Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ina Arniati
"Petai cina [Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit] adalah salah satu tanaman obat yang diketahui memiliki khasiat sebagai antelmintik, diuretik, dan dapat merontokkan rambut. Untuk menjamin mutu, keamanan dan kemanfaatan dari obat tradisional diperlukan standardisasi ekstrak tumbuhan obat. Sebagai bahan penelitian, dikumpulkan biji petai cina dari daerah Bogor, Tawangmangu dan Purwodadi. Ekstraksi biji dilakukan dengan cara maserasi. Dari penelitian ini diperoleh ekstrak kental berwarna cokelat hingga cokelat kehitaman dengan bau khas dan rasa sedikit pahit, Rendemen ekstrak, kadar senyawa terlarut dalam air, dan kadar senyawa terlarut dalam etanol berturut-turut adalah: 23,58-25,58%, 63,33-71,09%, dan 1,52-2,05%. Parameter non spesifik ekstrak etanol biji petai cina mencakup: susut pengeringan, kadar air, kadar abu total, dan kadar abu yang tidak larut asam berturut-turut adalah: 27,95-28,89%, 22,97-28,9%, 7,02-8,54%, dan 1,26-1,55%, sedangkan sisa pelarut etanol tidak lebih dari 1% dan cemaran logam berat (Pb dan Cd) tidak lebih dari 0,01%. Uji menunjukkan bahwa ekstrak mengandung alkaloid, glikosida terpen/sterol, saponin dan tanin. Pola kromatogram lapis tipis dan densitometer kromatografi lapis tipis diperoleh dengan menggunakan fase gerak dapar fosfat (NH4H2PO4 2% dengan penambahan H3PO4) pH 2,44 memperlihatkan 6 bercak ungu setelah disemprot dengan ninhidrin 0,3%. Kadar mimosin pada ekstrak adalah 12,28-14,11%."
Depok: Universitas Indonesia, 2007
S32632
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nababan, Marvel Hasiholan
"Padi mampu menggunakan protein ferritin untuk melindungi diri dari toksisitas besi. Protein ferritin merupakan suatu protein berbentuk sferis yang dapat mereduksi besi sehingga menghilangkan potensi toksisitas besi. Padi yang tahan toksisitas besi telah ditemukan di antaranya padi INPARA2, Mahsuri, Pokkali, dan Siam Saba. Penelitian mengenai analisis sekuen gen ferritin diperlukan untuk membentuk strategi pemuliaan varietas padi yang tahan toksisitas besi. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis sekuen gen OsFer1 dan OsFer2 pada padi varietas Ciherang, Cibogo, dan INPARA 8. Sekuen gen ferritin berupa kromatogram yang didapat adalah sekuen gen OsFer1 dan sekuen gen OsFer2 Sekuen OsFer1 ditemukan pada ketiga varietas dan ditemukan sekuen OsFer2 pada padi varietas Ciherang dan Cibogo. Sekuen yang ditemukan berupa sekuen parsial yang terdapat pada ekson1, intron 1 dan ekson 2 dengan sekuen OsFer1 yang sepanjang 530 dan 568 pasang basa. Sekuen OsFer2 ditemukan sepanjang 212 pasang basa. Sekuen OsFer1 dan Sekuen OsFer2 ditemukan memiliki kemiripan sekuen yang tinggi jika dibandingkan dengan sekuen referensi. Sekuen OsFer1 dan OsFer2 ditemukan menunjukkan banyak mismatch yang berbentuk mutasi subtitusi. Sekuen OsFer2 menunjukkan adanya 14 mutasi deep intronic dan 2 mutasi proximal intronic. Sekuen OsFer1 menunjukkan adanya 1 mutasi exonic.

Rice is capable of utilizing ferritin in response to iron toxicity. Ferritin is a spherical protein that can reduce iron thus neutralizing its toxicity. Several rice varieties have been found to show considerable tolerance to iron toxicity such as INPARA2, Mahsuri, Pokkali, and Siam Saba. Sequence analysis studies focusing on ferritin genes is important for future rice breeding programs. This study is aimed to analyze OsFer1 and OsFer2 gene sequence in Ciherang, Cibogo, and INPARA 8. The sequences obtained in this study are chromatograms showing partial sequences from OsFer1 and OsFer2. The length of OsFer1 sequences are 530 and 568 base pairs and OsFer2 with 212 base pairs. OsFer1 sequences are recovered from the three rice varieties and OsFer2 are found from Ciherang and Cibogo. OsFer1 and OsFer2 showed high similarity when compared to reference sequence. OsFer1 and OsFer2 showed high alignment with exon 1, intron 1 and exon 2. Mismatches were found in both sequences that are base subtitutions. Intronic mutations are found in OsFer2 sequence and exonic mutations are found in OsFer1. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Raafi Wibisana
"Interaksi mangsa dan pemangsa merupakan suatu interaksi yang umum terjadi di suatu ekosistem. Banyak biota laut meningkatkan kemampuan bertahan hidupnya dengan mengembangkan perlindungan fisik, perilaku, dan kimiawi agar tidak termakan. Perlindungan kimiawi merupakan bentuk adaptasi yang paling tinggi digunakan dalam biota laut, salah satunya alga. Alga dari spesies Bryopsis sp. mengembangkan metabolit sekunder berupa kahalalida F sebagai adaptasi antipredator dari herbivora. Namun, siput laut dari spesies Elysia ornata dapat memakan alga dengan mentolerin metabolit sekunder alga dan diakumulasi senyawa tersebut untuk keperluan perlindungan kimiawinya. Belum ada penelitan mengenai hubungan pemangsa dan mangsa antara Elysia ornata dan Bryopsis sp. yang ditemukan pada perairan Pulau Rambut. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan mangsa dan pemangsa dengan membandingkan profil metabolit sekunder antara Elysia ornata dengan Bryopsis sp di perairan Pulau Rambut. Profil metabolit sekunder diperoleh melalui tahapan ekstraksi yang dilakukan dengan maserasi sampel yang telah dihaluskan menggunakan metanol 96%. Selanjutnya, diuapkan menggunakan rotary evaporator dan dikeringkan menggunakan oven. Kemudian, ditimbang beratnya hingga mendapatkan berat ekstrak kasar yang konstan. Ekstrak sampel yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan instrument High Pressure Liquid Chromatography untuk memperoleh profil metabolit sekunder dalam bentuk peak. Hasil kromatogram sampel Elysia ornata dibandingkan dengan sampel Bryopsis sp. Terdapat 12 common peak yang bisa ditemukan pada Elysia ornata dan Bryopsis sp. sehingga terdapat 12 senyawa metabolit sekunder berbeda yang diakumulasi oleh Elysia ornata dari mangsanya. Hal tersebut dapat menjelaskan bahwa terdapat hubungan mangsa dan pemanga antara Elysia ornata dan Bryopsis sp.

The interaction of prey and predators is a common interaction in an ecosystem. Many marine biotas enhance their survival by developing physical, behavioral, and chemical protection against the predator. Chemical protection is the most widely used form of adaptation in marine biota, one of which is algae. Algae of the species Bryopsis sp. developed a secondary metabolite in the form of kahalalides F as an adaptation antipredator of herbivores. However, sea slugs of the species Elysia ornata can feed on algae by tolerating algal secondary metabolites and accumulate these compounds for their chemical protection purposes. There has been no research on the predator-prey relationship between Elysia ornata and Bryopsis sp. found in the waters of Rambut Island. This study aims to examine the relationship between prey and predators by comparing the secondary metabolite profiles between Elysia ornata and Bryopsis sp. in the waters of Rambut Island. The secondary metabolite profile was obtained through extraction which was carried out by maceration of the mashed sample using 96% methanol. Furthermore, it is evaporated using a rotary evaporator and dried using an oven. Then, it was weighed to get a constant weight of the crude extract. The sample extract obtained was then analyzed using a High Pressure Liquid Chromatography instrument to obtain a secondary metabolite profile in the form of a peak. The chromatogram results of Elysia ornata samples were compared with Bryopsis sp. There are 12 common peaks that can be found in Elysia ornata and Bryopsis sp. Thus, there are 12 different secondary metabolites that accumulates in Elysia ornata from it’s prey. This can explain that there is a prey and predator relationship between Elysia ornata and Bryopsis sp."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library