimgsi dan peranan manajemen, peningkatan disiplin waklu kerj; peningkatan sosialisasi buku pedoman pengelolaan rekam medis, peningkatan prasarana Esik dan sarana.

Recently, the hospital and health personel are troubled by claims that are the claim of service quality, the claim of employee’s welfare, criminal procedure by teha patient and other competitors in hospitalization aspects. Base on those facts, so some effort improving and maintaining the quality is needed. Incomplete medical records are the constraint in producing good and valuable medical record of which inpatient medical record as a one of many data resource to produce information about medical record.
The objective of this research is to identify the completeness of inpatient medical records content in "Family Medical Center" hospital in order. That effort is to assure the medical records quality could be developed which is indirectly reflect the quality of health care in the hospital. The research methodology is canied out by quantitive approach and qualitative approach.
The result of this research was from 444 medical records can be found in assessment and physical examination 50% incomplete, force discharged 85% incomplete, and medical resume 50% incomplete. From in-depth interview whether in completeness of medical records are still there are lacking in writing medical records documentation. The research also found some factors that influence the firltllling medical record sheet and make it incomplete.
Based on those findings, it is suggested to improve the quality of human resources and make the management to be efficient, enhance the function, improve the discipline of working hours, enhance the socialization of the guiding book of medical record management, improve the physical utility and pre-utility.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
T34267
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tjokorda Istri Anom Saturti
"ABSTRAK
Nama : Tjokorda Istri Anom SaturtiProgram Studi : Kajian Administrasi Rumah SakitJudul :Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kelengkapan InformedConsent Tindakan Bedah Di Ruang Rawat Inap Bedah RSUPSanglahDenpasar Tahun 2017Pembimbing : Prof. DR. Dr. Adik Wibowo,MPH.Informed consent bukanlah suatu pemberian tandatangan pada formulir,melainkan sebuah proses komunikasi di mana pasien diberi informasi tentangpilihannya untuk tes kesehatan, perawatan, atau prosedur, dan kemudian memilihopsi yang paling sesuai untuk tujuan dan nilainya. Informed consent sangatpenting untuk hubungan terapeutik antara dokter dan pasien. Proses inimemungkinkan pasien, atau mereka yang bertanggung jawab secara hukum atasperawatan mereka, untuk membuat keputusan berdasarkan informasi tentangperawatan atau prosedur yang dimaksud. Di RSUP Sanglah Denpasar pada tahun2016, tingkat kepatuhan pengisian informed consent masih rendah yaitu 58 ,tingkat ketidakpatuhan penulisan singkatan sebanyak 42 . Tujuan dari penelitianini adalah untuk mengetahui gambaran kelengkapan terhadap persetujuan setelahpenjelasan informed consent pada tindakan bedah secara menyeluruh di ruangrawat inap bedah RSUP Sanglah Denpasar pada tahun 2017. Metode penelitian inimerupakan penelitian kuantitatif dan kualitatif dengan pendekatan retrospektifdan crossectional. Jumlah sampel dokter bedah yang menjadi subjek penelitianterdiri dari 57 dokter bedah, 647 informed consent dan tiga orang informan untukpengumpulan data secara kualitatif. Dari penelitian ini didapatkan bahwakelengkapan informed consent tindakan bedah di ruang rawat inap bedah RSUPSanglah pada tahun 2017 hanya mencapai 30 . Hasil penelitian ini menunjukkanadanya hubungan signifikan antara jumlah kasus yang ditangani dan prosespemberian informed consent yang baik dengan kelengkapan pemberian informedconsent tindakan bedah dengan p-value berturut-turut 0,02 dan 0,01. Daripenelitian ini dapat disimpulkan bahwa kelengkapan pemberian informed consentberhubungan dengan jumlah kasus yang ditangani dan proses pemberian informedconsent yang baik.Kata kunci: faktor-faktor, kelengkapan, informed consent,

ABSTRACT
Name Tjokorda Istri Anom SaturtiStudy Program Kajian Administrasi Rumah SakitTitle Factors Influencing Completeness of Surgery InformedConsent in Sanglah Surgical Ward 2017Consellor Prof. DR. Dr. Adik Wibowo,MPHInformed consent is not a signature on a form, but a communication process inwhich patients are informed of their choice for a health, care, or procedure test,and then choose the option that is most appropriate for its purpose and value.Informed consent is essential for therapeutic relationships between physiciansand patients. This process allows patients, or those who are legally responsiblefor their care, to make informed decisions about the treatment or procedure inquestion. In RSUP Sanglah Denpasar in 2016, compliance level of informedconsent is still low ie 58 , non compliance rate of writing abbreviation as muchas 42 . The purpose of this study was to know the description of the completenessof informed consent to the overall surgical procedure in surgical hospitalizationof Sanglah Hospital Denpasar in 2017. This research method was a quantitativeand qualitative research with retrospective and crossectional approach. Thenumber of samples of surgeons who were the subjects of the study consisted of 57surgeons, 647 informed consents and 3 informan for qualitative study. From thisresearch it is found that the completeness of informed consent of surgery insurgical hospitalization of Sanglah Hospital in 2017 only reach 30 . The resultsof this study indicate a significant relationship between the number of caseshandled and the process of providing good informed consent with thecompleteness of the surgical informed consent provision with p value 0,02 and0,01. From this study it can be concluded that the completeness of the informedconsent provision relates to the number of cases handled and the process ofproviding good informed consent.Keywords factors, completeness, informed consent,"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T50038
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eline Suryo
"ABSTRAK
Analisis Kelengkapan dan Ketepatan Penulisan Diagnosis Rawat Inapdi Rumah Sakit Royal TarumaKelengkapan penulisan diagnosis pada resume medis dan ketepatan penulisan diagnosisakhir dengan Panduan Praktik Klinik dan Clinical Pathway diperlukan untuk verifikasitagihan rawat inap pasien dan penentuan tarif INA CBG yang didassari klasifikasidiagnosis penyakit. Penelitian dilaksanakan secara kualitatif dengan wawancaramendalam dengan pengambilan data dari 192 rekam medis Rumah Sakit Royal TarumaJakarta untuk menilai perilaku, pengetahuan, sikap dokter akan kelengkapan danketepatan penulisan diagnosis.Terdapat sebesar 17.2 penulisan diagnosis yang tidak lengkap. Dari 44 rekam medisdengan tindakan medis, sebanyak 25 tindakan medis tidak dicantumkan di resumemedis. Sebanyak 11.5 diagnosis utama yang tidak dicantumkan koding dan darikoding yang tercantum untuk diagnosis utama hanya sebesar 48.4 koding yang tepat.Belum semua dokter memahami pentingnya penulisan diagnosis pada resume medisdengan lengkap berkaitan dengan ketepatan klasifikasi penyakit dengan ICD sebagaidasar untuk penentuan grouper tarif pada INA CBG, walaupun semua dokter memilikisikap mendukung pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional. Sikap dokter terhadapPanduan Praktik Klinis dan Clinical pathway pada beberapa bidang yaitu spesialisasiPenyakit Dalam dan Saraf adalah belum dapat dilaksanakan sepenuhnya dikarenakanvariasi-variasi yang ditemukan. Upaya-upaya untuk meningkatkan kelengkapan danketepatan diagnosis antara lain adalah dengan meningkatkan pengetahuan dokter akanICD-10 dan ICD 9 CM, implementasi rekam medis elektronik, peningkatan kemampuanpetugas koder, dan meningkatkan keterlibatan dokter dalam pembuatan Panduan PraktikKlinis dan Clinical Pathway.Kata kunci: kelengkapan diagnosis, kelengkapan rekam medis, ketepatan PanduanPraktik Klinis, Clinical Pathway.

ABSTRACT
Analysis of Diagnosis Filling Completeness and Accordance inRoyal Taruma HospitalPhysician expected to write down complete diagnosis in medical discharge report andin accordance to clinical practice guidelines and clinical pathway to insure verificationprocess of Universal Health Coverage which is based of INA CBG grouper of ICD 10and ICD 9 CM codes. This research is to measure physician behavior, attitude, andknowledge towards filling medical discharge report by in depth interview andsampling of 192 medical records of Royal Taruma Hospital, Jakarta. There are 17.2 incomplete diagnosis in medical discharge records. Out of 44 medical records withmedical procedures, 25 of records not stating medical procedures in dischargereport. 11.5 out of 192 samples were not ICD 10 coded for principal diagnosis, andout of those coded only 41.6 were coded correctly. Not all physician know theimportance of complete filling of diagnosis in medical discharge report especially forINA CBG grouper. Some informant in Internal Medicine and Neurology has negativeattitute towards Clinical Practice Guideline and Clinical Pathways as wide variety inthe course of illness. Efforts of to increase completeness of diagnosis in medicaldischarge report and accordance to Clinical Practice Guidelines and or ClinicalPathways are increasing physician knowledge of ICD 10 and ICD 9 CM,implementation of electronic medical record, increasing coder ability and increasingphysician involvement in development of Clinical Practice Guideline and ClinicalPathway.Keyword Medical record completeness, diagnosis completeness, Clinical PracticeGuidelines, Clinical Pathway"
2018
T49809
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rise Nurhasanah
"Rekam Medis merupakan kumpulan informasi tentang kesehatan dan perawatan medis yang mempunyai kegunaan sangat luas, mencakup aspek administrasi, hukum, keuangan, riset, medis dan dokumentasi. Meskipun rekam medis dirasakan penting tetapi masih banyak keluhan mengenai kelengkapan rekam medis. Penelitian ini diselenggarakan di RS. Siaga Raya pada bulan Mei 2008 sampai dengan bulan Juni 2008. Penelitian ini dilakukan dengan cara memeriksa kelengkapan rekam medis rawat jalan RS. Siaga Raya dan menganalisis kuesioner yang disi oleh petugas kesehatan di RS. Siaga Raya. Kuesioner ini berisi tentang pengetahuan rekam medis dan penilaian petugas kesehatan RS. Siaga Raya mengenai mutu pelayanan rekam medis di RS. Siaga Raya. Desain penelitian ini menggunakan desain study cross sectional dengan melihat perbedaan nilai dua sampel yang independen yaitu pengetahuan petugas kesehatan dan mutu pelayanan rekam medis yang terdiri dari Standard Operating Procedure (administrasi, pengelolaan dan kebijakan rekam medis); fasilitas dan peralatan rekam medis; pengembangan staf dan program pendidikan rekam medis dengan timbulnya variabel dependen (kelengkapan pengisian rekam medis rawat jalan).
Untuk analisa data penelitian ini menggunakan analisis univariat dan uji signifikansi dua sampel yang independen yaitu uji Mann-Whitney. Hasil penelitian ini menununjukan bahwa pada derajat kepercayaan 95% adanya perbedaan yang signifikan antara nilai kelengkapan rekam medis dengan nilai pengetahuan rekam medis Petugas Kesehatan RS. Siaga Raya. Adanya perbedaan yang signifikan antara nilai kelengkapan rekam medis dengan mutu pelayanan rekam medis. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu kelengkapan pengisian rekam medis rawat jalan RS. Siaga Raya cukup lengkap, pengetahuan petugas RS. Siaga Raya mengenai rekam medis baik, Mutu pelayanan Rekam Medis RS. Siaga Raya kurang baik, adanya perbedaan yang signifikan/ berpengaruh antara nilai kelengkapan rekam medis dengan nilai pengetahuan rekam medis petugas rumah sakit, adanya perbedaan yang signifikan/ berpengaruh antara nilai kelengkapan rekam medis dan mutu pelayanan rekam medis."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
L.M. Harmain Siswanto
"Kelengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan merupakan bagian dari kualitas pelayanan keperawatan di rumah sakit. Pelaksanaan pendokumentasian adalah indikator kinerja perawat yang dipengaruhi oleh karakteristik dan beban kerja perawat. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara karakteristik, beban kerja perawat dan kelengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan di Ruang Umum Instalasi Rawat Inap RS. Desain penelitian ini adalah analitik observasional dengan pendekatan retrospective yang dilakukan pada tiga ruang rawat inap. Pengukuran kelengkapan dokumentasi menggunakan instrumen A Depkes dengan sampel 95 dokumen. Pengukuran beban kerja menggunakan teknik continous observation dengan sampel 46 perawat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendokumentasian rerata belum lengkap (71,6%), dan beban kerja perawat sebagian besar tinggi (52,2%). Faktor yang paling dominan memengaruhi kelengkapan pendokumentasian adalah pelatihan dan beban kerja. Ada hubungan antara masa kerja, pelatihan dan beban kerja dengan kelengkapan pendokumentasian. Direkomendasikan untuk pelatihan pendokumentasian bagi perawat dan meninjau ulang jumlah perawat serta penempatan tenaga sesuai dengan beban kerja di ruangan.

Factors Related to the Completeness of Nursing Documentation. The completeness of nursing documentation is one of indicators in hospital service quality. Nursing documentation is an indicator of nurses performance that influenced by nurses?characteristics and workload. This study aimed to find out the relationship between nurses? characteristics and workload with the completeness of nursing documentation in wards. This study was a retrospective analytic using an observational approach which was conducted in three wards. The completeness of 95 nursing documentations was measured using an instrument. Nurses? workload was measured using a continuous observation technique with a sample of 46 nurses.
The results showed that 71.6% was incomplete, and most of (52.2%) the nurses' workload was high. The most dominant factors affecting the completeness of the documentation are nurses? experiences in documentation training and workload. To conclude, there is a relationship between the period of employment, training and nurses?workload with the completeness of nursing documentation. Training on nursing documentation and reviewing on the number of nurses and staffing them according to workload in the room are necessary.
"
Dinas Kesehatan Provinsi NTB ; Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
610 JKI 16:2 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nanang Wardhana
"Imunisasi dasar adalah suatu tindakan untuk memberikan kekebalan khusus terhadap penyakit tuberkulosis, difteri, pertusis, tetanus, poliomielitis, campak dan hepatitis B kepada anak umur 0-11 bulan. Kegiatan tersebut merupakan salah satu intervensi kesehatan yang berdaya ungkit besar terhadap penurunan angka kesakitan dan angka kematian bayi dan anak. Cakupan imunisasi menurut SDKI tahun 1997 adalah 55% anak terimunisasi lengkap. Di Jawa Barat tahun 1997 cakupan anak terimunisasi lengkap bare mencapai 42 % sedangkan di Kabupaten Majalengka cakupan anak terimunisasi lengkap 81,29%.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perilaku ibu tentang imunisasi terhadap status kelengkapan imunisasi dasar pada anak di Kabupaten Majalengka tahun 1999-2001. Desain penelitian yang digunakan adalah kasus kontrol tanpa di matching dengan jumlah sampel 159 kasus dan 159 kontrol diambil dengan cara simple random sampling.
Hasil penelitian dengan menggunakan uji statistik multivariabel regresi logistik menunjukkan bahwa perilaku ibu tentang imunisasi berpengaruh terhadap status kelengkapan imunisasi dasar pada anak dengan nilai rasio odds 4,12. Artinya ibu yang memiliki perilaku tentang imunisasi kurang baik memiliki risiko 4,12 kali status imunisasi dasar pada anaknya tidak lengkap dibandingkan dengan ibu yang memiliki perilaku tentang imunisasi baik.
Selain itu, status kelengkapan imunisasi dasar pada anak dipengaruhi pula oleh pendidikan ibu, jumlah anak masih hidup, aktifitas kader Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), aksesibilitas ke Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) dan pemajanan media informasi. Variabel pendidikan ibu, aktifitas kader Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), aksesibilitas ke Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) dan pemajanan media informasi saling berpengaruh independent dengan status kelengkapan imunisasi dasar pada anak. Pengaruh perilaku ibu tentang imunisasi terhadap status kelengkapan imunisasi dasar pada anak, ternyata dipengaruhi oleh kovariat antara lain pendidikan ibu dan aksesibilitas ke Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu).
Dari hasil penelitian ini diperoleh model terbaik yaitu : Logit p(X) = -2,82+ 1,05 (Perilaku ibu tentang imunisasi) + 0,90 (Aktifitas kader Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)) + 1,53 (Aksesibilitas ke Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)) + 1,50 (Pemajanan media informasi) + 1,56 (Pendidikan ibu).
Untuk meningkatkan status kelengkapan imunisasi dasar pada anak, Dinas Kesehatan dengan didukung oleh program dan sektor terkait perlu melakukan suatu kajian pengembangan media informasi imunisasi dan pemberdayaan Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) dalam program imunisasi.

Mother's Behavior Influences on Immunization to Completeness Status of Basic Immunization for Children in Majalengka Regency in 1999-2001Basic immunization is an action to give immunity to tuberculosis, diphtheria, pertussis, tetanus, poliomyelitis, measles and hepatitis B diseases for children 0-1 l months. The activity is one of the health interventions to reduce morbidity and mortality rates. According to Indonesia Demographic and Health Survey (IDHS) in 1997 immunization coverage is 55% fully immunized children. In West Java in 1997 the fully immunized children are 42% more over in Majalengka Regency the fully immunized children are 81,29%.
The research objectives knowing mother's behavior influences on immunization to completeness status of basic immunization for children in Majalengka Regency in 1999-2001. Research design by using case-control 159 sample cases and 159 controls without matching is taken by simple random sampling.
The research results to use logistic regression multivariate statistic, indicated which mother's behavior on immunization influence to completeness status of basic immunization for children value to odds ratio 4.12. It means those mothers?s who has a bad behavior on immunization having risk 4.12 times status of basic immunization of her child is incompletely of we compared with the mother's who have a good behavior on immunization.
Besides the completeness status of basic immunization for children is influenced by the mother's education, number of children still alive, activities of Integrated Health Service Post cadre, accessibility to Integrated Health Service Post and advance of mass immunization information. The variable of the mother's education, activities of Integrated Health Service Post cadre, accessibility to Integrated Health Service Post and advance of mass immunization information as influence as independently with status of completeness of basic immunization for children.
Mother's behavior influences on immunization to completeness status of basic immunization for children which is influenced by covariate such as mother's education and accessibility to Integrated Health Service Post.
The research results above are got the best model namely:
Logit p(X) = -2,82 i 1,05 (mother's behavior on immunization) - 0,90 (activities of Integrated Health Service Post) + 1,53 (accessibility to Integrated Health Service Post) + 1,50 (advance or mass immunization information) 1,56 (mother's education).
To increase completeness status of basic immunization for children, Department of Health supported by program and connected sector should be done the developing research of mass immunization information and revitalization of Integrated Health Service Post in immunization program.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T10002
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Otty Mitha Sevianti
"Salah satu fungsi yang paling utama dari sebuah rumah sakit adalah untuk menyediakan perawatan berkualitas tinggi terhadap semua orang termasuk pasien. Badan pemerintahan di rumah sakit, dalam hal ini pimpinan rumah sakit bertanggungjawab secara hukum maupun moral atas kualitas pelayanan yang diberikan kepada pasien ataupun mereka yang datang ke fasilitas pelayanan tersebut. Tanggungjawab ini kemudian didelegasikan kepada tenaga medis, keperawatan dan staf medis professional lainnya.
Staf di dalam fasilitas pelayanan kesehatan rumah sakit berpegang pada praktisi informasi kesehatan untuk menganalisis dokumentasi rekam medis dan yang memperingatkan mereka akan adanya kekurangan atau inkonsistensi sehingga menyebabkan rekam medis menjada tidak lengkap atau tidak akurat. Setiap fasilitas pelayanan kesehatan berhak memutuskan jenis analisis yang akan dilakukan dan mengacu pada cara dokumentasi mereka dan kebijakan dari staf medis. Salah satu dari jenis analisis tersebut adalah analisis kuantitatif.
Analisis kuantitatif dilakukan oleh praktisi informasi kesehatan dengan mengidentifikasi lembaran rekam medis yang tidak lengkap. Komponen dasar dari analisis kuantitatif meliputi telaahan rekam medis untuk: identifikasi penderita yang benar di setiap lembarnya, keberadaan seluruh laporan yang diperlukan, bukti keabsahan di semua lembaran dan praktek pencatatan yang baik.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi angka ketidaklengkapan rekam medis rawat inap .dan untuk mengidentifikasi faktor - faktor penyebab terjadinya ketidaklengkapan rekam medis rawat inap Rumah sakit Duren Sawit.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan cross sectional dan menggunakan checklist dan wawancara mendalam.
Hasil penelitian menunjukkan 62,50% nama penderita tidak tercantum, 72,22% nomor rekam medis tidak ada, 79,17% laporan - laporan yang diperlukan tidak ada dalam berkas rekam medis, 65,25% laporan keperawatan hilang, 84,72% tanpa nama pengisi rekam medis, 79,17% tidak mencantumkan waktu pemberian pelayanan medis dan 100% praktek pengkoreksian yang tidak sesuai acuan. Jumlah petugas rekam medis yang bertugas untuk mengevaluasi setiap berkas rekam medis yang rnasuk sangat kurang. Petugas tidak mempunyai SOP yang inendasari pekerjaannya sehingga tugas analisis tidak dapat dilakukan setiap hari. Evaluasi pelaksanaan rekam medis tidak mempunyai jadwal tertentu. Petugas rekam medis mempunyai kesulitan dalam menjalin komunikasi dengan tenaga medis dan pararnedis, terutama yang berkaitan dengan hasil evaluasi kelengkapan berkas rekam medis. Kelalaian dokter dan perawat dalam menyalin identitas penderita, kehadiran laporan yang perlu, bukti keabsahan dan praktek pencatatan yang baik. Kebijakan yang dikeluarkan panitia rekam medis tentang sanksi kedisiplinan belum ada serta evaluasi kerja panitia dan tindak lanjut hasil telaahan belum dapat berjalan dengan lancar. Pimpinan rumah sakit perlu membenahi kebijakan khususnya untuk panitia rekam medis dan SOP bagi staf, serta penyediaan tenaga rekam medis yang memadai.
Saran yaitu peningkatan kemampuan dan ketrampilan petugas rekam medis dengan adanya pelatihan, pembuatan formulir pemberitahuan untuk tenaga pengisi rekam medis yang lalai untuk melengkapinya, memeriksa rekam medis sebelum dikembalikan ke subsie rekam medis, mengadakan seminar sehari untuk staf medis dan perawat untuk mensosialisasikan instruksi pengisian rekam medis yang benar, pertemuan rutin untuk mengevaluasi hasil telaahan analisis kuantitatif, membuat kebijakan tentang sanksi kedisiplinan serta membuat SOP untuk semua personil yang terkait. Hal terpenting adalah adanya manajemen resiko untuk meminimalkan resiko yang ditimbulkan oleh rekam medis yang tidak lengkap.
Daftar Pustaka: 25 (1986 -- 2004).

Analyzing the Completeness of Inpatient Medical Record in Duren Sawit Hospital 2004 JakartaThe primary function of a hospital is to provide high quality patient care to all persons, including inpatients. The governing body of the hospital is both legally and morally responsible for the quality of care rendered to all patients within or attending a facility. This responsibility is in turn delegated to medical, nursing and other health professional staff.
A health care facility's staff relies on health information practitioners to analyze medical record documentation and notify them of omissions or inconsistencies which make the medical record incomplete or inaccurate. Each health care facility decides on the type of analyses to be done according to their documentation and medical staff policies. One of the analyses type is quantitative analysis.
Quantitative analysis is performed by health information practitioners to identify areas of the medical record that are incomplete. The basic components of quantitative analysis include a review of the medical record for: correct patient identification on every form, presence of all necessary reports, required authentication on all entries, and good recording practice.
The objective of this research is to identify the incompleteness of inpatient medical records and to identify factors that caused incompleteness of inpatient medical records in Duren Sawit Hospital.
This is a qualitative research with a cross sectional approach using checklist and in depth interviews.
Results are 62,50% blank patient's names, 72,22% blank medical record numbers, 79,17% incomplete reports, 65,28% missing nursing reports, 8432% without provider's name on it, 79,17% didn't write time of care given by the provider and 100% bad recording practice. Numbers of health information practitioners are below the standard, practitioners do not have SOP for their work guidance, there is no monthly schedule to evaluate medical record. Practitioners have difficulties to communicate with doctors and nurses. Doctors and nurses do not write correct patient identification. Presence of all necessary reports, required authentication on all entries, and good recording practice. There is no disciplinary action to be taken for those who have incomplete medical records. Hospital director must set SOP for all the hospital staff.
Suggestions: more in-house training for the medical record practitioners, query for the medical staff and nurses to warn them about incomplete medical record, check status before return the medical record, to hold an internal one day seminar for medical staff and nurses, routine meeting to evaluate the findings from quantitative analysis, SOP for the medical record practitioners. The most important thing is to have a risk based management to minimized the risk occurred by the incomplete medical records.
Bibliography: 25 (1986 -- 2004)
"
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T13141
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agnes Sarita
"ABSTRAK
Berat badan lahir bayi merupakan salah satu indikator bayi bertahan hidup. Bayi
dengan berat lahir rendah (BBLR) memiliki risiko yang tinggi untuk mengalami
kematian di usia neonatal. Ibu hamil yang melakukan antenatal care dengan baik
akan memiliki risiko yang semakin rendah untuk melahirkan bayi dengan berat
lahir rendah. Papua merupakan salah satu propinsi yang memiliki angka ibu tidak
melakukan antenatal care cukup tinggi bila dibandingkan dengan propinsi lain di
Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan
pelaksanaan ANC dengan berat lahir bayi dan meningkatkan kesadaran
masyarakat mengenai pentingnya memeriksakan kehamilan. Metode penelitian
adalah studi potong lintang dengan consecutive sampling kepada subjek yaitu
anak berusia 0-60 bulan dan ibu sebagai responden di daerah Pegunungan
Jayawijaya, Papua. Data didapatkan melalui wawancara yang kemudian dianalisis
dengan uji Chi square. Hasil dari penelitian ini adalah tidak ada hubungan
frekuensi antenatal care dengan berat lahir bayi (p = 1,000), tidak ada hubungan
kelengkapan antenatal care dengan berat lahir bayi (p = 0,561). Perlu dilakukan
penelitian yang lebih baik untuk mengetahui keterbatasan pelaksanaan antenatal
care di Papua

ABSTRACT
Birth weight indicates survival rate of babies. Babies with low birth weight are at
risk of mortality at neonatal age. Pregnant women who do the antenatal care well
will have least risks of giving birth to a baby with low birth weight. The number of
mothers without antenatal care in Papua is likely higher than most of the
provinces in Indonesia. The aim of this research is to know the correlation
between the antenatal care implimentation and the birth weight, and also to raise
people?s awareness of the importance of antenatal care. This research is using
cross sectional study with consecutive sampling to the subjects, which are
children aged 0-60 months and mothers, as the respondent in Jayawijaya, Papua.
Data were obtained through interviews, which were later analyzed with Chi
square test. As a result of this research, there are no correlation between the
frequency of antenatal care and birth weight (p = 1,000), no relevancy between
the completeness of antenatal care and birth weight (p = 0,561). Further and
better research is needed to find out the limited implementation of antenatal care
in Papua."
2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>