Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 15 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ahmad Nuhdi Rifky
"Penelitian ini merupakan upaya dalam melihat memori kolektif yang terdapat pada Gereja Protestan Indonesia Barat Tugu dan Makam Tugu di Cilincing, DKI Jakarta. Pada gereja dan makam ini terdapat ragam arsitektural yang melatarbelakangi pendirian gereja dan makam ini serta menyimpan memori yang sebagian besar diingat juga dilupakan oleh jemaat keturunan portugis di Tugu. Memori kolektif ini diwujudkan dalam bentuk sebuah mimbar gereja beserta nisan khas umat kristiani. Metode penelitian yang digunakan adalah sumber data yang berupa informasi serta observasi langsung juga studi literatur. Hasil bukti dari data tersebut dianalisis menjadi interpretasi yang menjadi kajian kali ini. Hasil penelitian menunjukkkan bahwasanya pada Gereja Protestan Indonesia Barat Tugu dan Makam Tugu terdapat memori kolektif dari jemaat keturunan portugis di Tugu yang layak diingat dan dikenang serta perwujudan memori kolektif tersebut melalui sebuah representasi sehingga terjadi keterkaitan satu sama lain.

This research is an attempt to look at the collective memory contained in the Gereja Protestan Indonesia Barat Tugu and Makam Tugu in Cilincing, DKI Jakarta. In this church and cemetery, there are various architectural backgrounds behind the construction of this church and tomb as well as storing memories that are mostly remembered and forgotten by the congregation of Portuguese descent in Tugu. This collective memory is manifested in the form of a church pulpit along with a tombstone with a Christian name. The research method used is a data source in the form of information and direct observation as well as literature studies. The results of the evidence from the data were analyzed to become the interpretation that became the study this time. The results of the study show that in the Gereja Protestan Indonesia Barat Tugu and Makam Tugu, there is a collective memory of the congregation of Portuguese descent in Tugu which is now remembered and remembered and the embodiment of this collective memory through a representation so that there is a connection with one another."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Pujia Nuryamin Akbar
"Tesis ini merupakan penelitian mengenai bagaimana memori sebuah peristiwa Sejarah di Sukabumi berkembang dan menjadi landasan dalam pola kehidupan masyarakat yang didokumentasikan pada sebuah monumen kesejarahan di wilayah tersebut. Penelitian ini bertujuan mendokumentasikan memori kolektif Peristiwa Bojongkokosan dalam kurun waktu tahun 1992 sampai dengan tahun 2022 melalui museum. Untuk mencegah hilangnya sejarah lokal yang berharga, langkah-langkah konkret harus diambil untuk memperkenalkan dan memperkuat memori kolektif masyarakat terhadap peristiwa-peristiwa bersejarah seperti peristiwa Bojongkokosan. Pembangunan Museum Palagan Perjuangan 1945 Bojongkokosan menjawab kebutuhan akan pelestarian sejarah lokal dan memori kolektif. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi strukturis. Leirissa menjelaskan bahwa metode strukturis bertolak dari teori strukturisme yang ditulis oleh Anthony Giddens. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah dengan pendekatan studi memori, dengan wawancara mendalam sebagai sumber data utama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bangunan Monumen Palagan Bojongkokosan memegang peranan dalam pembentukan memori kolektif peristiwa heroik Bojongkokosan bagi kesadaran akan sejarah pada masyarakat Sukabumi. Identifikasi tersebut menemukan adanya unsur memori kolektif yang terdapat dalam bangunan museum tersebut. Memori ini mencakup memori masyarakat Islami, pejuang, dan cinta akan seni budaya. Memori ini digunakan untuk membangun kesadaran sejarah masyarakat sekitar Bojongkokosan Sukabumi dengan mengaitkan ingatan masyarakat, budaya, dan kelompok masyarakat. Dengan demikian, bangunan Museum Palagan Perjuangan 1945 Bojongkokosan bukan sekadar bangunan tanpa makna. Bangunan tersebut merefleksikan kondisi sosial masyarakat di masa lalu dan menjadi potret kehidupan manusia pada masa tersebut, dapat dijadikan sebagai sarana berkelanjutan identitas dan menumbuhkan kesadaran sejarah masyarakat.

This thesis is a study on how the memory of a historical event in Sukabumi develops and becomes a foundation in the community's way of life, as documented in a historical monument in the region. The research aims to document the collective memory of the Bojongkokosan Event from 1992 to 2022 through a museum. To prevent the loss of valuable local history, concrete steps must be taken to introduce and strengthen the community's collective memory of historical events like the Bojongkokosan Event. The establishment of the 1945 Bojongkokosan Struggle Monument Museum addresses the need for the preservation of local history and collective memory. This research employs a structuralist methodology. Leirissa explains that the structuralist method is based on the theory of structuralism written by Anthony Giddens. The research method used in this study is the historical method with a memory studies approach, using in-depth interviews as the primary data source. The findings show that the Bojongkokosan Struggle Monument plays a significant role in forming the collective memory of the heroic Bojongkokosan event, enhancing historical awareness among the people of Sukabumi. This identification reveals the presence of collective memory elements within the museum building. This memory includes the memory of the Islamic community, warriors, and a love for arts and culture. This memory is used to build historical awareness among the surrounding community of Bojongkokosan Sukabumi by connecting community memory, culture, and social groups. Thus, the 1945 Bojongkokosan Struggle Monument Museum is not merely a building without meaning. It reflects the social conditions of the past and serves as a portrait of human life during that period, making it a continuous medium for identity and fostering historical awareness in the community."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arsyah Aditya Saputra
"Penelitian ini mengkaji tradisi lisan asli Betawi, ngerahul, yang dilakukan masyarakat Betawi Mampang melalui memori kolektif yang mereka miliki. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan memperoleh dan mengungkapkan upaya yang nyata untuk mengembalikan peranan ingatan masyarakat Betawi Mampang terhadap tradisinya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan dengan pendekatan deskriptif analitis karena menjelaskan, memberikan ilustrasi, dan simpulan terhadap permasalahan yang telah didapatkan dan diteliti sekaligus cukup adaptif dan peka terhadap pola-pola atau yang diterapkan masyarakat dalam tradisi ini. Metode pengumpulan data yang digunakan untuk penelitian ini adalah wawancara dengan beberapa narasumber terverifikasi, termasuk budayawan Betawi dan pelaku budaya tersebut. Penelitian ini memperoleh temuan bahwa ngerahul pada era modern di kawasan tersebut dijalankan atas dasar kebutuhan pelakunya dengan modal ingatan masa lalu. Di satu sisi, dengan ngerahul, mereka memperoleh timbal balik dan nilai-nilai yang bermanfaat untuk kehidupan mereka.

This research examines the indigenous oral tradition of Betawi called ngerahul, which is practiced by the Betawi community in Mampang, through their collective memory. The purpose of this study is to obtain and reveal the genuine efforts to restore the role of Betawi Mampang community's memory in relation to their tradition. This research utilizes a qualitative method with an analytical descriptive approach, as it seeks to explain, illustrate, or draw conclusions regarding the identified and researched issues, while also being adaptable and sensitive to the patterns or practices implemented by the community in this tradition. The data collection method employed for this research is interviews with several verified sources, including Betawi cultural experts and practitioners. The study findings indicate that ngerahul, in the modern era of the area, is carried out based on the needs of its participants with the aid of past memories. With ngerahul, they gain reciprocity and values that are beneficial to their lives."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Citra Laksmiarsih
"ABSTRAK
Arsip Vihara Jakarta Dhammacakka Jaya merupakan suatu bentuk perekaman informasi yang kemudian dapat dimanfaatkan sebagai sumber pengetahuan melalui memori kolektif yang berada di dalamnya. Objek penelitian adalah pengelolaan dan pemanfaatan arsip di Vihara Jakarta Dhammacakka Jaya. Penelitian ini berfokus pada bagaimana pemanfataan dan tata cara akses arsip tersebut sehingga dapat dimanfaatkan sebagai sumber pengetahuan. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain penelitian deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan arsip sebagai sumber pengetahuan belum dijalankan secara maksimal dikarenakan pengelolaan arsip ini belum dilaksanakan secara terstruktur; kurangnya usaha perlindungan arsip; anggaran yang tidak menentu; serta ada kendala akses dan sosialisasi kearsipan.

Abstract
Archives in Vihara Jakarta Dhammacakka Jaya are information that can utilize as knowledge resources through its collective memory. The research_s object is the management and utilization of archives in Vihara Jakarta Dhammacakka Jaya. It focuses on how the utilization of this material are performed and procedure of access to be knowledge resources. This is a qualitative research using descriptive research design. The result shows that the the utilization of static archives has not yet been managed and organised properly because it not necessarily of its management, lack of archives protection; lacks of and budget; constraints of access and lack of archives socialization"
2010
S15282
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hanina Naura Fadhila
"Skripsi ini membahas tentang persepsi warga sekolah terhadap suara bising aktivitas penambangan batu andesit yang didapatkan melalui praktik mendengar mereka. Lokasi area pertambangan batu andesit yang berada sangat dekat dengan area sekolah putra menyebabkan warga sekolah yaitu guru dan alumni dari tahun 2011-2016 memiliki kesan dan ingatan mereka saat mereka belajar atau bekerja. Belum ada sama sekali arsip yang mendokumentasikan praktik ini. Satu-satunya arsip yang bisa diandalkan adalah ingatan kolektif mereka dan beberapa jejak peninggalan aktivitas pertambangan. Skripsi ini juga mencoba menelusuri secara mendalam proses mendengar mereka hingga pada akhirnya bisa mengarah pada praktik-praktik lain yang lebih luas. Penelusuran mendalam itu didapatkan melalui metode wawancara mendalam dengan alumni putra angkatan 2011-
2016 dan guru-guru yang mengajar di tahun tersebut. Observasi yang dilakukan adalah observasi terlibat dengan mengkombinasikan antara observasi melalui mediasi Google Earth dan secara langsung. Penelusuran secara mendalam dari praktik mendengar ini bertujuan untuk melihat kompleksitas dari praktik mendengar itu sendiri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa praktik mendengar bukan hanya sebagai proses indrawiyah saja tetapi bisa menjadi sebagai upaya reflektif seseorang dalam melihat kondisi yang ada pada lingkungan tempat tinggal mereka. Hal ini juga tidak terlepas dari motivasi masing-masing dalam melakukan praktik mendengar.

This paper discusses school citizen perception towards noise that generated from andesite mining activity and perceived from their listening practices. Since the mining location area close to the boys' school area therefore it also affects the memory and impression of teacher and junior high school boy alumni from year 2011-2018 about their school activity. Recently there is no proper archive that documenting the practice in past. The only reliable archive are their collective memory and some artefacts which can recount the past mining activity. This paper also aims to deeply examine the listening process that can be translated into broader practices which acquired from in-depth interviews and participant observations with teacher and junior high school boys’ alumni. In particular,
in this research participant observation carried out in two different ways. One with mediated observation assisted by Google Earth and direct participants observation. Depth examination of listening process aims to shows that listening practices is not merely a sensory practice. Listening practice has its own complexity that can be an individual reflective process regarding to their environment circumstances. This is also inseparable from each other's motivation in their everyday listening practice.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Thomas Erdyka Pragana
"Konsep memori urban dalam konteks kawasan Monas (Monumen Nasional) di Jakarta, Indonesia. Monas, sebuah landmark ikonik yang melambangkan perjuangan kemerdekaan bangsa, berfungsi sebagai titik fokus untuk mengkaji keterkaitan antara memori kolektif, identitas sejarah, dan ruang kota. Analisis ini menggali bagaimana elemen desain arsitektur dan simbolik Monas dan sekitarnya berkontribusi terhadap ingatan kolektif, representasi narasi sejarah dan warisan budaya Indonesia. Dengan menggunakan kerangka teoritis dari studi perkotaan, geografi budaya, dan studi memori, analisis ini menyoroti pentingnya Monas sebagai gudang memori kolektif dan situs identitas nasional. Hal ini menekankan perencanaan kota dan keterlibatan masyarakat untuk memastikan bahwa signifikansi sejarah dan budaya kawasan Monas dilestarikan untuk generasi mendatang.

The concept of urban memory in the context of the Monas (National Monument) area in Jakarta, Indonesia. Monas, an iconic landmark symbolizing the nation's struggle for independence, serves as a focal point for examining the interplay between collective memory, historical identity, and urban space. The analysis delves into how the architectural design and symbolic elements of Monas and its surroundings contribute to the collective recollection, representation of Indonesia's historical narratives and cultural heritage. By employing theoretical frameworks from urban studies, cultural geography, and memory studies, the analysis highlights the importance of Monas as a repository of collective memory and a site of national identity. It emphasizes urban planning and community engagement to ensure that the historical and cultural significance of the Monas area is preserved for future generations."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riena J. Surayuda
"Pusat komunitas adalah ruang publik bagi komunitas untuk melakukan aktivitas
sosial, berinteraksi, rekreasi, dan menyalurkan hobinya yang dalam beberapa kasus
dapat menanggulangi permasalahan sosial. Beberapa kajian membahas aspek fungsional
pusat komunitas dari segi pelayanan sosial karena manfaat fungsionalnya, tetapi
pembahasan mengenai pusat komunitas tidak dapat dilihat dari pelayanan sosial saja.
Tulisan ini melihat pusat komunitas, melalui studi kasus RPTRA Kenanga, Cideng,
Jakarta Pusat, memiliki aspek disfungsional yang menimbulkan eksklusivitas melalui
kontestasi memori kolektif antara Pemerintah dan Masyarakat. Dengan menggunakan
kerangka analisis yang mengacu pada konsep ruang publik dan memori kolektif, tulisan
ini melihat perubahan sebelum adanya pusat komunitas yang berupa kepemilikan privat
dan setelah adanya pusat komunitas yang membentuk memori kolektif baru berupa
kepemilikan publik. Dari studi kasus di RPTRA Kenanga, tulisan ini menunjukkan
bahwa pembentukan memori kolektif baru menyebabkan kontestasi memori kolektif
antara negara (pemerintah provinsi DKI Jakarta)dan masyarakat (warga sekitar RPTRA
Kenanga) yang kemudian menimbulkan eksklusivitas di ruang publik tersebut.
Community center is a public space for the community that has a function for social
activities, such as recreation and interaction, which in particular cases may diminish
social problems. This study want to examines community center as Public Space and its
memory collective to see the relevance of the theory and its significance to urban policy.
The method of this article is qualitative using case study of Children-Friendly Integrated
Public Space-Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) Kenanga, Cideng,
Central Jakarta. This article argues there has been a dysfunctional aspect that results
in exclusiveness through collective memory contestation between the Government and
Local Community. The study find that other than the changes from private property to
public property, the establishment of RPTRA Kenanga creates new collective memory
that has resulted in collective memory contestation between the government of DKI
Jakarta and the local people, which led exclusivity in the public space."
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Indonesia, Pusat Kajian Sosiologi, LabSosio, 2016
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Apriadi Bumbungan
"Jejak kesejarahan masyarakat etnis Toraja di Kota Makassar dan strategi pembentukan identitas diasporanya, salah satunya dapat dilacak melalui kehadiran ruang Kampung Rama. Nama ‘Rama’ acap dikaitkan dengan beberapa akronim yakni Toraja-Makassar, Rantepao-Makale yang merupakan nama dua ibukota Kabupaten Toraja, dan nama salah satu kota di Israel yang diambil dari narasi kitab suci umat Kristen, Alkitab. Penelitian ini menganalisa kontestasi pemaknaan pada narasi nama Kampung Rama dalam mengkonstruksi identitas dan ingatan kolektif masyarakat diaspora Toraja di Kota Makassar. Tujuan penelitian ini untuk melihat konstruksi ideologis dan relasi kuasa yang bermain dalam penamaan Kampung Rama melalui pendekatan toponimi kritis, identitas, dan memori kolektif dari aktor-aktor yang terlibat dalam prosesnya. Data penelitian didapatkan dari hasil wawancara dan obervasi partisipasi pada lingkungan Kampung Rama. Penelitian menunjukkan ketiga narasi penamaan menghadirkan kompleksitas pemaknaan bagi masyarakat, baik dari dalam maupun dari luar wilayah tersebut yang berkelindan dengan identitas migran Toraja pada lanskap Kota Makassar. Pemaknaan dan narasi nama tersebut dikonstruksi oleh aktor-aktor yang memiliki kepentingan politis, ekonomis, dan ideologis, seperti; Gereja Toraja Jemaat Rama, pemerintah, dan masyarakat Makassar yang berada di luar wilayah tersebut. Penelitian menemukan keragaman identitas, peliyanan, jaringan relasi kuasa yang hierarkis, serta strategi penyesuain diri dan unifikasi migran Toraja pada wilayah ini maupun terhadap masyarakat kota Makassar secara umum.

The migration history of the Toraja in Makassar, the their present mobility and the way the Toraja in Makassar construct their diasporic identities can be traced in the very name of a Torajan village in the heart of the city of Makassar, Kampung Rama. The word “Rama” designates different meanings for different segments of population, within the village and the city of Makassar. The word Rama stands for Toraja-Makassar, thus signifying the relations between the two ethnic groups. For some Torajans in the village and Makassar, the word Rama stands for Rantepao-Makale, the capitals of two main districts in Toraja. The third and most pervasive meaning amongst the Christian elites in the village, however, is biblical, a reference to a city in Israel. This article investigates the way different interpretations of the same name, Rama, reflects not only different strategies of positioning the Toraja diaspora within the city of Makassar, but also internal differences within the community in constructing their identity and their collective memory. Through ethnographic method, namely interviews and participation observation, the researchers map and categorizes the way different actors: Church elites, government officials, inhabitants of Kampung Rama and outsiders construct their narratives about Kampung Rama. Different interpretation of the name also reveals positionality within the history of migration (between old and new settlers), and also social structures (educated, Church elite and the lower classes), the ones originating from the two main districts in the homeland and those from less visible villages, and the role of government in promoting “Little Toraja” tourism. The findings reveal diversity within the migrant communities, and layers of othering, hierarchical structures with its power relations, as well as strategies in creating unity within and with the Makasarese."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ginting, Riska Phillia Br
"

Penelitian ini membahas pentingnya pelestarian kawasan cagar budaya sebagai warisan perkotaan dalam mengembangkan identitas dan budaya kota. Penelitian ini melibatkan kolaborasi dengan masyarakat dalam menilai integritas dinamis warisan perkotaan melalui pendekatan sense of place dan memori kolektif. Fokus penelitian ini adalah pada kawasan Kotatua di Jakarta yang mengalami perubahan fisik dan fungsi seiring waktu. Pemerintah provinsi DKI Jakarta telah mengeluarkan kebijakan untuk menjaga keaslian dan kelestarian kawasan ini, tetapi perlu ada instrumen yang kuat untuk meminimalisir dampak negatif. Penelitian ini berusaha menyusun konsep perencanaan tata ruang yang aplikatif dan fleksibel, dengan mempertimbangkan urban memory masyarakat. Tujuannya adalah meningkatkan kualitas kawasan pemugaran dan mempertahankan nilai sejarah serta identitas lokal. Hasil penelitian ini mengungkap bahwa kawasan Pemugaran Tambora memiliki aspek fisik dan non-fisik yang menjadi urban memory yang diingat oleh masyarakat. Jalan Kali Besar Barat, Masjid, Rumah Cina/Pecinan, dan Pasar Pagi menjadi elemen penting yang diingat karena aktivitas yang beragam, nilai religius, identitas budaya, dan simbol perdagangan. Penelitian merekomendasikan pelestarian Jalan Kali Besar, Masjid-Masjid Cagar Budaya, Rumah Cina/Pecinan, dan Pasar, sementara aspek lain dapat dimodifikasi dan diberi penggunaan baru untuk meningkatkan kualitas lingkungan dan produktivitas kawasan.


This study discusses the importance of preserving cultural heritage areas as urban heritage in developing urban identity and culture. This research involves collaboration with the community in assessing the dynamic integrity of urban heritage through a sense of place and collective memory approach. This research focuses on the Kotatua area in Jakarta, which has undergone physical and functional changes over time. The provincial government of DKI Jakarta has issued a policy to maintain the authenticity and sustainability of this area, but robust instruments are needed to minimize negative impacts. This research seeks to develop a spatial planning concept that is applicable and flexible, taking into account the urban memory of the community. The goal is to improve the quality of the restoration area and maintain historical value and local identity. The results of this study reveal that the Tambora Restoration area has physical and non-physical aspects that become urban memories that the community remembers. Jalan Kali Besar Barat, the Mosque, the Chinese House/Chinatown, and the Morning Market are essential elements to remember for their diverse activities, religious values, cultural identity, and trade symbols. Research recommends preserving Jalan Kali Besar, Heritage Mosques, Chinese Houses/Chinatown, and Markets. At the same time, other aspects can be modified and given new uses to improve the environmental quality and productivity of the area.

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lauder, Allan Frank
"This article brings together two ostensibly separate subjects: language empowerment and the Covid-19 pandemic. It argues that knowledge of local languages can help disseminate health-related information on a regional level. This addresses two problems simultaneously: the problems raised by the intelligibilty of governmental healthcare protocols and the functions of the use of local languages. The article is a case study presenting a number of interventions in the languages of East Kalimantan and can be seen as an inclusive, grassroots example of health communication. The study was initially a modest attempt to generate on-theground examples of health information in the dominant languages of the region of East Kalimantan. These studies demonstrate that the local communities of these languages are very enthusiastic about getting involved in the interventions. They also reveal that communication using IT and social media is thriving. One of our observations was that information about this pandemic tends to be understood only by highly educated urban people. This happens because it is conveyed by the government in standard Indonesian, which includes many foreign loanwords. The application of local languages is not just using local language vocabulary, it is instead a trigger to revive the collective memory of disaster management based on local culture. In this case, local languages are recognized and considered useful in helping to break the chain of virus transmission to free Indonesia of the Covid-19 outbreak. There were a number of unexpected developments. We found support for the intervention being rolled out on a national level by Special Task Force for Covid-19 under National Disaster Management Agency (Badan Nasional Penanggulangan Bencana/BNPB). We also welcomed the online publication by the National Agency for Language Development and Cultivation (Badan Bahasa) of the Handbook for managing behavior about health protocols in seventy-seven local languages. The main thrust of this article should therefore be of interest to anyone working to empower local languages and language vitality."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
909 UI-WACANA 22:2 (2021)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>