Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 15 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Azmie Kasmy
"ABSTRAK
Dalam persaingan merek, merupakan tantangan bagi pemasar untuk meningkatkan
ekuitas mereknya karena ekuitas merek yang tinggi bisa menciptakan keuntungan yang tinggi
pula bagi manufaktur komputer Ekuitas merek yang tinggi akan menciptakan loyalitas dan
memberikan peluang bagi perusahaan untuk menawarkan produk dengan harga yang sesuai
dengan perceived quality dari konsumen.
Pada beberapa jurnal pemasaran khususnya mengenai co-branding ditemukan hahwa
Co-branding memberikan kesan tertentu terhadap kualitas suatu produk yang dipasarkan
sebagai contoh: Ssangyong dengan Mercedes-Benz, CitiBank dengan Visa atau Master Card,
diet Coke dengan Nutrasweet. Patria dengan Komatsu. Kesan tersebut tercakup didalamnya
kualitas dan harga produk yang dipasarkan. Sehingga tiga tujuan utama di dalam penelitian ini
yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui pengaruh co-branding terhadap kesan kualitas
produk komputer dan sejauh mana kesan kualitas itu berubah setelah dilakukan co-branding
dengan suatu processor, mengetahui perubahan harga dan sebelum dilakukan co-branding dan
setelah dilakukan co-branding untuk kategori produk komputer, mengetahui pengaruh Co-
branding komputer dengan prosessor terhadap dasar pertimbangan konsumen didalam
pembelian.
Bentuk penelitian yang dilakukan adalah dengan descriptive analysis. Survei dilakukan
di wilayah DKI Jakarta dengan jumlah responden 200 orang. Data primer diperoleh melalui
metode sample survey dengan instrumen utama kuesioner. Variabel utama yang diukur
didalam penelitian ini terdiri dari perceived quality, perceived price, serta variabel pendukung
Iainnya (product attribute, brand awareness, advertising awareness, buying behaviour,
product usage). Responden dalam penelitian ini mengisi sendiri kuesioner (self-administered
survey) yang diberikan kepadanya dengan cara drop-off Khusus untuk variabel brand
awareness dan brand association dilakukan dengan teknik in-depth interview.
Kuesioner yang digunakan berisi pertanyaan-pertanyaan mengenai persepsi terhadap
kualitas dan harga produk komputer dan prosessor. Ada tiga merek yang di analisis untuk
kedua produk, masing-masing mewakili brand power: strong, moderate, dan weak. Untuk
produk prosessor digunakan merek Intel Pentium, AMD Athion. dan VIA Cyrix. Sedangkan
untuk produk komputer digunakan merek Compaq, Zyrex, dan Extron. Untuk mengukur
perceived qualiiv digunakan 6 points liken scale, dimana 1 berarti kualitas sangat rendah dan
6 berarti kualitas sangat tinggì. Untuk variabel perceived price ditanyakan kepada responden
persepsinya terhadap harga apakah lebib tinggi, Iebih rendah, atau sama saja (kira-kira berapa
persen), apabila diberikan sebuah zero origin dengan patokan 100%. Sedangkan dalam
meneliti variabel product attribut digunakan 6 points liken scale untuk tingkat kepentingan
atribut dan ordinal scale untuk prioritas kepentingan atribut.
Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, maka pada para responden ditanyakan
persepsinya terhadap kualitas dan harga sebelum dan sesudah co-branding. Hasil yang
diperoleh untuk kondisi perceived quality dan price adalah: pertama, bagi host brand terlihat
bahwa secara keseluruhan persepsi kualitas akan meningkat apabila beraliansi dengan
ingredient brand yang Iebih kuat danpada dengan ingredient brand yang lebih lemah. Kedua,
secara keseluruhan persepsi terhadap harga akan cenderung meningkat apabila beraliansi
dengan ingredient brand yang Iebih kuat daripada ingredient brand yang lebih lemah.
Untuk mengukur tingkat signifikansi perubahan pada perceived quality dan price
dilakukan uji paired sample t-test. Dan uji yang dilakukan diperoleh hasil bahwa: pertama,
persepsi kualitas konsumen terhadap merek komputer secara signifikan dipengaruhi oleh
semua merck co-brand prosessor kecuali co-branding antara merek Intel Pentium dengan
Compaq dimana kedua merek merupakan brand yang sama-sama kuat. Kedua, untuk host
brand Compaq, Zyrex, dan Cyrix, perceived price akan menìngkat secara signifikan apabila
melakukan co-branding dengan ingredient brand yang kuat seperti Intel Pentium. Sebaiknya,
perceived price akan menurun secara signifikan apabila dilakukan co-branding dengan
ingredient brand yang lemah seperti VIA Cyrix. Sedangkan apabila host brand melakukan co-
branding dengan ingredient brand yang kuat secara moderat, maka terdapat kecenderungan
bahwa perceived price akan meningkat atau menurun secara tidak signifikan.
Dari analisis terhadap atribut fisik maupun non fisik, diperoleh kesimpulan bahwa
prosessor merupakan atribut penting dan diprioritaskan di dalam proses pertimbangan
konsumen dalam melakukan pembelian komputer. Sehingga dari penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa co-branding manufaktur komputer dengan processor sebagai secondary
association merupakan Iangkah yang tepat. Uji anova yang dilakukan terhadap tingkat
kepentingan dan prioritas atribut, membuktikan bahwa kecepatan dan merek prosessor tidak
secara signifikan dipersepsikan berbeda dalam proses pembelian PC baik bagi owner maupun
non owner.
Dari hasil penelitian yang didapat, maka beberapa hal yang dapat disarankan. Pertama,
bagi manufaktur komputer secara umum, co-branding meniiliki pengaruh yang signifikan
untuk mempengaruhi perceived quality dan price terhadap produk komputer sehngga
merupakan langkah yang potensial untuk melakukan aliansi dengan prosessor untuk
menerapkan pemasaran bersama dengan co-branding atau lebih spesifik dengan ingredient
branding. Namun perlu diingat, persepsi kualitas dan harga akan cenderung meningkat secara
signifikan apabila metakukan co-branding dengan merek prosessor yang lebih kuat daripada.
host brand.
Kedua, bagi merek-merek komputer yang diteliti, untuk merek Zyrex dan Extron co-
branding seharusnya dilakukan dengan merek prosessor yang kuat seperti Intel Pentium agar
peningkatan terhadap perceived quality dan price dapat Iebih signifikan. Bagi Compaq yang
cenderung memiliki brand power yang sama dengan merek kuat seperti Pentium, ada baiknya
untuk mempertimbangkan untuk melakukan alternatif co-branding dengan merek produk
komplementer seperti Windows atau melalui peningkatan terhadap value to the customers
dengan mengeksploitasi atribut-atribut produk lainnya yang penting bagi konsumen seperti
garansi dan afler sales service. Hal ini disebabkan karena peningkatan terhadap perceived
quality cenderung tidak bertambah secara signifikan apabila Compaq melakukan co-branding
dengan intel Pentium.
Ketiga, bagi para akedemisi, hasil yang diperoleh dari penelitian ini menguatkan
kesimpulan bahwa co-branding dapat secara signifikan meningkatkan perceived quality dan
price bagi host brand apabila dilakukan dengan ingredient brand dengan kekuatan merck
( brand power) tertentu.
"
2002
T3574
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tiara Marchelina
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis jenis strategi co-branding yang efektif digunakan untuk kategori produk smartphone di Indonesia dan mengetahui apakah faktor perceived fit mempengaruhi kesuksesan strategi co-branding. Penelitian ini menggunakan 192 sampel dengan menggunakan metode convenience sampling. Responden pada penelitian ini adalah orang-orang yang merupakan pengambil keputusan atas merek smartphone yang mereka gunakan saat ini. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan independent sample t-test.
Penelitian ini menemukan hasil bahwa ternyata tidak terdapat perbedaan attitude toward co-branded product dan purchase intention yang signifikan antara konsumen yang dihadapkan pada kondisi co-branding ingredient dan konsumen yang dihadapkan pada kondisi co-branding simbolik. Selain itu, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan attitude toward co-branded product dan purchase intention yang signifikan ketika konsumen dihadapkan pada kondisi perceived fit tinggi dibandingkan kondisi perceived fit rendah.

This research aims to analyze which of the two types of co-branding strategies that is more effective to implement for smartphone category in Indonesia and to know whether perceived fit affects the success of co-branding strategy. This research uses 192 samples by using convenience sampling method. The respondents in this research are the ones who make their own decisions for the smartphone brands which they are currently using. The data is analyzed by using independent sample t-test.
This research found that there is no significant difference in attitude toward co-branded product and purchase intention between those who are given the ingredient co-branding treatment and those who are given the symbolic co-branding treatment. This research also found that there is a significant difference in attitude toward co-branded product and purchase intention due to the different level of perceived fit (high perceived fit and low perceived fit).
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
S59049
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ardiyan Agung Nugroho
"Merek adalah sebuah aset yang penting bagi perusahaan. Merek yang diperlakukan dengan baik akan dapat membantu perusahaan dalam memasarkan produk tersebut. Salah satu upaya untuk memperlakukan merek dengan baik adalah dengan mengungkit kinerja merek tersebut. Salah satu upaya mengungkif kinerja merek adalah dengan melakukan co-branding. Pada kasus Co-Branding PT Excelcom Pratama dan PT Bank BCA.Tbk, upaya yang dilakukan dimaksudkan untuk menambah layanan tambahan nilai (BCA dan Excelcom). Selain itu juga untuk menghemat anggaran investasi (BCA) serta memberikan pelayanan yang lebih baik lagi agar konsumen yang telah ada tidak berpindah atau bahkan mampu mengikat kansumen baru.
Penelitian ini dilakukan berdasarkan paradigma dari sudut kualitatif. Pemilihan ini dikarenakan pada penelitian ini hanya akan menjelaskan proses yang terjadi dalam obyek yang diteliti. Co-branding melibatkan lebih dari satu organisasi bisnis maka obyek penelitian ini juga dilakukan pada lebih dari satu perusahaan. Kedua perusahan tersebut adalah perusahaan swasta yang bergerak dalam lingkup geografis Indonesia. Desain penelitian, "Exploration Research" dan menggunakan metode Case Study yang berjenis Single case - Unilevel analysis. Exploration research adalah dimensi penelitian yang didasarkan pada keadaan dimana suatu fenomena yang diteliti merupakan sesuatu yang baru atau masih sedikit yang mempelajarinya.
Metode pengamatan akan dilakukan dengan cara turun kelapangan melakukan interview mendalam kepada responden yang telah ditentukan dan melakukan studi dokumen dan literatur yang berkaitan. Secara operasional akan dilakukan wawancara secara mendalam dengan pihak-pihak yang memiliki tanggung jawab dengan bidang itu yaitu Untuk Excelcom dengan General Manager Value added Service, Marketing and Development. untuk BCA dengan Direktur Teknologi Informasi BCA. Selain itu juga akan dilakukan analisa dokumen dan juga studi literatur.
Tahapan konsepsi yang menjadi landasan setiap aplikasi strategi telah dipahami sepenuhnya oleh kedua institusi bersangkutan, dengan kesesuaian dengan konsep dasar yang dikandung dalam co-branding. Demikian juga dengan aplikasi dimana tiap-tiap partisipan telah melaksanakan peran dan fungsinya dengan baik. Setiap kriteria yang dimintai selalu dipenuhi oleh co-partner. Pada tahapan ini semua kendala dan hambatan diatasi bersama oleh semua partisipan.
Pada tahap eksekusi terjadi juga suatu kerjasama yang solid diantara kedua partisipan dengan kesepakan untuk menanggung rentang biaya kampanye dan menggunakan kekuatan masing-masing partisipan pada lini media serta format isi pesan komunikasi yaitu untuk mengedukasi user baik yang berupa pengguna maupun non pengguna sehingga memunculkan persepsi terhadap kualitas dengan informasi dan edukasi tentang fitur yang menjadi muatan dari strategi co-branding antara BCA dan Excelcom yaitu mobile banking. Khalayak sasaran yang akan menjadi target juga diupayakan kepada semua kelompok sasaran dengan prioritas yang berbeda untuk tiap kelompok.
Berdasar dari kesemua itu, maka bisa disimpulkan bahwa suatu co-branding dapat diaplikasikan dengan baik apabila telah tercapai suatu kondisi dimana semua partisipan telah memahami konsepsi dari strategi, pesan dan tugas masing-masing serta berusaha untuk saling menutup kekurangan dari pihak co-partner."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T5268
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ferry Septian Herdiansyah
"Produk fashion relatif lebih mudah ditiru sehingga brand fashion harus mampu menciptakan diferensiasi dengan produk-produk yang sudah ada. Salah satu strategi yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan co-branding. Co-branding dapat membantu sebuah brand memperluas pasar dan memperbaiki brand image. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh co-branding terhadap brand image H&MxBalmain. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode eksplanatif dan dilakukan dengan menyebarkan kuesioner ke 100 orang responden. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh co-branding terhadap brand image H&MxBalmain di Jakarta. Hasil pada penelitian ini menunjukkan bahwa co-branding memberikan sedikit pengaruh terhadap brand image H&MxBalmain di Jakarta.

Fashion products are relatively easier to duplicate, so every fashion brand have to create differentiation with the already existed products. One strategy that can be done is by doing co-branding. Co-branding is a good alternative to help brands expand their markets and affect their brand images. This research was conducted to find out the impact of co-branding on brand image of H&MxBalmain. This research used quantitative approach with explanatory method and counducted with a survey to 100 respondents. The aim of this research is to know how co-branding impacts brand image of H&MxBalmain in Jakarta. This research found that the impact of cobranding on brand image of H&MxBalmain was little."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
S63235
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurman Sumantri
"ABSTRAK
Dewasa ini handphone sebagai salah satu piranti telekomunikasi telah berubah
fungsi bukan saja sebagai alat untuk berkomunikasi, handphone juga bisa berfungsi
sebagai ternan pendamping para penggunanya dalam melakukan kegiatan sehari-hari
Semakin ketatnya diferensiasi produk dalam industri handphone dewasa ini telah
mengarah kepada trend penggabungan aspek multimedia ke dalam fungsi handphone
yang telah ada pada saat ini. Selain itu perlu adanya suatu brand/merek yang berisikan
image dan asosiasi positif yang dapat membantu kinerja dari tiap kualitas dan performa
produk yang ditawarkan ke dalam pasar, sehingga produk yang akan dan atau sudah
ditawarkan kepada pasar dapat memiliki faktor pembeda dengan produk yang ditawarkan
oleh pemain lain, meskipun secara fisik jenis, kualitas dan kemampuan produk yang
ditawarkan sama.
Untuk menjawab keadaan pasar di atas, Sony dan Ericsson sebagai dua
perusahaan besar dunia yang telah cukup lama berada di dalam industri handphone, sejak
tanggal 1 Oktober 2001 bergabung untuk menyatukan dua kekuatannya kedalam satu
buah perusahan di bawah satu merek yang sama yaitu Sony Ericsson. Alasan lain yang
melatarbelakangi penggabungan di atas, dikarenakan semakin merosotnya image dan
asosiasi positif serta dimensi kemampuan produk dari kedua merek Sony dan Ericsson
dalam persaingan di industri handphone.
Dalam kurun waktu kurang lebih 1 tahun setelah proses penggabungan, temyata
bukan terjadi penambahan baik dalam image dan asosiasi positif dalam merek meskipun
secara kualitas produk dan kemampuan sudah terlihat mengalami peningkatan secara
signifikan, melainkan merosotnya peringkat merek Sony Ericsson yang berasal dari
posisi ke 3 menjadi berada pada posisi ke 4 berurutan dibawah Nokia, Siemen dan
Motorola.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, kemudian dilakukan penelitian untuk
melihat keadaan bagaimana sebenamya brand awareness dan brand image, brand
associations yang terdapat pada merek Sony Ericsson serta faktor-faktor yang menjadi
bahan pertimbangan konsumen dalam memilih jenis handphone.
Desain penelitian berbentuk penelitian kuantitatif, dengan objek penelitian dan
unit analisis adalah tentang persepsi konsumen tentang brand awareness, brand image,
brand associations terhadap co-branding Sony Ericsson saat ini jika dibandingkan
dengan kedua merek Sony dan Ericsson sebelum bergabung, serta faktor-faktor yang
dijadikan pertimbangan konsumen dalam memilih jenis handphone. Dalam pemilihan
responden digunakan metode non probability sampling dan convinience sampling.
Penelitian dilakukan dengan melibatkan 120 responden pengguna handphone baik
user/non user merek Sony Ericsson yang masing-masing diberikan pertanyaan dalam
bentuk brand awareness, brand association apa yang melekat pada Sony Ericsson, dan
tingkat pengetahuan konsumen terhadap co-branding Sony Ericsson.
Penelitian ini menghasilkan beberapa kesimpulan;
Pertama bahwa walaupun tingkat awareness terhadap Sony Ericsson tidaklah buruk,
namun Sony Ericsson hanya menduduki urutan kedua (unaided awareness) setelah Nokia
yang menempati top of mind pada konsumen pengguna handphone. Hal ini disebabkan
karena sudah semakin dekat dan kuatnya hubungan yang dijalin oleh Nokia dengan
konsumen pengguna handphone melalui produk-produk yang menarik dan memiliki user
friendly terhadap pemakainya.
Kedua, dari 11 (sebelas) asosiasi yang dikaitkan dengan Sony Ericsson, terdapat 3 (tiga)
asosiasi kuat yang menempel pada merek Sony Ericsson, yaitu: Gabungan Dua
Perusahaan Besar Dunia, Nama Besar dan Teknologi Ericsson dan
Multimediaphone.
Ketiga, asosiasi-asosiasi di atas telah menjadi salah satu faktor penentu dalam
pertimbangan konsumen untuk memilih jenis dan handphone yang akan digunakan
(dimiliki), selain karakteristik kualitas dan kemampuan dari tiap jenis handphone yang
dikeluarkan oleh Sony Ericsson. Konsumen sudah cukup terpuaskan atas kinerja dan
performa Sony Ericsson sampai dengan saat ini, terbukti dengan adanya nilai
pembobotan yang berada di interval "agak puas" cenderung mengarah ke statement
"puas".
Keempat, image yang melekat pada merek Sony Ericsson saat ini adalah: merek Sony
Ericsson lebih menjanjikan, merek Sony Ericsson memiliki faktor pembeda dengan
merek lain, dan merek Sony Ericsson memiliki personalitas tertentu.
Kelima, meskipun sempat mengalami penurunan dari kesuluruhan aspek merek, saat ini
image dan asosiasi positif Sony Ericsson telah bertambah baik dibandingkan dengan saat
kedua perusahaan tersebut sebelum waktu penggabungan pada tanggal 1 Oktober 2001.
Dari keseluruhan analisa dapat disimpulkan bahwa Sony Ericsson telah
melakukan peningkatan baik dari aspek brand management dan aspek inovasi produknya,
hal ini bisa dijadikan sebagai salah satu indikator dalam penerapan strategi perusahaan
pada saat yang akan datang guna mencapai goals perusahan sebagai pemain nomor satu
pada industri "multimedia bergerak" dalam kurun waktu 5 tahun mendatang.
"
2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggraeni Yustina
"ABSTRAK
Tesis ini membahas mengenai penggunaan Logo Agro Inovasi sebagai merek. Logo agro inovasi adalah suatu logo yang dimiliki Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) salah satu Unit Kerja (UK) eselon 1 di Kementerian Pertanian (Kementan). Merek adalah salah satu unsur Hak Kekayaan Intelektual (HKI), dimana HKI merupakan instrumen hukum yang memberikan pelindungan hak bagi perorangan maupun organisasi atas hasil karya intelektualitasnya. Dari kepemilikan HKI tersebut, selain kepentingan hukum yang ingin diperoleh, yaitu melalui pelindungan hak, juga memiliki kepentingan ekonomi, yaitu dengan memberikan hak kepada pemilik untuk dapat menikmati keuntungan ekonomi dari hasil karya intelektualnya. Merek merupakan unsur penting yang melekat pada suatu produk sebagai tanda pembeda, sebagai identitas untuk membedakan produk yang kita miliki dengan produk barang atau jasa lainnya yang sejenis. Di Indonesia, hak merek diperoleh melalui pendaftaran, yang dinyatakan dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis, yaitu "Hak atas Merek diperoleh setelah Merek tersebut terdaftar". Penggunaan logo agro inovasi sebagai merek, merupakan salah satu bentuk dalam rangka mengoptimalisasikan penggunaan logo agro inovasi itu sendiri. Konsepnya adalah invensi yang dihasilkan oleh Balitbangtan, yang kemudian tidak bisa memproduksi sendiri produk hasil invensinya, dilisensikan kepada pihak ketiga untuk memproduksinya. Selanjutnya bahwa suatu produk meskipun diproduksi oleh pihak lain itu dihasilkan oleh suatu lembaga litbang, yaitu Balitbangtan. Diharapkan melalui merek agro inovasi, masyarakat mengetahui sekaligus menjadi sarana informasi kepada masyarakat maupun pengguna, bahwa produk tersebut merupakan bagian dari invensi yang dihasilkan oleh Balitbangtan sebagai lembaga penelitian dan pengembangan. Selain itu juga pencantuman merek agro inovasi adalah sebagai bentuk dari jaminan mutu atau kualitas terhadap produk tersebut, sehingga memberikan citra yang baik kepada pengguna maupun masyarakat luas. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan yuridis normatif, yaitu melalui pendekatan perundang-undangan dan pendekatan konsep, metode penelitian lainnya adalah dengan metode pendekatan kualitatif.

ABSTRACT
This thesis discusses the use of the Agro Innovation Logo as a brand. Agro innovation logo is owned by the Indonesian Agency for Agricultural Research and Development (IAARD), one of the echelon 1 Work Units (UK) in the Ministry of Agriculture. Trademark is one of the elements of Intellectual Property Rights (IPR). IPR is a legal instrument that provides protection of rights for individuals and organizations for their intellectual work. From the ownership of IPR, in addition to the legal interests to be obtained, through protection of rights, it also has economic interests by giving rights to owners to be able to enjoy economic benefits from the results of their intellectual works. Mark is an important element attached to a product as a distinguishing sign, as an identity to distinguish the products we have from other similar goods or services. In Indonesia, the right to a mark is obtained through registration, which is stated in Article 3 of Law Number 20 of 2016 concerning Trademarks and Geographical Indications, says "Rights to Trademarks are obtained after the Mark is registered". The use of the agro innovation logo as a mark is one form in order to optimize the use of the agro innovation logo itself. The concept is that inventions produced by IAARD, which then cannot produce their own inventions, are licensed to third parties to produce them. Furthermore, even though a product is produced by another party, it is produced by an Research and Development Institution, namely IAARD. It is hoped that through the agro innovation mark, the public will know as well as become a means of information to the public and users, that the product is part of the invention produced by IAARD as a research and development institution. In addition, the inclusion of the agro innovation mark is a form of quality assurance of the product, so as to provide a good image to users and the wider community. The method used in this research is a normative juridical approach, through a statutory approach and a conceptual approach, another research method is a qualitative approach."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vivian Benedicta
"Aerostreet adalah sebuah merek sepatu lokal asal Indonesia yang menonjolkan lokalitasnya sebagai brand image. Dalam meningkatkan ekuitas merek, Aerostreet menggunakan co-branding sebagai strategi pemasarannya. Aerostreet melakukan kolaborasi dengan merek di berbagai klasifikasi. Strategi pemasaran ini berhasil dalam meningkatkan awareness publik terhadap Aerostreet. Penelitian ini akan menganalisis bagaimana penggunaan strategi pemasaran co-branding dapat meningkatkan brand awareness. Penelitian ini akan menggunakan metode deskriptif komparatif dengan pendekatan kuantitatif. Hasil analisis menunjukkan bahwa strategi pemasaran co-branding dapat meningkatkan consumer engagement yang meningkatkan brand awareness. Adapun saran untuk penelitian selanjutnya untuk melakukan analisis komparatif antara penggunaan co-branding di berbagai industri agar dapat memahami faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan strategi pemasaran co-branding.

Aerostreet is a local shoe brand from Indonesia that highlights its locality as its brand image. In enhancing brand equity, Aerostreet employs co-branding as its marketing strategy. Aerostreet collaborates with brands across various classifications. This marketing strategy has been successful in increasing public awareness of Aerostreet. This research will analyze how the use of co-branding marketing strategies can enhance brand awareness. The study will use a comparative descriptive method with a quantitative approach. The results of the analysis indicate that co-branding marketing strategies can increase consumer engagement, leading to improved brand awareness. As a suggestion for further research, comparative analysis between the use of co-branding in various industries could be conducted to understand the factors influencing the success of co-branding marketing strategies.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Jordan
"Makalah ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari penggunaan strategi co-branding pada produk sepatu Nike pada ajang NBA (Liga Basket Amerika). Nike yang sebelumnya berhasil berkolaborasi dengan Michael Jordan melakukan kembali hal yang serupa dengan mega bintang NBA seperti Kobe Bryant, Lebron James, dan masih banyak lagi. Metode yang digunakan dalam makalah ini yaitu wawancara mendalam. Terdapat beberapa fakor penting yang ditemukan yang pada makalah ini, yaitu pengetahuan konsumen mengenai produk Nike yang berkolaborasi dengan atlet NBA, lalu pemilihan atlet NBA oleh Nike yang diajak berkolaborasi, dan inovasi yang membuat produk Nike dibeli oleh konsumen dan mendapatkan citra yang positif. Nike yang melakukan kolaborasi dengan atlet di NBA memiliki citra yang positif di mata konsumen karena pemilihan atlet yang tepat dan inovasi yang dilakukan serta Nike yang sudah lama melakukan bentuk kerjasama co-branding ini dengan atlet NBA.

This paper aims to determine the effect of using a co-branding strategy on Nike shoe products in the NBA (American Basketball League) event. Nike, which previously succeeded in collaborating with Michael Jordan, did the same thing again with NBA superstars such as Kobe Bryant, Lebron James, and many more. The method used in this paper is in-depth interviews. There are several important factors found in this paper, namely consumer knowledge about Nike products that collaborate with NBA athletes, then the selection of NBA athletes by Nike who are invited to collaborate, and innovations that make Nike products purchased by consumers and get a positive image. Nike has a positive image in the eyes of consumers because they choose the right athlete and innovation, and Nike has been working on this co-branding partnership with NBA athlete for a long time."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Zainul Fikri
"Penelitian ini meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi strategi co-branding antara entitas komersial dengan entitas non-profit. Pada satu sisi entitas komersial ingin mendapatkan citra positif entitas non-profit, disisi lain entitas non-profit membutuhkan pendanaan. Kerjasama antara kedua entitas dapat menguntungkan, namun karena tidak semua strategi dapat berjalan sesuai dengan rencana begitu pula strategi co-branding tidak selamanya efektif malah dapat menimbulkan risiko bagi citra suatu merek. Penelitian ini menemukan bahwa familiaritas konsumen terhadap suatu merek bukan berarti akan menimbulkan penilaian positif terhadap aliansi merek yang dilakukan.

This study examines the factors that influence the strategy of co-branding between commercial entities with non-profit entities. The commercial entities wants to obtain a positive brand image of non-profit entities, vice versa the nonprofit entities in need of funding. The cooperation between the two entities can be profitable, but not all strategies can be implemented as planned as did co-branding strategy is not always effective even may pose a risk to the image of a brand. This study found that the consumers brand familiarity does not mean that will lead to a positive assessment of the brand alliance evaluation.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Fani Azmi
"[ABSTRAK
Dewasa ini banyak perusahaan yang ingin membuat produk yang unik. Salah satu cara untuk membuat produk yang beda dan unik adalah dengan menggunakan strategi co-branding,salah satu tipe co-branding adalah co-branding simbolik yang menjadi fokus pada penelitian ini salah satu contoh produk co-branding simbolik adalah BlackBerry Porsche.Penelitian ini dibuat untuk meneliti pengaruh dari Self congruity and attitude towards Porsche,product category involvement dan need for uniqueness terhadap purchase probability pada produk Blackberry Porsche di Indonesia.Hasil penelitian ini memperlihatkan Attitude towards Porsche berpengaruh positif pada purchase probability Blackberry Porche tetapi setelah diteliti lebih lanjut konsumen lebih memntingkan fungsi dan fitur yang menarik daripada hanya sebatas logo Porsche pada smartphone
ABSTRACT
Today many companies want to create a unique product. One way to make products that are different and unique is to use co-branding strategy, one type of co-branding is a symbolic co-branding which is the focus of this research,one example of symbolic co-branded products is BlackBerry Porsche. This study was made to analyse the effect of self congruity and attitude towards Porsche, product category involvement and the need for uniqueness of the Blackberry Porshe purchase probability in Indonesia. the result in this study showed the attitude towards Porsche brand is correlate significantly to purchase probability but consumers prefer more features and function that is he weakness of Blackberry Porsche so, blackberry needs to improve their features and spesificaton to gain more purchase probability
;Today many companies want to create a unique product. One way to make products that are different and unique is to use co-branding strategy, one type of co-branding is a symbolic co-branding which is the focus of this research,one example of symbolic co-branded products is BlackBerry Porsche. This study was made to analyse the effect of self congruity and attitude towards Porsche, product category involvement and the need for uniqueness of the Blackberry Porshe purchase probability in Indonesia. the result in this study showed the attitude towards Porsche brand is correlate significantly to purchase probability but consumers prefer more features and function that is he weakness of Blackberry Porsche so, blackberry needs to improve their features and spesificaton to gain more purchase probability
;Today many companies want to create a unique product. One way to make products that are different and unique is to use co-branding strategy, one type of co-branding is a symbolic co-branding which is the focus of this research,one example of symbolic co-branded products is BlackBerry Porsche. This study was made to analyse the effect of self congruity and attitude towards Porsche, product category involvement and the need for uniqueness of the Blackberry Porshe purchase probability in Indonesia. the result in this study showed the attitude towards Porsche brand is correlate significantly to purchase probability but consumers prefer more features and function that is he weakness of Blackberry Porsche so, blackberry needs to improve their features and spesificaton to gain more purchase probability
, Today many companies want to create a unique product. One way to make products that are different and unique is to use co-branding strategy, one type of co-branding is a symbolic co-branding which is the focus of this research,one example of symbolic co-branded products is BlackBerry Porsche. This study was made to analyse the effect of self congruity and attitude towards Porsche, product category involvement and the need for uniqueness of the Blackberry Porshe purchase probability in Indonesia. the result in this study showed the attitude towards Porsche brand is correlate significantly to purchase probability but consumers prefer more features and function that is he weakness of Blackberry Porsche so, blackberry needs to improve their features and spesificaton to gain more purchase probability
]"
Fakultas Eknonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
S61823
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>