Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 33 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Reynaldi Alvandry
"Mobilitas masyarakat perkotaan yang tinggi menyebabkan tumbuhnya kebutuhan akan tempat untuk melepas penat. Kedai kopi dianggap sesuai dengan tren dan gaya hidup masyarakat perkotaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana karakteristik lokasi kedai kopi dan preferensi pengunjung kedai kopi. Preferensi dapat terbentuk berdasarkan persepsi terhadap kedai kopi, atribut-atribut kedai kopi, dan motivasi kunjungan. Metode yang digunakan untuk mencapai tujuan penelitian adalah analisis spasial dengan metode deskriptif berdasarkan hasil penyebaran kuisioner kepada pengunjung.
Hasil yang diperoleh adalah setiap kedai kopi memiliki karakteristik lokasi yang beragam. Pengunjung dengan motivasi sosial lebih memilih kedai kopi dengan site yang mendorong terjadinya interaksi sosial yang lebih tinggi. Pengunjung dengan motivasi mental dan motivasi fisik lebih memilih kedai kopi dengan site yang mendorong terjadinya interaksi sosial yang lebih rendah. Pengunjung dengan motivasi intelektual dan status lebih memilih kedai kopi berdasarkan faktor-faktor di luar karakteristik lokasi. Pengunjung dengan frekuensi kunjungan yang semakin tinggi dan durasi yang semain lama lebih memilih kedai kopi dengan site yang mendorong terjadinya interaksi sosial yang lebih rendah.

High mobility in urban communities raise a growing need for a place to unwind. Coffee shops are considered in accordance with the trends and lifestyles of urban communities. Each visitor has a different reason in choosing a coffee shop, and which coffee shop which more preferred. This study aims to determine the characteristics of the location of a coffee shop and a visitor's preferences coffee shop. Preferences can be formed based on the perception of the coffee shop, the attributes of the coffee shop, and motivation of the visitor. The method used to achieve the purpose of the research is descriptive spatial analysis method based on the results of questionnaires to visitors.
The results obtained every coffee shop has the characteristics of diverse locations. Visitors with a social motivation prefer a coffee shop with a site that encourage a higher social interaction. Visitors with mental motivation and physical motivation prefers coffee shop with a site that encourage a lower social interaction. Visitors with intellectual motivation and status prefers coffee shop based on factors beyond the characteristics of the location. Visitors with a higher frequency of visits and longer duration prefer a coffee shop with a site that encourage a lower social interaction.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S63745
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Coffee shop saat ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat untuk menikmati kopi, tetapi telah menjadi tempat bersosialisasi, hiburan dan produktivitas. Beberapa pengunjung coffee shop memiliki kecenderungan untuk beraktivitas dan menghabiskan waktu di coffee shop secara berkala, sehingga secara tidak sadar penggunaan ruang yang berulang dapat menciptakan keterikatan emosi pada tempat (place attachment). Penelitian ini membahas tentang tingkat keterikatan terhadap ruang antara responden laki-laki dan perempuan di coffee shop. Metode penelitian pendekatan kualitatif survey dengan menyebarkan kuisioner kepada 36 orang pengunjung coffee shop, menggunakan metode analisis uji beda rata-rata dua sampel independen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat keterikatan terhadap ruang di Roemah kopi tergolong dalam kategori sedang dan hasil hipotesa tidak terbukti karena tidak terdapat perbedaan tingkat keterikatan antara responden laki-laki dan perempuan. Penelitian ini memberikan referensi untuk penelitian lebih lanjut tentang place attachment pada ruang publik."
JSIO 14:3 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dayintani Kirana
"Dalam sebuah bisnis, pertumbuhan terjadi apabila ia mampu mendapatkan pengguna baru. Salah satu alat utama untuk mewujudkannya adalah melalui kegiatan pemasaran. Secara umum, Tugas Karya Akhir ini membahas mengenai perencanaan strategi komunikasi pemasaran dari coffee shop lokal KopiCabbana dalam periode 6 bulan, dengan berfokus pada penggunaan media digital berbasis online sebagai wadahnya, sesuai analisa terhadap kegiatan pemasaran KopiCabbana dan karakteristik khalayak yang dituju. Dasar analisis ini dilakukan melalui prosedur yang akurat, yaitu wawancara terhadap pemilik coffee shop KopiCabbana itu sendiri dan melakukan survei terhadap target khalayaknya. Perencanaan strategi komunikasi digital ini menggunakan teori dan konsep dalam komunikasi dan periklanan untuk menciptakan relevansi dan mendukung jalannya strategi. Penyusunan dari kegiatan pemasaran disusun dari latar belakang, analisa terhadap KopiCabbana, penentuan masalah komunikasi yang terjadi, strategi komunikasi yang digunakan, eksekusi dan implementasi, hingga rencana evaluasi dan monitoring untuk mengukur tingkat keberhasilan kegiatan pemasaran sekaligus memantau agar proses tetap berjalan sesuai rencana.

In a business, growth of the business is when it is able to get new users. One of the tools to actualize it is through marketing activities. Basically, this TKA is about marketing communications strategic planning of local coffee shop named KopiCabbana for period of 6 months, focusing on the use of digital media online basis as the media, in line with analysis of KopiCabbana marketing activities and its characteristic of consumer. The analysis is done through accurate procedures, i.e. interviews with the owners of KopiCabbana coffee shop and surveys on the targeted consumers. This digital communication strategic planning is using theory and concept of communication and advertisement to support the strategy. The built of marketing activities is based on the background and analysis of KopiCabbana, identification of communication problem that occurs, communication strategy used, execution and implementation up to evaluation and monitoring plan to measure the level of success of marketing activities and the same time to monitor the process to be in accordance with the plan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rifqi Pratama Putra
"ABSTRAK
Third place adalah tempat pemenuh kebutuhan dan aktivitas komplementer di luar first place dan second place. Seiring perkembangan zaman, teknologi dan informasi semakin mudah diakses. Hal tersebut berdampak terhadap bagaimana gaya bekerja zaman sekarang. Third place yang awalnya merupakan tempat berkumpul untuk melepas lelah dan stress serta bersosialisasi, hadir sebagai pilihan tempat untuk bekerja. Skripsi ini bertujuan untuk mengkaji mengapa fenomena pemanfaatan coffee shop sebagai tempat kerja dapat terjadi, dan faktor-faktor apa yang berpengaruh terhadap fenomena tersebut. Dari kajian teori serta studi kasus yang dilakukan pada coffee shop yang ada di kawasan Jakarta Selatan, terlihat bahwa pengunjung memperlakukan coffee shop sebagaimana fungsi third place. Namun, sebagian pengunjung yang datang ke coffee shop mendapatkan experience yang memberikan meaning bahwa tempat tersebut dapat dimanfaatkan sebagai tempat kerja. Untuk menjawabnya, dilakukan pengamatan terhadap elemen ruang maupun non-ruang dari coffee shop yang membuktikan kondisinya sebagai third place sekaligus melihat pemanfaatnya sebagai tempat kerja.

ABSTRACT
Third place is a place which fulfills complementary needs and activities beyond the first place and second place. As time progressed, technology and information have became more accessible. It has a significant impact on today rsquo s working ethic. Third place which was originally a place to gather, relieve stress and also socialize, presents as an option of workplace. This thesis aims to examine why the phenomenon of utilizing coffee shop as a workplace occurs and what factors affecting the phenomenon. Through the literatures and case studies conducted on coffee shops around South Jakarta, it appears that the users treat coffee shop the way a third place should be. However, some of them get experience which gives meaning of coffee shop as a workplace. Responding the phenomenon, it is necessary to observe the spatial and also non spatial elements that prove the condition of coffee shop as a third place and at same time seeing it as a workplace."
2017
S67972
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tiara Putri Ananta Poli
"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui transformasi tempat pada rumah yang menjadi coffee shop di Kota Manado. Dari tujuan tersebut, memunculkan pertanyaan tentang bagaimana transformasi tempat pada rumah yang menjadi coffee shop. Penelitian dilakukan dengan menggunakan kuisioner daring pada 39 responden yang diolah menggunakan analisis kualitatif. Temuan pada penelitian ini menunjukkan bahwa rumah sebagai first place dengan fungsi domestik, berubah penggunaan ruangnya menjadi third place, yaitu tempat untuk berinteraksi sosial. Perubahan tempat ini didorong oleh keinginan orang untuk bekerja di luar rumah saat pandemi. Selain kegiatan domestik, juga terjadi kegiatan produksi dan berkumpul yang menjadi karakter dari second dan third place. Kegiatan yang terjadi pada waktu dan tempat yang bersamaan, pada akhirnya menciptakan tempat baru di dalam rumah, yaitu fourth place. Penelitian ini kemudian bisa menjadi masukan bagi pembuat kebijakan untuk meninjau kembali kebijakan perkotaan dalam bidang perumahan dan permukiman agar penggunaan ruang di rumah dapat dimaksimalkan dengan baik.

The purpose of this study was to determine the transformation of the place in the house into a coffee shop in Manado City. From this goal, it raises the question of how to transform a place in a house into a coffee shop. The study was conducted using an online questionnaire on 39 respondents who were processed using qualitative analysis. The findings in this study indicate that the house as the first place with a domestic function, changes its use of space into a third place, which is a place for social interaction. This change of place is driven by people's desire to work outside the home during the pandemic. In addition to domestic activities, there are also production and gathering activities which are the characteristics of the second and third places. Activities that occur at the same time and place, ultimately create a new place in the house, namely the fourth place. This research can then be input for policy makers to review urban policies in the housing and settlements sector so that the use of space at home can be maximized properly."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cahyo Suryo Bhuwono Winarso
"Banyaknya para pemain bisnis kedai kopi dalam skala mikro membentuk satu kelemahan dari strategi “red ocean” yaitu “persaingan pasar dagang sangat sengit dan rumit”. Kelemahan dari strategi “red ocean” mengakibatkan beberapa pemilik usaha bisnis kedai kopi tersebut mengambil keputusan yaitu menjual kopi dengan harga yang terjangkau. Keputusan tersebut berpengaruh terhadap barista seperti: penurunan gaji pokok barista, tunjangan dan bonus yang minim, serta tidak ada upah insentif. Penurunan tersebut dinilai mampu menyebabkan kerentanan terhadap profesi barista. Studi ini bertujuan untuk melakukan eksplorasi terhadap kondisi kerentanan yang terjadi terhadap profesi barista berdasarkan pengalaman kerja serta melakukan eksplorasi terhadap konteks yang melatarbelakangi terjadinya kerentanan tersebut. Penelitian dilakukan dengan mempelajari pengalaman hidup yang didapatkan dengan melakukan wawancara secara mendalam dan bersifat semi-terstruktur terhadap 12 barista dalam rentang waktu 1-2 bulan. Penelitian juga dilakukan dengan melakukan wawancara terhadap pemilik kedai kopi sebagai uji keabsahan data. Penelitian tersebut kemudian dianalisis menggunakan analisis tematik. Penelitian ini menghasilkan beberapa temuan: (1) kerentanan yang disebabkan dari pekerjaan, (2) kerentanan yang disebabkan oleh lingkungan sosial, dan (3) kerentanan yang disebabkan oleh perspektif barista dalam melihat karier kedepan.

The large number of coffee shop business players on a micro scale forms one weakness of the "red ocean" strategy, namely "trade market competition is very fierce and complicated". The weakness of the "red ocean" strategy resulted in some coffee shop business owners making decisions by selling coffee at affordable prices. The decision affected baristas such as: lowering barista's salary, allowances and bonuses with minimum standard, and no incentive pay. The decrease is considered to be able to cause precarious to the barista profession. This study aims to explore the conditions of precarious that occur to the barista profession based on work experience and explore the context in which this precarious occurs. The research was conducted by studying the lived experiences obtained by conducting in-depth, semi-structured interviews with 12 baristas over a period of 1-2 months. The research was also conducted by interviewing coffee shop business owners as a test of data validity. The research was analyzed by using thematic analysis. This research resulted in several findings: (1) precarious caused by work, (2) precarious caused by the social environment, and (3) precarious caused by barista’s perspectives on future careers."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Donny Sutedi
"Studi ini meneliti gaya hidup, budaya “ngopi” di coffee shop, dan identitas di kalangan generasi Z sebagai konsumer coffee shop di Kota Jakarta. Beberapa tahun terakhir, konsumsi kopi di coffee shop telah berkembang menjadi suatu fenomena global yang mencerminkan gaya hidup masyarakat perkotaan dan konsumerisme. Dalam fenomena ini, generasi Z memainkan peran sentral dengan turut memproduksi makna dan praktik konsumsi kopi di coffee shop sehingga membentuk identitas dalam masyarakat perkotaan. Studi-studi sebelumnya mengenai konsumsi kopi di coffee shop pada generasi Z telah banyak membahas terkait bagaimana kaum muda menggunakan coffee shop sebagai ruang sosial dalam kehidupan sehari-hari. Dalam studi ini, konsumerisme dan taste menjadi unsur penting dalam mengkaji gaya hidup generasi Z dalam budaya “ngopi” di coffee shop yang dapat merepresentasikan identitas di kalangan mereka. Peneliti berargumen bahwa aspek simbolis dan taste dalam budaya “ngopi” di coffee shop berperan terhadap pengukuhan gaya hidup dan identitas kelas menengah kaum muda di perkotaan. Studi ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan pengumpulan data dari studi literatur, wawancara mendalam, dan observasi partisipan terhadap konsumer kopi di coffee shop di Jakarta.

This study examines the lifestyle and culture of consuming coffee in coffee shops and the identity of Generation Z as coffee shop consumers in Jakarta. In recent years, coffee consumption in coffee shops has evolved into a global phenomenon reflecting urban lifestyle and consumerism. In this phenomenon, Generation Z plays a central role by producing meaning and coffee consumption practices in coffee shops, thereby shaping identity in urban society. Previous studies on coffee consumption in coffee shops among Generation Z have extensively discussed how young people use coffee shops as social spaces in their daily lives. In this study, consumerism and taste become crucial elements in examining Generation Z's lifestyle in the culture of consuming coffee in coffee shops that can represent identity among them. The researcher argues that symbolic aspects and taste in the culture of consuming coffee in coffee shops play a role in reinforcing the lifestyle and identity of the urban middle-class youth. This study uses a qualitative approach with data collection from literature studies, in-depth interviews, and participant observations of coffee shop consumers in Jakarta."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shegi Caesario
"Starbucks merupakan pemimpin dunia dalam retail dengan specialty coffee dan cofee shops. Secara keseluruhan, hampir 35 juta konsumen mengunjungi Starbucks setiap minggunya di dunia. Begitu pula di Indonesia, Starbucks merupakan Top of Mind brand dan market leader brand coffee shop. Starbucks membuka toko pertama di Indonesia pada 17 Mei 2002 di Plaza Indonesia dengan lisensi dari PT Sari Coffee Indonesia. Akhir-akhir ini semakin banyak kompetitor coffee shop yang bermunculan sehingga memungkinkan pasar coffee shop yang sudah dimiliki Starbucks mampu terebut oleh kompetitor dan cenderung menjadi swing customer. Oleh karena itu, Starbucks akan melakukan kampanye untuk mampu mengatasi permasalahan tersebut. Kampanye ini bertujuan mempertahankan loyalitas pelanggan Starbucks. Kampanye akan berlangsung selama tahun 2013. Kampanye ini mengusung tema ?Taste of Inspiration?, yang berasosiasi dengan pola pikir memberikan penghargaan yang lebih kepada pelanggan setia Starbucks. Keseluruhan biaya kampanye Starbucks ini adalah Rp 4.426.168.500.

Starbucks is the world leader in the specialty coffee retail and cofee shops. Overall, almost 35 millions customers visit Starbucks every week in the world. Similarly in Indonesia, Starbucks is Top of Mind brand and market leader in coffee shops brand. Starbucks opens first store in Indonesia on May 17, 2002 at Plaza Indonesia under license of PT Sari Coffee Indonesia. Nowaday, there are so many coffee shops in Indonesia so that the market of coffee shop that Starbucks has, might be stolen by the competitors and they might be swing customer for coffee shop. Oleh karena itu, Starbucks akan melakukan kampanye untuk mampu mengatasi permasalahan tersebut. The campaign aims to maintain loyalty of Starbucks' customer. The campaign will take place during year 2013. This campaign carries the theme of "Taste of Inspiration", which is associated with the mindset of providing better appreciation to Starbucks' loyal customer. Starbucks overall campaign costs are Rp4.426.168.500."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
T-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Donatella Rara Wulandari Sekar Arum Putriyanti
"Kopikabana Coffee and Kitchen didirikan oleh PT Sahitya Nusa Boga pada tahun 2018. Kafe dengan tema tropical yang terletak di kawasan strategis Sagan, Yogyakarta ini melakukan soft opening sejak 8 September 2018. Kopikabana merupakan challenger brand yang bersaing dengan ribuan kafe dan kedai kopi lainnya di Yogyakarta. Setelah melakukan evaluasi selama enam bulan beroperasi, Kopikabana hanya dapat mencapai sekitar 80% dari target penjualannya, dan banyak konsumen potensial yang belum aware terhadap brand, terutama di kalangan komunitas dan wisatawan di kota Yogyakarta. Solusi dari permasalahan ini adalah dengan menggunakan perencanaan pemasaran digital yang bertujuan untuk meningkatkan brand awareness kepada konsumen potensial, serta meningkatkan brand affinity di antara konsumen saat ini. Khalayak sasaran untuk program pemasaran digital Kopikabana melibatkan millennial dengan jangka usia 21-35 tahun yang berdomisili di daerah kota Yogyakarta, kabupaten Sleman, dan daerah sekitarnya. Big Idea yang akan diangkat dalam program ini yakni "a blend of colorful moments and comforting space" yang didukung oleh tagline "gather around and comfort yourself at Kopikabana" Dengan menggunakan empat tahapan yakni Attraction, Curiosity, Commitment, Affection (ACCA) yang melibatkan enam media digital, program pemasaran digital ini akan dilaksanakan selama enam bulan sejak September 2019 hingga Februari 2020 dengan total anggaran sebesar Rp 23.496.500,00.

Kopikabana Coffee and Kitchen was founded by PT Sahitya Nusa Boga in 2018. A café with a thematic tropical theme is located in Sagan, the heart of Yogyakarta, and has made it's soft opening on September 8th, 2018. Kopikabana is a challenger brand which compete with thousands of other cafes and coffee shop in Yogyakarta. An evaluation shown that after being operated for six months, Kopikabana can only reach around 80% of it's sales target, and many are still unaware of the brand, including the potential consumer which involves community and travellers in Yogyakarata city. According to the situation, a solution offered by implementing a digital marketing plan, which aims to increase brand awareness to potential consumer and increase brand affinity among current consumers. The target audience involved millennial aged 21-35 years old, who lived in Yogyakarta city, Sleman district, and surrounding areas. This program use "a blend of colorful moments and comforting space" as a big idea, and supported by "gather around and comfort yourself at Kopikabana" as a tagline. By using four stages of ACCA: Attraction, Curiosity, Commitment, Affection which involves six digital media, this digital marketing program will be held for six months from September 2019 to February 2020 with a total of budget of Rp 23.496.500,00.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Marella Ekaputri Muslich
"Kopi di Indonesia merupakan sebuah komoditas yang memiliki sejarah panjang dan perkembangan industri yang menjanjikan dari segi produksi hingga perkembangan dalam bisnis pengolahan kopi.
Perkembangan ini didorong oleh meningkatnya dukungan dari pemerintah, dan adanya penetrasi gelombang budaya kopi baru yaitu first, second, dan third wave coffee.
Masuknya gelombang budaya tersebut, khususnya third wave coffee, berpengaruh terhadap menjamurnya usaha kedai kopi di Indonesia dan berubahnya budaya konsumsi kopi pada masyarakat yang mendorong jumlah konsumsi kopi yang semakin bertambah.
Banyak jenis usaha kedai kopi di Indonesia yang semakin beragam, menyebabkan sempitnya kesempatan untuk mendatangkan inovasi yang menarik perhatian dan kepedulian masyarakat.
Kopi Tuli merupakan salah satu usaha bisnis kedai kopi baru yang bergabung ke dalam industri sebagai social entrepreneur dengan fokus mengangkat isu mengenai disabilitas tuli.
Melalui bisnisnya, Kopi Tuli berusaha menawarkan value proposition sosialnya dalam bentuk keunikan pengalaman berinteraksi dengan bahasa isyarat dalam kedai kopi.
Permasalahan dialami Kopi Tuli dalam kegiatan pemasaran dan promosinya yang kurang optimal, menyebabkan lemahnya posisi dan kurangnya pemahaman konsumennya.
Tujuan
Meningkatkan brand equity dengan memperkuat positioning yang dapat berimplikasi pada loyalitas konsumen terhadap brand.
Strategi
Program ini mengangkat big idea brewing stories through gestures yang akan dilaksanakan melalui empat tahapan brand resonance model yaitu salience, performance & imagery, judgements & feelings, dan resonance. Kegiatan pemasaran dan promosi akan melibatkan lima elemen promosi IMC yang pemilihan medianya disesuaikan dengan karakteristik pesan dan khalayak sasaran, serta pencapaian tujuan meningkatkam brand equity.

Situation Analysis
As a commodity, coffee in Indonesia had a long history and has a promising growth in the industry from its production number and its business aspect.
The growth is influenced by the increasing support from the government, and the new waves of coffee culture which are called the first, second, and third wave coffee.
The third wave coffee notably creates a trend that had an effect to the immense growth of coffee shop businesses, and to the culture of drinking coffee itself.
Coffee shops are getting increasingly diverse, and that limits the opportunity for businesses to create innovations that would catch the audiences attention.
Kopi Tuli is joining the coffee industry as a social entrepreneur that is trying to create a larger employment opportunity for Indonesian deaf communities.
Kopi Tuli is offering their social value proposition that is a unique coffee shop experience by interacting using sign language.
The problem that Kopi Tuli is facing are their poor marketing and promotional activities effectiveness, that causes the weakness of their position and their consumer narrow understanding towards the brand.
Objective
Strengthening brand equity through strong positioning, that can impact consumer loyalty.
Strategy
The programs marketing and promotional activities are derived from the big idea brewing stories through gestures. It will be executed through the four steps of brand resonance model (salience, performance & imagery, judgements & feelings, and resonance), using five promotional elements of IMC which includes communication channels that are suited for the targeted audience and the program objective of strengthening its brand equity.
Targeted Audience
Geographic
Resides/study/work around Limo, Pancoran, Mampang Prapatan, dan Pasar Minggu
Demographic
Men & women, 18-25 years old, SES A-B, Scholars/University Students/First jobber.
Psychographic
According to the VALS Framework, the audience that this program is targeting are categorized as:
Innovators
Experiencers
Behavioral
Their visits to coffee shops are motivated by the need to socialize.
Actively searching for a place that offers a unique experience.
Actively using social media."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>