Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hana Nika Rustia
"Pestisida golongan organofofat banyak digunakan oleh petani sayuran. Pestisida ini dapat menghambat aktivitas enzim cholinesterase dalam tubuh. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan faktor risiko berdasarkan tiga jalur pajanan utama (inhalasi, ingesti, absorpsi) dan lama pajanan pada petani penyemprot sayuran terhadap penurunan aktivitas enzim cholinesterase. Penelitian ini juga bertujuan mengetahui besarnya residu senyawa organofosfat pada air kali, air sumur, dan sayuran (sawi dan tomat).
Penelitian dilakukan pada Gabungan Kelompok Tani Kelurahan Campang tahun 2009 menggunakan studi analitik observasional dengan desain crosssectional. Dari pengambilan sampel secara simple random sampling, didapatkan jumlah sampel sebanyak 56 petani penyemprot. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan pengukuran cholinesterase pada darah menggunakan The Livibond Cholinesterase Test Kit AF267, sedangkan pengukuran residu organofosfat pada air dan sayur menggunakan kromatografi gas dengan detektor ECD.
Hasil temuan penelitian menunjukan proporsi kejadian keracunan yang tinggi, yaitu 100% dengan 71,4% keracunan ringan dan 28,6% keracunan sedang. Persentase faktor risiko yang tinggi ditemukan pada petani yang tidak memiliki kebiasaan memakai masker (78,6%) saat menyemprot, tidak memiliki kebiasaan memakai sarung tangan (80,4%) saat menggunakan pestisida, dan kebiasaan mengkonsumsi sayuran hasil pertanian setempat (100%). Hasil uji bivariat menunjukan tidak ada hubungan yang bermakna pada semua faktor risiko berdasarkan lama pajanan (lama menyemprot per minggu, lama bekerja sebagai petani penyemprot, dan waktu terakhir menyemprot), jalur pajanan inhalasi (kebiasaan memakai masker), jalur pajanan absorpsi (kebiasaan memakai sarung tangan, pakaian panjang, sepatu boot, dan kebiasaan mandi setelah menyemprot), dan jalur pajanan ingesti (kebiasaan mengkonsumsi sayuran hasil pertanian dan kebiasaan mencuci tangan setelah menyemprot) terhadap penurunan aktivitas cholinesterase dalam darah petani yang diteliti.
Pada sawi dan tomat ditemukan residu profenofos sebesar masing-masing 0,0004 dan 0,0057. Pada air sumur dan air kali tidak terdeteksi adanya residu organofosfat. Kebiasaan tidak memakai alat pelindung diri terutama sarung tangan dan masker pada petani penyemprot di Kelurahan Campang dapat memperbesar risiko keracunan. Untuk menekan angka keracunan, dibutuhkan peran pemerintah untuk memberikan pendidikan dan pelatihan mengenai bahaya pestisida, cara penyemprotan yang aman, dan bantuan keringanan alat pelindung diri. Selain itu, pemantauan residu pada lingkungan secara berkala juga perlu dilakukan untuk mencegah meluasnya kejadian keracunan pada masyarakat.

Organophosphate pesticides are commonly used by vegetable farmers. This pesticide group can inhibit blood cholinesterase in human body. This study wants to find association between risk factors which based on pathway to body (inhalation, dermal absorption, and ingestion) and length of exposure. This study also wants to measure OP pesticide residues in crops (tomato and mustard green, well, and river).
The study targeted mainly in the farmer community in Kelurahan Campang with analytic-observational study and cross-sectional design. There were 56 farmers which selected through simple random sampling. Data collection was carried out by interview, blood cholinesterase was measured using The Livibond Cholinesterase Test Kit AF267, and residues were analyzed by Gas chromatography with ECD detector. The result of this study showed that there were 100% sample with organophosphate poisonings, divided into 71.4% over-exposure probable and 28.6% serious-over exposure. High percentage of risk factors found in farmers which did not wear masker while spraying (78.6%), did not wear gloves while using pesticide (80.4%), and consumed crops everyday (100%).
The findings of the study indicated that there are no statistically significant association between risk factors which are based on exposure time (spraying time a week, last time spraying, and year of working as pesticide sprayer), inhalation portal entry (mask use), dermal absorption portal entry (gloves use, protective clothes use, boot shoes use, and take a bath after spraying), and ingestion portal entry (consume crops and wash hand after spraying) with poisoning level (over-exposure probable and serious-over exposure).
Profenofos (one of organophosphate active substance) residue was found in tomato and mustard green (0.0057 ppm and 0.0004 ppm). There is no organophosphate residue in well and river detected. Unprotected behavior among farmers, especially gloves and mask, could increase pesticide poisoning risk. Farmers need to be educated and trained how to use pesticide safely and get free personal protective equipment. Pesticide residue monitoring frequently need to be held to prevent poisoning spread in society.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fahmi Rasyidah
"Penggunaan pestisida selain bermanfaat bagi pertanian namun juga berpotensi menimbulkan efek toksisitas bagi manumur dan lingkungan. Penelitian ini bertujuan menganalisis faktor risiko keracunan pestisida berdasarkan konsentrasi enzim cholinesterase pada petani holtikultura. Desain studi yang digunakan adalah cross-sectional dengan sampel penelitian 92 petani holtikultura penyemprot pestisida yang berada di Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Analisis bivariat menunjukkan terdapat hubungan antara umur dengan keracunan pestisida p=0,036 . Sementara itu, uji statistik bivariat pada variabel lain menunjukkan tidak ada hubungan signifikan antara pemakaian APD p = 0,273 , masa kerja p = 0,392 , takaran pestisida p = 0,49 , metode penyemprotan p = 0,171 , pengetahuan petani p = 0,095 , dan kebersihan badan p = 0,947 terhadap keracunan pestisida pada petani. Kesimpulan dari penelitian ini adalah faktor risiko umur petani berpengaruh terhadap kejadian keracunan pestisida. Pada penelitian selanjutnya diharapkan ada penelitian lebih lanjut yang mengaitkan antara konsentrasi pajanan di lingkungan dengan keracunan pestisida.

The use of pesticides not only give beneficial to agriculture but also potentially cause toxic effects for humans and the environment. The study design is cross sectional and the sample study is 92 holticultural farmers who are spraying pesticides in Cikajang District, Garut Regency, West Java. Bivariate analysis showed that there was relation between age to pesticide poisoning p 0,036 . Meanwhile, there were no significant relation between personal protective equipment PPE usage p 0,273 , working periode p 0,392 , pesticide dose p 0,49 , spray methode p 0,171 , farmer knowledge p 0,095 , and personal hygiene P 0,947 to pesticide poisoning on farmer. The conclusion of this research is behavioral risk factor has no association on the incidence of pesticide poisoning. In future studies, there is expected to be further research that analyse the association between the presence of exposure in the environment with pesticide poisoning."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S69271
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Pestisida golongan organofosfat bersifat menghambat aktivitas enzim kolinesterase di dalam tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara lamanya pajanan organofosfat terhadap aktivitas enzim kolinesterase dalam darah petani. Penelitian dilakukan pada anggota Gabungan Kelompok Tani Kelurahan Campang pada tahun 2009 menggunakan desain studi potong-lintang dan pengambilan sampel dengan metode sampel acak sederhana (56responden). Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan pengukuran kolinesterase dalam darah responden menggunakan Livibond Cholinesterase Test Kit AF267. Hasil penelitian menunjukkan seluruh responden mengalami keracunan dengan proporsi 71,4% keracunan ringan dan 28,6% keracunan sedang. Hasil analisis uji bivariat dengan uji chi-square menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna secara statistik antara lama pajanan (lama bekerja sebagai
petani penyemprot, lama menyemprot per minggu, dan waktu terakhir menyemprot) terhadap tingkat keracunan. Dibutuhkan peran pemerintah dalam memberikan pendidikan dan pelatihan bagaimana menggunakan pestisida secara aman dan pentingnya alat pelindung diri untuk menurunkan tingkat keracunan pengguna pestisida.
Organophosphate pesticides can inhibit blood cholinesterase in human body. This study aimed to find relationship between length of exposure of organophosphate pesticides with cholinesterase enzyme activity in the farmers? blood. The study was conducted at the Joint Farmers Group in Kelurahan Campang year 2009 using crosssectional
study design and sampling by the simple random sampling method (56 respondents). Data collection was carried out by interview and blood cholinesterase was measured using the Livibond Cholinesterase Test Kit AF267. Results showed that 100% farmers were poisoned, with 71.4% suffer from light-over-exposure and 28.6% moderateover
exposure. Bivariate test analysis using chi-square test showed that there are no statistically significant relationship between the length of exposure (year of working as pesticide farmer, spraying time per week, and the last time spraying) with poisoning level (over-exposure probable and serious-over exposure). It takes the role of government to educate and trained farmers how to use pesticide safely and the importance of personal protective equipment to reduce the
poisoning level. "
[Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat UI;Sekretariat Jenderal DPR RI. Pusat Pengkajian Pengolahan Data dan Informasi., Sekretariat Jenderal DPR RI. Pusat Pengkajian Pengolahan Data dan Informasi.], 2010
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Akmal Hadi
"Tujuan dari penelitian adalah diperolehnya model pakaian pelindung standar bagi penyemprot hama dengan pestisida sehingga aman dan dapat dipergunakan sebagai pakaian kerja dengan demikian terhindar dari gangguan kesehatan. Permasalahan penggunaan pestisida di lahan pertanian telah berlebihan, sehingga risiko keracunan karena pestisida masih tinggi sesuai hasil monitoring petugas Kesehatan Kabupaten Cianjur tahun 1995, bahwa petani mengalami keracunan sebesar 41.10 %, oleh karena itu dilakukan penelitian Pengaruh Pakaian Pelindung Terhadap Cholinesterase pada Petani Penyemprot Hama Sayuran.
Penelitian ini menggunakan analisis data primer, bersifat "quasi experimen" dengan memberikan perlakuan pakaian pelindung metode penelitian "pretest - post test" di Desa Sindangjaya, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur.
Penelitian ini dilalcukan pada sejumlah 45 responden semua laki-laki, berusia 15 - 45 tahun dengan menggunakan tiga model pakaian pelindung yaitu model 1 (baju terusan lengan panjang & celana panjang, topi dengan tutup bagian belakang, masker, dan sarung tangan semuanya terbuat dari bahan katun), model 2 (baju terusan lengan pendek & celana panjang, topi, masker, dan sarong tangan terbuat dari bahan katun), dan model3 (baju terusan lengan panjang & ceiana panjang, topi, masker dan sang tangan terbuat dari bahan non-katun).
Dan seluruh variabel yang diukur sejumlah 9 variabel independen dan satu variabel dependen yaitu Penurunan Cholinesterase. Dari analisis regresi linier ganda diketahui besarnya pengaruh dari setiap variabel yang diteliti, karena jumlah sampel terbatas maka ada 4 variabel yang sebelumnya bermakna ternyata tidak ikut dalam analisis, dan dari analisis ternyata hanya 41,90 % kontribusi tinggi tanaman menurunkan kadar cholinesterase setelah dikontrol variabel sikap, model pakaian pelindung, umur, dan pengalaman. Sedang yang lainya adalah error karena tidak diikutkan dalam penelitian yaitu arah angin dan status gizi responden serta penyakit khronis. Telah dibuktikan dengan analisis bivariat adanya hubungan yang dapat menurunkan kadar cholinesterase, yaitu: model pakaian pelindung, sikap, dan lingkungan termasuk tinggi tanaman, temperatur, dan kelembaban.
Penelitian ini bermaksud untuk mempelajari bahaya penggunaan bahan pestisida yang digunakan oleh petani. Dari penelitian ini dapat diungkapkan bahwa dengan menggunakan pakaian pelindung yang tertutup maka selain mengurangi pajanan pestisida berupa percikan sehingga terhindar dari pajanan pestisida melalui kulit yang dapat mengakibatkan penurunan cholinesterase plasma. Dengan demikian disarankan kepada masyarakat petani pengguna pestisida supaya menggunakan pakaian pelindung yang tertutup di samping itu bila melakukan penyemprotan hendaknya di pagi hari yaitu sekitar pukul 06.00 - 08.00 atan jika berkeringat hendakuya istirahat terlebih dahulu."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1997
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Endah Gina Faziah
"Pestisida banyak memberi andil dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dalam bidang kesehatan masyarakat pestisida digunakan untuk mengendalikan vektor penyakit menular sehingga dapat menurunkan prevalensi penyakit seperti: malaria, demam berdarah, pes dan sebagainya. Namun dengan sifatnya sebagai racun biosid, efek pestisida tidak saja berlaku bagi hama yang menjadi target sasarannya, tapi juga memberikan dampak negative terhadap mahluk hidup lainnya termasuk manusia.
DKI Jakarta sebagai kota jasa memiliki 97 perusahaan yang bergerak dalam jasa pelayanan pest control dengan pekerjanya memiliki resiko keracunan kronik dengan paparan tinggi, ini dapat dilihat dari hasil pemeriksaan cholinesterase darah teknisi yang menunjukan telah terjadinya keracunan, dan pada tahun 2001 angka prevalensinya mencapai 8,2%.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan atas pelindung diri dengan aktifitas cholinesterase pada teknisi perusahaan pest control di DKI Jakarta pada tahun 2002. Ini merupakan penelitian observasional dengan metoda case control. Responden dalam penelitian ini adalah teknisi pada perusahaan pest control yang memiliki aktifitas cholinesterase tidak normal (2,3) dari hasil pemeriksaan pada tahun 2001 sebagai kasus dan teknisi dengan hasil pemeriksaan aktifitas cholinesterase normal sebagai kontrol pada perusahaan yang sama dengan kasus bekerja dengan perbandingan 1:2 (40 kasus dan 80 kontrol). Analisis data dilakukan dengan uji chi square dan analisis inultivariate logistic regression.
Hasil uji analisis logistik diketahui ada hubungan yang signifikan antara penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) dengan aktifitas cholinesterase pada teknisi pest control di DKI Jakarta dengan OR 2,995 ( CI 95%: 1,303-6,886) yang berani risiko teknisi dengan aktifitas cholinesterase tidak normal 2,995 kali terjadi pada teknisi yang tidak menggunakan APD lengkap dibanding teknisi dengan cholinesterase normal setelah dikontrol oleh variable lain yaitu perilaku dan makan, minum dan atau merokok selama bekerja.
Disimpulkan bahwa penggunaan APD mempunyai hubungan yang signifikan dengan aktifitas cholinesterase pada teknisi pest control, dan untuk melakukan penanggulangan dan pencegahan masalah ini yaitu dengan memberikan perhatian dan penekanan pada penggunaan APD yang tidak lengkap, dan melakukan upaya-upaya yang berkaitan diantaranya peningkatan pengetahuan dan kesadaran pada teknisi dan melakukan pengawasan terhadap penggunaannya serta melakukan pembinaan bagi perusahaan agar menyediakan APD secara lengkap dan sesuai persyaratan.
Daftar bacaan : 53 (1983 - 2002)

The Influence of Ppe Using with Cholinesterase Activity on the Technicians of Pest Control Relation Company in DKI Jakarta, 2002Pesticide gives many roles in community welfare. Within public Health field, pesticide is used to control infected diseases so it can reduce disease infection such as: malaria, DBD, pest, and etc. However, with poisoning property as biosid, pesticide effects acts not only to the plant disease as a target but to other creatures as well including human being.
Jakarta as a service city has 97 company which running service of pest control field where the employees has the risk against chronic poisoning with high exposure. It can be seen from cholinesterase blood examination of the technicians which showed the poisoning has occurred. And in the year of 2001, the prevalence reaches 8,2%.
The research purpose to find out the influences of PPE using (Personnel Protective Equipment) with cholinesterase activity on technicians of pest control Company in DKI Jakarta , 2002. This is Observational research, with case control method. The respondents are the technicians of pest control company having abnormal cholinesterase activity obtained from examination result in 2001 as the case , while examination result of technicians with normal cholinesterase activity as the control in the same company with comparison of occupational case 1:2 (40 cases and 80 controls). Data analysis used chi square test and regression logistic multivariate analysis.
Logistic analysis test showed that there is significant relation between using of PPE with the cholinesterase activity on the technicians of pest control company in DKI Jakarta with OR 2,995 (CI 95%; 1,303 -- 6,886), it means that technicians risk against abnormal cholinesterase activity is 2,995 times occurs to the technicians without using completed PPE compared to technicians with normal cholinesterase, and controlled by another variabeles, that is practice and habitual of eat, drink and smoking usually working.
It is concluded that PPE using has significant relation to the cholinesterase activity on the technicians of pest control company. Prevention and protection is conducted by giving attention for the inappropriate PPE , and by applying some related efforts such as increasing knowledge, technicians awareness, and monitoring to the PPE, and developing company as well by serving appropriate PPE.
References : 53 (1983-2002)"
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T 11483
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simbolon, Bintang H.
"Ada beberapa fungsi dari pestisida yang memberikan andil dalam meningkatkan nilai produksi. Salah satunya dalam bidang pertanian pestisida digunakan untuk meningkatkan produksi pertanian. Tetapi tidak demikian halnya bagi kesehatan masyarakat karena pestisida mempunyai efek sampingan yang dapat menyebabkan terjadinya keracunan bagi masyarakat pada umumnya dan petani pada khususnya.
Angka keracunan pestisida pada petani penyemprot hama akibat penggunaan pestisida sangat tinggi (71%) sesuai dengan pemeriksaan pada sampel darah yang dilakukan oleh petugas kesehatan Dinas Kesehatan Tingkat II Kota Metro Propinsis Lampung Tahun 2003. Tetapi masih belum banyak diperoleh keterangan mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan penurunan kadar kolinestrase darah pada petani penyemprot hama tanaman.
Tujuan dari penelitian ini adalah diketahuinya gambaran kadar kolinestrase darah petani penyemprot hama tanaman dan faktor-faktor yang berhubungan dengan penurunan kadar kolinestrase darah petani penyemprot hama tanaman di Kota Metro Propinsi Lampung Tahun 2004.
Penelitian ini menggunakan analisis data primer, bersifat potong lintang (cross sectional) dilaksanakan di lima kecamatan di wilayah Kota Metro yaitu Kecamatan Metro Pusat, Kecamatan Metro Selatan, Kecamatan Metro Utara, Kecamatan Metro Barat dan Kecamatan Metro Timur.
Penelitian ini dilakukan pada 127 responden, pada umumnya berjenis kelamin laki-laki, berusia antara 21 - 70 tahun yang pada umumnya terdiri dari petani penyemprot hama tanaman padi.
Jumlah variabel pada penelitian ini adalah sembilan variabel independent (umur, jenis kelamin, tingkatan pendidikan, jenis pestisida, kontak terakhir, lama pemaparan, pengetahuan, sikap dan tindakan) dan satu variabel dependen yaitu penurunan kadar kolinestrase. Dari analisis bivarat chi square diketahui besamya pengaruh dan setiap variabel yang diteliti, dan dari sembilan variabel yang dianalisis hanya ada lima variabel yang bermakna untuk dapat dijadikan model pada analisis multivariat yaitu : jenis kelamin, lama pemaparan, kontak terakhir, sikap dan tindakan.
Telah dibuktikan dengan analisis bivariat chi square yang mempunyai hubungan bermakna pada penurunan kadar kolinestrase darah petani, yaitu: lama pemaparan, kontak terakhir. Dari analisis multivariat diperoleh hasil bahwa variabel yang paling dominan pada penurunan kadar kolinestrase darah pada petani adalah kontak terakhir. Dengan demikian disarankan kepada petani penyemprot hama tanaman pengguna pestisida untuk melakukan penyemprotan dengan perilaku yang baik pada penggunaan pestisida terutama pada penggunaan pakaian pelindung kerja agar tidak terpajan pestisida pada waktu melakukan penyemprotan (kontak) dengan pestisida karena pada kontak terakhir dengan pestisida mempunyai hubungan bermakna dengan penurunan kadar kolinestrase yang juga berarti ada keterpaparan pestisida pada saat kontak (menyemprot) dengan pestisida sehingga perlu diperhatikan penggunaan alat pelindung diri (APD) yang baik dan benar.

Economical benefit from pesticide which giving part on improving prosperity in society. One of them is in the agriculture field, pesticide used to crease agro product. On the other hand public health because pesticide has side effect which caused poisoned for public in common and farmer which work with the pesticide especially,
Number of poisoned suffered because the effect of using pesticide is very high ( 71 %) as according to inspection of blood sample done by grade health worker of Lampung Metro Province Town in the Year 2003. But still there's not yet obtained boldness of concerning factors which deal with degradation of cholinesterase blood rate on this crop pest sprayer fanner.
Purpose of this research is the knowing of cholinesterase blood rate picture of crop pest sprayer fanner and factors which deal with degradation of cholinesterase blood rate on crop pest sprayer in Lampung Metro Province Town in the Year 2004.
This research use the primary analysis, having the character of vertical cut (cross sectional) executed in five sub district in Town Metro region which is Sub district of Metro Center, Sub district of Metro South, Sub district of Metro North, Sub district of Metro West and Sub district of Metro East.
This research was done with 127 responders, generally men: in the age of between 21 - 70 years which is generally consist of the paddy crop pest sprayer farmer.
The totals of variables in this research are nine independent variable (age, sex, education, knowledge, attitude, practice, kind of pesticide, clarification rate, last contact) and one dependent variable that is cholinesterase degradation rate. From bivariate chi square analysis known the level of influence from each checked variable, and from nine variables analyzed there's only five concerning variable (sex, clarification rate, last contact, attitude and practice) can be made to be model in double logistic multivariate regression analysis.
Have been proved with the bivariate analysis of chi square thing which having relation to the rate of fanner cholinesterase rase blood rate regression that is: clarification rate, last contact Thereby it is suggested to crop pest sprayer farmer that using pesticide to spray in good condition periodically and good attitude in using pesticide especially with working protector cloth.
Thereby, suggested to crop pest spread farmer that used pesticide to spread with good attitude and especially use working protector cloth so that they will not incurred by pesticide when spread (contact) with pesticide. Because in the last contact with pesticide occur a meaningful relation that is the degradation of blood cholinesterase rate which also means there has incurred pesticide when performed contact (spread) with pesticide. So that needs to be mentioned the using of good working protector cloth.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2004
T12808
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurhayati
"ABSTRACT
This research aims to investigate different type of standard protective clothes for pesticide sprayers in agricultural activities. The protective clothes are intended to be worn as work clothes in order to protect the sprayer (farmers) from health disorders. The excessive utilization of pesticides for agricultural activities results in high risks of poisoning. The results of monitoring activities conducted by health personnel of Cianjur District (1995) show that 41.]O % of farmers suffer from poisoning. This research therefore is identifies the relationship between type of protection clothes and decrease of cholinesterase content in vegetable farmers (pesticide sprayers).
This research is a "quasi experiment" and uses primary data from Sindangjaya Village, Pacet Sub-district, Cianjur District. The treatment is undertaken towards protective clothes. It is designed as a "pre test - post test" experiment.
The data analysis involves 45 respondents (men, 15 - 45 years) wearing three different types of protective clothes. Type 1 consist of full length-clothes with long sleeves, long pants, hat with back cover, mask, gloves. All items are made of cotton. Type 2 consists of full length-clothes with short sleeves, short pants, hat, mask, gloves. All items are made of cotton. Type 3 consists of full length-clothes with long sleeves, long pants, hat, mask and gloves. All items are made of non-cotton material.
There are 9 independent variables and 1 dependent variable (decrease of cholinesterase content). Multiple linear regression is utilized to determine the magnitude of influence of respective variables. Due to the limited number of sample, there are 4 significant variables which are not analysed. Multivariate analysis results show the contribution of plant height, attitude, protective clothes, age, and experience relate to the decreasing of cholinesterase content (evidence: 41.90 %). However, the experiments do not include wind direction, nutritional status of respondents and chronic diseases.
Bivariate analysis shows that the factors which can decrease cholinesterase content include type of protective clothes, attitude and environmental factors such as height of plants, temperature, humidity.
This research intends to study the dangers of pesticide application. It shows that use of protective clothes may reduce pesticide exposure and skin absorption which can decrease cholinesterase content.
It is therefore recommended that farmers (pesticide users) should wear protective clothes. It is also suggested that pesticide spraying should be carried out between 06.00 and 08.00 a.m. Moreover, farmers should interrupt their work when they sweat to avoid increased absorption through skin.

ABSTRAK
Tujuan dari penelitian adalah diperolehnya model pakaian pelindung standar bagi penyemprot hama dengan pestisida sehingga aman dan dapat dipergunakan sebagai pakaian kerja dengan demikian terhindar dari gangguan kesehatan. Permasalahan penggunaan pestisida di lahan pertanian masih berlebihan, sehingga risiko keracunan karena pestisida masih tinggi sesuai hasil monitoring petugas Kesehatan Kabupaten Cianjur tahun 1995, bahwa petani mengalami keracunan sebesar 41.10 %, oleh karena itu dilakukan penelitian Hubungan Model Pakaian Pelindung Dengan Penurunan Cholinesterase Pada Petani Penyemprot Hama Sayuran.
Penelitian ini menggunakan analisis data primer, bersifat "quasi experimen" dengan memberikan perlakuan pakaian pelindung metode penelitian "pretest - post test" di Desa Sindangjaya, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur.
Penelitian ini dilakukan pada sejumlah 45 responden semua laki-laki, berusia 15 - 45 tahun dengan menggunakan tiga model pakaian pelindung yaitu model 1( baju terusan lengan panjang & celana panjang, topi dengan tutup bagian belakang, masker, dan sarung tangan semuanya terbuat dari bahan katun), model 2 (baju terusan lengan pendek & celana panjang, topi, masker, dan sarung tangan terbuat dan bahan katun), dan model 3 (baju terusan lengan panjang & celana panjang, topi, masker dan sarung tangan terbuat dari bahan non-katun). Dan seluruh variabel yang diukur sejumlah 9 variabel independen dan satu variabel dependen yaitu Penurunan Cholinesterase. Dari analisis regresi linier ganda diketahui besarnya pengaruh dari setiap variabel yang diteliti, karena jumlah sampel terbatas maka ada 4 variabel yang sebelumnya bermakna ternyata keluar dari analisis, dan dari analisis multivariat tinggi tanaman, sikap, model pakaian. pelindung, umur dan pengalaman bersama-sama menjelaskan 41.90 penurunan cholinesterase, hal ini dikarenakan ada variabel lain tidak diikutkan dalam penelitian yaitu arah angin dan status gizi responden serta penyakit infeksi khronis.
Telah dibuktikan dengan analisis bivariat adanya hubungan yang dapat menurunkan kadar cholinesterase, yaitu: model pakaian pelindung, sikap, dan lingkungan termasuk tinggi tanaman, temperatur, dan kelembaban.
Penelitian ini bermaksud untuk mempelajari bahaya penggunaan bahan pestisida yang digunakan oleh petani. Dari penelitian ini dapat diungkapkan bahwa dengan menggunakan pakaian pelindung yang tertutup maka akan mengurangi pajanan pestisida berupa percikan sehingga terhindar dari pajanan pestisida melalui kulit yang dapat mengakibatkan penurunan cholinesterase plasma.
Dengan demikian disarankan kepada masyarakat petani pengguna pestisida supaya menggunakan pakaian pelindung yang tertutup di samping itu bila melakukan penyemprotan hendaknya di pagi hari yaitu sekitar pukul 06.00 - 08.00 atau jika berkeringat hendaknya istirahat terlebih dahulu."
Depok: Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deni Abdul Rahman
"Fertile women farmers are risky of suffering decrease of cholinesterase activity due to pesticide exposure. This study aimed to analyze relation between pesticide exposure and the exposure agent to cholinesterase activity of fertile women workers at Kedunguter Village. This study used cross-sectional design on 94 fertile women farmers in 2015. Data was collected by observation, interview and cholinesterase test. Data analysis used chi-square test and analysis results showed a significant relation between pesticide types, working time, the use of gloves, hand-washing behavior to cholinesterase activity of fertile women farmers. Analysis results of this study showed that variable working time had the highest odds ratio (OR) score (OR = 14.072), so the variable working time is the most dominant variable in influencing cholinesterase enzyme. This study suggests that fertile women farmers should work not more than six hours per day.

Petani perempuan usia subur berisiko mengalami penurunan aktivitas kolinesterase akibat pajanan pestisida. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara pajanan pestisida dan perilaku pemajan terhadap aktivitas kolinesterase petani perempuan usia subur di Desa Kedunguter. Penelitian ini menggunakan desain potong lintang pada 94 petani perempuan usia subur tahun 2015. Pengumpulan data dilakukan secara observasi, wawancara, dan uji kolinesterase. Analisis data menggunakan uji kai kuadrat dan hasil analisis menunjukkan hubungan signifikan antara jenis pestisida, waktu kerja, penggunaan sarung tangan, perilaku mencuci tangan terhadap aktivitas kolinesterase petani perempuan usia subur. Hasil analisis pada penelitian ini menunjukkan bahwa variabel waktu kerja memiliki nilai odds ratio (OR) tertinggi, yaitu OR = 14,072 sehingga waktu kerja merupakan variabel paling dominan dalam memengaruhi enzim kolinesterase. Penelitian ini menyarankan agar petani perempuan usia subur tidak bekerja lebih dari enam jam per hari."
Ponorogo: Universitas Darussalam Gontor, 2015
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Tugiyo
"Pengaruh pemaparan pestisida terhadap pemakai pestisida dapat diketahui secara dini dengan cara mengukur aktivitas kolinesterase darah pemakai pestisida tersebut. Penurunan aktivitas kolinesterase darah seseorang berkurang karena adanya pestisida dalam darah yang membentuk senyawa kolinesterase fosfor sehingga enzim tersebut tidak berfungsi lagi, yang mengakibatkan aktivitasnya akan berkurang.
Berdasarkan hasil pemeriksaan darah (aktivitas enzim kolinesterase) tenaga kerja perusahaan pengendalian hama di DKI Jakarta oleh Balai Laboratorium Kesehatan DKI Jakarta selama dua tahun berturut-turut (1998-1999) diperoleh data sebagai berikut : tahun 1998, dan 1213 orang yang diperiksa, 100 orang (8,2%) dinyatakan kadar kolinesterase di bawah normal dan pada tahun 1999, dari 1001 orang yang diperiksa, 57 orang (5,7%) dinyatakan kadar kolinesterase di bawah normal.
Masalah yang diteliti dibatasi hanya pada faktor-faktor penyebab terjadinya keracunan pestisida pada tenaga kerja penyemprot di perusahaan pengendalian hama di wilayah DK Jakarta.
Penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi ada tidaknya hubungan antara penggunaan alat pelindung diri secara baik dan benar, lamanya pemaparan (jam kerja), dan status gizi (Body Mass Index = BMI) pekerja dengan risiko terjadinya keracunan pestisida, seta mengetahui faktor manakah yang paling dominan terhadap terjadinya keracunan pestisida pada tenaga kerja. Penelitian menggunakan metode Cross sectional study, analisis data menggunakan Chi-Square dan Regresi Logistik. Penelitian dilakukan di 18 perusahaan pengendalian hama dengan 44 orang responden (penyemprot). Data diperoleh melalui wawancara, peninjauan lapangan, dan penelusuran data hasil pemeriksaan aktivitas kolinesterase darah pekerja.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara penggunaan alat pelindung diri, lamanya pemaparan (jam kerja), dan status gizi dengan terjadinya keracunan pestisida pada tenaga kerja. Artinya bahwa tenaga penyemprot yang menggunakan alat pelindung diri tidak lengkap mempunyai risiko keracunan pestisida lebih besar dibanding dengan tenaga penyemprot yang menggunakan alat pelindung diri secara lengkap; tenaga penyemprot yang mempunyai jam kerja (terpapar) lebih dari 5 jam mempunyai risiko keracunan pestisida lebih besar daripada tenaga penyemprot yang mempunyai jam kerja kurang dan 5 jam; tenaga keja yang mempunyai status gizi (BMI) kurang dan 21 mempunyai risiko keracunan lebih besar daripada tenaga penyemprot yang mempunyai status gizi (BMI) lebih dari 21. Faktor paling dominan di antara ketiga penyebab keracunan pestisida pada penyemprot adalah penggunaan alat pelindung diri, artinya penggunaan alat pelindung diri secara lengkap dapat melindungi tenaga penyemprot terhadap keracunan pestisida.
Kesimpulan penelitian ini adalah : (1) Jumlah tenaga penyemprot yang keracunan pestisida karena menggunakan alat pelindung diri (APD) tidak lengkap (70,8%) lebih besar daripada tenaga penyemprot yang menggunakan APD secara lengkap (20,0%), dengan odds rasio 9,71; (2) Jumlah tenaga penyemprot yang keracunan pesitisida karena jam kerja lebih dari 5 jam per hari (73,3%) lebih besar daripada tenaga penyemprot yang mempunyai jam kerja kurang dari 5 jam per hari (34,5%), dengan odds rasio 5,22; (3) Tenagapenyemprot dengan BMI kurang dari 21 mengalami keracunan pestisida (66,7%) lebih besar daripada tenaga penyemprot yang mempunyai BMI kurang dari 21 (34,6%), dengan odds rasio 3,36.
Saran yang diajukan : (1) Perlu dilakukan penyuluhan dan pelatihan kepada para tenaga penyemprot, khususnya mengenai penggunaan alat pelindung diri, baik oleh pihak perusahaan pengendalian hama maupun Dinas Kesehatan DKI Jakarta; (2) Bagi perusahaan pengendalian hama yang mempekerjakan tenaga penyemprotnya lebih dari 5 jam per hari, disarankan agar mematuhi peraturan jam kerja yang berlaku; (3) Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang aktivitas kolinesterase untuk penetapan standar keracunan pestisida dalam suatu peraturan perundang-undangan.
SUMMARY
Program of Study in Environmental Science
Postgraduate Program University of Indonesia
Thesis, August 2003
xv + 52; Illustration: 1 picture, 8 tables, and 8 appendices.

Pesticide Intoxication of Workers Employed in the Pest Control Companies in JakartaPesticide intoxication of workers can be identified by measuring of the blood cholinesterase activity. Blood cholinesterase activity of workers as an indicator of the indicator showed in this study.
The results of cholinesterase examined by the Jakarta Health Laboratory on the two consecutive years shown as: in 1998, 100 were out of 1213 workers (8,2%) showed the results of blood cholinesterase value were lower than normal (value 2,3-7,4). In 1999, 57 workers (5,7%) out of 1001, showed the results were lower than normal.
This study was carried out to identify the relationship between those with protective clothing, duration of exposure and nutritional status of workers employed in the 18 pest control companies. Using a cross section study method and chi-square, logistic regression analysis with selected sample of 44 workers and questionnaire admitted from the field.
The results showed that there is a significant relationship between those whose use protective devices (such as clothing, mask, glove, safety shoes), duration of exposure, nutritional of status with who are not used. Its mean workers who are not used those mentioned above will have more risk.
Workers, who work more than 5 hours per day and those who have body mass index of 21 scales, will have high risk. The most dominant factor causing intoxication of this study was the use of protective devices.
The conclusion is : (1) The workers who have of workers pesticide intoxication and not using completely protective devices is (70,8%), more than on those who used it (20,0%); (2) Workers who have more than 5 hours every day duration of exposure is (73,3%); (3) Nutritional of status less than 21 scale of Body Mass Index with intoxication of (66,7%)."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T 11067
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2   >>