Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 93 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nasution, Chelein Lestyani
"Kanker merupakan penyebab kematian nomor dua terbesar setelah penyakit kardiovaskular di dunia. Beberapa faktor risiko kanker leher rahim diantaranya yaitu usia, pengetahuan, kebiasaan merokok, riwayat seksual, paritas, pemakaian kontrasepsi, hereditas, kurangnya pap smear, immunocompromise dan stres. Tujuan untuk mengetahui gambaran faktor risiko kejadian kanker leher rahim pada penderita kanker leher rahim. Metode Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian cross sectional. 100 Responden dipilih dengan metode pusposive sampling. Mayoritas responden tidak memiliki faktor keturunan kanker dan riwayat kanker sebelumnya, kontrasepsi terbanyak yang digunakan adalah kontrasepsi hormonal dengan tidak melakukan pemeriksaan rutin terhadap kontrasepsi yang digunakan. Responden tidak pernah melakukan pemeriksaan papsmear dengan mayoritas alasan tidak tahu, tidak memiliki riwayat immunocompromise, menggunakan cara yang kurang tepat dalam membersihkan alat kelamin, mempunyai pengetahuan yang baik tentang kanker leher rahim dan mayoritas responden mengalami kecemasan tingkat ringan. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan informasi untuk edukasi kesehatan terhadap para perempuan dengan tujuan menekan angka kejadian kanker leher rahim.

Cancer is the second largest cause of deadth after cardiovascular disease in the word. Several factors the risk of cervical cancer of them the age, knowledge, smoking, the acts of sexual, parity, discharging contraceptive, heredity, papsmear , immunocompromise and stress. The purpose to reveal the risk factor for cervical cancer incidence in patient with cervical cancer this research method was conducted using cross sectional study. 100 respondents were selected by pusposive sampling metode. The mayority of respondents did not have cancer heredity factors and a history of previous cancer, contraception most use is a hormonal contraception with not doing a routine of contraceptive use. Respondents never do papsmear examination with a majority do not know the reason, do not have a history of immunocompromise , using a less precise way in cleanig genitals, have a good knowledge about cervical cancer and the majority of respondents experienced mild anxiety level. This research can be used as information for health education to women with the aim of suppressing the incidence of cervical cancer.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
S64391
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syifa Mardhatillah Syafitri
"Kanker serviks merupakan kanker ketiga tersering di seluruh dunia dengan angka kasus baru, morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui proporsi kesintasan lima tahun pasca radioterapi pasien KSS serviks stadium IIB-IIIB dan hubungannya dengan infeksi HPV serta faktor lain yang mempengaruhi. Penelitian ini merupakan penelitian kohort. Populasi terjangkau adalah pasien karsinoma serviks stadium IIB dan IIIB dengan hasil biopsi serviks KSS yang telah menjalani radioterapi di RSCM dan dilakukan pemeriksan DNA HPV pre dan pasca radiasi pada penelitian terdahulu. Analisis statistik digunakan dengan uji prognostik Kaplan Meier. Dari 31 sampel penelitian pendahuluan, hanya 27 subjek yang dapat didata. Angka kesintasan lima tahun adalah sebesar 35,5%. Tidak didapatkan hubungan yang bermakna antara kesintasan dengan infeksi HPV, infeksi HPV yang menetap, lama radiasi, LVSI, stadium, diferensiasi, ukuran tumor dengan masing-masing nilai p 0,921, 0,586, 0,718, 0,65, 0,139, 0,78, dan 0,139. Terdapat hubungan yang bermakna antara respon radiasi dengan kesintasan, dengan median time survival 2 tahun (p 0,016).

Cervical cancer is the third most common cancer in the world with high number of new cases, morbidity and mortality rates. The objective of this research is to know the proportion of five year survival rate after radiation of cervical cancer stage IIB-IIIB patient and its relationship with HPV infection and other influencing factors. This research method was cohort study. Research population was patients with biopsy result squamous cell carcinoma stage IIB-IIIB who underwent radiation therapy and have been examined for HPV DNA before and after radiation on previous study. Overall survival was assessed and the relationship between prognosis with HPV infection and other factors was calculated. Statistical analysis was calculated using Kaplan Meier to determine prognostic factors of cervical cancer, as well as the median survival rate. From 31 samples on previous study, only 27 patients has been documented. The five year overall survival rate was 35,5%. There were no statistically significant relationship between cervical cancer survival rate with HPV infection, HPV persistence after radiation, duration of radiation, LVSI, staging, grading, tumor size with p result 0,921, 0,586, 0,718, 0,65, 0,139, 0,78, and 0,139 respectively. There was significant relationship between radiation response and survival rate with median 2-year survival (p 0,016)"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Cahya Edi Prastyo
"Kanker serviks uteri masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Kejadian kanker serviks uteri sebesar 12,6/100000 wanita dan angka kematiannya sebesar 7,0/100000 wanita (IARC, 2008). Hal ini dimungkinkan karena faktor resiko yang masih belum tertangani di masyarakat. Multi paritas (khususnya paritas > 4 kali) atau jumlah melahirkan pada wanita sebagai salah satu faktor resiko kanker serviks uteri ternyata masih tinggi di masyarakat. Penelitian ini ingin mengetahui pengaruh paritas > 4 kali terhadap kejadian kanker serviks uteri di 6 rumah sakit Indonesia. Penelitian dilakukan dengan desain kasus kontrol berbasis rumah sakit, dengan sampel sebanyak 364 wanita yang telah dipasangkan berdasarkan asal rumah sakit dan umur interval 10 tahun. Analisis multivariat menggunakan conditional logistic regression. Hasil menunjukkan bahwa paritas > 4 meningkatkan resiko kanker serviks uteri OR: 1,85 ; CI 95% (1,14 -3,02). Oleh karenanya usaha untuk pengembangan program yang dapat membatasi kelahiran seperti program Keluarga berencana akan membantu menurunkan terjadinya kasus serviks uteri.

Uterine cervical cancer is still a public health problem in Indonesia with incidence rate of 12.6 / 100,000 women and mortality rate 7.0 / 100,000 women. (IARC, 2008). Indonesian mortality rate is still high due to the risk factors that have not been handled in community. Multi parity (especially parity > 4) or total of women giving birth as a risk factor for uterine cervical cancer was still high. This study aims to determine the effect of parity > 4 to uterine cervical cancer. The study design is a hospital-based case-control, which samples were taken from 6 hospitals and then matched by hospital and age interval of 10 years. Multivariate analysis using conditional logistic regression shows the parity > 4 increases the risk of uterine cervical cancer OR: 1.85, CI 95% (1.14 -3.02). Therefore, efforts to develop programs that can limit births as family planning program will help reduce the occurrence of cases of cervix uteri.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T32703
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Henny Dwi Susanti
"ABSTRAK
Penyakit yang saat ini menjadi perhatian dunia dan mengakibatkan tingginya angka kematian adalah kanker serviks. Upaya untuk mencegah terjadinya kematian perempuan akibat kanker serviks diperlukan motivasi perempuan untuk melakukan pemeriksaan skrining kanker serviks. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi perempuan untuk melakukan pemeriksaan skrining kanker serviks. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan triangulasi dengan menggabungkan metode kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian menjelaskan faktor yang paling dominan mempengaruhi motivasi adalah faktor pembiayaan. Direkomendasikan untuk meningkatkan motivasi perempuan untuk melakukan skrining kanker serviks dengan membuat program dan strategi yang sesuai kemampuan dan kebutuhan perempuan.

ABSTRACT
A disease that attracts world?s attention and results the high mortality rate is cervical cancer. In order to prevent the occurrence of women?s death caused by cervical cancer, women need a motivation to perform a cervical cancer screening test. The purpose of this research was to determine factors affecting women?s motivation to perform a cervical cancer screening test. This research was conducted using triangulation approach with a combination of quantitative and qualitative methods. The result showed that the most dominant factor affecting motivation was financial factor. It is recommended to increase women?s motivation to perform a cervical cancer screening by developing a program and strategy suitable to women?s capacities and needs."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T32934
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Ika Wardhani
"Latar Belakang: Malnutrisi pada kanker pada kanker ginekologis dilaporkan terjadi pada sekitar 20-26 kasus. Terapi radiasi pelvis merupakan pilihan terapi pada kanker serviks lanjut dan seringkali menyebabkan komplikasi pada saluran gastrointestinal berupa enteritis akut.
Metode: Pasien pada serial kasus ini berusia antara 50 ndash;66 tahun dengan stadium yang berbeda. Seluruh pasien menjalani terapi radiasi definitif, satu pasien terapi radiasi ajuvan pasca histerektomi. Keempat pasien mengalami enteritis akut saat menjalani terapi radiasi. Pasien memiliki hasil skrining MST > 2. Pemantauan dilakukan meliputi keluhan subjektif, kondisi klinis, tanda vital, pemeriksaan laboratorium, antropometri, komposisi tubuh, kapasitas fungsional dan analisis asupan 24 jam.
Hasil: Dari hasil pemantauan didapatkan bahwa dengan terapi nutrisi yang diberikan dapat meningkatkan asupan dan mempertahankan berat badan pada tiga dari empat pasien. Satu pasien dengan komorbiditas diabetes melitus mengalami penurunan berat badan yang minimal. Kapasitas fungsional keempat pasien tidak mengalami penurunan.
Kesimpulan: Pemberian nutrisi seimbang, tinggi kalori, tinggi protein, dapat mempertahankan status nutrisi pada pasien kanker serviks yang menjalani terapi radiasi dengan komplikasi enteritis akut.

Objective: Malnutrition in cervical cancer was about 20 ndash 26 cases. Pelvis radiotherapy was treatment of choices for cervical cancer, often being complicated by acute enteritis.
Methods: Patients age in this case series were between 50 ndash 66 years old with a different stage of cervical cancer. All patients underwent radiotherapy, with one patients had an adjuvant radiotherapy after histerectomy. All patients had a scrining score of MST 2. Monitoring included subjective complaints, clinical conditions, vital signs, laboratory results, anthropometric measures, body composition analysis, and 24 hours records of intake analysis.
Results: From monitoring, results for all patients that nutritional therapy could increase intakes, maintain body weights, and improve skeletal mass presentation for three of four patients. One pastient with diabetes comorbidity had a minimal weight and skeletal mass loss. Functional capacity of all patients did not decline.
Conclusion: Nutritional balance diet with high calories, high protein could preserve nutritional status in cervical cancer patients during radiotherapy complicated by acute enteritis.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Aziz Fahrudin
"Latar Belakang: Kanker serviks menduduki peringkat ke tiga di seluruh dunia sebagaipenyebab kematian perempuan dan merupakan penyebab kematian utama perempuan dinegara berkembang. Diperlukan evaluasi kesintasan berkala yang secara tidak langsungmenjadi cermin tatalaksana.
Tujuan: Mengetahui kesintasan pasien kanker serviks di RSCM.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain kohort retrospektif terhadap data rekammedis pasien kanker serviks pada tahun 2012-2014 dengan metode total populationsampling. Analisis data dilakukan menggunakan kurva Kaplan Meier, uji Log Rank dan Regresi Cox untuk mencari kemaknaan hubungan antarvariabel.
Hasil: Terdapat 1.303 subjek penelitian dengan angka kesintasan kanker serviks hingga tahun ke-5 sebesar 76%, 66%, 60%, 43% dan 36% dengan median kesintasan sebesar 1355 hari secara keseluruhan. Terdapat perbedaan hazard bermakna pada variabel stadium kanker (p<0,001). Analisis regresi cox menunjukkan faktor yang berpengaruh terhadap kesintasan adalah stadium kanker.
Kesimpulan: Kesintasan 5 tahun kanker serviks di RSCM tahun 2012-2014 sebesar 36%.

Background: Cervical cancer is ranked third as female cause of death worldwide and isthe leading cause of death of women in developing countries. A periodic survivalevaluation is required that implies the treatment implicitly.
Objective: To know the survival rate of cervical cancer patients at CiptoMangunkusumo Hospital.
Methods: This retrospective cohort study used medical records data of cervical cancerpatients in 2012- 2014 using total population sampling method. Data analysis was doneusing Kaplan Meier curve, Rank Log test and Cox Regression to find the associationbetween variables.
Results: There were 1.303 subjects with overall kesintasan rates of cervical cancer up tothe fifth year of 76, 66, 60, 43 dan 36 with a median survival 1355 days. There were significant hazard differences in cancer stage variables (p <0.001). Cox regression analysis showed that factors affecting survival were cancer stage.
Conclusion: The 5-year kesintasan rate of cervical cancer at Cipto Mangunkusumo hospital in 2012-2014 is 36%."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Trihatmowijoyo Bundjali
"Latar Belakang: Kanker serviks sebagai penyakit kanker tersering yang mendapatkan terapi pengganti ginjal berupa hemodialisis (HD). Gangguan ginjal yang terjadi pada kanker serviks dapat terkait kanker nya, nefropati obstruktif yang dapat menjadi sekuele kronik berupa penyakit ginjal kronik (PGK) maupun AKI (acute kidney injury) yang membutuhkan inisiasi HD.

Tujuan: Mengetahui kesintasan tiga bulan pasien kanker serviks yang membutuhkan inisiasi HD. Mengetahui hubungan antara usia, stadium kanker, faktor komorbid, hemodinamik pasca HD, akses vaskuler, rerata kenaikan berat badan antar HD, baseline kreatinin, baseline ureum dan baseline albumin dengan kesintasan tiga bulan pasien kanker serviks yang membutuhkan inisiasi HD.

Metode: Penelitian ini merupakan studi kohort retrospektif dari rekam medis pasien kanker serviks yang membutuhkan inisiasi hemodialisis. Penelitian dilaksanakan di RS Kanker Dharmais. Pengambilan data dilakukan pada 1 Juli 2023 sampai dengan 30 Agustus 2023. Kriteria inklusi yaitu Pasien berusia lebih dari 18 tahun dan Pasien kanker serviks yang membutuhkan inisiasi HD dengan indikasi akut di RS Kanker Dharmais. Kriteria eksklusi yaitu pasien dengan data yang tidak lengkap. Pengambilan data dari pencarian data dimulai dari login ke SIMRS RS kanker. Data akan dianalisis secara univariat, bivariat dan multivariat. Analisis univariat digunakan untuk mengetahui probabilitas menggunakan life table. Analisis bivariat menggunakan metode Kapplan Meier atau Regresi Cox Bivariat. Analisis multivariat dilakukan untuk mengukur pengaruh secara bersama faktor yang mempengaruhi kesintasan dan untuk melihat variabel yang paling dominan pengaruhnya.

Hasil: Didapatkan 252 pasien yang telah memenuhi kriteria dan dapat dianalisis. Hasil akhir multivariat menunjukkan variabel hemodinamik pasca HD sistolik < 110 mmHg dan rerata kenaikan berat badan antar HD ≥ 5%; HR 3,354 (95% CI: 2,346 - 4,795; p = < 0,001) dan 1,685 (95% CI: 1,125 – 2,521; p < 0,011) bermakna mempengaruhi kesintasan tiga bulan pasien kanker serviks yang membutuhkan inisiasi HD dengan kumlatif kesintasan adalah 49%.

Simpulan: Kumulatif kesintasan tiga bulan pasien kanker serviks yang membutuhkan inisiasi HD adalah 49%. Analisis bivariat maupun multivariat menunjukkan terdapat hubungan antara hemodinamik pasca HD sistolik < 110 mmHg dan rerata kenaikan berat badan antar HD ≥ 5%.


Cervical cancer is the most common cancer that receives kidney replacement therapy in the form of hemodialysis (HD). Kidney disorders that occur in cervical cancer can be related to the cancer, obstructive nephropathy which can become a chronic sequela in the form of chronic kidney disease (CKD) or AKI (acute kidney injury) which requires HD initiation.

Objective: To determine the three-month survival of cervical cancer patients requiring HD initiation. To determine the relationship between age, cancer stage, comorbid factors, post-HD hemodynamics, vascular access, Weight gain, baseline creatinine, baseline urea and baseline albumin with three-month survival of cervical cancer patients who require HD initiation.

Methods: This research is a retrospective cohort study of medical records of cervical cancer patients who required initiation of hemodialysis. The research was carried out at Dharmais Cancer Hospital. Data collection was carried out from 1 July 2023 to 30 August 2023. Inclusion criteria were patients aged more than 18 years and cervical cancer patients who required initiation of HD with acute indications at Dharmais Cancer Hospital. Exclusion criteria are patients with incomplete data. Retrieval of data from data searches starts from logging into the SIMRS cancer hospital. Data will be analyzed univariate, bivariate and multivariate. Univariate analysis is used to determine the probability using a life table. Bivariate analysis uses the Kaplan Meier method or Bivariate Cox Regression. Multivariate analysis was carried out to measure the joint influence of factors that influence survival and to see which variables had the most dominant influence.

Results: There were 252 patients who met the criteria and could be analyzed. Multivariate final results showed post-HD systolic hemodynamic variables < 110 mmHg and Weight gain ≥ 5%; HR 3.354 (95% CI: 2.346 - 4.795; p = < 0.001) and 1.685 (95% CI: 1.125 - 2.521; p < 0.011) significantly influenced the survival of cervical cancer patients who required HD initiation.

Conclusion: The cumulative survival rate of cervical cancer patients requiring HD initiation is 49% at three months. Bivariate and multivariate analysis showed that there was a relationship between hemodynamics after systolic HD < 110 mmHg and Weight gain ≥ 5%."

Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hamzah Pratama Megantara
"Latar Belakang: Disebutkan pada beberapa literatur bahwa faktor prognostik menentukan laju kejadian rekurensi pada pasien pasca operasi kanker serviks. Faktor- faktor prognostik tersebut diantaranya adalah invasi ruang pembuluh limfa, tipe sel kanker, ukuran tumor primer, kedalaman invasi stroma, bebas/tidak bebasnya tepi vagina hasil reseksi, keterlibatan parametrium, dan status limfonodi. Sampai saat ini belum ada data yang dapat menggambarkan faktor-faktor prognostik pada kanker serviks serta kaitannya dengan kejadian rekurensi di Indonesia. 
Metode: Penelitian ini memiliki desain deskriptif dan analitik yang menampilkan sebaran faktor-faktor prognostik pada pasien kanker serviks pasca operasi beserta tingkat rekurensinya. Peneliti menggunakan data rekam medik sebagai sumber data. 
Hasil: Hasil dari studi deskriptif adalah sebagai berikut: invasi ruang pembuluh limfa (81,4%), tipe sel kanker tipe skuamosa (62,2%), ukuran tumor primer <4cm (66%), invasi stroma >10mm (59,2%), invasi limfonodi positif (57,3%), hasil reseksi vagina tidak bebas sel kanker (79.7%), dan pasien rekurens (9%). Adapun hasil studi analitik yang mempertemukan antara faktor-faktor prognostik kanker serviks menghasilkan bahwa ukuran tumor primer berhubungan secara signifikan terhadap kejadian rekurensi (nilai p 0.05). 
Kesimpulan: Berdasarkan analisis deskriptif, didapatkan bahwa terdapat dominasi pada beberapa sub-komponen pada faktor prognostik seperti yang telah tertera pada bagian Hasil. Pada studi analitik, didapatkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara ukuran tumor primer dengan kejadian rekurensi (nilai p 0.05).

Background: Multiple prognostic factors affect the recurrence rate in post-operative cervical cancer patients. These factors are lymphovascular space invasion (LVSI), types of cancer cells, primary tumor size, the depth of the stromal invasion, cleanliness of vaginal resection, parametrial involvement, and lymph nodular status. Despite the importance of prognostic factors, there are no data available in the Indonesian population yet. Hence, the writer proposed a study depicting the prognostic factors of cervical cancer. 
Method: This research is aimed to acquire a descriptive picture of the prognostic factors in cervical cancer patients, particularly from the Indonesian population data. Moreover, a sub-analytical study of comparative-analytical hypothetical test was added to examine the statistical relation between the prognostic factors and recurrence in post-operative cervical cancer patients. The data is taken from the medical record from Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakarta. 
Results: The descriptive result of the prognostic factors shows LVSI (81.4%), Squamous Cell Carcinoma type of cervical cancer (62.2%), primary tumor size <4cm (66%), stromal invasion with depth >10mm (59.2%), positive lymph node invasion (57.3%), non-clear vaginal resection (79.7%), and recurrent patients (9%). The analytical study shows a statistical significance between the size of the primary tumor and the recurrence in post-operative cervical cancer patients (p-value 0.05). 
Conclusion: From the descriptive study, there are several dominances seen in the prognostic factors of the cervical cancer patient. Also, the analytical study shows a significant statistical relationship between primary tumor size and recurrence.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Lipinwati
"Kanker Serviks merupakan salah satu masalah utama kesehatan masyarakat di dunia. Di negara yang berkembang, program skrining menggunakan pap smear untuk mendeteksi lesi prekanker tidak mengurangi jumlah kasus kanker serviks. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pengetahuan masyarakat terutama orang dengan faktor resiko tinggi untuk melakukan pemeriksaan pap smear secara rutin. Selain itu, tidak tersedianya atau tingginya biaya pemeriksaan genotipe HPV resiko tinggi juga berperan dalam peningkatan kasus kanker serviks. Oleh karena itu perlu dikembangkan uji penentuan genotipe HPV resiko tinggi sebagai altematif uji dan sebagai pelengkap uji pap smear yang sudah ada. Dalam penelitian ini, metode Polymerase Chain Reaction - Reverse Line Blot (PCR - RLB) dikembangkan untuk mendeteksi 14 tipe HPV resiko tinggi. Beberapa parameter telah dioptimasi termasuk suhu annealing, waktu annealing, konsentrasi primer, konsentrasi MgCh, analisis inhibitor. Metode ini dapat mendeteksi DNA HPV sekitar 0,587 kopi/ul dan tidak bereaksi silang dengan EBV, Salmonella paratyphi, VZV, Pseudomonas spp, E. coli, Streptococcus spp, Mycobacterium tb, Staphylococcus aureus, Bacteroides fragillis, Candida albicans, CMV, HSV, Chlamydia trachomatis, Neisseria gonorrhoeae. Selain itu, metode ini juga dapat diaplikasikan pada 5 sampel klinis, masing-masing dengan positifHPV 16 (2 sampel), HPV 18 (2 sampel), dan HPV 58 (1 sampel). Oleh karena itu, metode PCR- RLB yang dikembangkan dalam studi ini sangat berpotensi untuk digunakan sebagai pendeteksi 14 tipe HPV resiko tinggi. Untuk mengetahui validitas uji secara nasional, metode ini perlu dievaluasi pada jumlah sampel yang lebih besar yang mewakili beberapa daerah di Indonesia.

Cervical cancer is one of the major public health problems in the world. In developing countries, a screening program using Pap smear testing to detect precancerous lesions cannot reduce the number of cervical cancer cases. This is caused by the lack of knowledge of many women at high-risk of cervical cancer for the Pap smear test routinely. Also, the unavailability and/or high cost of the highrisk HPV genotyping tests play a role in increasing cervical cancer cases. Therefore, it is important to develop a high-risk HPV genotyping method as alternative and complement tests to the Pap smear test. In this study, a polymerase chain reactionreverse line lot (RLB - PCR) method was developed for the detection of 14 types high-risk HPVs. The method was optimized including annealing temperature, annealing time, primer, MgCh, and inhibitor analysis. The optimized method could still detect at 0.587 copy/ul of HPV DNA. The method showed no cross-reactivity with Epstein Bar Virus (EBV), Cytomegallovirus (CMV), Herpes Simplex Virus (HSV), Varicella Zoster Virus (VZV), Salmonella paratyphi, Pseudomonas spp, E. coli, Streptococcus spp, Mycobacterium tuberculosis, Staphylococcus aureus, Bacteroides fragillis, Chlamydia trachoma/is, and Neisseria gonorrhoeae, Candida albicans. Moreover, the method showed good reactivity with 5 clinical samples with positive results for HPV-16 (2 samples), HPV-18 (2 samples), and HPV-58 (1 sample). The PCR-RLB method developed in this study is, therefore, highly potential to be used for the detection of 14 types of high- risk HPV s. However, the method needs to be evaluated for larger samples obtained from representative areas in Indonesia.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2013
T58311
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anesia Tania
"Kanker serviks merupakan kanker pada wanita yang paling sering terjadi di Indonesia. Kanker serviks biasa terjadi pada wanita berusia pertenghan. Beberapa penelitian sebelumnya mengajukan bahwa kanker serviks yang sangat progresif terutama terjadi pada perempuan berusia lebih tua, sehingga pada wanita yang lebih tua stadium biasanya lebih lanjut.
Pada penelitian ini kami mencari berapa jumlah kasus kanker serviks baru, bagaimana karakteristik kasus baru tersebut, dan apakah ada korelasi antara usia dengan stadium. Penelitian ini menggunakan metode potong lintang dan dilakukan menggunakan data 390 penderita kanker serviks di Departemen Patologi Anatomi RSCM pada tahun 2004.
Setiap pasien diambil data usia, stadium dan jenis histopatologi dari kanker serviksnya. Dilakukan penghitungan jumlah kasus baru, kemudian dari data yang ada, penderita kanker serviks dikelompokkan berdasarkan usia, stadium dan jenis histopatologinya untuk mengetahui sebaran karakteristiknya. Dilakukan juga uji untuk menilai korelasi usia dengan stadium. Pasien berumur antara 24-78 tahun, dengan rerata 47,95, insidens mencapai puncak pada usia 45-54 tahun.
Stadium paling banyak adalah stadium IIIB dan sebagian besar penderita sudah berada dalam stadium regional (72,8%). Jenis histopatologi yang paling sering adalah karsinoma sel skuamosa sebanyak 311 kasus (79,5%). Dengan uji Spearman didapatkan korelasi yang signifikan (p<0.05) dan bersifat positif lemah (r=0,193). Disimpulkan bahwa semakin tua usia pasien, semakin lanjut stadium kanker serviks pada saat diagnosis.

Cervical cancer is the most common cancer in woman in Indonesia. It mostly happens in middle aged women. Some studies suggest that progressive cervical cancer usually happen to older age women, thus in older age women the cancer was found on late stage.
In this study, we find out about the number of new cases, the characteristic distribution of the patient and whether the age of patient correlates with the stage of cervical cancer. We use a cross sectional method for this case. Subject is secondary data of 390 cervical cancer patient in Department of Pathology Anatomy RSCM in 2004.
The data includes age, stage and histopathologic type of cancer. Each patent was categorized based on the age group, stage, and histopathologic type. The collected data of age and stage is analyzed using Spearman-Correlation test (p<0,05). The patient aged between 24 and 78 yeras old, the mean age is 47,95, and the peak incidence happens in patient aged 45-54 years oled.
The patient mostly diagnosed at regional stage (72,8%). The most often histopathologic type is squamous cell carcinoma (79,5). by Spearmann analysis, there was significant (p<0,05), weak positive correlation (r=0,193) between the age and stage of diagnosis. It was concluded that the older the age of the patient, the later the stage found.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S-pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>