Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 20 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Finch, Christopher
New York: NY The Monacelli Press, 2013
R 777.7 FRE c
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Semedhi
Bogor: Ghalia Indonesia, 2011
778.5 BAM s (1);778.5 BAM s (2)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Hayward, Susan
New York : Routledge, 1996
791.430 3 HAY k
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Hayward, Susan
New York : Routledge, 2006
R 791.430 3 HAY c
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Hayward, Susan
London: Routledge, 2006
791.43 HAY c
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Bunga Juliaristi Putri
"ABSTRAK
BUNGA JULIARISTI PUTRI. Unsur Feminisme dalam Potiche Karya Fran ois Ozone. Di bawah bimbingan Suma Riella Rusdiarti . Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016.Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan tokoh feminis yang terdapat dalam film Potiche, karya Fran ois Ozone.Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan struktural. Teori-teori yang digunakan untuk menunjang pendekatan ini adalah pendekatan sintagmatik dan paradigmatik serta didukung oleh teori feminisme dari Beauvoir dan teori mengenai sinematografi dari Boggs.Analisis sintagmatik yang terdiri atas dua bagian, yaitu pengaluran dan alur cerita, menunjukkan bahwa unsur feminisme terlihat dari tindakan-tindakan tokoh Suzanne.Analisis paradigmatik yang terdiri atas analisis tokoh, hubungan tokoh utama dengan tokoh-tokoh lainnya, dan analisis latar yang terdiri atas dua bagian, yaitu latar ruang dan latar waktu, menunjukkan bahwa unsur feminisme terlihat dalam tindakan-tindakan para tokoh, khususnya tokoh Suzanne.Sebagai kesimpulan, seluruh aspek yang dibahas dalam skripsi ini menunjukkan adanya unsur feminisme dalam film Potiche, karya Fran ois Ozone.BUNGA JULIARISTI PUTRI. Unsur Feminisme dalam Potiche Karya Fran ois Ozone. Di bawah bimbingan Suma Riella Rusdiarti . Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016.Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan tokoh feminis yang terdapat dalam film Potiche, karya Fran ois Ozone.Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan struktural. Teori-teori yang digunakan untuk menunjang pendekatan ini adalah pendekatan sintagmatik dan paradigmatik serta didukung oleh teori feminisme dari Beauvoir dan teori mengenai sinematografi dari Boggs.Analisis sintagmatik yang terdiri atas dua bagian, yaitu pengaluran dan alur cerita, menunjukkan bahwa unsur feminisme terlihat dari tindakan-tindakan tokoh Suzanne.Analisis paradigmatik yang terdiri atas analisis tokoh, hubungan tokoh utama dengan tokoh-tokoh lainnya, dan analisis latar yang terdiri atas dua bagian, yaitu latar ruang dan latar waktu, menunjukkan bahwa unsur feminisme terlihat dalam tindakan-tindakan para tokoh, khususnya tokoh Suzanne.Sebagai kesimpulan, seluruh aspek yang dibahas dalam skripsi ini menunjukkan adanya unsur feminisme dalam film Potiche, karya Fran ois Ozone.

ABSTRACT
BUNGA JULIARISTI PUTRI. Feminism element in Potiche Fran ois Ozone work. Under the guidance of Suma Riella Rusdiarti . Faculty of Humanity, Universitas Indonesia, 2016. The purpose of this study was to describe feminists contained in the film Potiche, Fran ois Ozone works. The approach used in this study is the structural approach. The theories used to support this approach is the syntagmatic and paradigmatic approach and supported by theory and feminism theories of Beauvoir and cinematography theories from Boggs. Syntagmatic analysis which consists of two parts, named plot and storyline, suggesting that elements of feminism seen from the actions of Suzanne figures. The paradigmatic analysis consists of the analysis of the figures, the main character relationships with other characters, and background analysis which consists of two parts, named the foreground and background space of time, indicates that the element of feminism seen in the actions of the characters, especially Suzanne figures. In conclusion, all aspects are discussed in this thesis indicative of feminism in the film Potiche, Fran ois Ozone works."
Fakultas Ilmu Pengatahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Rini Hariani
"Penegakan hukum Hak atas Kekayaan Intelektual ("HKI")di negara-negara berkembang, bukan hanya mengalami ketertinggalan dari sudut peraturan perundang-undangan. Ketertinggalan yang lebih jauh adalah pemahaman terhadap prinsip perlindungan HKI. Ketertinggalan dimaksud terjadi karena terdapat permasalahan utama bahwa di negara-negara berkembang asumsi yang mengatasnamakan kepentingan publik di semua bidang masih amatlah kental. Ini mengakibatkan bahwa ketentuan-ketentuan HKI yang ada dalam peraturan perundang-undangan menjadi berbenturan dengan pemahaman seperti itu yang masih melekat dalam peraturan perundangundangan lain.
Hal demikianlah yang terjadi pada karya cipta sinematografi yang dilindungi oleh Hak Cipta. Perlindungan hak cipta yang terdiri dani hak ekonomi dan hak moral bagi pencipta yang menciptakan karya Sinematografi adalah terlahir dengan sendirinya. Namun ternyata perlindungan tersebut secara riil tidak dapat diberikan karena berbenturan dengan peraturan perundangundangan di bidang perfilman khususnya yang mewajibkan setiap karya film harus disensor dengan mengatasnamakan kepentingan kebudayaan.
Dasar-dasar perlindungan Hak Cipta telah dikesampingkan dalam hal sensor film terhadap sebuah karya cipta sinematografi. Henturan ketentuan sensor film dengan prinsip perlindungan hak cipta yang utama merupakan benturan dengan hak moral yang melarang adanya perubahan dalam bentuk apapun terhadap ciptaan; sedangkan penolakan secara utuh sebuah karya sinematografi oleh Lembaga Sensor film telah mengakibatkan matinya hak-hak ekonomi pencipta."
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T19818
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratu Mega Maulina Putri
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas tentang konstruksi adegan perundungan melalui teknik sinematografi dalam serial drama 13 Reasons Why. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan berfokus pada analisis deskriptif. Proses penelitian dilakukan dengan analisis dokumen serta wawancara. Hasil penelitian menemukan bahwa setiap elemen mise-en-sc ne yang digunakan dalam menyajikan adegan perundungan memiliki makna dan fungsinya masing-masing yang secara tidak langsung dapat menstimulasi khalayak untuk merasakan apa yang dirasakan masing-masing karakter di dalam serial drama. Pengemasan adegan demi adegan seolah menggiring penonton untuk mengalami sendiri suasana, perasaan, kejadian, dan segala yang terjadi di dalam serial drama tersebut.

ABSTRACT
This study discusses the construction of bullying scenes through cinematographic techniques in the drama series 13 Reasons Why. This research is a qualitative research and focused on descriptive analysis. This research conduct by document analysis and depth interview. This research find that every element of mise en sc ne used in presenting bullying scenes has their respective meanings and functions that indirectly stimulate audiences to perceive what each character feels in the drama series. The presentation of scene after scene seems to lead the audience to experience the atmosphere, feelings, events, and everything that happens in the drama series."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Adilina Saleha
"ABSTRAK
Web series merupakan hasil adaptasi dari program serial televisi yang disiarkan melalui Internet. Makalah ini membandingkan web series dan serial televisi untuk mengetahui apakah selain perbedaan platform penyiaran, terdapat juga perbedaan dalam penyampaian konten audiovisual, khususnya dalam teknik sinematografi dan suara. Hasil yang didapatkan dari membandingkan sinetron ldquo;Cinta dan Rahasia rdquo; dan web series ldquo;Sore rdquo; yang mempunyai target khalayak yang sama adalah terdapat perbedaan teknik sinematografi dan suara dari keduanya. Perbedaan yang paling terlihat terletak pada ukuran shot, point of view, pemakaian suara diegetic dan non-diegetic, serta dialog. Hal ini didasarkan oleh perbedaan kompleksitas konflik dan jumlah karakter. ldquo;Cinta dan Rahasia rdquo; memiliki konflik berkepanjangan serta karakter yang banyak, sedangkan ldquo;Sore rdquo; memiliki satu konflik utama yang sederhana dan sedikit karakter.

ABSTRACT<>br>
Web series is an adaptation from television serial program broadcasted through the internet. This paper compares webseries and television serial to find out whether there are differences in audiovisual content delivery especially in cinematography and audio techniques, apart from the broadcasting platform difference. The result from comparing ldquo Cinta dan Rahasia rdquo television serial and ldquo Sore rdquo web series which share the same target audience is that both have differences in cinematography and audio techniques. The most significant differences can be seen in shot sizes, point of view, diegetic and non diegetic sound, and dialogue. This result is caused by the differences between conflict complexities and the number of characters they have. ldquo Cinta dan Rahasia rdquo has prolonged conflicts and many characters, while ldquo Sore rdquo has one main conflict and only a few characters, thus making cinematography and audio techniques between the two different."
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Novita Laily Fariana Isada
"Kontak bahasa terjadi karena adanya interaksi antar komunitas bahasa sehingga memberi kesempatan lahirnya proses peminjaman kata. Proses peminjaman berlangsung baik dalam lisan maupun tulisan termasuk genre fantasi . Popularitas genre fantasi di Rusia ditampilkan di media cetak dan film mereka. Di media cetak, majalah khusus dalam genre fantasi juga menerapkan kata-kata pinjaman. Salah satunya adalah Mir Fantastiki. Mir Fantastiki dikhususkan untuk ulasan media, baik sastra, film, atau Acara TV. Penelitian ini membahas tentang peminjaman kata ke dalam bahasa Rusia dari bahasa asing di bidang perfilman pada majalah Mir Fantastiki menggunakan metode deskriptif-analitis oleh Anderson dan Arsenault 2005. Analisis ini menggunakan teori peminjaman kata berdasarkan aspek Arnold 2012, teori karakterikstik kata pinjaman bahasa Rusia oleh Rakhmanova dan Suzdaltseva 1997 dan Marinova 2013, teori morfologi kata benda bahasa Rusia oleh Savko 2005 dan teori pembentukan kata bahasa Rusia Popov 1986 dan Starichenka 2012. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kata-kata pinjaman ke bahasa Rusia dalam bidang perfilman diadaptasi secara fonetis, morfemis, dan pinjam terjemah yang diikuti dengan penyesuaian aturan bahasa Rusia. Dalam penelitian ditemukan pula bentuk peminjaman kata yang tidak mengikuti aturan bahasa Rusia melainkan ditulis sesuai dengan bentuk asli dari bahasa sumber. Kata-kata tersebut merupakan nama merek dan terminologi baru.

Language contacts occur because of the interactions between language communities, which creates opportunity for the process of borrowing words between languages. This process takes place in both spoken and written registers, including the fantasy genre, whose popularity in Russia is evident in their print media and movies. Magazines specializing in fantasy genre also apply word borrowing. One of them is Mir Fantastiki, which is devoted to media reviews, including literature, movies, and TV shows. This study examines the adaptations of loanwords into the Russian language from foreign languages in the area of cinematography in Mir Fantastiki magazine using descriptive analytical method by Anderson and Arsenault 2005. This analysis uses the loanword theory based on aspects by Arnold 2012, the theory of characteristic of loanwords in Russian by Rakhmanova and Suzdaltseva 1997 and Marinova 2013, the theory of Russian morphology focusing on nouns by Savko 2005 and the theory of the formation of the Russian word by Popov 1986 and Starichenka 2012. The results of this study indicate that the loanwords into the Russian language in cinematography vocabulary are phonetically, morphemically, and loan translation adapted followed by adjustment of Russian language rules. In this study also found the form of borrowing words that do not follow the rules of Russian language but written in accordance with the original form of the source language. Those words are brand names and new terminology."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>