Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fakhrana Ariani Ayub
"Latar Belakang: Kemampuan mastikasi telah dipelajari secara luas dalam dekade terakhir. Kemampuan mastikasi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain usia, jenis kelamin, jumlah gigi dan oklusi, area kontak pada oklusal, kehilangan gigi dan restorasi pada gigi posterior, laju alir saliva, serta penurunan fungsi motorik oral seiring dengan proses penuaan. Rehabilitasi prostodontik dengan gigi tiruan cekat maupun gigi tiruan lepasan berfungsi untuk meningkatkan kemampuan mastikasi pada individu dengan kehilangan gigi sebagian maupun menyeluruh.
Tujuan: Menganalisis hubungan antara kemampuan mastikasi dengan usia, jenis kelamin, OHI-S, DMF-T, pemakaian gigi tiruan, dan kondisi gigi tiruan.
Metode: 152 subjek 60 laki-laki dan 92 perempuan berusia 17 tahun ke atas rerata SD = 33,4 13,1 tahun berpartisipasi dalam uji kemampuan mastikasi menggunakan color-changeable chewing gum. Uji statistik Chi-Square digunakan untuk menganalisis hubungan antara kemampuan mastikasi dengan usia, jenis kelamin, OHI-S, DMF-T, pemakaian gigi tiruan dan kondisi gigi tiruan.
Hasil: Usia p=0,001, kehilangan gigi p=0,001, dan pemakaian gigi tiruan p=0,011 berhubungan dengan kemampuan mastikasi. Namun, jenis kelamin, decay, fililing, OHI-S, dan kondisi gigi tiruan tidak menunjukan hubungan bermakna secara statistik p>0,05. Berdasarkan uji Post Hoc Bonferroni correction didapatkan perbedaan pada kelompok usia ge;46 dengan kemampuan mastikasi buruk p=0,0009, kelompok usia ge;46 dengan kemampuan mastikasi baik p=0,0017, kelompok kehilangan 9-32 gigi dengan kemampuan mastikasi buruk p=0,0027. Kelompok tidak ada kehilangan gigi dengan kemampuan mastikasi buruk memiliki hubungan bermakna baik dilihat dari kehilangan gigi p=0,0019 maupun dari pemakaian gigi tiruan p=0,0027.
Kesimpulan: Usia, kehilangan gigi, dan pemakaian gigi tiruan berhubungan dengan kemampuan mastikasi.

Background: Masticatory performance has been studied extensively in the last decades. Age, gender, the number of teeth in occlusion, occlusal contact area, salivary flow, and neuro physiological deficits influence the masticatory process. The replacement of missing teeth with dental prostheses, either fixed or removable, are often used to achieve an acceptable level of masticatory performance.
Objective: The aim of this study was to analyze the relationship between masticatory performance and age, gender, DMF T score, OHI S, dental prostheses use, and prostheses condition in an adult population.
Method: 152 individuals 60 male and 92 female aged 17 years and older mean SD 33.4 13.1 years were included in the study. Masticatory performance was evaluated using color changeable chewing gum. The X2 test was used to determine the association between masticatory performance and age, gender, DMF T score, OHI S, dental prostheses use and prostheses condition.
Result: Age p 0.001, missing teeth p 0.001, and prostheses use p 0.011 had significant relationship with masticatory performance. However, relation with gender, decay, filling, OHI S, and prostheses condition were not statistically significant p 0,05. Based on the Post Hoc Bonferroni correction test, the differences were found in the age group ge 46 with poor mastication performance p 0.0009, age group ge 46 with good mastication performance p 0.0017, missing 9 32 teeth group with poor mastication performance p 0.0027. No missing teeth group with poor mastication performance had a significant association with missing teeth p 0.0019 and use of prostheses p 0.0027.
Conclusion: Age, missing teeth, and prostheses are strongly associated with masticatory performance.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Filzah Zulkarnaen Abdullah
"Latar Belakang: Saat ini penggantian gigi yang hilang dengan mahkota tiruan penuh dukungan implan merupakan salah satu perawatan dental yang sudah umum dilakukan. Tolak ukur keberhasilan perawatan implan gigi dapat dinilai dengan mengevaluasi performa mastikasi dan kepuasan pasien. Namun, penelitian yang mengevaluasi performa mastikasi dan kepuasan pasien dalam waktu yang singkat pada restorasi implan masih sedikit dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi perubahan performa mastikasi dan kepuasan pasien dalam waktu singkat segera setelah dilakukan pemasangan mahkota tiruan penuh posterior dukungan implan. 
Metode: Jumlah subjek dalam penelitian ini sebanyak 50pasien dengan kehilangan posterior rahang bawah  di RSKGM FKG UI dan beberapa klinik swasta di Jakarta. Sebelum dan dua minggu setelah dilakukan pemasangan mahkota tiruan penuh dukungan implan pada gigi posterior rahang bawah,subjek dievaluasi performa mastikasinya secara objektif menggunakan color-changeable chewing gum. Selanjutnya, kepuasan responden terhadap kemampuan pengunyahan, kenyaman, dan retensi dalam mulut dievaluasi secara subjektif menggunakan VAS. 
Hasil: Diperoleh peningkatan secara signifikan pada performa mastikasi dua minggu setelah dilakukan pemasangan mahkota tiruan penuh posterior dukungan implan dibandingkan sebelumnya (p=0,000; p < 0,005; Wilcoxon test). Demikian pula pada kepuasan pasien ditemukan adanya peningkatan setelah dilakukan pemasangan mahkota tiruan penuh posterior dukungan implan (p=0,000; p < 0,005: Wilcoxon test). Secara statistik tidak ada pengaruh bermakna antara faktor usia dan jenis kelamin dengan  performa mastikasi (p=0,807; p=0,317; p > 0,005; Spearman Correlation test) dan kepuasaan pasien (p=0,690; p=0,317; p > 0,005; Spearman Correlation test). 
Kesimpulan : Terjadipeningkatan performa mastikasi dan kepuasan pasien setelah dilakukan pemasangan mahkota tiruan penuh posterior dukungan implan. Usia dan jenis kelamin tidak berpengaruh terhadap performa mastikasi dan kepuasan pasien.

Introduction: Nowadays, dental implant can be considered as a common treatment option to do in dentistry. Succesful parameter in implant dentistr can be measured by evaluating masticatory performances and patients satisfaction. However, there has been little research on short term improvement of masticatory performances and patients satisfaction in relation to implant restoration treatment. The aim of the present study was to evaluate the improvement in masticatory performances two weeks after posterior implant restoration. 
Methodology: Fifty patients of the Dental Hospital Faculty of Dentistry, Universitas Indonesia and several private clinics with missing mandibular posterior tooth were included in the study. Masticatory performances were evaluated and objectively by utilizing color-changeable chewing gum and the satisfaction of the patient were evaluated by visual analog scale (VAS). Patients satisfaction regarding mastication function, comfort and retention intraoral were verified on the VAS before and two weeks after implant restoration placement. 
Result: Significant differences in masticatory performance were noted at baseline (before implant posterior restoration) and to two weeks after implant restoration (p=0,000; p < 0,005; Wilcoxon test). The posttreatment functional of patients satisfactions ratings significantly exceeded the VAS score (p=0,000; p < 0,005; Wilcoxon test). Statistically, theres no significant difference between age and gender correlate to mastication performance (p=0,807; p=0,317; p > 0,005; Spearman Correlation test) and patients satisfaction p=0,690; p=0,317; p > 0,005; Spearman Correlation test).
Conclusion: Masticatory performances and patients satisfactions were improved two weeks after implant restoration. Age and gender did not affect the masticatory performances nor the patients satisfactions."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gabriella Nasseri
"Latar Belakang : Kehilangan gigi dapat menyebabkan penurunan fungsi mastikasi, bicara, serta memberikan dampak emosional. Rehabilitasi menggunakan gigi tiruan dikatakan mengalami penurunan mencapai 30 daripada pasien bergigi lengkap. Mastikasi terdiri dari rangkaian proses penghancuran dan pencampuran. Sampai saat ini belum ada metode tunggal yang dapat mengevaluasi kedua aspek secara bersamaan. Kemampuan mastikasi secara objektif dapat diukur dengan beberapa metode, seperti gummy jelly untuk mengukur kemampuan menghancurkan makanan sedangkan color-changeable chewing gum untuk mengukur kemampuan mencampur makanan. Kemampuan mastikasi diduga dipengaruhi faktor usia, jenis kelamin, Indeks Massa Tubuh IMT , indeks Eichner, laju alir saliva, pH saliva, kecepatan mengunyah, dan sensory feedback.
Tujuan : Menganalisis kemampuan mastikasi antara pemakai gigi tiruan sebagian lepasan GTSL dengan subjek bergigi lengkap menggunakan color-changeable chewing gum dan gummy jelly, mengetahui hubungan antara kedua metode, serta faktor yang mempengaruhinya.
Metode : Subjek penelitian 40 pasien bergigi lengkap dan 40 orang pasien pemakai GTSL dilakukan pengukuran kemampuan mastikasi dengan color-changeable chewing gum sebanyak 30, 45, 60 strokes dan gummy jelly sebanyak 10, 20, 30 strokes, dan batas ambang penelanan, serta pemeriksaan faktor yang mempengaruhinya.
Hasil : Kemampuan mastikasi pada pasien bergigi lengkap lebih baik secara signifikan daripada pasien pemakai GTSL p < 0,05 baik menggunakan gummy jelly maupun dengan color-changeable chewing gum. Terdapat hubungan yang kuat antara color-changeable chewing gum 60 strokes dan gummy jelly 30 strokes. Terdapat hubungan negatif antara gummy jelly dengan indeks Eichner pada pasien GTSL p < 0,05.
Kesimpulan : Kemampuan mastikasi pemakai GTSL mengalami penurunan sebesar 20.84 dengan menggunakan gummy jelly dan 11.77 dengan color-changeable chewing gum dibandingkan pasien bergigi lengkap. Kedua bahan ini dapat digunakan untuk mengukur kemampuan mastikasi, namun gummy jelly lebih sesuai untuk subjek dewasa muda dengan kemampuan mastikasi yang baik. Jumlah stroke optimal pada GTSL yaitu 60 strokes menggunakan color-changeable chewing gum dan 30 strokes menggunakan gummy jelly. Indeks Eichner mempunyai hubungan dengan kemampuan mastikasi pada pasien pemakai GTSL dengan menggunakan gummy jelly. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yayuk Supatmi Rahayu
"Latar Belakang: Kemampuan mastikasi merupakan salah satu indikator keberhasilan gigi tiruan. Kemampuan mastikasi mempengaruhi persepsi dan tingkat kepuasan pasien sehingga dapat mempengaruhi nilai kualitas hidup seseorang. Oral Health Impact Profile-14 (OHIP-14) merupakan salah satu alat ukur kualitas hidup yang terdiri dari 14 pertanyaan yang mencakup dampak yang berhubungan dengan fungsi dan aspek psikologi dari permasalahan gigi, mulut, dan gigi tiruan. Salah satu metode pengukuran kemampuan mastikasi secara objektif adalah dengan menggunakan color-changeable chewing gum. Sedangkan secara subjektif dapat dilakukan dengan menggunakan kuesioner kemampuan mastikasi.
Tujuan: Menganalisis hubungan antara kemampuan mastikasi yang dinilai secara objektif dan subjektif dengan kualitas hidup pasien dengan restorasi mahkota tiruan penuh posterior dukungan implan.
Metode: Mengevaluasi kemampuan mastikasi secara objektif yang dinilai menggunakan color changeable chewing gum dan secara subjektif yang dinilai menggunakan kuesioner kemampuan mastikasi pada 60 pasien dengan restorasi mahkota tiruan penuh posterior dukungan implan. Dilakukan analisis untuk mengetahui hubungan antara kemampuan mastikasi dengan kualitas hidup yang dinilai menggunakan OHIP-14 serta untuk mengetahui hubungan faktor-faktor usia, jenis kelamin, pendidikan, jumlah implan dan lama pemasangan dengan kemampuan mastikasi dan kualitas hidup.
Hasil: Terdapat hubungan signifikan antara kualitas hidup responden dengan mahkota tiruan penuh dukungan implan posterior dengan kemampuan mastikasi secara subjektif (p=0,000) dan tidak terdapat hubungan signifikan antara kualitas hidup dengan kemampuan mastikasi secara objektif (p=0,864). Tidak ada hubungan signifikan antara kemampuan mastikasi secara objektif dan subjektif (p=0,818). Kualitas hidup hanya berhubungan signifikan dengan umur (p=0,002).
Kesimpulan: Terdapat hubungan antara kemampuan mastikasi subjektif yang dinilai menggunakan kuesioner kemampuan mastikasi dengan kualitas hidup yang dinilai menggunakan OHIP-14 pada responden yang direhabilitasi dengan mahkota tiruan penuh posterior dukungan implan posterior. Usia juga menunjukan hubungan dengan kualitas hidup pada penelitian ini.

Background: Mastication performance is one indicator of the success of denture treatment. Mastication performance may affect the perception and level of patient satisfaction so that affect the value of a person’s quality of life. In dentistry, the quality of life related to oral health is also known as Oral Health Related Quality of Life (OHRQoL). Oral Health Impact Profile-14 (OHIP-14) is one of quality of lifes measurements that consist of 14 questionnaires which include impacts related to function and psychology aspect that include dental, oral, and denture problems. One method that objectively measuring mastication is by using color-changeable chewing gum where as subjective methode is by using masticatory questionnaire.
Objectives: To analyze the relationship between mastication performance (subjectively and objectively) with the quality of life of patients with posterior implant supported single crown.
Methode: Masticatory performance evaluation conducted on 60 patients with posterior implant supported single crown. Analysis was conducted to determine the relationship between mastication performance assessed objectively (using color changeable chewing gum) and assessed subjectively (using masticatory performance questionnaire) with quality of life assessed using OHIP-14 and its relationship with age, sex, level of education, number of implants and how long since implant was placed.
Result: There was a significant correlation between quality of life with mastication performance assessed subjectively (p=0,000) and there was no significant correlation between quality of life and mastication performance assessed objectively (p=0,864). There was no significant correlation between mastication performance objectively and mastication performance subjectively (p=0,818). Quality of life has a significant correlation only with age (p=0,002).
Conclusion: There was a correlation between mastication performance subjectively with quality of life of patients with posterior implant supported single crown. Age also showed a correlation with quality of life in this study.

 

"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library